Disusun oleh:
Almualif
Nuraisya
Putri Ningsih
Tina Wahyuni
Ira Yarida Siregar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah dan rahmat-Nya, sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Perpajakan dengan judul Akuntansi
Pajak Penghasilan, PPh Pasal 21, 22 dan 23. Makalah dapat kami ditulis atas kerjasama para
anggota dari kelompok kami. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat meningkatkan
wawasan pemahaman para pembaca tentang masalah yang ditulis dalam makalah ini.
Makalah ini telah berusaha kami susun dengan maksimal, namun kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar
kedepannya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
informasi kepada para pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Makalah .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Akuntansi Pajak Penghasilan..................................................................................2
B. PPh Pasal 21...........................................................................................................3
C. PPh Pasal 22 ..........................................................................................................6
D. PPh Pasal 23 ..........................................................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................19
B. Saran .....................................................................................................................19
DAFTAR REFERENSI.....................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang masalah diatas
yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan?
2. Apa yang dimaksud dengan PPh pasal 21?
3. Apa yang dimaksud dengan PPh pasal 22?
4. Apa yang dimaksud dengan PPh pasal 23?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PPh pasal 21
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PPh pasal 22
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PPh pasal 23
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak Penghasilan
Kata “pajak penghasilan” mengandung dua makna yang disatukan satu sama
lainnya. Pengertian pertama mengenai pajak itu sendiri dan yang kedua mengenai
pengertian penghasilan. Merujuk jurnal dari penelitian Tjhajono dan Husein
(2005) dalam jurnal Akademi Akuntansi pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan
jasa timbal balik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan yang
digunakan untuk membiaya pengeluaran umum.1 Sedangkan pengertian
penghasilan menurut pasal 4 ayat 1 UU PPh No. 17 Tahun 2000, yang
dimaksudkan dengan penghasilan adalah yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar negeri, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk
apapun.2 Jadi, pengertian pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang
diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan.3
Muljono dalam Renald Runtuwarow dan Inggriani Elim menyatakan akuntansi
pajak adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan perpajakan,
yang mengacu pada peraturan, undang-undang dan aturan pelaksanaan
perpajakan. Prinsip-prinsip yang diakui dalam akuntansi perpajakan meliputi :
kesatuan akuntansi, kesinambungan, harga pertukaran yang objektif, konsistensi,
konservatif.4 Akuntansi perpajakan adalah sebuah bidang yang masih bagian dari
akuntansi tetapi memperlajari khusus mengenai perhitungan perpajakan. Seperti
yang kita semua tahu bahwa ilmu akuntansi ini tidak hanya mengurus mengenai
laporan yang biasa digunakan dalam sebuah perusahaan. Namun, ada ilmu
1
Muhammad Syakroni, 2019, Menguak Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemungutan Pph Pasal 23 Atas
Sewa Kendaraan, vol 2 No. 2 hlm. 76
2
Rimsky K. Judiseno, 2004, Perpajakan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 50
3
Ibid
4
Renald Runtuwarow dan Inggriani Elim, 2016, Analisis Penerapan Akuntansi Pajak PenghasilanPasal
21Atas Gaji Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, Vol 4 No.1 hlm.285
2
akuntansi yang ditujukan khusus untuk mengurus bagian lainnya. Seperti,
akuntansi pemerintahan, akuntansi manajemen, akuntansi bank, dan akuntansi
perpajakan.
Seperti namanya akuntansi perpajakan akan berfokus mengenai pembahasan
dalam perpajakan. Mulai dari perhitungan perpajakan sampai dengan
pelaporannya. Pajak yang akan menjadi fokus pada makalah kami kali ini adalah
pajak penghasilan pasal 21, pasal 22, dan pasal 23.
5
Ibid
3
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
g. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :
1) Bukan Wajib Pajak.
2) Wajib Pajak yang dineakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, atau
3) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Pengahasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus.
Penghasilan sebagaimana tersebut di atas yang diterima atau diperoleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri merupakan penghasilan yang dipotong Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21. Sedangkan apabila diterima atau diperoleh orang
pribadi Subjek Pajak luar negeri merupakan penghasilan yang dipotong Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 26.
3. Tarif PPh Pasal 21
a. Tarif PPh umum untuk wajib pajak orang pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp. 50.000.000 5%
di atas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 250.000.000 15%
di atas Rp. 250.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000 25%
di atas Rp. 500.000.000 30%
4
Besaran PTKP sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK Nomor
101/PMK.010/2016 mulai berlaku terhitung 1 Januari 2016. Besarnya PTKP
tersebut disesuaikan dari waktu ke waktu dengan PMK.
b. Penentuan besaran PTKP untuk perhitungan pemotongan PPh Pasal 21
Besaran PTKP dibatasi paling banyak untuk diri sendiri, tambahan untuk yang
kawin, dan tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 orang (status:K/3).6
5. Perhitungan PPh Pasal 21
Andrew status kawin dan memiliki 3 orang anak (K3), bekerja pada PT Poltek
Unindo sejak bulan Mei 1994. Pada bulan Mei 2002 ini, Andrew akan berhenti
bekerja setelah menerima bonus sebesar Rp. 10.000.000 pada bulan April 2002.
Selama tahun 2002 ini, beliau menerima gaji sebesar 7.500.000 sebulan.
6
Sulfan, 2019, Praktikum PPh Pemotongan dan Pemungutan-PPh Pasal 21/26, Yogyakarta: ANDI,
hlm.3-5
5
PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah
(pemerintah pusat atau pemerintah daerah), instansi atau lembaga pemerintah,
dam lembaga-lembaga tinggi lainnya, PPh pasal 22 dikenakan terhadap
pembayaran atas penyerahan barang kepada pemerintah, kegiatan impor, atau
kegiatan dibidang usaha tertentu. PPh pasal 22 dibayarkan dalam tahun berjalan
melalui mekanisme pemotongan atau pemungutan pihak-pihak tertentu.7
Dalam PPh pasal 22, ada 3 hal yang menjadi fokus pemungutan pajak, antara
lain :
6
a. Bank devisa dan Direktor Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang
b. Direktur Jenderal Anggaran dan bendaharawan pemerintah ditingkat pusat
atau daerah yang melakukan pembayaran atau pembelian barang
c. BUMN dan BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang
berasal APBN dan APBD
d. Bank Indonesia, Badan Penyehatan Perbankan Nasional, Badan Urusan
Logistik, PT. Telekomunikasi Indonesia, PT. Perusahaan Listrik Negara, PT.
Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-bank
BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya berasal dari APBN
atau non APBN
e. Badan Usaha yang bergerak pada Industri semen, rokok, kertas, baja, dan
otomotif, termasuk agen tunggal pemegang merek, importir umum kendaraan
bermotor, dan importif dalam bentuk completely built up atas penjualan hasil
produksinya didalam negeri
f. Pertanian atau badan usaha lainnya yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian serta perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri dan
ekspor mereka dari pedagang pengumpul.
PPh Pasal 22 yang berkaitan dengan pembayaran atas penyerahan barang yang
bersumber dari dana APBN atau APBD, pemungutan dilakukan oleh Direktur
Jenderal Anggaran, bendaharawan pemerintah pusat atau daerah, dan BUMN atau
BUMD, sedangkan PPh Pasal 22 impor, pemungutannya dilakukan oleh Bank
Devisa, serta Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
8
Ibid. Hlm . 72
7
Sebagai objek pemungutan PPh pasal 22 adalah penyerahan barang dan jasa
yang dibiayai dari APBN dan APBD, sepanjang tidak termasuk sebagian
penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan pasal 21, pasal 23, dan pasal 26,
WP yang masuk dalam kategori diatas dapaat berupa Badan maupun perorangan
yang pada prinsipnya merupakan Rekanan pemerintah yang menerima
pembayaran untuk penyerahan barang dan jasa yang dibiayai dari APBN dan
APBD.
Adapun mekanisme pemungutannya yaitu :
a. Pemungutan PPh pasal 22 bendaharawan terjadi pada saat pembayaran atas
penyerahan barang dan jasa yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran, Bendahara rutin dan proyek baik pusat maupun daerah, serta badan
lain yang melakukan pembayaran untuk barag dan jasa dari Belanja Negara
maupun Belanja daerah.
b. Dasar pemungutan adalah penghasilan Neto dari penyerahan barang atau jasa,
dimana penghasilan neto dihtiung berdasarkan Norma perhitungan yang
besarnya 6% dari harga barang/jasa.
c. Tarif pemungutan PPh Pasal 22 pada umumnya adalah 25% dari penghasilan
Neto, sehingga besarnya pemungutan dihitung sebagai berikut :
25% X penghasilan Neto, menjadi 25% X 6% X harga barang/jasa. Atau
Tarif = 1,5% X harga /nilai pembelian barang
d. Jika dalam harga/nilai pembelian barang atau jasa sudah termasuk Pajak
Pertamahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), maka
nilai PPN dan PPnBM harus dikeluarkan terlebih dahulu. Dengan kata lain,
untuk menghitung PPh Pasal 22 Bendaharawan, harga /nilai pembelian barang
yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak adalah harga/nilai barang
sebelum PPN dan PPnBM, hal ini dilakukan untuk menghindari pengenaan
pajak berganda.
e. Hal-hal yang dikecualikan dalam pemungutan PPh Pasal 22 adalah untuk
pembayaran atas penyerahan barang yang meliputi jumlah pembayaran kurang
dari Rp. 500.000 untuk pembayaran atas pembelian bahan bakar minyak,
listrik, gas, air minum, benda-benda pos, telepon. Pengecualian ini dinyatakan
sah jika diterbitkan dalam Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22
oleh Direktur Jenderal Pajak.
8
Contoh soal PPh Pasal 22 bendaharawan
PT. Politek melakukan penjualan kepada beberapa instansi pemerintah dengan
nilai sebagai berikut :
1) Kepada Instansi Pemerintah A, Harga barang sudah termasuk PPh pasal 22
sebesar RP. 30.000.000 (jumlah uang yang diterima oleh PT. Politek
setelah dipotong PPh pasal 22 sebesar RP. 30.000.000)
2) Kepada Instansi pemerintah B, harga barang dengan nilai sudah termasuk
PPN sebesar Rp. 110.000.000
3) Kepada Instansi pemerintah C, harga barang dengan nilai sudah termasuk
PPN dan PPnBM tarif 35% sebesar Rp. 150.000.000
Pembuktian :
Harga penyerahan barang = Rp. 30.456.852,79
Penghasilan Neto 6%X30.456852,79
= Rp. 1.827.411,17
PPh pasal 22 25%X 1.827.411,17 = Rp. 456.852,79
Jumlah uang yang diterima oleh
PT. Politek = Rp. 30.000.000
9
PPN 10/145 X 150.000.000 = Rp. 10.344.827,59
PPnBM 35/145 X 150.000.000 = Rp. 36.206.896,55
harga barang sebelum PPN dan PPnBM = Rp. 103.448.275,90
PPh pasal 22 1,5% X 103.448.275,90 = Rp. 1.551.724,10
Jumlah uang yang diterima
Oleh PT Politek = Rp. 101.896.551,80
4. Pajak Penghasilan pasal 22 Impor
Objek pemungutan PPh pasal 22 Impor adalah penghasilan Neto dari
pemasukan barang kedalam daerah pabean yang dilakukan oleh :
a. Importir yang memiliki Angka Pengenal Impor (API), APIS, dan APIT
b. Importir yang tidak memiliki Angka Pengenal Importir.
Adapun mekanisme pemungutannya adalah :
1) Pemungutan PPh Pasal 22 impor terjadi pada saat pembayaran Bea masuk.
2) Jika pembayaran Bea masuk ditunda atau dibebaskan, maka pajak penghasilan
22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pembeitahuan impor
untuk dipakai (PIUD).
3) Dasar perhitungan PPh pasal 22impor adalah penghasilan Neto dari pemasukan
barang atu nilai impor
4) Penghasilan neto bagi pemegang angka pengenal impor adalah 10% dari niali
impor, dan penghasilan neto yang tidak memiliki angka pengenal impor adalah
30% dari nilai impor
5) Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk
yaitu “ cost insurance and freight” (CIF) ditambah dengan bea masuk dan
pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan pabean dibidang impor.
6) Tarif PPh pasal 22 pada umumnya adalah 25% sehingga :
a). Untuk importir yang memiliki API 25 X 10% X Nilai impor
b). Untuk Importir yang tidak memiliki API 25% X 30% X Nilai impor
c). Atas impor yang tidak dikuasai 25% X30% X harga jual lelang.9
9
Rimsky K. Judisseno, Op.Cit, hlm. 96
10
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan
yang diterima atau wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggaraan
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.10
Ketika perusahaan menerima penghasilan yang berasal dari deviden, bunga,
royalty dan sebagaimana yang telah diatur dalam peratuan menteri keuangan,
maka perusahaan akan dipotong PPh Pasal 23 oleh perusahaan yang memberikan
penghasilan tersebut. Oleh karena itu ketika perusahaan menerima penghasilan ini
maka perusahaan akan mencatat sebagai berikut:
Kas xxx
Kas xxx
Bagi perusahaan yang memungut PPh Pasal 23 atas penghasilan yang berasal
dari deviden, bunga, royalty dan sebagaimana yang telah diatur dalam peratuan
menteri keuangan dari perusahaan yang menerimanya. Selain itu perusahaan ini
mempunyai kewajiban untuk membayar dan melaporkan PPh Pasal 23 yang telah
dipotong tersebut.
Kas xxx
10
Patric Walandouw, Analisis Perhitungan Dan Pelaporan PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 25, Vol.1,
No.3 Juni 2013, Hlm.989
11
Kas xxx
Kas xxx
11
Eddy Supriyanto,2011, Akuntansi Perpajakan, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hlm.54-55
12
Patric Walandouw, Op.Cit,Hlm.989
12
bersangkutan memilih dipotong lebih tinggi. Berikut ini adalah ringkasannya, atas
penghasilan dari:
13
Salah satu perubahan besar yang dilakukan oleh Undang-undang Pajak
Penghasilan yang baru saja disetujui oleh rapat paripurna DPR adalah masalah
Pajak Penghasilan Pasal 23. Sebelum dikeluarkannya UU No 36 Tahun 2008
sistem pentarifan PPh Pasal 23 masih menggunakan perkiraan penghasilan neto,
sehingga kemudian ada istilah tarif efektif, sekarang ini telah diganti dengan
penerapan tarif langsung kepada penghasilan bruto.13
a. Badan Pemerintah
b. Subyek Pajak Badan Dalam Negeri
c. Penyelenggaraan Kegiatan
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
e. Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya
f. Wajib Pajak Orang Pribadi yang ditunjuk sebagai Pemotong Pajak
Penghasilan Pasal 23
g. Akuntan, arsitk, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Kecuali Camat, Pengacara, dan Konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.
h. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan,
atas pembayaran berupa sewa.
14
(seratus persen) daripada tarif PPh Pasal 23 umumnya. Hal ini dapat ditafsirkan
bahwa Jika bagi Wajib Pajak yang berNPWP dikenakan tarif 15%, maka bagi
yang tidak berNWP akan dikenakan tarif 30%. Begitu juga jika Wajib Pajak
berNPWP dikenakan tarif 2% maka bagi yang tidak berNPWP menjadi 4%.
Contoh 1:
PT. ABC membayar jasa service kepada CV. Service sebesar Rp 3.000.000,-
Jawab:
Pada contoh ini PT. ABC merupakan pemungut PPh pasal 23 atas jasa service
tersebut. Besarnya PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut:
a. Jika CV. Service mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 adalah
b. Jika CV. Service tidak mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 adalah
Kas 3.000.000
Kas 60.000
15
Kas 3.000.000
Kas 60.000
Kas 60.000
Contoh:
Pada tanggal 20 Januari 2010 PT. ABC menerima penghasilan Deviden dari
PT. BCA sebesar Rp 130.000.000,-. Tanggal 2 Februari 2010 PT. BCA menyetor
Pajak yang telah dipotong atas penghasilan tersebut. Berapakah besar PPh Pasal
23 yang telah dipotong dan bagaimanakah pencatatan atas transaksi tersebut ?
Jawab:
Pada contoh ini PT. BCA merupakan pemungut PPh pasal 23 atas penghasilan
Deviden tersebut. Besarnya PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut:
a. Jika PT. ABC mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23 adalah
b. Jika CV. Service tidak mempunyai NPWP maka besarnya PPh pasal 23
adalah
16
20/1 Kas 130.000.000
Kas 19.500.000
Kas 130.000.000
Kas 19.500.000
15
Eddy Supriyanto, Op.Cit,Hlm. 58-60
17
8. Saat Terutang PPh.Pasal 23
a. Penghasilan Bruto
Penghasilan Bruto adalah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak dalam
menjalankan kegiatan usahanya tanpa adanya pengurangan.
b. Perkiraan Penghasilan Netto Perkiraan Penghasilan Netto adalah persentase
tertentu yang besarnya telah tercantum dalam Peraturan Perpajakan yang
berlaku yaitu:
1) Peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor: Per-70/PJ/2007 Tanggal 9 April
2007, menggantikan:
2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: Per-178/PJ/2006 Tanggal 26
Desember 2006, menggantikan:
3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-170/PJ/2002 tanggal 28
Maret 2002. Terhitung mulai tanggal 9 April 2007 yang menjadi Pedoman
Pelaksanaan Perkiraan Penghasilan Netto adalah berdasarkan
Per70/PJ/2007. Dan terhitung mulai 23 Agustus 2015, daftar perusahaan
yang wajib memotong PPh Pasal 23 semakin banyak karena Objek PPh
Pasal 23 dari jenis penghasilan lainnya diperluas dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015.16
16
Isnawati,dkk, Op.Cit, Hlm.28
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penghasilan kena pajak merupakan pajak yang dikenakan kepada orang pribadi yang
telah memiliki penghasilan sesuai dengan ketentuannya. Penghasilan kena pajak
dibebankan wajib kepada setiap orang. Perhitungan pajak penghasilan dan
ketentuannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.
B. Saran
Pajak merupakan iuran wajib kepada negara yang digunakan untuk kemakmuran
bersama. Untuk itu wajib bagi kita untuk membayar pajak. Bagi yang sudah sampai
penghasilannya dikenakan pajak harap segera membayar pajak. Semoga makalah ini
mampu memberikan tambahan ilmu kepada para pembaca mengenai pajak
penghasilan pasal 21,22, dan 23.
19
DAFTAR REFERENSI
Muhammad Syakroni, 2019, Menguak Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemungutan Pph Pasal
23 Atas Sewa Kendaraan, vol 2 No. 2 .
Patric Walandouw, Analisis Perhitungan Dan Pelaporan PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 25,
Vol.1, No.3 Juni 2013
Sulfan, 2019, Praktikum PPh Pemotongan dan Pemungutan-PPh Pasal 21/26, Yogyakarta:
ANDI.
20