Anda di halaman 1dari 19

Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Katagori Rumah Kos Dan

Kontribusinya Terhadap Pajak Hotel Di Kota Kupang ( Pada Kantor Daerah


Dinas Pendapatan Kota Kupang )

A. Latar Belakang

Suatu daerah membutuhkan pendapatan yang besar untuk mensejahterakan


kehidupan rakyatnya. Maka Pemerintah perlu mendapatkan dana tersebut dengan
melakukan suatu pungutan kepada masyarakat yang lebih dikenal dengan kata pajak.
Pajak merupakan salah satu sector pendukung bagi Pemerintah dalam
mensejahterakan kehidupan rakyatnya demi tercapainya apa yang direncanakan
maka pemerintah membentuk suatu badan yang bertugas untuk memungut pajak dari
masyarakat. Pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh
negara sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pendapatan. Dalam pemungutan
pajak dari masyarakat masih kurang efektif dan banyak masalah yang dihadapi.
Salahsatunya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Instansi
pemerintah dalam pemungutan pajak pada masyarakat adalah Dinas Pendapatan
Daerah.
Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten atau
Kota untuk mengembangkan potensi ekonominya. Oleh karena itu pembangunan
daerah harus diarahkan agar benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah
masing-masing. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau
negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal
dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan
yang berguna bagi kepentingan bersama (Waluyo, 2008:2).
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan
dari kewajibankenegaraan dan peran serja Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
1
merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran
serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas
kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan dibidang
perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam sistem
perpajakan indonesia (TMbooks, 2013:1).

Undang – undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 tentang perpajakan, menurut undang –
undang tersebut bahwa pengertian pajak adalah sebuah kontribusi wajib kepada
Negara yang terhutang oleh setiap orang ataupun badan yang memiliki sifat
memaksa, tetapi tetap berdasarkan undang-undang dan tidak mendapat imbalan
secara langsung serta digunakan guna kebutuhan Negara dan kemakmuran rakyat.
Menurut Soemitro dalam resmi (2014 : 10), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara merdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Djajadiningrat dalam resmi (2014 : 1) pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbale balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan umum.
Dapat disimpulkan bahwa pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk
Negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.
Pajak bersifat memaksa dan dipungut berdasarkan aturan Undang – Undang.
Dengan era yang sedang berkembang, maka otonomi daerah menjadi tantangan
bagi setiap daerah untuk memanfaatkan peluang kewenangan yang diperoleh, serta
tantangan untuk menggali potensi daerah yang dimiliki, guna mendukung
kemampuan keuangan daerah sebagai modal pembiayaan dan penyelenggaraan
pemerintah di daerah. Untuk itu, perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah. Reformasi pajak kendaraan bermotor telah dilaksanakan
dengan diberlakukannya sistem pemungutan pajak (self assement system) dengan
2
ketentuan baru yang diberlakukan oleh pemerintah. Pemungutan pajak yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap pajak kendaraan bermotor merupakan jenis
pajak yang sudah lama dan sangat berpengaruh terhadap sumber penerimaan asli
daerah dalam hal ini melalui Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD),
yang gunanya untuk membiayai pelaksanaan tugas rutin pemerintah daerah.
Berdasarkan pasal 1 angka 10 Undang – Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah (UU No. 28 Tahun 2009), definisi pajak daerah adalah
kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat meaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidam mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat. Adapun pajak kendaraan bermotor termasuk kedalam
jenis pajak provinsi yang merupakan bagian dari pajak daerah.Lebih lanjut pajak
kendaraan bermotor sebagaimana yang didefinisikan dalam pasal 1 angka 12 dan 13
UU No. 28 Tahun 2009 adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor. Pasal 4 UU No. 28 Tahun 2009 mengatur bahwa subjek pajak
kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau
menguasai kendaraan bermotor. Wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang
pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Bagi wajib pajak yang
berupa suatu badan maka kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau
kuasa dari badan tersebut.
Banyak jenis pajak daerah yang diterapkan oleh pemerintah, baik yang ditentukan
oleh Undang – Undang pajak daerah maupun perluasan obyek pajak dan hal ini
masih belum mampu menunjukkan kinerjanya sebagai sumber penerimaan asli
daerah. Pemerintah pusat juga telah menunjang penerimaan bagi pemerintah daerah
melalui pembagian pajak pusat untuk menunjang penerimaan di daerah.
Diantaranya, melalui Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Air Tana. Tapi masih banyak pajak yang tidak efektif
dipungut karena suatu alasan sehingga menghambat pendapatan daerah tersebut.
Sebagai daerah otonomi Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Daerah
merupakan salah satu sumber daerah karena memberikan kontribusi yang cukup

3
besar.
Dalam uasaha meningkatkan pendapatan keuangan daerah, pemerintah
melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah diantaranya dengan menetapkan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah
diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah terus berupaya untuk
mengoptimalkan pendapat daerah, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan
retribusi daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 dalam Pasal 6
ayat (1) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, sumber-sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan lain-lain yang sah.
Sumber-sumber tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk
peningkatan PAD, khususnya pajak daerah dan retribusi daerah.
Pajak hotel merupakan salah satu jenis Pajak Daerah kabupaten/kota. Dan
pajak hotel juga beberapa katagori yang termasuk dalam objek pajak hotel, yang
salah satunya adalah katagori Rumah Kos (indekos). Dengan adanya beberapa
universitas negeri maupun swasta, rumah sakit, perusahaan-perusahaan serta
lapangan-lapangan kerja yang berdiri di daerah Kota Kupang menyebabkan
banyaknya rumah kos yang didirikan di sekitar kawasan tersebut. Dengan semakin
berkembangnya usaha kos-kosan di Kota Kupang sangat membantu dalam upaya
peningkatan penerimaan pajak hotel di Kota Kupang agar penerimaan dapat
mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Untuk itu tingkat
efektivitas pemungutan pajak hotel katagori rumah kos perlu diketahui untuk
mengetahui tingkat keberhasilan Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang dalam
mengelola pajak tersebut untuk mencapai target yang diinginkan.
Kota Kupang adalah Ibu Kota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
sehingga Kota Kupang menjadi daerah yang paling maju diantara daerah-daerah
lainnya di Provivnsi NTT. Kota Kupang yang adalah pusat dari sektor perdagangan,
jasa, industri, pendidikan (dengan banyaknya universitas), dan lain sebagainya di
provinsi NTT yang akan mendorong tumbuh kembangnya industri perhotelan dan
jasa penginapan yang salah satunya adalah kos-kosan. Kebanyakan masyarakat

4
mungkin berfikir bahwa hotel hanya mencakup hotel berbintang, hotel melati dan
bangunan tempat orang menginap seperti wisma. Namun sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Kupang Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah (khususnya Bab III
tentang Pajak Hotel) disebutkan bahwa hotel adalah penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran,
yang objek pajaknya mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10 (sepuluh).
Dalam hal ini yang akan diteliti adalah Rumah kos atau sering disebut juga
dengan kos-kosan yang merupakan salah satu kebutuhan bagi kebanyakan orang
yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap ataupun bagi yang tidak memiliki
tempat tinggal pribadi. Dari berbagai sudut pandang, Rumah Kos memiliki
perbedaan dengan rumah kontrakan sebagai hunian yang biasanya menjadi objek
perjanjian sewa-menyewa. Seperti pernyataan diatas, kamar kos yang lebih dari 10
kamar masuk dalam katagori pajak hotel. Untuk itu, dengan banyaknya usaha Rumah
Kos di kota Kupang sangat diharapkan dapat membantu meningkatkan potensi
penerimaan pajak hotel dan secara otomatis akan meningkatkan penerimaan Pajak
Daerah Kota Kupang.
Efektivitas pemungutan pajak adalah keberhasilan atau kegagalan dari
pemerintah sebagai pemungut pajak dalam mencapai tujuannya. Menurut Halim
(2004) konsep efektivitas bila dikaitkan dengan pemungutan pajak, dalam hal ini
penerimaan pajak hotel katagori rumah kos, maka efektivitas yang dimaksudkan
adalah seberapa besar realisasi penerimaan pajak hotel berhasil mencapai potensi
yang seharusnya dicapai pada suatu periode tertentu.
Menurut kamus ekonomi (T. Guritno, 1992:76) kontribusi adalah sesuatu yang
diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu
atau bersama. Jadi semakin besar sesuatu yang dihasilkan maka akan semakin besar
pula kontribusinya.
Industri penginapan yaitu rumah kos merupakan sektor industri yang sangat
potensial di Kota Kupang dimana kontribusinya sangat membantu dalam
meningkatkan penerimaan pajak hotel khususnya daerah Kota Kupang, sehingga ini

5
merupakan tantangan bagi Pemerintah Kota Kupang untuk lebih menggali potensi
pajak hotel katagori Rumah Kos di Kota Kupang. Oleh karena itu, perlu dianalisis
efektivitas penerimaan pajak hotel katagori Rumah Kos dan seberapa besar
kontribusinya terhadap pajak hotel di Kota Kupang.
Berdasarakan latar belakang tersebut di atas maka perumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah: “Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak
Hotel Katagori Rumah Kos Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Hotel Di Kota
Kupang ( Pada Kantor Daerah Dinas Pendapatan Kota Kupang ) ”.
B. Masalah Penelitian
Berdasarakan latar belakang tersebut di atas maka perumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah: “Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Katagori
Rumah Kos Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Hotel Di Kota Kupang( Pada Kantor
Daerah Dinas Pendapatan Kota Kupang ) ”.
C. Persoalan Penelitian
Bersadasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi persoalan penelitian ini
yaitu :
1. Seberapa efektif pemungutan pajak hotel katagori rumah kos di Kota Kupang ?
2. Seberapa besar kontribusi pajak hotel katagori rumah kos terhadap pajak hotel di
Kota Kupang ?
D. Tujuan dan Kemanfaatan Penelitian

a. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak hotel katagori rumah kos di Kota
Kupang
2. Mengetahui besarnya kontribusi pajak hotel katagori rumah kos terhadap pajak
hotel di Kota Kupang.
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, terutama dibidang perpajakan mengenai efektivitas pemungutan pajak
hotel katagori rumah kos terhadap Pajak Hotel di Kota Kupang dan juga sebagai
acuan atau dasar bagi penelitian-penelitian mendatang, terlebih khususnya bagi
6
mahasiswa Perpajakan dan Keuangan Daerah di Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Artha wacana Kupang.
2. Manfaat Praktis
Sebagai kegunaan praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
memberikan masukan atau perbandingan bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota
Kupang dalam melakukan langkah-langkah yang tepat dalam pemungutan pajak hotel
katagori rumah kos, sehingga dapat meningkatkan penerimaan Pajak Hotel di Kota
Kupang.
E. Landasan Teori
1. Pengertian pajak
a. Pengertian Pajak secara umum
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga
dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut
penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-
barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Andriani (Waluyo
Wirawan, 2002:4) mendefinisikan pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut P.J.A Adriani (2011:2), pajak adalah iuran kepada negera yang dapat
dipaksakan, yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan dengan
tidak mendapat imbalan kembali yang ditunjuk secara langsung.
Menurut Rochmat Soemitro (1990:5), pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang
kemudian mendefenisikan bahwa Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment..

7
Menurut Waluyo(2011:2), Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan -
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Berdasarkan definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur – unsure yaitu:
1. Iuran / pungutan
2. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang
3. Pajak dapat dipaksakan
4. Tidak menerima kontraprestasi
5. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah
Menurut Mardiasmo (2013:2), bahwa cirri – ciri yang melekat pada pengertian
pajak yaitu:
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang – Undang serta pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi
individual pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah yang bila dari
pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai.
e. Pajak nasib rakyat banyak. Oleh karena itu menurut pasal 23 ayat 2 Undang –
Undang dasar 1945 segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang –
Undang.
Ada dua prinsip yang lazim digunakan dalam prinsip perpajakan di Indonesia
khususnya yaitu:
1) Prinsip keuntungan, yaitu menyatakan bahwa individu harus dibebani pajak
dengan proporsi utuk keuntungan yang mereka dapatkan dari program – program
pemerintah. Sama seperti orang membayar uangsecara pribadi dalam proporsi untuk
konsumsi mereka pribadi, pajak seseorangharus berkaitan dengan pemakaian mereka
atau barang – barang kolektif.
2) Prinsip kemampuan untuk membayar, yang menyatakan bahwa jumlah pajak
yang harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan dengan pendapatan atau kesehatan,

8
semakin tinggi pula pajaknya. Biasanya sistem pajak yang diatur dengan prinsip
kemampuanmembayar juga bersifat redistributif yang berarti bahwa mereka
mendapatkan dana dari orang – orang dengan pendapatan yang tinggi untuk
meningkatkan pendapatan dan konsumsi kelompok – kelompok yang lebih miskin.
2. Fungsi Pajak
Fungsi Pajak Pada dasarnya pajak mempunyai peran yang cukup besar dalam
kehidupan bangsa.
Ada beberapa fungsi pajak menurut Mahardika Putra (2017:12) :
a) Fungsi anggaran (budgetair)
Fungsi budgetair disebut juga sebagai fungsi utama pajak atau fungsi 2efici (fiskal
function), yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk
memasukan dana secara optimal ke kas berdasarkan Undang-undang perpajakan yang
berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis
pertama kali timbul. Di sini pajak merupakan sumber pembiayaan yang terbesar.
b) Sebagai Alat Pengatur (regulerend)
Fungsi ini mempunyai pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, ketika pemerintah berkeinginan untuk
melindungi kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan pajak
tambahan, seperti pajak impor atau bea masuk, atas kegiatan impor komoditas tertentu.
Contohnya pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras, dan pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang
mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
c) Fungsi Alat Penjaga Stabilitas
Pemerintah dapat menggunakan sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi.
Sebagian barang-barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat
bersaing. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga agar eficit
perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat menetapkan kebijakan
pengenaan PPnBM tehadap impor produk tertentu yang bersifat mewah. Upaya
tersebut dilakukan untuk meredam impor barang mewah yang berkontribusi terhadap
neraca perdagangan.

9
1. Jenis Pajak
Menurut Supramono dan TheresiaWoro Damayanti (2010:5) di Indonesia jenis –
jenis pajak dapat dikelompokan menurut golongan, sifat, dan lembaga
pemungutannya.
a. Menurut Golongannya
1. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang
bersangkutan. Dalam pengertian administratif, pajak langsung adalah pajak yang
dipunggut secara berkala.Contoh : pajak penghasilan. Pajak penghasilan dibayar
atau ditanggung pihak – pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
2. Pajak tidak langsung, pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada
pihak lain. Dalam pengertian administratif, pajak tidak langsung adalah pajak
yang dipunggut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terjadi
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contoh :
pajak pertambahan nilai (PPN), Bea materai, Bea balik nama.
b. Menurut sifatnya
1. Pajak subyektif, pajak yang didasarkan atas keadaan subjeknya, memperhatikan
keadaan diri Wajib pajak yang selanjutnya dicari syarat objektifnya
(memperhatikan keadaan wajib pajak).
2. Pajak objektif, pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa mempehataikan diri
wajib pajak.
c. Lembaga pemungutannya
1. Pajak pusat (negara), pajak pusat adalah pajak yang dipugut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.
2. Pajak daerah, pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah.
4. Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

10
Daerah dan digunakan Daerah bagi sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pajak
Daerah meliputi Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Jenis pajak Provinsi terdiri dari :
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok.
Sedangkan jenis Pajak Kabupaten/Kota, meliputi: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet,Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan.
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak diatas. Jenis pajak diatas dapat
tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan
kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Khusus untuk daerah
yang setingkat dengan Daerah Provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah
kabupaten/kota otonom, seperti Daerah khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat
dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk Daerah Provinsi dan Pajak untuk
Daerah Kabupaten/Kota. Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang tidak
Berlaku surut (TMbooks:7).

5. Pajak Hotel dan Kos-Kosan


1) Pajak hotel
Menurut Peraturan Daerah Kota Kupang No. 2 tahun 2016 tentang Pajak
Daerah. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel
adalah penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan
jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Objek pajak hotel adalah pelayanan yang
disediakan Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan
Hotel yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.
Tidak termasuk objek pajak hotel adalah sebagai berikut :
a) Jasa tempat tinggal (asrama) yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah
provinsi/pemerintah daerah.
b) Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya.
c) Jasa tempat tinggal (asrama) di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
11
d) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan dan
panti sosial lainnya yang sejenis.
e) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang
dapat dimanfaatkan oleh umum.
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel. Tarif pajak hotel yang di
tetapkan paling tinggi adalah sebesar 10 % dan pajak hotel terutang dihitung dengan
cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Wajib Pajak Hotel wajib
mencantumkan Pajak Hotel dalam bukti transaksi yang diberikan kepada subjek Pajak
Hotel. Dalam hal Wajib Pajak Hotel tidak mencantumkan Pajak Hotel dalam bukti
transaksi yang diberikan kepada Subjek Pajak Hotel, maka jumlah pembayaran telah
termasuk Pajak Hotel.
Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Saat
terutangnya Pajak Hotel terjadi pada saat dilakukan pembayaran dan/atau yang
seharusnya dibayarkan kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel
atau pada saat disampaikan SPTPD.
2) Kos-kosan (Rumah kos)
Rumah kos atau sering disebut juga dengan kos-kosan merupakan salah satu
kebutuhan bagi kebanyakan orang yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap
ataupun bagi yang tidak memiliki tempat tinggal pribadi. Dari berbagai sudut pandang,
Rumak Kos memiliki perbedaan dengan rumah kontrakan sebagai hunian yang
biasanya menjadi objek perjanjian sewa-menyewa.
Rumah kos merupakan istilah yang berasal dari kata Indekos atau kos yaitu sebuah
jasa yang menawarkan sebuah kamar atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah
pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran perbulan).
Rumah kos merupakan salah satu jenis usaha yang dikenakan pajak. Pada Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diatur mengenai Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (UU PDRD). Termasuk didalamnya adalah pajak hotel dan yang dimaksud
dengan hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk
jasa terkait lainnya yang dipungut bayaran. Defenisi hotel juga mencakup motel,
losmen, rumah penginapan serta kos-kosan dengan jumlah kamar lebih dari 10.

12
Dengan begitu sudah jelas bahwa kos-kosan yang dikenakan wajib pajak adalah kos-
kosan dengan jumlah kamar lebih dari 10.
. Menurut Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 2 Tahun 2016, pada Bab III
Pasalnya yang ke-6 tertulis bahwa Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh
persen) dan khusus rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 ditetapkan sebesar 5
% (lima persen).
6. Efektivitas pemungutan pajak Hotel Katagori Rumah Kos
Efektivitas pemungutan pajak adalah keberhasilan atau kegagalan dari pemerintah
sebagai pemungut pajak dalam mencapai tujuannya. Menurut Halim (2004) konsep
efektivitas bila dikaitkan dengan pemungutan pajak, dalam hal ini penerimaan pajak
hotel katagori rumah kos, maka efektivitas yang dimaksudkan adalah seberapa besar
realisasi penerimaan pajak hotel berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai
pada suatu periode tertentu. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan
pusat pertanggungjawaban. Semakin besar kontribusi output terhadap tujuan maka
semakin efektif suatu unit tersebut. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat
keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan
efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan
menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.
Sedangkan pengertian efektivitas menurut Abdul Halim menyatakan bahwa
“Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah”(2004:129).
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pemungutan pajak hotel katagori rumah kos adalah suatu upaya yang dilakukan
pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak hotel khususnya rumah kos
dengan membandingkan besarnya realisasi pajak hotel katagori rumah kos dengan
target penerimaan pajak hotel katagori rumah kos.
7. Kontribusi Pajak Hotel Katagori Rumah Kos Terhadap Pajak Hotel
Menurut kamus ekonomi (T. Guritno, 1992:76) kontribusi adalah sesuatu yang
diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu
atau bersama. Dengan kontribusi berarti individu atau lembaga tersebut berusaha

13
meningkatkan efisiensinya dan efektivitas hidupnya, hal ini dilakukan dengan
menajamkan posisi perananya. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang
yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, financial dan lainnya.
Teri kontribusi menurut Mahmudi (2010:145) mengatakan bahwa semakin besar
hasilnya maka semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak daerah
terhadap PAD, begitupula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti
peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil. Untuk mengetahui kontribusi
dilakukan dengan membandingkan realisasi penerimaan pajak daerah (khususnya
pajak hotel katagori rumah kos) periode tertentu dengan realisasi penerimaan pajak
hotel periode tertentu pula.
F. Konsep Penelitian
Secara teoritis model variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana teori-teori yang
berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Berdasarkan latar belakang yang ada, maka konsep dari
penelitian ini adalah :
1) Efektivitas pemungutan pajak hotel katagori rumah kos
Yang dimaksud dengan efektivitas pemungutan pajak hotel katagori rumah kos
dalam penelitian ini adalah persentasi perbandingan realisasi penerimaan pajak
hotel katagori rumah kos dengan target penerimaan pajak hotel katagori rumah
kos.
2) Kontribusi pajak hotel katagori rumah kos terhadap Pajak Hotel
Yang dimaksud dengan kontribusi pajak hotel katagori rumah kos terhadap
pajak hotel dalam penelitian ini adalah persentasi perbandingan realisasi
penerimaan pajak hotel katagori rumah kos dengan realisasi pajak hotel.
G. Kerangka Dasar Pemikiran.
Usaha rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) merupakan salah
salah satu jenis usaha kena pajak. Pajak rumah kos ini merupakan salah satu
komponedn pajak hotel. Dengan memperbandingkan realisasi pajak rumah kos
dengan targetnya setiap tahun maka dapat diketahui efektivitas pemungutan pajak
rumah kos setiap tahun.

14
Oleh karena pajak rumah kos merupakan salah satu komponen pajak hotel, maka
dengan memperbandingkan realisasi pajak rumah kos dengan realisasi pajak hotel
maka dapat diketahui kontribusi pajak rumah kos terhadap pajak hotel setiap tahun.
H. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2003:73) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah kumpulan data tahunan tentang target pajak
hotel katagori rumah kos, realisasi pajak hotel katagori rumah kos, dan realisasi
penerimaan pajak hotel dari tahun 2013-2017.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2008:116) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel dalam penelitian ini adalah kumpulan
data tahunan tetap, target pajak hotel katagori rumah kos, realisasi pajak hotel
katagori rumah kos, serta realisasi penerimaan pajak hotel tahun 2013-2017.
I. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah teknik dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa dokumen dan
catatan yang diperlukan dalam pembahasan penelitian.

15
J. Indikator Empirik dan Skala Pengukuran Konsep
Pada bagian ini akan dijabarkan indikator empirik dan skala pengukuran dari
masing-masing konsep penelian. Berikut adalah indikator dn skala pengukuran
konsep dalam penelitian ini :
Tabel.1
Indikator Empirik dan Skala Pengukuran Konsep

Skala
No. Konsep Indikator Empirik Pengukuran
Konsep

1 Efektivitas pemungutan pajak  Realisasi penerimaan pajak


hotel katagori rumah kos hotel katagori rumah kos
Ratio
 Target penerimaan pajak
hotel katagori rumah kos
2 Kontribusi pajak hotel katagori
rumah kos terhadap pajak hotel
 Realisasi pajak hotel
katagori rumah kos
Ratio
 Realisasi Penerimaan
Pajak Hotel

K. Tahapan dan Teknik Analisis


1. Analisis Pendahuluan.
Pada analisis pendahuluan akan dideskripsikan data target pajak rumah kos,
realisasi pajak rumah kos dan realisasi pajak hotel. Alat analisis yang digunakan adalah
tabel data runtut waktu dari tahun 2013-2017 untk memperlihatkan perkembangan target
pajak rumah kos, realisasi pajak rumah kos dan realisasi pajak hotel dari tahun ke tahun.
2. Analisis Lanjutan
Pada analisis lanjutan akan dianalisis efektifitas pemungutan pajak hotel kategori
rumah kos dan kontribusi pajak hotel kategori rumah kos terhadap penerimaan pajak
hotel.

16
1. Efektifitas Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
Berdasarkan Rondonuwu (2015), maka tingkat realisasi pajak hotel kategori rumah kos
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Realisasi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
Tingkat realisasi = x 100%
Target Pajak Hotel Kategori Rumah Kos

Berdasarkan tingkat realisasi yang dihitung dengan rumus tersebut di atas,


dikemukakan kategori efektifitas pemungutan pajak hotel kategori rumah kos sebagai
berikut :
Tabel 2
Kategori Efektifitas Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
Tingkat Realisasi Kategori Efektivitas

> 100% Sangat Efektif

90% – 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

< 60% Tidak Efektif

Sumber : Mahmudi (2015).

2. Kontribusi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos Terhadap Pajak Hotel


Berdasarkan Devy (2013), kontribusi pajak hotel kategori rumah kos terhadap pajak
hotel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Realisasi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
Kontribusi = x 100%
Realisasi Pajak Hotel

Merujuk pada angka kontribusi yang dihitung dengan rumus tersebut di atas, maka
dibuat kategori kontribusi pajak hotel kategori rumah kos terhadap pajak hotel sebagai
berikut :

17
Tabel 3
Kategori Kontribusi Pajak Hotel Kategori Rumah Kos Terhadap Pajak Hotel
Kontribusi Kategori Kontribusi

0,00% - 10,00% Sangat Kurang

10,10% - 20,00% Kurang

20,10% - 30,00% Sedang

30,10% - 40,00% Cukup Baik

40,10 – 50,00% Baik

> 50,00% Sangat Baik

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991).

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta.

Depdagri, 1997. Kepemendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 Tentang Pedoman


Penilaian dan Kinerja Keuangan.

Indra Mahardika Putra SE, Ak, M. Ak, 2017. Perpajakan Edisi Tax Amnesty.
Bantul: Quadrant.

Mahmudi, 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Erlangga: Jakarta.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi: Jakarta.

PERDA, 2016. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 02 Tahun 2016 Tentang Pajak
Daerah. Walikota Kupang: Kota Kupang.

Prof.Dr.H. Rochmat Soemintro, 1992. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak


Pendapatan 1994. Bandung: PT Ereco.

Waluyo, 2008. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.

TMbooks, 2013. Perpajakan - Esensi dan Aplikasi. Yogyakarta: AND

Republik Indonesia, 2009. Undang-unang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Sugiono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1. Alfabeta: Bandung.
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung. Sugiono, 2012. Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif. Alfabeta:
Bandung.
Surat keputusan, 2002. Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.3/HK.001/MKP.02
Tanggal 27 Februari 2002.
Surat Keputusan Mentri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM 37/PW
304/MPPT-86.
T. Guritno, 1992. Kamus Ekonomi. Erlangga: Jakarta
19

Anda mungkin juga menyukai