Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PENGANTAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

I Nyoman Sugiarta, S.E., MMA

OLEH :

Ni Made Aryanti Sriwahyuni 1615644027 / D4 VII B

Michelle Regina Tindage 1615644168 / D4 VII B

Ketut Eny Rahayu 1615644173 / D4 VII B

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BALI

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................... 4

D. Manfaat ............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 6

A. Proses Akuntansi Keuangan Daerah ......................................................... 6

1. Pembaharuan Dalam Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ..................... 6

2. Prinsip Dasar di Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah ............ 7

3. Struktur dan Bentuk Laporan Keuangan Daerah ..................................... 9

4. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah .................................................... 10

5. Siklus Akuntansi..................................................................................... 12

B. Persamaan Akuntansi .................................................................................. 15

1. Contoh Kasus ......................................................................................... 15

C. Kedudukan dan Lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah .............. 19

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 21

A. Kesimpulan..................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sistem akuntansi pemerintah selain mengacu pada standar

akuntansi pemerintah, juga mengacu pada Kepmendagri 29 Tahun 2002 tentang

Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah

dan Penyusunan Perhitungan APBD.

Perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah dapat dibagi dalam tiga

fase yaitu era sebelum otonomi daerah, era transisi otonomi, dan era pelaksanaan

otonomi. Pada era sebelum otonomi daerah, manajemen keuangan daerah masih

belum dianggap sebagai hal yang penting sebagai akuntabilitas anggaran kepada

publik. Laporan keuangan pemerintah hanya bersifat semu, dengan dasar penyajian

yang tidak jelas. Pada era transisi ekonomi, masyarakat sudah mulai

memperhatikan manajemen keuangan daerah. Keterbatasan peraturan pemerintah

yang mendukung pelaksanaannya, sumber daya yang terbatas menyebabkan target

penerapan yang diharapkan belum dapat tercapai. Pada era pelaksanaan otonomi,

sistem akuntansi pemerintah daerah sudah efektif dilakukan, bahkan beberapa

daerah sudah mendapatkan opini yang baik dalam laporan keuangannya. Dengan

adanya otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk mengurus

rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah

pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk

menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.

1
2

Pada kenyataannya, dalam pelaksanaan otonomi daerah, kemampuan

mengelola keuangan dan aset pemerintah daerah baik provinsi maupun

kabupaten/kota masih tergolong lemah. Akibatnya penyalahgunaan anggaran

daerah seperti korupsi, pemborosan, salah alokasi serta banyaknya berbagai

macam pungutan tidak dapat dihindarkan. Terkait dengan APBD, kasus korupsi

umumnya terjadi dalam proses penyusunan APBD dan pengadaan barang dan jasa.

Salah satu praktek korupsi ialah mafia anggaran yang dilakukan dalam

perencanaan APBD yaitu melalui program anggaran di desa. Berdasarkan

beberapa kasus yang terjadi, program anggaran desa diintervensi oleh oknum

tertentu yang belum tentu bermanfaat dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Melalui program ini juga kemudian terjadi persaingan proyek antar instansi

termasuk di dalamnya pemerintah kecamatan dan desa dengan tujuan tertentu.

Terjadilah transaksi ekonomi-politik bersifat win-win solution atau sering dikenal

dengan bagi-bagi proyek.

Banyaknya temuan atas penyimpangan-penyimpangan yang berhasil

ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) maupun Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pelaksanaan pemeriksaan dan evaluasi

laporan keuangan pemerintah membuat tuntutan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance government

meningkat. Hal itu mendorong pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas

publik dalam penyusunan laporan keuangannya. Laporan keuangan pemerintah

memiliki fungsi yang sangat vital. Salah satu fungsinya ialah laporan keuangan

merupakan gambaran kondisi suatu pemerintah dan sebagai salah satu cara bagi
3

pemerintah daerah untuk mewujudkan akuntabilitas keuangannya. Laporan

keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah akan digunakan oleh pihak-pihak

yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan, seperti keperluan

perencanaan, pengendalian, pelaksanaan dan pengevaluasian kinerja pemerintah.

Oleh sebab itu pemerintah wajib memperhatikan dan menyusun laporan keuangan

yang berkualitas. Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan, menyebutkan bahwa ada empat kriteria atau

karakteristik yang menjadikan laporan keuangan berkualitas yaitu 1) relevan, 2)

handal, 3) dapat dibandingkan, dan 4) dapat dipahami. Indikator bahwa laporan

keuangan pemerintah sudah berkualitas yaitu Opini wajar pengecualian yang

diberikan Badan Pemeriksaan keuangan terhadap LKPD. Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya mendapat penilaian berupa Opini dari

Badan Pengawas Keuangan (BPK).

Fenomena pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia yang marak dengan

tindakan korupsi merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Telah tersedianya berbagai peraturan pemerintah serta lembaga independen

seharusnya dapat mengurangi bahkan menghilangkan tindakan korupsi yang

merugikan negara. Dari berbagai tulisan dapat diketahui bahwa di dalam laporan

keuangan pemerintah daerah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai.

Oleh karena itu, dirasa perlu untuk lebih memahami bagai sistem akuntansi

keuangan daerah khususnya menggunakan pendekatan APBD yang terdiri dari

bagaimanakah proses akuntansi keuangan daerah hingga output laporan

pertanggungjawabannya sesuai peraturan yang berlaku, persamaan akuntansi


4

keuangan daerah, hingga kedudukan akuntansi keuangan daerah apabila ditilik

melalui bagan akuntansi pemerintahan secara keseluruhan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan

masalah yang akan dibahas pada karya tulis ini ialah :

1. Bagaimanakah proses akuntansi keuangan daerah serta output apa yang

dihasilkan melalui proses tersebut?

2. Bagaimanakah pola dari persamaan akuntansi keuangan daerah serta apa

perbedaan mendasar apabila dibandingkan dengan akuntansi keuangan

perusahaan?

3. Bagaimanakah kedudukan serta lingkungan akuntansi keuangan daerah

apabila ditilik melalui struktur akuntansi secara menyeluruh?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari

penulisan karya tulis ini ialah :

1. Untuk mengetahui proses akuntansi keuangan daerah serta output apa yang

dihasilkan melalui proses tersebut.

2. Untuk mengetahui pola dari persamaan akuntansi keuangan daerah serta

perbedaan mendasar apabila dibandingan dengan akuntansi keuangan

perusahaan.

3. Untuk mengetahui kedudukan serta lingkungan akuntansi keuangan daerah

yang ditilik melalui struktur akuntansi secara menyeluruh.


5

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini ialah sebagai berikut:

1. Bagi Jurusan Akuntansi

Menjadi salah satu tambahan bahan bacaan mengenai akuntansi

pemerintahan khususnya akuntansi keuangan daerah guna menambah

pengetahuan serta menumbuhkan kepekaan mengenai penyimpangan-

penyimpangan yang merugikan negara

2. Bagi Penulis

Kesempatan berharga untuk mengimplementasikan ilmu Akuntansi

Pemerintahan khususnya Akuntansi Keuangan Daerah termasuk kepekaan

terhadap penyimpangannya serta merupakan salah satu pemenuhan

kewajiban karya tulis mata kuliah Akuntansi Pemerintahan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Akuntansi Keuangan Daerah

1. Pembaharuan Dalam Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem

pertanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan oleh

Pemda baik pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual

Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 sudah

tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan laporan

keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus kas sesuai PP 105/2000 pasal 38.

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem

akuntansi keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.

Adapun perbedaan prinsip-prinsip yang mendasar antara sistem yang lama dengan

sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) yang baru sebagaimana yang

dimaksudkan dalam PP Nomor 105/2000 tersebut di atas, antara lain :

Sistem lama (MAKUDA 1981) Sistem yang baru (PP.105/2000)


Sistem pencatatan single entry Sistem pencatatan Double entry, untuk dapat
(Pembukuan tunggal/tidak menyusun neraca diperlukan adanya sistem
berpasangan) pencatatan yang akurat (approriate recording)
Dual budget (rutin dan pembangunan), Unified budget (anggaran terpadu), tidak
dokumen anggaran DIKDA dan DIPDA. mengenal lagi rutin dan pembangunan (DIKDA
dan DIPDA)
Incremental budget , didasarkan pada jenis Performance budget (berbasis kinerja), dan lebih
belanja dan lebih input oriented. output oriented.
Laporan yang dihasilkan berupa laporan Laporan yang dihasilkan berupa laporan
perhitungan anggaran dan nota perhitungan. perhitungan anggaran dan nota perhitungan,
neraca daerah dan laporan arus kas.

6
7

Sistem lama (MAKUDA 1981) Sistem yang baru (PP.105/2000)


Pengakuan belanja dan pendapatan Pengakuan belanja dan pendapatan daerah pada
berdasarkan kas basis, artinya belanja & dasarnya sama yaitu kas basis, tetapi untuk
kepentingan penyusunan neraca digunakan modified
pendapatan daerah diakui pada saat kas
accrual basis. Artinya belanja modal atau investasi
dikeluarkan dari/diterima di kas daerah. dicatat sebagai aset di neraca daerah melalui jurnal
Pengeluaran belanja modal hanya dilapor- korolari :
kan dalam laporan realisasi anggaran, Debet : Aset Tetap
tidak dicatat sebagai aset tetap. Kredit : Ekuitas Dana
Sedangkan pengeluaran kasnya dijurnal dalam
laporan realisasi anggaran :
Debet : Belanja Modal
Kredit : Kas Daerah

Anggaran berimbang dan dinamis, dengan Surplus/(defisit) anggaran, dengan struktur


struk- tur anggaran Pendapatan Daerah sama anggaran : Pendapatan Daerah: xxx
dengan Belanja Daerah, tidak mengenal Belanja Daerah xxx
defisit atau surplus anggaran. Surplus/Déficit xxx
Pinjaman yang diperoleh oleh daerah dicatat Pembiayaan ; xxx
sebagai penerimaan daerah, yang seharusnya Pembiayaan digunakan untuk menutup defisit
merupakan sumber pembiayaan yang anggaran, seperti sumber dana dari pinjaman
digunakan untuk menutup defisit anggaran. dan penjualan aset daerah/ kekayaan daerah yg
dipisahkan.

2. Prinsip Dasar di Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah

a. Asas Bruto

Artinya tidak ada kompensasi antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

Misalnya Dinas Pendapatan Daerah memperoleh pendapatan dan untuk

memperolehnya diperlukan belanja, maka pelaporannya harus gross income artinya

pendapatan dilaporkan sebesar nilai pendapatan yang diperoleh, dan belanja

dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.

Contoh di lapangan, piutang pajak penerangan jalan umum (PPJU) yang harus
8

disetor oleh PLN tidak boleh dikompensasi dengan tunggakan listrik Pemda kepada

PLN.

b. Asas Universalitas

Artinya semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti

pula bahwa anggaran belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa

dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat membebani APBD. Asas ini juga

berlaku di negara lain.

c. Nilai Historis

Penilaian aset tetap daerah dilakukan dengan menggunakan nilai historis atau

nilai perolehan dan penyajian di neraca tanpa memperhitungkan penyusutannya

(depresiasi aset tetap). Penilaian aset daerah di neraca awal daerah dilakukan

melalui kegiatan inventarisasi secara pisik atas seluruh aset yang ada, dan dilakukan

konversi pengelompokkan aset daerah berdasarkan klasifikasi aset sesuai pedoman

SAKD yang ada. Kendala yang dihadapi di dalam penilaian aset daerah pada saat

penyusunan neraca awal daerah adalah : Dokumen historis atas aset-aset yang

berasal dari APBN (sebelum otonomi daerah), Aset-aset yang secara fisik ada tetapi

tidak tercatat di dalam daftar aset daerah, Bangunan bersejarah peninggalan nenek

moyang/zaman Belanda (herritage assets), Sumber-sumber daya alam (natural

resources) yang dimiliki oleh daerah untuk dimasukkan sebagai aset daerah
9

d. Kebijakan Akuntansi Atas Kendala Penyusunan Neraca Awal

Untuk aset berupa tanah/bangunan yang sulit diperoleh nilai historisnya

menggunakan nilai yang dapat diestimasikan, dilakukan oleh tim penilai yang

dibentuk oleh pemerintah daerah (melibatkan dinas-dinas teknis yang kompeten),

depresiasi atas aset tetap (bangunan dan kendaraan) tidak dilakukan, dan untuk aset

bersejarah dan sumber daya alam, dengan alasan adanya unsur ketidakpastian

(uncertainties) mengenai nilai ekonomisnya dan biaya ekspertis yang mahal untuk

menilai kandungan sumber daya alam, maka dalam laporan keuangan daerah hanya

dimasukkan sebagai catatan atas laporan keuangan atau disclosures, tidak

dicantumkan dalam neraca.

e. Neraca Daerah Menggunakan Classified Balance Sheet

Neraca dikelompokkan menjadi aset lancar dan tidak lancar, kewajiban lancar

dan tidak lancar serta ekuitas dana sebagai kelompok penyeimbang.

f. Struktur APBD Terdiri Dari Pendapatan, Belanja Dan Pembiayaan.

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri

dari belanja operasi dan belanja modal serta belanja lainnya (PP 105/2000

menggunakan istilah belanja tak tersangka). Klasifikasi ini sudah sejalan dengan

praktek-praktek internasional.

3. Struktur dan Bentuk Laporan Keuangan Daerah

Aktiva Kewajiban dan Ekuitas Dana


Kas - Bagian lancar utang jangka panjang
- Utang pajak (potongan PPN, PPH yang
belum disetor sampai dengan tgl neraca)
Investasi Jangka Panjang Utang Jangka Panjang
(seperti penyertaan modal pada BUMD (utang yang akan jatuh tempo lebih
atau pembelian obligasi jangka panjang) setahun):
10

Aktiva Kewajiban dan Ekuitas Dana


Aktiva Tetap (nilai perolehan): Ekuitas Dana :
Tanah Ekuitas Dana Lancar
Jalan dan Jembatan Ekuitas Dana Diiventasikan
Bangunan/Jaringan irigasi Ekuitas Dana Dicadangkan
Bangunan gedung
Kendaraan
Peralatan dan Mesin
Meubelair dan perlengkapan
Dana Cadangan
Aktiva Lain-lain (seperti bangunan
dalam pengerjaan dan

4. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan bagian dari pengelolaan

keuangan daerah secara keseluruhan. Hal ini didasari dengan adanya pertimbangan

yang tertera dalam:

- UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

- UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah serangkaian prosedur,

mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan

pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang

dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. SAPD memiliki

beberapa karakteristik, yaitu :

a. Basis Akuntansi

SAPD menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan

basis akrual untuk neraca. Dengan basis kas, pendapatan diakui dan dicatat pada

saat kas diterima oleh rekening Kas Daerah serta belanja diakui dan dicatat pada

saat kas dikeluarkan dari rekening kas daerah, sedangkan aset, kewajiban dan
11

ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat

kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah.

b. Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem ini didasarkan atas dasar persamaan dasar akuntansi, yaitu Aset =

Utang + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebit suatu perkiraan

dan mengkredit perkiraan yang lain.

SAPD meliputi prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi

pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah, dan prosedur

akuntansi selain kas. SAPD terdiri atas 2 subsistem, yaitu :

a. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah; dilaksanakan oleh PPKD (Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah) yang akan mencatat transaksi-transaksi yang

dilakukan oleh level pemda. Seperti : pendapatan dana perimbangan, belanja

bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan,

belanja tidak terduga, transaksi- transaksi pembiayaan, pencatatan investasi,

dan utang jangka panjang.

b. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah; dilaksanakan oleh Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD. Transaksi-transaksi yang terjadi di

lingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan oleh PPK SKPD.

Dalam konstruksi keuangan Negara, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu

SKPD dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Dalam pelaksanan

anggaran, transaksi yang terjadi di SKPKD dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu:
12

a. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja.

b. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD pada level pemda.

Pendapatan Belanja Pembiayaan


SATKER Pendapatan pajak Belanja pegawai
Pendapatan retribusi Belanja barang dan jasa
Lain-lain pendapatan yang sah Belanja modal
PEMDA Dana perimbangan Belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan Penerimaan pembiayaan
sosial, bagi hasil, bantuan ke uangan,
belanja tidak terduga

Lain-lain pendapatan yang sah Pengeluaran pembiayaan

5. Siklus Akuntansi

Dalam akuntansi pemerintahan, siklus akuntansi yang digunakan sama

dengan siklus akuntansi pada umumnya. Berikut ini merupakan beberapa tahapan

dalam siklus akuntasi.

Penyajian laporan keuangan pemerintahan berbeda dengan perusahaan atau

komersial. Berikut adalah beberapa perbedaan laporan keuangan yang disajikan

pada organisasi pemerintahan dan organisasi komersial.


No Laporan Keuangan Perusahaan/Komersial Laporan Keuangan Pemerintah/Publik
1 Laporan Laba-Rugi ( Income Statemen Report ) Laporan Realisasi Anggaran (Surplus/Defisit )
2 Laporan Neraca ( Balanced Report ) Laporan Aliran/Arus Kas
3 Laporan Perubahan Modal Laporan Neraca
4 Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan Keuangan
5 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
6 Laporan Operasional
7 Laporan Perubahan Ekuitas
13

Laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi perusahaan terdiri dari

laporan laba rugi, laporan neraca, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas

sedangkan laporan keuangan yang pemerintahan tidak mempunyai laporan laba

rugi. Namun sebagai gantinya pada pemerintahan terdapat laporan realisasi

anggaran. Hal ini didasarkan bahwa dalam pencatatan laporan pemerintah tidak

berorientasi pada laba atau profit.

a. Laporan Realisasi Anggaran ( Surplus/Defisit )

Laporan realisasi anggaran merupakan bentuk pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD oleh pemerintah daerah, karena mencakup sumber pendanaan,

alokasi anggaran, dan penggunaan sumber ekonomi yang dikelola Pemerintah

daerah. Dalam laporan ini anggaran yang sudah dilaksanakan dapat

diperbandingkan dengan periode berikutnya.

b. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber penggunaan,

perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi, dan saldo kas dan setara

kas pada tanggal pelaporan.

c. Laporan Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan

suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan (CaLK) adalah salah satu unsur laporan

keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau
14

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai.

CaLK mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:

- Mengungkapkan informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas

Akuntansi

- Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi

makro

- Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan

berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

- Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-

transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya

- Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada

lembar muka laporan keuangan

- Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang belum disajikan dalam lembar muka

laporan keuangan

- Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan


15

B. Persamaan Akuntansi
1. Perusahaan

2. Pemerintah / Publik

1. Contoh Kasus

Berikut ini informasi yang diperoleh dari Laporan Pemerintah Daerah RIZKY

Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut:

Penerimaan
Tahap/jenis Pendapatan Belanja
Pembiayaan

Pengesahan Rp 10.000 Rp 13.000 Rp 1.500

Realisasi Rp 9.000 Rp 10.000 Rp 1.500

Diasumsikan bahwa pendapatan hanya diperoleh dari pendapatan yang berasal dari

pajak-pajak daerah. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun lalu

adalah Rp 1.500. Sedangkan sumber penerimaan pembiayaan Pemda selain berasal


16

dari saldo tahun lalu juga berasal dari Pinjaman Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.500.

Tidak dilakukan pengeluaran pembiayaan untuk tahun 2019. Belanja dilakukan

hanya untuk belanja pegawai Rp 10.000 dan pembangunan gedung sekolah senilai

Rp 3.000 dan realisasinya belanja pegawai Rp 7.500, belanja pembangunan gedung

Rp 2.500.

Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31 Desember 2018 (neraca awal)

adalah sebagai berikut:

Diminta:

1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!

2. Buat Neraca Pemerintah Daerah RIZKY Tahun 2019!


17

1. Persamaan Akuntansi Pemerintahan

Aset Utang Kepada Ekuitas Dana Ekuitas Dana Ekuitas Dana


Kas Dana Cadangan Keterangan
Tetap Pemerintah Pusat Lancar Investasi Cadangan

DEBIT (Rp) KREDIT (Rp)

1.500 3.000 500 - 1.500 3.000 500 Neraca Awal

9.000 - - - 9.000 - - Pendapatan

10.500 3.000 500 10.500 3.000 500

- 7.500 - - - - 7.500 - - Belanja Operasi

3.000 3.000 500 3.000 3.000 500

- 2.500 - - - - 2.500 - - Belanja Modal

500 3.000 500 500 3.000 500

- 2.500 - - - 2.500 - Belanja Modal: Pengakuan Aset Tetap

500 5.500 500 500 5.500 500

Penerimaan Pembiayaan dari Pinjaman


1.500 - - - 1.500 - -
Pemerintah Pusat

2.000 5.500 500 2.000 5.500 500

Pengakuan Penerimaan Pembiayaan


- - - 1.500 - - 1.500 -
dari Pinjaman Pusat

2.000 5.500 500 1.500 2.000 4.000 500


18

2. Neraca Akhir

PEMDA RIZKY
NERACA
PER 31 DESEMBER 2019
(dalam rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Utang Jk. Panjang
Kas 2.000 Utang Kepada Pemerintah Pusat 1.500
Total Aset Lancar 2.000 Total Utang Jk. Panjang 1.500

Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar


Aset Tetap 5.500 SiLPA 2.000
Dana Cadangan 500 Ekuitas Dana Investasi
Total Aset Tetap dan Lainnya 6.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 5.500
Dana YHD untuk Pembayaran
Utang Jk. Panjang (1.500)
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 500
Total Ekuitas Dana 6.500
Jumlah Aset 8.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 8.000
Ket: YHD = Yang Harus Disediakan
19

C. Kedudukan dan Lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi terdiri dari 3 bidang utama, yakni akuntansi komersial/perusahaan,

akuntansi pemerintahan, dan akuntansi sosial. Dalam akuntansi komersil, data

akuntansi digunakan untuk memberikan informasi keuangan kepada manajemen,

pemilik modal, penanam modal, kreditor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan

dengan perusahaan tersebut. Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi

digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan

pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan masyarakat. Akuntansi

sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan pada lembaga dalam

artian makro, yang melayani perekonomian nasional. Sebagai contoh adalah neraca

pembayaran negara, rekening arus dana, rekening pendapatan, dan produksi

nasional, serta neraca nasional. Lingkup akuntansi pemerintah dapat dibagi dua

adalah sebagai berikut :

1. Akuntansi Pemerintahan Pusat.

2. Akuntansi Pemerintahan daerah, yang terdiri dari

a. Akuntansi pemerintahan provinsi.

b. Akuntansi pemerintahan kabupaten/kota.

Salah satu tujuan dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan

informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan

laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan, dan digunakan

sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan keuangan masa lalu dalam

rangka mengambil ke putusan ekonomi yang diperlukan yang diperlukan pihak

ekternal pemda untuk masa yang akan dating. Laporan keuangan yang dihasilkan
20

oleh akuntansi keuangan daerah akan digunakan oleh berbagai pihak ekternal

tersebut.

Gambar 1

Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi
Keuangan
Daerah

Provinsi Kab/Kota
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilaksanakan pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan :

1. Proses akuntansi keuangan daerah telah mengalami pembaharuan dimana

sebelumnya menggunakan sistem lama yaitu Manual Administrasi Keuangan

Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 digantikan dengan sistem baru

sehingga dapat mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan Laporan

Keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus kas sesuai PP 105/2000 Pasal 18.

Prinsip-prinsip akuntansi keuangan daerah terdiri dari asas bruto, universalitas,

historis, kebijakan penyusunan neraca awal, neraca daerah menggunakan classified

balance sheet, dan struktur APBD. Terdapat dua jenis satuan kerja yakni satuan

kerja perangkat daerah dan satuan kerja pengelola keuangan daerah. Siklus

akuntansi keuangan daerah tidak jauh berbeda dengan siklus akuntansi keuangan

perusahaan. Adapun output akuntansi keuangan daerah terdiri dari Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Slado

Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan CaLK.

2. Persamaan akuntansi keuangan daerah memiliki beberapa perbedaan dalam

hal persamaan akuntansi apabila dibandingkan dengan persamaan akuntansi

keuangan bisnis. Perbedaan tersebut ialah Modal dalam keuangan bisnis disebut

dengan Ekuitas Dana dalam keuangan daerah dan Biaya dalam keuangan bisnis

21
22

disebut dengan Belanja dalam keuangan daerah. Selain kedua hal diatas, dalam hal

pengertian dari persamaan tersebut ialah sama.

3. Akuntansi keuangan daerah dalam kedudukan apabila ditilik melalu struktur

Akuntansi secara keseluruhan, merupakan bagian dari akuntansi pemerintah

dimana data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi

ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, dan

masyarakat. Akuntansi Keuangan daerah secara spesifik dibagi menjadi dua yakni

Provinsi dan Kota / Kabupaten


DAFTAR PUSTAKA

Hazanah, Fauzi. 2017. Akuntansi Pemerintahan. Bogor: In Media

Sugiarta, Nyoman. 2016. Bahan Ajar Pengantar Akuntansi Pemerintahan


Pendekatan APBN. Denpasar: Politeknik Negeri Bali

23

Anda mungkin juga menyukai