Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdullilah rasa syukur kepada Allah SWT tak henti-hentinya terlontarkan, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya proses pembuatan makalah ini dapat terselesaikan guna
memenuhi dan melengkapi tugas akuntansi sektor publik. Pada makalah ini kami akan
membahas tentang “Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan Daerah”.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan hambatan dan
kesalahan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat
terselesaikan. Kami menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang
membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya
sehingga terwujudnya makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar ............................................................................... 3
B. Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan…………………………5
C. Macam Dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah…………..7
D. gambaran Umum Penatausahaan Keuangan Daerah…………………….10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iv

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanan, pelaksanaan,
penatausahaan akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah khusunya yang berkenaan dengan akuntansi,
pelaporan dan pertanggungawaban mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu
antara lain UU No. 17 thn 2003 tentang keuangan Negara, UU No. 15 thn 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. UU No. 32 thn 2004
tentang pemerintah daerah, peraturan pemerintah No. 24 thn 2005 tentang standar
Akuntansi Pemerintah, dan peratura pemerintah No.58 thn 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah apa dan bagaimana konsep
dasar akuntansi pemerintah daerah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka tujuan penulisannya adalah mengetahui konsep
dasar akuntansi pemerintah daerah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

Ilmu pengetahuan akuntansi berkembang menjadi dua kelompok besar, yaitu


akuntansi (accounting) dan auditing (audit). Ilmu pengetahuan akuntansi terbagi lagi
menjadi tiga bidang, yaitu akuntansi komersial (business accounting),akuntansi
pemerintah (governmental accounting), dan akuntansi sosial (social accounting).

1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan


Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang diterima umum. Akuntansi
pemerintahan memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah
satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Pengertian akuntansi adalah satu proses
pegumpulan dan pengelolaan data secara sistematis serta pengkomunikasian informasi
keuangan yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja
organisasi. Sedangkan menurut PP 58/2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
sistem akuntansi pemerintah merupakan serangkaian prosedur mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pemerintah daerah.
2. Ciri-Ciri Umum Entitas Yang Menjalankan Akuntansi Pemerintah Adalah:
a. Non-Profit Movite
b. Sumber pendanaan dari pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba
BUMN/BUMD, penjualan aset negara dsb
c. Pertanggungjawaban keuangan dan operasional kepada masyarakat (publik) dan
parlemen (DPR/DPRD)
d. Struktur organisasi bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis
e. Karakteristik anggaran terbuka untuk publik

5
Berdasarkan pengertian di atas akuntansi pemerintahan adalah akuntansi yang
digunakan dalam suatu organisasi pemerintahan/lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba, dan merupakan suatu bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang utuh.
Pemerintah sebagai entitas yang menjalankan akuntansi publik memiliki tujuan
menjalankan pemerintahan dengan baik dan supaya tujuan negaranya menjadi
terwujud. Tujuan akuntansi pemerintah memang bukan mutlak mencari laba, namun
bukan berarti diharamkan mencari laba. Atas nama terselenggaranya kehidupan
bernegara lebih baik, laba dapat juga diambil, tentu dengan mementingkan pelayanan
kepada masyarakat terlebih dahulu.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks
dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya
disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga
kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintah
(Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara
dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas, organisasi politik dan
organisasi massa serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
3. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Pemerintah mempunyai lingkungan yang berbeda dengan sektor swasta. Hal ini
harus menjadi pertimbangan dalam mengembangkan sistem akuntansi pemerintahan.
Prinsip-prinsip dan standar akuntansi dan pelaporan harus dipahami dalam
hubungannya dengan lingkungan tempat prinsip itu diterapkan, serta harus jufa
mempertimbangkan para calon pengguna laporan keuangan.
Govermental Finance Officers Association mengemukakan bahwa untuk dapat
memahami model akuntansi pemerintahan dengan tepat diperlukan pemahaman
mengenai tiga hal, yaitu struktur pemerintahan, sifat dari sumber daya, dan proses
politik sebagaimana dikuti oleh Sugiyanto dkk (2, 1995).
4. Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan pada umumnya diperlukan untuk melindungi dan
melayani kebutuhan warga negaranya. Pada pemerintahan demokrasi, struktur

6
pemerintahan berdasarkan sistem check and balances yang dilakukan dengan pemisahan
fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kesuksesan suatu pemerintahan tidak
ditentukan dari jumlah laba yang maksimal, tetapi diukur dari mutu pelayanan dan
efesiensi dalam penggunaan anggaran. Ketiga lembaga dalam sistem trias politika
tersebut bisa jadi memandang dengan pendekatan berbeda mengenai bagaimana warga
negara dilayani dan dilindungi dengan sebaik-baiknya.
5. Sifat Sumber Daya
Tidak terdapat hubungan langsung antara barang dan jasa yang diberikan dengan
harga yang harus dibayar oleh pembeli. Sangat sulit diidentifikasikan hubungan antara
pajak yang dibayar dengan jasa yang diterima. Misalnya, suatu individu tidak akan
pernah menerima jumlah barang dan jasa yang sama dengan jumlah pajak yang telah
dibayar kepada pemerintah.
Selain itu, berkaitan dengan sumber daya, pemerintah harus menginvestasikan
sebagian penerimaannya dalam aktiva yang tidak secara langsung menghasilkan
pendapatan, seperti jalan, jembatan, bangunan umum, dan lainnya. Hal ini tentunya
berbeda dengan perusahaan, dimana seluruh asetnya pada umumnya adalah untuk
menghasilkan pendapatan.
6. Prose Politik
Politik memegang peranan penting dalam negara demokrasi. Rakyat atau warga
negara melalui wakil-wakilnya dapat mempengaruhi pemerintah. Rakyat dapat menekan
pemerintah agar memberikan sejumlah yang maksimum kepada rakyat dengan jumlah
pembayaran pajak yang minimum. Selain itu di sektor publik, pemerintah harus
menginvestasikan sejumlah sumber daya ke dalam aktiva yang tidak secara langsung
menghasilkan pendapatan seperti tanaman, jalan dan bangunan umum lainnya. Hal-hal
diatas merupakan alasan perlunya akuntansi pemerintahan yang terpisah dengan
akuntansi komersil, baik dalam pelaporan maupun standar akuntansinya.
7. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi

7
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efesiensi, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
periode pelaporan untuk kepentingan:
(a) Akuntabilitas
(b) Manajemen
(c) Transparansi
(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
B. Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Menurut PP 71 tahun 2010, Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan
dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuatan standar dalam
menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan
kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan. Delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah:
1) Basis Akuntansi; basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan
ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan
dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian. Basis akrual untuk
LO berarti bahwa pendapatan diakui saat hak untuk memperoleh pendapatan telah
terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/ Daerah atau
oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah dipenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dair
rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan
pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO. Dalam hal anggaran
disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis
kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas
diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta
belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana anggaran disusun

8
dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis
akrual. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.
2) Prinsip Nilai Historis; Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh asset
tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang
dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada
penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak
terdapat nilai historis, dapat digunkan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
3) Prinsip Realiasi; bagi pemerintah, pendapatan Basis kas yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan
utnuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA masih
merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui
setelah diotorisasi melalui anggaran dan teha menambah atau mengurangi kas. Prinsip
layak temu biaya-pendapatan (matching-cost againstrevenue principle) dalam
akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam
akuntansi komersial.
4) Prinsip Substansi Mengungguli bentuk formal; informasi dimaksudkan untuk
menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan,
maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya. Maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas
laporan keuangan.
5) Prinsip Periodisitas; kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan
perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur
dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang

9
digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga
dianjurkan.
6) Prinsip Konsistensi; perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi
internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode
akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat di ubah
dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang
lebih baik dibandingkan metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
7) Prinsip Pengungkapan Lengkap; laporan keuangan menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan
atau Catatan atas Laporan Keuangan.
8) Prinsip Penyajian Wajar; laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
C. Macam Dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi


para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan;
b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

10
e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelapoan.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normative yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan persyaratan normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan,
andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa
lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/ deficit-Laporan
Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
Komponen Laporan Keuangan terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL), Neraca, Laporan
Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). (Catatan: Pada saat SAP Berbasis Akrual
belum diterapkan, Komponen Laporan Keuangan hanya terdiri dari: Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
1. Laporan Realisasi Anggaran
Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran sebagai berikut:
a. Pendapatan
b. Belanja
c. Pembiayaan
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebh menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

11
3. Neraca
Unsur yang dicakup dalam neraca berikut:
a) Aset
b) Kewajiban
c) Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
Unsur-unsur yang dicakup oleh laporan arus kas sebagai berikut:
a) Penerimaan kas
b) Pengeluaran kas
5. Laporan Operasional (LO)
Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan operasional antara lain sebagai
berikut:
a) Pendapatan-LO
b) Beban
c) Transfer
d) Pos Luar Biasa.
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiscal/keuangan dan
pencapaian target Perda APBD, berikut kedala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target;
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Menyajikan penjelasan, rincian dan/atau analisis dari setiap pos pada laporan
keuangan;

12
e. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

D. Gambaran Umum Penatausahaan Keuangan Daerah


1) Pemegang kekuasaan Keuangan Daerah
Di dalam Pasal 6, UU No. 17 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Presiden selaku Kepala
Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan sebagaima dimaksud selanjutnya:
a) Dilaksanakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiscal dan Wakil
Pemerintah da;am kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
b) Dikuasakan kepada menteri/ pimpinan lembaha selaku pengguna
anggaran/pengguna barang kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya;
c) Diserahkan kepada gubernur/bupati/ walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemimpinan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Berdasarkan ketentuan diatas, kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala
daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggaralan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
Kepala daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupatem
atau walikota nagi daerah kota. Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah, selanjutnya melimpahkaan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:
(1) Sekretaris daerah selaku coordinator pengelola keuangan daerah;
(2) Kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) selaku pejabat pengelola
keuangan daerah (PPKD); dan
(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada kepala daerah.
2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pejabat pengelola keuangan daerah (selanjutnya disingkat PPKD) adalah kepala satuan
kerja pengelola keuangan daerah (selanjutnya disingkat SKPKD), yang mempunyai tugas

13
melaksanakan pengelola APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah (BUD).
PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah.
PPKD selaku BUD menunjukkan pejabat di lingkungan SKPKD selaku kuasa
BUD, yang melaksanakan sebagian tugas BUD. Penunjukan kuasa BUD tersebut
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD mempertanggungjawabkan
seluruh pelaksanaan tugasnya kepada PPKD.
3) Pejabat Pengguna Anggaran/Barang
Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang. SKPD dikepalai oleh kepala
SKPD yang merupakan Pengguna Anggaran/ pengguna barang bagi SKPD yang
dupimpinnya. Dalam kapasitasnya sebagai pengguna anggaran (PA ), kepala SPKD
merupakan pejabat pemegang kewenangan pengguunaan anggaran untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya, sedang dalam kapasitasnya sebagai
pengguna barang , kepala SKPD merupakan pejabat pemegang keweangan penggunaan
barang milik daerah.
Dalam melaksanakan tugas-tugas, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang (kepala
SKPD) dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada
SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
SKPD. Pelimpahan sebagian kewenangan pengguna anggaran tersebut ditetapkan oleh
kepala daerah atas usul kepala SKPD dan didasarkan pada; pertimbangan tingkat daerah.
Besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi,
rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.
Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepad pengguna anggaran/pengguna barang
4) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam dokumen pelaksanaan anggaran
(DPA) SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD).

14
PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.
5) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran dalam
melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabar pada unit kerja SKPD selaku
pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK). Penunjukkan pejabat tersebut didasarkan pada
pertimbangan kompentensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau
rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
6) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Bendahara penerima dan pengeluaran ditetapkan oleh kepala daerah atas usul PPKD untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran SKPD maupun
PPKD. Sebutan bendaharan penerima umumnya diartikan sebagai benddaharan
penerimaan di SKPD, sedangkan bendahara penerimaan di PPKD biasanya disebut
Bendahara Penerimaan PPKD. Demikian juga, sebutan bendahara pengeluaran umum dan
pengeluaran PPKD juga sama.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD. Sedangkan secara
Administratif, keduanya bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PA (kepala
SKPD) atau KPA.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanan, pelaksanaan,
penatausahaan akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. Adapun dengan konsep akuntansi pemerintahan daerah diharapkan dapat
membantu menunjukan transaparansi sesuai dengan prosedur yang ada yang dibuat oleh
pemerintah pusat. Pemerintah daerah dapat mengelola keuangan sendiri untuk demi
pembangunan daerah dan hasilnya dilaporkan ke pemerintah pusat.

16
DAFTAR PUSTAKA
Jalil Haq Ahsanul. 2017.Konsep Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah.
https://www.scribd.com/document/338817085/2-Konsep-Dasar-Akuntansi
Pemerintahan-Daerah. (diakses tanggal 13 April 2018)

17

Anda mungkin juga menyukai