Aspek perencanaan;
1. Anggaran operasional,
2. Anggaran modal
Anggaran Operasional (operation/recurrent budget)
IKHTISAR
1. Cenderung sentralistis
2. Bersifat spesifikasi
3. Tahunan
4. Mengggunakan prinsip anggaran bruto
Incrementalism
Line-item
1.
Komprehensif/komparatif
2.
Terintegrasi dan lintas departemen
3.
Proses pengambilan keputusan yang rasional
4.
Berjangka panjang
5.
Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6.
Analisis total cost dan benefit (termasuk
opportunitycost)
7. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan
sekedar input
8. Adanya pengawasan kinerja
E. ANGGARAN KINERJA
REPORT THIS AD
Posted by hpweblog
1. 1. ANGGARAN TRADISIONAL
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara berkembang dewasa
ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang
didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang
bersifat line-item. Ciri lain melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (c)
cenderung sentralitis; (d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan (f) menggunakan prinsip anggaran
bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan
besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut
gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak
tersedianya berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat keputusan penggunaan anggaran.
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang tersebut. Anggaran tradisional bersifat incrementalism, yaitu hanya
menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya
penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Pendekatan semacam ini
tidak saja belum menjamin terpenuhinya kebutuhan rill, namun juga dapat mengakibatkan
kesalahan yang terus berlanjut. Hal ini disebabkan karena kita tidak pernah tahu apakah
pengeluaran periode sebelumnya yang dijadikan sebagai tahun dasar penyusunan anggaran tahun
ini telah didasarkan atas kebutuhan yang wajar.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas
dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-item budget tidak
memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada
dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara rill item tertentu sudah tidak relevan lagi
untuk digunakan pada periode sekarang. Karena sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran
tradisional tidak memungkinkan untuk dilakukan penilaian kinerja secara akurat, karena satu-
satunya tolok ukur yang dapat digunakan adalah semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan
dana yang diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-itemdilandasi alasan adanya orientasi
sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut,
anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya
pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan darp pajak, atau pengeluaran untuk gaji,
pengeluaran untuk belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai
dengan pengeluaran yang dilakukan.
1. 2. ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM (New Public Management)
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup
drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birorkratis ,dan hierarkis menjadi
model menajemen sektor publik yang feksibel dan lebih mengakomodasi pasar perubahan tersebut
telah merubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam menejemen sektor publik tersebut adalah
pendekatan New Public Management.
Model New Public Management mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali populer tahun 1990-an
yang mengalami beberapa bentuk inkarnasi, misalnya munculnya konsep “managerialism” ( Pollit,
1993 ); “market-based public administration“ ( Lan,Zhiyong,And Rosenbloom, 1992 ) ; “post-
bureaucratic paradigm” (Barzelay, 1992 ); dan “entrepreneurial government“ (osborne and
gaebler, 1992). New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
beroroentasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan penggunaan paradigma New Public
Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah
tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya, dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Managementadalah model pemerintahan yang di
ajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam pandanganya yang dikenal dengan
konsep “reinventing government”. Perspektif baru pemerintah menurut osborne dan gaebler
tersebut adalah : Pemerintahan katalis, Pemerintah milik masyarakat, Pemerintah yang
kompetitif, Pemerintah yang digerakkan oleh misi, Pemerintah yang berorientasi hasil, Pemerintah
berorientasi pada pelanggan, Pemerintah wirausaha, Pemerintah antisipatif, Pemerintah
desentralisasi, Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar.
Munculnya konsep New Public Management berpengaruh langsung terhadap konsep anggaran
publik. Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran dari model anggaran
tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja. Berikut ini akan dibahas jenis-
jenis anggaran dengan pendekatan New Public Management.
1. A. ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran
tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan public. Anggaran
dengan pendekatan kinerja sangat menakankan pada konsep value for money dan pengawasan
atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan
prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan
keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut anggaran kinerja dilengkapi dengan
teknik penganggaran analitis.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu, anggaran
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada
pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak
pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur
tangan, pemerintah akan menyalagunakan kedudukan mereka dan cenderung boros
(overspending). Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi
dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan dan audit kinerja,
serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah dipaksa bertindak berdasarkan cost
minded dan harus efisien. Selain didorong untuk menggunakan dana secara ekonomis, pemerintah
juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat
mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolak ukur sebagai standar
kinerja.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan
program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran program.
Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan
program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut.
Kegiatan tersebut mencakup pula penetuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program, serta penentuan indicator kinerja yang digunakan sebagai tolak ukur dalam mencapai
tujuan program yang telah ditetapkan.
Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu: Identifikasi unit-unit keputusan, Penentuan
paket-paket keputusan, Meranking dan mengevaluasi paket keputusan.
PBBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang beriorientasi pada
output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis
ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur organisasi tradisional dari divisi-
divisi, namun berdasarkam program, yaitu pengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan
tertentu. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukkan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya. Hal tersebut disebabkan
sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak
terbatas jumlahnya. Dalam keadaan tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternative
keputusan yang memberikan manfaat paling besar pada pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan. PPBS memberikan rerangka untuk membuat pilihan tersebut.
Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi : Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan
unit organisasi dengan jelas, Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, Mengevaluasi berbagai alternative program dengan menghitung pos
benevit dari masing-masing program, Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan
biaya yang kecil, Alokasi sumber daya kemasing-masing program yang disetujui. PPBS
mensyarakatkan organisasi menyusun rencana jangka panjang untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui program-program. Kuncinya adalah bahwa program-program yang disusun harus terkait
dengan tujuan organisasi dan tersebar keseluruh bagian organisasi. Pemerintah harus dapat
mengidentifikasi struktur program dan melakukan analisis program. Struktur program merupakan
semacam kerangka bangunan dari desain sistem PPBS. Analisis program terkait dengan kegiatan
analisis biaya dan manfaat dari masing-masing program sehingga dapat dilakukan pilihan. Untuk
mendukung hal tersebut PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih agar dapat memonitor
kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi. Sistem pelaporan anggaran PPBS harus mampu
melaporkan hasil (manfaat) program bukan sekedar jumlah pengeluaran yang telah dilakukan.
Pengertian anggaran menurut mardiasmo (2009) adalah estimasi kinerja yang hendak di
capai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Sedangkan
anggaran sektor publik merupakan rencana kegiatan dalam bentuk perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Undang – undang no . 17 tahun 2003 tentang keuangan negara menyatakan bahwa
anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi. Anggaran
sebagai instrumen kebijakan ekonomi berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian negara serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai
tujuan bernegara.
Pendekatan anggaran yang digunakan oleh Indonesia saat ini adalah Penganggaran
Berbasis Kinerja (Performance based budget). Penganggaran berbasis kinerja (BPK)
merupakan suatu pendekatan sistem anggaran yang memperhatikan efektifitas antara
pendanaan dan kinerja yang diharapkan. PBK ini membutuhkan rencana strategis yang
terdiri dari visi/ misi, sasaran, tujuan dan indikator kinerja. Proses penganggaran berbasis
kinerja dilakukan berdasarkan data dan informasi yang faktual atau valid.
Dalam DIPA dimuat fungsi kegiatan yang akan dilaksanakan, hasil (outcome) yang akan
dicapai, indikator kinerja sebagai ukuran capaian program atau kegiatan, keluaran
(output) yang dihasilkan, pagu yang dialokasikan, rencana penarikan dana yang akan
dilaksanakan dan penerimaan yang diperkirakan dapat dipungut. Dengan melihat
indikator, output dan outcome maka dapat dinilai efektifitas dan efisiensi dari kegiatan
yang dilaksanakan.
Dalam PBK, perencanaan strategis dan pengukuran kinerja dilakukan dalam satu siklus.
Data indikator pengukuran kinerja digunakan sebagai basis informasi tentang outcome
pencapaian dan evaluasi suatu program. Informasi kinerja tersebut kemudian menjadi
bahan masukan dalam pengambilan keputusan, evaluasi transparansi dan kuntabilitas
pelaksanaan program pembangunan. Sehingga Perencanaan strategis dan
Penganggaran berbasis Kinerja (PBK) memungkinkan perbaikan yang berkelanjutan
atas suatu proses perencanaan dan penganggaran karena kinerja di ukur berdasarkan
hasil yang telah di capai.
Penyerapan anggaran
Dengan demikian maka anggaran pemerintah yang telah di susun tidak mencapai
sasaran yang diinginkan karena sebenarnya anggaran disusun untuk membiayai
kegiatan atau program strategis yang penting bagi Indonesia. hal ini mencerminkan
ketidakcermatan dan inefisiensi dalam penyusunan dan alokasi anggaran.
Masalah terkait anggaran lainnya adalah biasanya realisasi belanja lebih rendah dari
anggaran yang telah direncanakan. Realisasi belanja pemerintah pusat dan daaerah
yang kurang atau lebih berarti terjadi ketidakefektifan dalam perencanaan anggaran.
Faktor yang menyebabkan rendahnya penyerapan anggaran daerah adalah antara lain :
1. Lemahnya perencanaan anggaran yang menyebabkan program sering
direvisi dan akhirnya dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
2. Lamanya proses pembahasan anggaran hingga program tidak dapat
segera dilaksanakan pada awal tahun anggaran.
3. Lambatnya proses tender karena ketidakpahaman tentang aturan
pengadaan barang dan jasa dan tata laksana pengelolaan anggaran
4. Ketakutan menggunakan anggaran akibat banyaknya penyimpangan
pelaksanaan program yang akhirnya menyebabkan para pejabat berurusan
dengan hukum.
Sumber :
Sistem penganggaran yang diterapkan di Indonesia menurut yang diamanatkan oleh Undang-
Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah penganggaran berbasis
kinerja. Sistem penganggaran berbasis kinerja berfokus pada hasil yang dicapai dari penggunaan
sumber daya. Dulu dalam pengalokasian anggarannya, Indonesia menggunakan sistem
tradisional dimana berfokus pada bagaimana merinci program dalam kegiatan dan biayanya
sehingga terbentuk alokasi anggaran yang menyeluruh atas program, tetapi telah berubah
menjadi penganggaran berdasarkan kinerja.
Gambar diatas merupakan kerangka penganggaran berbasis kinerja (PBK) yang digunakan di
Indonesia, berupa tingkat kinerja apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam rangkan
mendukung pencapaian hasil/outcome (baik outcomeprogram ataupun outcome nasional).
Pelaksanaan pencapaian outcome dilekatkan pada tugas dan fungsi suatu organisasi supaya jelas
akuntabilitasnya. Walaupun konsep pada gambar tersebut berkaitan dengan penganggaran
pemerintah, namun banyak pihak di dalam pemerintah itu sendiri mengalami kesulitan dalam
mencerna dan menghubungkan konsep tersebut dengan kenyataan yang ada pada saat ini.
Sistem penganggaran di Indonesia yang pusat dikelola melalui adanya APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara yang disetujui oleh lembaga legislatif (DPR). Tahun anggaran meliputi masa satu tahun,
yaitu mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 30 Desember.
Berikut adalah hal-hal mengenai penyusunan dan penetapan APBN di Indonesia:
APBN yang telah ditetapkan dengan UU, kemudian pelaksanaannya ditetapkan sebagai berikut:
Anggaran di Indonesia (dalam hal ini APBN/D) memiliki berbagai fungsi, yaitu:
Saat ini, sebagai upaya untuk menerapkan secara penuh sistem anggaran berbasis kinerja di
sektor publik maka dalam anggaran berupaya dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar
sesuai dengan yang digunakan secara internasional. Perubahan-perubahan itu dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.
Perkembangan Sistem Anggaran Publik
Diposkan oleh medusyam | Label: Manajemen Keuangan Publik
undefinedundefinedundefined
Perkembangan Sistem Anggaran Publik
Anggaran Tradisional dan Anggaran New Public
Management
semoga bermanfaat!
PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN, PRINSIP-PRINSIP SIKLUS
DAN PENDEKATAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran dilakukan dalam satu periode dan merupakan satu
rangkaian proses yang saling berkaitan. Adapun proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan yaitu
:
1. Untuk memberikan bantuan pada organisasi sektor publik agar dapat mencapai tujuan dan meningkatkan
koordinasi antar bagian dalam lingkungan.
2. Untuk membantu menciptakan efisiensi, efektifitas dan asas keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses prioritas.
4. Faktor lain yang mempengaruhi anggaran seperti peraturan baru, inflasi, fluktuasi pasar, bencana alam,
dan lain sebagainya.
Pokok-pokok prinsip siklus anggaran harus diketahui oleh penyelenggara pemerintahan. Siklus
anggaran tersebut ada 4 tahap yaitu :
Tahap ratifikasi merupakan tahap pengesahan anggaran. Tahap ini melibatkan proses politik yang cukup
rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut untuk memeiliki manajerial skill dan political skill,
salesmanship dan coalition holding yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk
memberikan argumen yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan yang disampaikan oleh
legislatif.
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik
adalah sistem akuntansi, sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer
keuangan publik dalam hal ini bertanggungjawab menciptakan sistem akuntansi keuangan yang memadai
dan hal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, bahkan dapat diandalkan
untuk penyusunan periode anggaran tahun berikutnya.
Tahap ini adalah tahap akhir dalam siklus penganggaran. Pada tahap ini anggaran dipertanggungjawabkan
dalam bentuk laporan dan dievaluasi pelaksanaannya.
Terdapat 2 macam pendekatan yang dipakai dalam melakukan penyusunan anggaran yaitu :
1. Anggaran Tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di negara berkembang.
Terdapat beberapa ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu :
a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism yaitu dalam membuat
anggaran saat ini adalah dengan melakukan penambahan dan pengurangan anggaran tahun sebelumnya
tanpa mengkaji lebih dalam. Kelemahannya adalah karena tidak melakukan pengkajian mendalam dalam
membuat anggaran, maka menyebabkan kesalahan yang berkelanjutan dan juga tidak menjamin tidak
terpenuhinya kebutuhan yang riil.
b. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item yaitu bahwa anggaran yang dibuat berdasarkan
penerimaan dan pengeluaran dan tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, meskipun ada penerimaan dan pengeluaran yang
sudah tidak relevan untuk periode sekarang. Sehingga kinerja penilaian hanya bertolak ukur pada
ketaatan menggunakan dana yang diusulkan saja.
c. Cenderung sentralistis
Bahwa penyiapan anggaran dilakukan secara terpusat dan informasinya tidak memadai, maka penilaian
kinerja tidak maksimal dan akan mengakibatkan kesenjangan anggaran.
d. Bersifat spesifikasi
Pembuatan anggaran yang fokus, maka dibuatlah terpisah antara pengeluaran operasional dan
pengeluaran modal.
e. Tahunan
Untuk proyek investasi, pembuatan anggaran tahunan terlalu pendek, sehingga mengakibatkan muncul
praktek-praktek yang tidak diinginkan seperti korupsi dan kolusi.
Membuat anggaran yang dibuat kurang sistematik, karena jumlahnya masih kotor dan seharusnya jumlah
bersih.
Pendekatan ini lebih sistematis dalam merencanakan anggaran dibandingkan dengan pendekatan
tradisional. Ciri-ciri pendekatan ini yaitu :
a. Komprehensif/komparatif
d. Berjangka panjang
Ada beberapa teknik yang dikembangkan dalam pendekatan anggaran New Public Management
(NPM) yaitu :
Merupakan sistem yang mencakup penyusunan program sekaligus dengan tolak ukur kinerja sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan organisasi sektor publik.
Teknik penyusunan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini, bukan berpedoman pada anggaran
yang sudah dibuat tahun lalu. Diasumsikan anggaran dimulai dari nilai 0.
c. Sistem Planning, Programing, dan Budgeting (PPBS)
Teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang berorientasi pada keluaran dan tujuan
dengan menekankan pada pengalokasian sumber daya. Sistem anggaran PPBS ini mendasarkan program
dengan cara mengelompokkan aktivitas. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan
untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih
baik. Mengingat sumber daya pemerintah terbatas, sedangkan tuntutan masyarakat tidak terbatas.
Sehingga pemerintah harus memilih alternatif keputusan yang bermanfaat paling besar dalam pencapaian
tujuan organisasi. Teknik ini mampu memberikan gambaran untuk membuat pilihan-pilihan tersebut.
Referensi :
Wiratna Sujarweni, 2015. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
No comments:
ANGGARAN BERBASIS KINERJA
PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Mardiasmo (2004; 67-68) adalah sebagai berikut :
1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutuf dapat
membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu,
adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belabja pemerintah terhimpun dalam dana umum (general fund).
4. Nondissretionary apropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan.
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak dimasukan cadangan yang tersembunyi (hyden reserve) yang
dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat
mengkibatkan munculnya underestimate pendapatan dan underestimate pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya dapat dipahami masyarakat dan tidak membingungkan.
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Proses penyusunan anggaran pada sektor publik cukup rumit karena dalam proses
penganggarannya mengandung nuansa politisi. Menurut Mardiasmo (2004;61), dikemukakan bahwa
penganggaran sektor publik adalah sebagai berikut :
“Suatu proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan
moneter.”
Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo
(2004;61) adalah sebagai berikut :
a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam
lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui
proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat
luas.”
Melalui proses penyusunan anggarannya dapat membantu pemerintah dalam merealisikan
seluruh rencana keuangannya baik itu rencana penerimaan maupun rencana pengeluarannya
sehingga dapat terkontrol dan terkoordiansi sehingga tidak terjadi pemborosan di setiap unit.
Anggaran juga sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah terhadap pengelolaan rumah tangga
pemerintah dihadapan DPR/DPRD sebagai wakil rakyat di parlemen dan masyarakat luas secara
umumnya.
Sementara itu, tujuan system pengukuran kinerja menurut Mardiasmo 2009:122 adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up)
2. Untuk mengukur kinerja financial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur
perkembangan pencapaian strategi
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
memotivasi untuk mencapai gool congruence, dan
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1) Anggaran sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi, harus dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya agar tidak terjadi bias atau penyimpangan. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian
yang paling kompeten untuk menyiapkan anggaran karena merekalah yang paling dekat
berhubungan langsung dengan aktivitas pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses
penyusunan anggaran berbasis kinerja harus benar-benar diperhatikan karena anggaran pada
instansi pemerintah merupakan suatu alat pertanggungjawaban.
2) Untuk menghindari terjadinya pemborosan biaya operasional dalam anggaran berbasis kinerja, serta
untuk mendorong dipatuhinya suatu kebijakan perusahaan terutama yang berhubungan dengan biaya
operasional maka diperlukan perencanaan dan pengendalian.
3) Anggaran berbasis kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja, oleh karena itu anggaran
berbasis kinerja digunakan sebagai alat pencapaian tujuan dan pengendalian yang didasarkan pada
efektivitas anggaran.
4) Dengan anggaran berbasis kinerja akan terlihat hubungan yang jelas antara input, output dan
outcome yang akan mendukung terciptanya sistem pemerintahan yang baik. Dengan pendekatan
kinerja akan terwujud tanggungjawab (akuntability) dan keterbukaan (transparancy) dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
5) Pemerintah sebagai lembaga eksekutif yang diberi mandat oleh rakyat untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga Negara berkewajiban untuk menjalankannya dengan baik. Dalam menjalankan
mandatnya, Pemerintah manyusun program-program dan rencana kerja yang akan dilaksanakan
dalam periode satu tahun. Penyusunan program dan rencana kerja ini dilakukan supaya kegiatan dan
aktivitas pemerintah terstruktur dan terkoordinasi sehingga hasil akhir dapat dikontrol, dievaluasi dan
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Program
dan rencana kerja yang disusun oleh pemerintah lebih dikenal dengan istilah anggaran.
6) Sistem penganggaran yang berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan sistem
yang saat ini berkembang pesat dan banyak dipakai oleh Negara-negara maju di dunia sebagai
pengganti sistem lama yaitu sistem line item budgeting.
7) Dalam penyusunan APBD berbasis kinerja pemerintah daerah harus memperhatikan prinsip-
prinsip penganggaran yaitu, transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan
anggaran, efisiensi dan efektivitas anggaran. Anggaran disusun dengan pendekatan kinerja yang
mengutamakan pencapaian hasiloutput/outcome.
8) Dengan disusunnya APBD berbasis kinerja berarti pemerintah telah melakukan perubahan.
Perubahan yang dilakukan mengarah pada bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat bersamaan dengan peningkatan produktivitas. Kedua tujuan tersebut mendorong
manajemen pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja instansi –instansi di pemerintah
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Puji Agus dan Rasida. 2011. Kajian Akademis Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja dan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah terhadap Efisiensi Operasional. Jakarta
William N Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University press.
Yogyakarta