Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI BELANJA

dan
BEBAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Tahun 2014


2

Sekilas LRA dan LO


Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Operasional
3

 Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan yang


menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA,
belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya.

 Laporan Operasional merupakan laporan yang menyediakan


informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan
entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
Pendapatan, Belanja, Beban dan
Surplus/Defisit
4 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Operasional
Pendapatan-LRA: semua penerimaan Pendapatan-LO: hak pemerintah
Rekening Kas Umum Negara /Daerah yang pusat/daerah yang diakui sebagai penambah
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
periode tahun anggaran yang bersangkutan bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Beban: penurunan manfaat ekonomi atau
Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi potensi jasa dalam periode pelaporan yang
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
anggaran bersangkutan yang tidak akan pengeluaran atau konsumsi aset atau
diperoleh pembayarannya kembali oleh timbulnya kewajiban.
pemerintah.
Surplus/Defisit-LRA: selisih lebih/kurang Surplus/Defisit-LO: selisih antara
antara pendapatan-LRA dan belanja selama pendapatan-LO dan beban selama satu
satu periode pelaporan. periode pelaporan, setelah diperhitungkan
surplus/ defisit dari kegiatan non operasional
dan pos luar biasa.
Struktur LRA dan LO
5

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN OPERASIONAL


Pendapatan LRA Pendapatan-LO
Belanja Beban
Transfer Surplus/Defisit dari operasi
Surplus/Defisit LRA Kegiatan non operasional
Penerimaan Pembiayaan Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
Pengeluaran Pembiayaan Pos Luar Biasa
Pembiayaan Netto Surplus/Defisit-LO
SiLPA/SiKPA
6

Klasifikasi Belanja
PENTINGNYA KLASIFIKASI BELANJA
7

 memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi


alokasi sumber daya sektor-sektor;
 mengidentifikasi capaian kegiatan pemerintah melalui
penilaian kinerja pemerintah; dan
 membangun akuntabilitas atas ketaatan dalam
pelaksanaan anggaran terhadap otorisasi yang
diberikan oleh legislatif.
TUJUAN KLASIFIKASI BELANJA
8

UNTUK KEPENTINGAN MANAJERIAL


 untuk penyajian laporan yang sesuai dengan kebutuhan
para penggunanya;
 untuk administrasi dan akuntansi anggaran;

UNTUK PERTANGGUNGJAWABAN
 untuk penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
dengan menyandingkan antara anggaran dan
realisasinya
KLASIFIKASI BELANJA MENURUT FUNGSI

9
Klasifikasi belanja
menurut fungsi

Tujuan

penyusunan anggaran
berbasis kinerja

Manfaat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi


dalam pelaksanaan program,kegiatan
dan subkegiatan yang mencerminkan
adanya keutuhan konseptual
HUBUNGAN ANTARA FUNGSI, PROGRAM, KEGIATAN
DAN SUBKEGIATAN
10

Fungsi

Subfungsi Subfungsi Subfungsi

Program

Kegiatan

Subkegiatan
JENIS PENGELUARAN PEMERINTAH
11

Belanja

Pengeluaran Transfer/
Pemerintah Bagi Hasil

Pembiayaan
BELANJA NEGARA DALAM APBN
12

 Belanja Operasi:
- belanja pegawai,
- belanja barang,
- bunga,
- subsidi,
- hibah, dan
- bantuan sosial.
 Belanja Modal:
- belanja tanah;
- belanja peralatan dan mesin;
- belanja gedung dan bangunan;
- belanja jalan, irigasi, dan jaringan; dan
- belanja aset tetap lainnya.
 Belanja Lain-lain
 Transfer
BELANJA DAERAH DALAM APBD

13

1. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari:


 belanja pegawai;
 belanja bunga;
 belanja subsidi;
 belanja hibah;
 belanja bantuan sosial;
 belanja bagi hasil;
 bantuan keuangan; dan
 belanja tidak terduga.
2. Kelompok belanja langsung terdiri dari:
 belanja pegawai;
 belanja barang dan jasa; dan
 belanja modal.
KONVERSI BELANJA
MENURUT JENIS BELANJA
PERMENDAGRI 13/2006 PP 71/2010
14

A. Belanja Tidak langsung  Belanja Pegawai;


 Belanja Pegawai
 Belanja Barang;
 Belanja Bunga
 Belanja Subsidi  Belanja Modal;
 Belanja Hibah  Bunga;
 Belanja Bantuan Sosial  Subsidi;
 Belanja Bagi Hasil
 Hibah;
 Bantuan Keuangan
 Belanja Tak Terduga  Bantuan Sosial;
 Belanja Tidak Terduga
B. Belanja langsung  Belanja Bagi Hasil (Transfer);
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan Jasa
 Belanja Modal
PENGERTIAN BELANJA
MENURUT JENIS BELANJA
15

 Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk


uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara,
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang
berkaitan dengan pembentukan modal.

 Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian


barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan
jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan
barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat dan belanja perjalanan.
PENGERTIAN BELANJA
MENURUT JENIS BELANJA
16

 Belanja Bunga adalah pengeluaran pemerintah untuk


pembayaran bunga (interest) atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek
atau jangka panjang.

 Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada


perusahaan/ lembaga yang memproduksi, menjual, atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup
orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya
dapat dijangkau masyarakat
PENGERTIAN BELANJA
MENURUT JENIS BELANJA
17

 Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk


uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah
lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi
kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus.

 Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang


diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
PENGERTIAN BELANJA
MENURUT JENIS BELANJA
18

 Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan


aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Untuk mengetahui apakah suatu
belanja dapat dimasukkan sebagai Belanja Modal atau tidak,
maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan
kriteria kapitalisasi aset tetap.

 Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran


untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah.
JENIS BELANJA BARANG
19

 Belanja Barang dan Jasa


 Belanja Pemeliharaan

 Belanja Perjalanan
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PADA
LAPORAN KEUANGAN
20

PENYAJIAN:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
 Laporan Arus Kas (LAK)
- Belanja Operasional  Aktivitas Operasi
- Belanja Modal  Aktivitas Investasi
 menambah aset tetap/aset lainnya di
neraca
PENGUNGKAPAN
 Diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
21

Struktur LO dan Akuntansi Beban


STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Hak pemerintah • Penurunan manfaat
22
• Diakui sebagai ekonomi/potensi jasa
penambah ekuitas dalam periode
• Dalam periode pelaporan
tahun anggaran yg • menurunkan ekuitas
bersangkutan Pendapatan- Beban • berupa pengeluaran/
• Tidak perlu LO konsumsi
dibayar kembali (dari aset atau timbulnya
(dari kegiatan kegiatan kewajiban
operasional) operasional)

• Pendapatan/Beban yg
• Sifatnya tidak rutin, Kegiatan Non Pos Luar bukan merupakan
termasuk surplus/defisit operasi biasa
dari penjualan aset non
Operasional Biasa • Tidak diharapkan
lancar dan penyelesaian sering/rutin terjadi
kewajiban jangka panjang • Di luar kendali/
pengaruh entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap
dalam CalK22
AKUNTANSI BEBAN
PADA LAPORAN OPERASIONAL (Par 32)
• Saat timbul kewajiban
23
• Terjadinya konsumsi • Penyusutan dapat
aset dilakukan dengan
• Terjadinya penurunan metode garis lurus,
manfaat saldo menurun, dan
ekonomi/potensi jasa unit produksi
Pengukuran/
Pengakuan Penilaian/
.
Pencatatan
.

Pengungkapan
.
Penyajian/
.

Beban berdasarkan Klasifikasi


klasifikasi organisasi dan
• Menurut
klasifikasi lain yang
klasifikasi
dipersyaratkan menurut
ekonomi
ketentuan perundangan
disajikan dalam CaLK
23
24

PERSEDIAAN
PERSEDIAAN

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang


atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual
dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.(PSAP 05 Par. 4)

LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010


25
CAKUPAN PERSEDIAAN

Persediaan merupakan aset yang berupa:


A. Barang atau perlengkapan (supplies) yang
digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah;
B. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan
digunakan dalam proses produksi;
C. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
D. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
26 pemerintahan. LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010
CONTOH PERSEDIAAN

Persediaan dapat terdiri dari :


 Barang konsumsi
 Amunisi
 Bahan untuk pemeliharaan
 Suku cadang
 Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
 Pita Cukai dan leges
 Bahan baku
 Barang dalam proses/setengah jadi
 Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat
 Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat 27
PENGAKUAN PERSEDIAAN

Persediaan diakui :

pada saat potensi manfaat ekonomi masa


depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal

pada saat diterima atau hak


kepemilikannya dan/ atau
kepenguasaannya berpindah

28 LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010


PENGUKURAN PERSEDIAAN

Persediaan Harga pembelian + biaya


Biaya perolehan diperoleh dengan = pengangkutan + biaya penanganan –
pembelian potongan harga – rabat

Persediaan
Harga pokok diperoleh dengan = Biaya Langsung + biaya tidak
produksi memproduksi langsung
sendiri

Nilai wajar Persediaan =


Nilai tukar aset secara wajar
diperoleh dengan
cara lain, misalnya
donasi/rampasan

29 LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010


PENGUKURAN PERSEDIAAN

Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:


 Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata
tertimbang
 Harga pembelian terakhir apabila setiap unit
persediaan nilainya tidak material dan
bermacam-macam jenis

30 LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010


PENGUKURAN PERSEDIAAN
 Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of
goods)
 Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian
Laporan Operasional
 Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran
pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang
dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode penilaian yang
digunakan
 Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran
persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara
saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan
persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai
31 LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010
per unit sesuai dengan metode penilaian persediaan.
PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN

LAPORAN KEUANGAN MENGUNGKAPKAN:


 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan
 Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat
 Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau
usang

32 LAMPIRAN 1 PP NOMOR 71/2010


33

TERIMA KASIH
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP)
Gedung Perbendaharaan II, Lt. 3, Departemen Keuangan
Jl. Budi Utomo No. 6, Jakarta
Telepon/Fax (021) 352 4551,
website : www.ksap.org
Email: sekretariat@ksap.org

Anda mungkin juga menyukai