Dosen Pengampu :
KELOMPOK 5
JURUSAN AKUNTANSI
YOGYAKARTA
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akmal pada Pemerintah Daerah.
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) secara terperinci telah diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 tahun 2013. Dalam pasal 5
Permendagri 64 tahun 2013 disebutkan bahwa SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik
akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting ke dalam buku
besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan.
Berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013, SAPD terdiri atas: (1) sistem akuntansi Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), dan (2) sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). PPKD adalah kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan. bertindak sebagai bendahara umum
daerah. SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.
Konsep sistem akuntansi pemda dapat dijelaskan sebagai berikut. Hubungan antara
SKPD dengan PPKD dapat diibaratkan seperti hubungan antara “Kantor Pusat” dengan “Kantor
Cabang”, di mana PPKD sebagai “Kantor Pusat” dan SKPD-SKPD sebagai “Kantor Cabang”.
Hal tersebut akan menyebabkan masing-masing pihak menyelenggarakan rekening timbal balik
(reciprocal accounts) yaitu PPKD menyelenggarakan Rekening Koran SKPD (R/K-SKPD) dan
SKPD menyelenggarakan Rekening Koran PPKD (R/K-PPKD).
Pada praktiknya, sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh seluruh SKPD di lingkungan
Pemda seperti Dinas, Badan, dan Kantor. Misalnya Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas
Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kantor Satpol PP, dan sebagainya.
Sementara sistem akuntansi PPKD dilaksanakan oieh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) yang biasanya dikenal dengan nama Dinas/Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah. Sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh SKPKD karenanya terdiri atas:
Sistem akuntansi SKPKD selaku SKPD sama dengan sistem akuntansi yang
diselenggarakan oleh SKPD lainnya. SKPKD seperti SKPD pada umumnya, merupakan
entitas akuntansi yang bertugas menyusun 5 (lima) jenis laporan keuangan yaitu Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
2. Sistem akuntansi PPKDSebagai PPKD, sistem akuntansi SKPKD dibagi lagi menjadi 2
(dua):
Seperti telah dibahas di atas, struktur akuntansi di pemda menggunakan konsep transaksi
Kantor Pusat-Kantor Cabang (Head/Home Office-Branch Office). Kantor Pusat adalah Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sedangkan yang bertindak sebagai Kantor Cabang adalah
SKPD. Pemilihan struktur ini sesuai dengan Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara pasal 10 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 100 yang menetapkan bahwa pelaksanaan akuntansi dan
pelaporan keuangan dilakukan di tingkat SKPD sebagai entitas akuntansi dan pemda sebagai
entitas pelaporan. Sebagai konsekuensinya dari struktur akuntansi tersebut maka diperlukan
kontrol pencatatan antara PPKD dan SKPD melalui mekanisme akun reslprokal seperti yangtelah
disebutkan di atas yaitu akun RIK-PPKD yang ada di SKPD dan akun R/K-SKPD yang ada di
PPKD.
Akuntansi RIK/PPKD merupakan akuntansi ekuitas di tingkat SKPD Akun R/K PPKD
setara dengan ”Ekuitas“ tetapi penggunaannya khusus SKPD. Hal ini dikarenakan SKPD
merupakan “cabang” dari Pemda, sehingga sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas atau modal
sendiri melainkan hanya menerima modal dari PPKD melalui mekanisme transfer.
SKPD sebagai entitas akuntansi harus menyelenggarakan akuntansi yang bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan kepada entitas pelaporan.
Penyelenggaraan akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun
laporan keuangan gabungan dari unit kerja yang berada di lingkup SKPD dan menyampaikannya
kepada gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku
entitas pelaporan untuk dilakukan proses konsolidasian. PPKD selaku BUD menyusun laporan
keuangan SKPKD sebagai penanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang
selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari SKPD. PPKD
selanjutnya melakukan proses konsolidasian dan menyusun laporan keuangan pemda
berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada Kepala Daerah untuk selanjutnya disampaikan
ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Proses konsolidasi dapat dilaksanakan dengan mengeliminasi akunakun yang timbal balik
(reciprocal accounts). Jika pemda memiliki Badan Layanan Umum (BLU) maka laporan
keuangan BLU harus digabungkan dalam laporan keuangan konsolidasian pemda yang
membawahi BLU dimaksud. Selain BLU, pemda juga memiliki Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) di mana laporan keuangannya tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan pemda.
Laporan Keuangan BUMD hanya dilampirkan dalam Laporan Keuangan Konsolidasian pemda.
Persamaan (1) merupakan persamaan akuntansi yang sering digunakan pada akuntansi
kemersiai. Persamaan (1) dapat digunakan untuk entitas pemda meskipun ekuitas dalam konsep
akuntansi pemda berbeda dengan akuntansi komersial. Persamaan (2) menambahkan akun
Pendapatan (LRA dan atau LO), Belanja (akun LRA), dan akun Beban (akun Laporan
Operasional). Persamaan (2) dikembangkan menjadi persamaan (3) karena adanya transaksi
pembiayaan pada sistem akuntansi PPKD. Oleh karena itu, untuk pencatatan sistem akuntansi
SKPD kita cukup menggunakan persamaan (2). sedangkan untuk sistem akuntansi PPKD dan
pemda secara keseluruhan kita menggunakan persamaan (3).
1) Saldo normal Aset adalah debit. jika bertambah maka didebit, jika berkurang maka
dikredit.
2) Saldo normal Belanja dan Beban adalah debit, jika bertambah maka didebit, jika berkurang
maka dikredit.
3) Saldo normal Pembiayaan-Pengeluaran Daerah (PK) adalah debit, jika bertambah maka
didebit, jika berkurang maka dikredit.
4) Saldo normal Kewajiban adalah kredit, jika bertambah maka dikredit, jika berkurang maka
didebit.
5) Saldo normal Ekuitas adalah kredit, jika bertambah maka dikredit, jika berkurang maka
didebit.
6) Saldo normal Pendapatan (LRA dan/atau LO) adalah kredit, jika bertambah maka dikredit.
jika berkurang maka didebit.
7) Saldo normal Pembiayaan-Penerimaan Daerah (PT) adalah kredit, jika bertambah maka
dikredit, jika berkurang maka didebit.
Dengan menggunakan aturan sederhana di atas maka kita dapat dengan mudah membuat
jurnal untuk transaksi keuangan daerah. Namun harus diperhatikan bahwa akuntansi keuangan
daerah secara prinsip adalah akuntansi anggaran. Dengan demikian setiap transaksi, selain
dicatat pada jumat finansial seperti halnya akuntansi komersial, juga harus dicatat ke dalam
akun-akun LRA dengan jurnal realisasi anggaran. Hal ini merupakan perwujudan akuntansi
akrual sebagaimana amanat PP 71 tahun 2010.
Pendekatan ini berbeda dengan basis akuntansi kas menuju akrual (cash toward accrual),
di mana setiap transaksi dicatat di akun-akun LRA baru kemudian dilakukan jurnal korolari jika
transaksi tersebut terkait secara substansial dengan akun-akun neraca. Contoh transaksi-transaksi
tersebut seperti belanja modal aset tetap, pengeluaran pembiayaan-pembayaran pokok pinjaman,
pengeluaran pembiayaan-penyertaan modal, pengeluaran Pembiayaan pembenan pinjaman,
penerimaan pembiayaan-penerimaan pinjaman, dan sebagainya.
4) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
5) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; dan
6) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran.
4) tugas-tugas perencana daerah; PPKD dan Pejabat Pengawas Keuangan Daerah; dan
6) melaksanakan tugas lainnya berdasar kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
Kepala SKPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku Bendahara Umum Daerah (BUD)
berwenang untuk
2) mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
4) memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;