Anda di halaman 1dari 7

Resky Ramadhan Rusdi

A031191052

LAPORAN KEUANGAN SKPD

A. SISTEM AKUNTANSI SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di lingkungan pemda
selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas, badan, dan kantor ataupun satuan.
Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi guna
menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran
yang dikelolanya.

Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD
disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas
Umum Daerah. Istilah Kas Umum Daerah sering juga disebut Kas Daerah atau sering
disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD.

Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan anggaran (DPA),
aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari pendapatan daerah harus disetorkan
ke Kas Daerah. Demikian juga untuk setiap pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan
adalah uang yang berasal dari Kas Daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran
langsung (LS) oleh BUD ke pihak penerima pembayaran ataupun melalui bendahara
pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang persediaan/tambah uang persediaan
(UP/GU/TU).

Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan PPKD (selaku BUD).
Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD dan PPKD selaku BUD dapat
dipandang dari dua aspek berikut :

a. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat dipandang sebagai
hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang. PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat,
sementara itu SKPD-SKPD diperlakukan sebagai kantor cabang.

b. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara SKPD dan PPKD


sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD
masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangannya masing-
masing.

Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD dan PPKD
ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD) pada setiap
SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening Koran SKPD (RK-SKPD).
Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD merupakan akun resiprokal yang
mencerminkan hubungan timbal-balik keuangan antara PPKD (selaku BUD) dan SKPD
(selaku pengguna anggaran).

Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam bahan ajar ini menggunakan pendekatan akuntansi
kantor pusat dan kator cabang (Home Office-Branch Accounting) sebagaimana mengacu
kepada referensi yang diterbitkan oleh Ditjen BAKD Kementerian Dalam Negeri. yaitu
berdasarkan Surat Edaran Nomor 900/316/BAKD tanggal 5 April 2007 tentang Pedoman
Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, dan Surat Edaran
Nomor 900/743/BAKD tanggal 4 September 2007 tentang Handbook Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah, serta permendagri no 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, sebagaimana telah dijelaskan topik/bahasan siklus akuntansi pemerintah daerah,


diingatkan kembali mekanisme pencatatan transaksi double entry record system, yaitu
pencatatan transaksi melalui pembuatan jurnal di buku jurnal, baik untuk jurnal finansial
maupun jurnal anggaran.

B. STRUKTUR ANGGARAN SKPD

Transaksi anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD, hal itu sudah tergambar di dalam
anggaran (DPA) SKPD yang bersangkutan. Dengan adanya pembagian kewenangan yang
jelas dalam hal penganggaran dan pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD, maka
tidak akan terjadi tumpang tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan SKPD.
Penganggaran pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA PPKD, akan
dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan seluruhnya
merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak akan muncul di dalam
DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di dalam DPA SKPD terdiri
dari:

a. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);

b. Anggaran Belanja Tidak Langsung; dan

c. Anggaran Belanja Langsung

Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut PAD.
Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada SKPKD sedangkan
SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut retribusi.

C. PROSES AKUNTANSI SKPD – ILUSTRASI

Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang penerapan akuntansi
pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan langsung diberikan ilustrasi soal dan
jawabannya secara komprehensif mulai dari jurnal, buku besar, neraca saldo sampai
disusunnya laporan keuangan SKPD.

Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis
transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di sini adalah pemahaman
tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis transaksi yang biasa terjadi pada SKPD,
hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan SKPD

Langkah - Langkah Menyusun Laporan Keuangan SKPD (Basis Akrual)

Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan kewajiban Pemda


untuk menyediakan informasi yang relevan di posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh Pemda selamat satu periode pelaporan. Melayani untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, menilai dan efisien pemerintah daerah dan membantu menentukan ketaatannya
terhadap peraturan yang diundang-undangan. Sebelum masuk lebih dalam membahas tentang
langkah menyusun laporan keuangan, kita harus terlebih dahulu mengingat laporan keuangan.
Laporan Keuangan memiliki izin yang menjadi ukuran-ukuran normatif dan perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi syarat. Karakteristik-fakta
tersebut adalah:

1. Relevan . Informasi dalam Laporan Keuangan dapat mempengaruhi laporan


pengguna laporan keuangan dengan membantunya dalam laporan peristiwa masa lalu,
masa kini dan masa depan dan mengoreksi hasil evaluasi laporan pengguna di masa
lalu.
2. Andal . Laporan Keuangan harus bebas dari yang menyesatkan dan kesalahan materi,
menyajikan setiap kesalahan dan dapat diandalkan.
3. Dapat dibandingkan . Laporan Keuangan dapat menjadi lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
pemerintah daerah lain pada umumnya.
4. Dapat diimplementasikan . Laporan Keuangan harus dapat dilaksanakan oleh
pengguna laporan keuangan, dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan.

Dalam prakteknya, LKPD terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu:

1. Laporan Keuangan yang disusun oleh SKPD entitas pelaporan;


2. Laporan Keuangan yang disusun oleh PPKD selaku entitas akuntansi;
3. Laporan Keuangan Konsolidasi / Gabungan yang mencerminkan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah secara utuh.

Mengerucutkan pembahasan pada fungsi SKPD, entitas pelaporan, yang perlu disiapkan oleh
SKPD dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SKPD;


2. Neraca SKPD;
3. Laporan Operasional (LO) SKPD;
4. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) SKPD.

Lantas apa yang dimaksud dengan laporan-laporan tersebut? Serta bagaimana langkah-


langkah dan cara menyusunnya? Mari kita diskusikan bersama.
Langkah - Langkah Menyusun Laporan Keuangan SKPD (Basis Akrual)

Dalam menyusun laporan keuangan, tentu setiap PPK mempunyai cara masing-
masing. Namun pada kesempatan kali ini, Saya akan sedikit  berbagi pengalaman dalam
menyusun laporan keuangan yang pernah kami. Kita awali dengan menelaah akun-akun
dalam tiap-tiap laporan. Dalam menampilkan contoh-contoh pada pembahasan kali ini, Saya
menggunakan Aplikasi Simda Keuangan (BPKP).

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) , merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh SKPD. Laporan ini
menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggarannya dalam satu periode
pelaporan. LRA bertujuan untuk memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran SKPD
secara tersanding dan menunjukkan tingkat ketercapatian target-target yang telah disepakati
antara legislatif dengan eksekutif sesuai peraturan undang-undangan.

Dalam upaya menyelesaikan LRA, langkah yang harus dilakukan adalah memastikan seluruh
transaksi jurnal baik pendapatan maupun belanja telah selesai diposting seluruhnya. Seluruh
jurnal ilmiah di dalamnya adalah jurnal jurnal jurnal and jurnal and jurnal and jurnal and
jurnal entry. Dalam Simda Keuangan BPKP, untuk memeriksa jurnal transaksi yang belum
terdapat pada menu  Entri Data -> SKPD -> Pembukuan -> Data Posting .

Setelah dibuka, akan tertampil seluruh jurnal-jurnal yang belum diposting. Jurnal yang belum
terposting tersebut belum akan menambah Realisasi dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Sehingga untuk mendapatkan LRA yang benar, perlu diposting seluruhnya.

 Neraca , menggambarkan laporan yang menggambarkan posisi keuangan SKPD mengenai


aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.

Dalam Neraca, cukup banyak akun yang perlu menjadi perhatian. Akun-akun tersebut
masing-masing memiliki  perlakuan yang berbeda-beda. Berikut adalah contoh-contoh akun
dalam Neraca.

Saldo Neraca . Perlu dipastikan bahwa Saldo Awal Tahun N sama dengan Saldo Akhir
Tahun N-1. Sebagia contoh, izin pemerintah menggunakan SIMDA Keuangan, perlu
dipastikan bahwa Saldo Neraca Tahun 2018 pada Aplikasi Simda 2019 sama persis dengan
Saldo Neraca Tahun 2018 pada Aplikasi Simda 2018.
Kas . Akun Kas umumnya terdiri dari Kas Di Bendahara Pengeluaran dan Kas Di Bendahara
Penerimaan. Sesuai dengan ketentuan, saldo kas milik SKPD diwajibkan 0 (nol), sehingga
pada 31 Desember setiap periode tahun anggaran, sisa kas baik tunai maupun kas pada
rekening koran harus disetorkan kembali (STS) ke Kas Daerah.

Beban Dibayar Di Muka dan Utang Beban . Beban dibayar di muka adalah hal-hal yang
telah lunas, namun belum dapat diambil manfaatnya. Sementara utang beban adalah hal-hal
yang telah dirasakannya namun belum terdengar. Contoh beban dibayar di muka adalah
kontrak sewa gedung kantor yang lewat tahun, dan contoh beban beban adalah pembayaran
rekening listrik dan air. Pengukuran beban dibayar di muka (contoh sewa gedung kantor
lewat tahun) adalah dengan proporsional jumlah bulan tahun berikutnya dibandingkan dengan
seluruh bulan dalam kontrak dikalikan dengan nilai kontrak. Misalnya, kontrak sewa mulai
tanggal 1 November Tahun N hingga 31 Oktober Tahun N + 1 dengan nilai Rp120.000.000,
-. Nilai beban dibayar dimuka sewa gedung tersebut adalah 10/12 x Rp120.000.000, - atau
senilai Rp100.000.000, -.

Aset Tetap. Dalam mempersiapkan Akun Aset Tetap, perlu kerja sama yang baik antara
Keuangan dan Pengurus Barang Pengguna. Karena dalam akun tersebut perlu langkah khusus
yakni Rekonsiliasi antara Realisasi Belanja (Keuangan) dan Keberadaan Fisik Barang /
Biaya-Biaya Penunjang. Salah satu contoh masalah dalam Aset Tetap, Peralatan dan Mesin
misalnya, sehingga membutuhkan rekonsiliasi (mencocokkan antara data keuangan dan data
pengurus barang) adalah nilai kapitalisasi yang menambah nilai aset. Berdasarkan Buletin
Teknis tentang Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual, Peralatan dan Mesin dapat diperoleh
dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya
perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan
untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Dari sisi
Keuangan, penambah nilai Aset Tetap hanyalah Rekening Belanja Modal, sementara tidak
biasa hanya dianggarkan melalui barang dan jasa. Sehingga terdapat selisih antara Nilai Aset
Berdasarkan Data Keuangan, dan Nilai Aset Berdasarkan Data Pengurus Barang.

Persediaan. Akun Persediaan juga membutuhkan Rekonsiliasi antara Data Keuangan dan


Data Pengurus Barang. Dalam konteks persediaan, salah satu hal yang menjadi krusial untuk
dilakukan rekonsiliasi adalah kondisi sisa persediaan barang pada periode akhir. Akuntansi
Pemerintahan mengenal 2 (dua) pendekatan dalam membeli persediaan. Yaitu Pendekatan
Beban dan Pendekatan Belanja. Pendekatan beban yang dikeluarkan setiap belanja yang
dikeluarkan akan otomatis menjadi beban (yang akan dipakai). Pendekatan Belanja yaitu
setiap persediaan yang dikeluarkan akan instruksi yang dikeluarkan sebagai barang. Namun
dalam kedua pendekatan tersebut, seluruhnya membutuhkan data sisa barang pada akhir
tahun. Data yang dibutuhkan adalah dalam bentuk Berita Acara Stok Opname, Laporan Saldo
Persediaan, Laporan Mutasi Barang dan kelengkapan lain.

Pembahasan tentang persediaan lebih spesifik yang diakses pada halaman pengelolaan
persediaan dengan metode FIFO 1 dan pengelolaan persediaan dengan metode FIFO 2 .

Akumulasi Penyusutan . Salah satu masalah baru dalam basis akuntansi akrual adalah
adanya penyusutan dan penyusutan akumulasi. Penyusutan dan akumulasi penyusutan yang
ada untuk menghitung nilai ekonomis suatu aset tetap setelah sehari-hari. Akumulasi
penyusutan akan menjadi pengurang nilai buku atas nilai aset tetap dalam Neraca. Sumber
data penyusutan dan akumulasi penyusutan juga bersumber dari Pengurus Barang.

Laporan Operasional (LO) , merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) , adalah penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Neraca. CaLK juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan melanjutkan untuk diungkap dalam Standar Akuntansi Pemerintahan untuk
menghasilkan Laporan Keuangan secara wajar. Dalam langkah-langkah menyusun laporan
keuangan, penyusunan CaLK tentu tidak dapat dipandang sebelah mata, mengingat CaLK
berisi penjelasan-penjelasan pada pos-pos laporan keuangan.

Prosedur Analitis (PA) atas Laporan Keuangan . Sejatinya, sebelum finalisasi Laporan


Keuangan dan Penyusunan CaLK, perlu adanya Prosedur Analitis atas setiap Akun dalam
Laporan Keuangan. Prosedur analitis untuk menguji kebenaran hubungan antar laporan,
karena masing-masing akun dan laporan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang
lain. Untuk pembahasan ini akan Saya bahas dalam artikel yang lain.

Anda mungkin juga menyukai