Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era keterbukaan ini, masyarakat semakin menyadari hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi
yang berkembang yang salah satunya perbaikan terhadap sistem pengelolaan
keuangan pada badan-badan pemerintah. Dengan adanya otonomi daerah,
Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk
menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Namun
demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa
pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang
dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada
hakikatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara
akuntabel dan transparan, baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada
Pemerintah pusat yang telah membagikan dana perimbangan kepada seluruh
daerah di Indonesia. Transparansi dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana
masyarakat dapat mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menjalankan fungsinya beserta sumber
daya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk
kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan
pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh
pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang
bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Pembaharuan manajemen
keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan perubahan yang
sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai
kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LAPORAN KEUANGAN PPKD


2.2.1 Definisi PPKD

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) adalah satuan kerja


pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan kepala SKPD yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai
bendahara umum daerah.

Bendahara Umum Daerah (BUD) bertindak dalam kapasitas sebagai


bendahara umum daerah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 Pasal 7, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dapat
diterangkan sebagai berikut. Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b mempunyai tugas:
1. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
2. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

3. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan


dengan Peraturan Daerah;

4. melaksanakan fungsi BUD;

5. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD; dan

6. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh


kepala daerah.

PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:


1. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
2. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

3. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

2
4. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;

5. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

6. menetapkan SPD;

7. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama


pemerintah daerah;

8. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

9. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

10. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan


barang milik daerah.

2.1.2 Penyusunan Laporan Keuangan PPKD

Dari 7 Laporan Keuangan wajib yang terdapat dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
terdapat 5 Laporan Keuangan yang dibuat oleh PPKD sebagai entitas akuntansi,
yaitu:

a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

b) Neraca

c) Laporan Operasional (LO)

d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

e) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Bagan berikut ini menunjukkan proses penyusunan Laporan Keuangan PPKD:

3
Langkah-Langkah Teknis

a) Menyiapkan Kertas Kerja

Fungsi Akuntansi PPKD menyiapkan kertas kerja (worksheet) sebagai alat


untuk menyusun Laporan Keuangan. Kertas kerja adalah alat bantu yang
digunakan dalam proses pembuatan Laporan Keuangan. Kertas kerja berguna
untuk mempermudah proses pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara
manual.

Penggunaan format dalam hal ini disesuaikan dengan kebutuhan yang


berkembang. Informasi minimal yang harus ada dalam format kertas kerja
tercantum dalam tabel sebagai berikut:

(1) Jurnal dan Buku Besar

Jurnal
Sebagai entitas akuntansi, SKPD melakukan proses akuntansi yang
dimulai dari pencatatan transaksi hingga penyusunan Laporan Keuangan.
Transaksi-transaksi tersebut dicatat oleh Fungsi Akuntansi PPKD sesuai dengan

4
dokumen transaksinya ke dalam buku jurnal. Contoh format buku jurnal yang
digunakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, sebagai berikut:

Buku besar
Tahapan selanjutnya setelah pencatatan transaksi melalui jurnal adalah
posting ke buku besar. Dalam tahap ini, Fungsi Akuntansi PPKD mem-posting
atau memindahkan setiap akun beserta jumlahnya dari buku jurnal ke buku besar
masing-masing akun. Format buku besar yang digunakan adalah sebagai berikut:

(2) Mengisi Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian

5
Fungsi Akuntansi PPKD melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar
menjadi neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom
“Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja.

(3) Membuat Jurnal Penyesuaian

Fungsi Akuntansi PPKD membuat jurnal penyesuaian. Jurnal ini dibuat


dengan tujuan melakukan penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan
pengakuan atas transaksitransaksi yang bersifat akrual. Jurnal penyesuaian
tersebut diletakkan dalam kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja.
Jurnal penyesuaian yang diperlukan antara lain digunakan untuk :
(a) Koreksi kesalahan/Pemindahbukuan
(b) Pencatatan jurnal yang belum dilakukan
(c) Pencatatan piutang, persediaan dan atau aset lainnya pada akhir
tahun

(4) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Fungsi Akuntansi PPKD melakukan penyesuaian atas neraca saldo


berdasarkan jurnal penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah
disesuaikan diletakkan pada kolom “Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang
terdapat pada Kertas Kerja.

b) Menyusun Laporan Keuangan

(1) Menyusun LRA

membuat jurnal penutup LRA, dan Neraca Saldo setelah Penutupan LRA
Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Fungsi Akuntansi PPKD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi
Anggaran dan kemudian disajikan dalam “Laporan Realisasi Anggaran”.

Bersamaan dengan pembuatan LRA, Fungsi Akuntansi PPKD membuat jurnal


penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LRA menjadi 0.
Jurnal penutup tersebut dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut:

(a) Jurnal Penutup untuk menutup jurnal penganggaran yang dibuat di


awal tahun anggaran

6
(b) Jurnal Penutup untuk realisasi anggaran, ditutup pada akun
surplus/defisit - LRA

(c) Jurnal Penutup untuk menutup akun surplus/defisit – LRA pada akun
Estimasi Perubahan SAL yang terbentuk selama transaksi.

Kemudian setelah membuat jurnal penutup, Fungsi Akuntansi PPKD


menyusun Neraca Saldo setelah Penutupan LRA. Berikut ini adalah
format LRA PPKD:

7
(2) Menyusun LO

8
jurnal penutup LO dan Neraca Saldo setelah Penutupan LO Fungsi
Akuntansi PPKD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen
Laporan Operasional untuk kemudian membuat Laporan Operasional. Bersamaan
dengan pembuatan LO, Fungsi Akuntansi PPKD membuat jurnal penutup.
Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0. Berikut ini
contoh jurnal penutup LO.

Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Fungsi Akuntansi PPKD


menyusun Neraca Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini adalah format LO
PPKD:

9
10
(3) Menyusun Neraca, jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo Akhir

Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Fungsi Akuntansi


PPKD membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, Fungsi Akuntansi
PPKD membuat jurnal penutup akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit…–LO
ke akun Ekuitas. Berikut contoh jurnal penutup akhir.

Setelah membuat jurnal penutup akhir, Fungsi Akuntansi PPKD menyusun


Neraca Saldo Akhir. Neraca Saldo Akhir ini akan menjadi Neraca Awal untuk
periode akuntansi yang selanjutnya. Berikut merupakan contoh format neraca
PPKD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota:

11
12
(4) Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas

Fungsi Akuntansi PPKD membuat Laporan Perubahan Ekuitas


menggunakan data Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan
yang salah satunya diperoleh dari Laporan Operasional yang telah dibuat
sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan
ekuitas PPKD. Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Ekuitas
PPKD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

(5) Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian


dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Hal-hal yang diungkapkan di dalam
Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:

a) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi

b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro

c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut


kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

d) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-


kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya

e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar


muka laporan keuangan

13
f) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

g) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang


tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Berikut ini merupakan contoh format Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi


keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas. Tujuan umum
laporan keuangan adalah : menyajikan informasi, mengenai posisi keuangan,
realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan
ekuitas suatu entitas yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Komponen laporan keuangan yang disusun oleh PPKD terdiri dari:
Laporan Realisasi Anggaran (LRA); laporan operasi; Neraca; Laporan Arus Kas;
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Pada saat akan disusun laporan keuangan
pemda maka laporan keuangan SKPD dan PPKD digabungkan untuk menjadi
laporan keuangan tingkat Pemda. Format laporan keuangan PPKD sama dengan
laporan keuangan SKPD.

15
DAFTAR PUSTAKA

PENYIAPAN_LAPORAN_KEUANGAN_PEMERINTAH_DAERAH.pdf.
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Nomor 64
Tahun 2013
http://atilejna.blogspot.com/2014/06/seminar-akuntansi-sektor-publik.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai