Anda di halaman 1dari 29

Akuntansi Pemerintah Daerah: Laporan Keuangan Konsolidasi dan

Akuntasi Pemerintah Pusat

Ayi Kinanti D. Nasrun 1602110094


Rakha Magistra Sumarno 1602122595
Sasmita Atika sari H. 1602123843
Syahroni Rizki 1602110268

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” Akuntansi Pemerintah Daerah: Laporan Keuangan
Konsolidasi dan Akuntasi Pemerintah Pusat”, semoga dengan dibuatnya makalah
ini pembaca dapat memahami tentang materi tersebut.
Berbagai sumber referensi dasar dan esensial yang relevan dari buku
auditing lainnya memang sengaja dipilih dan digunakan untuk memperkuat
pembahasan dan membangun karangka penyajian yang komperehensif , agar
mudah dipahami dan dapat memenuhi harapan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik
dari segi teknis maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi pembuatan makalah selanjutnya. Oleh karena itu,
penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
dan berguna bagi pembacanya.

Pekanbaru, 12 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Laporan keuangan konsolidasian.................................................. 2
2.2 Akuntnasi Pemerintah Pusat......................................................... 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi


keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan dalam pemerintahan.
Laporan keuangan pemerintah terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber
daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013 sistem akuntansi PPKD
mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO,
beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas,
penyesuaian dan koreksi, penyusunan laporan keuangan PPKD serta penyusunan
laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah. Sistem akuntansi SKPD
mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO,
beban, pendapatan-LRA, belanja, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan
koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP 11) tentang
”Laporan Keuangan Konsolidasian” merupakan acuan bagi Pemerintah
Pusat/Daerah dalam menyusun dan menghasilkan Laporan Keuangan
Konsolidasian dimasing-masing tingkatan entitas pelaporan. Pengertian Laporan
Keuangan Konsolidasian dalam PSAP 11 berbeda dengan Laporan Konsolidasian
sektor swasta, karena konsolidasian yang dilaksanakan bukan merupakan
konsolidasian antara induk dan cabang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Keuangan Konsolidasi


Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggabungkan
laporan antar entitas pelaporan dan ditambah laporan keuangan Badan Layanan
Umum. Laporan keuangan entitas akuntansi yang digabungkan pada tingkat
entitas akuntansi diatasnya bukan merupakan laporan keuangan konsolidasian,
tetapi hanya merupakan laporan keuangan gabungan antar entitas akuntansi.
Untuk laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya dilampirkan
dalam laporan keuangan konsolidasian.

Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi

Tujuan PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian adalah


memberikan acuan dan aturan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian
pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas
dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Yang dimaksud dengan laporan
keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi
kebutuhan dan memberikan informasi sebagian besar pengguna laporan termasuk
lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan. Disamping itu diharapkan PSAP 11 dapat menjadi acuan akan
pentingnya penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang selama ini belum
dilaksanakan secara menyeluruh oleh entitas pelaporan.

Ruang Lingkup

Laporan Keuangan Konsolidasian akan dilaksanakan oleh masing-


masing tingkatan entitas pelaporan pemerintah pusat dan daerah. Didalam Sistem
Akuntansi Pemerintah dikenal adanya entitas yang melakukan tugas dan
fungsinya sesuai dengan perannya dalam menghasilkan laporan keuangan. Entitas
dimaksud adalah:

5
1. Entitas Akuntansi, yang terdiri dari:
1) Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu
Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai dokumen
pelaksanaan anggaran tersendiri, termasuk pengguna dana
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
2) Bendahara Umum Daerah (BUD).
3) Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemerintah Daerah
bila mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah,
jumlah anggarannya relatif besar, dan pengelolaan kegiatannya
dilakukan secara mandiri.
2. Entitas Pelaporan, yang terdiri dari:
1) Pemerintah Pusat.
2) Pemerintah Daerah.
3) Kementerian negara/lembaga (KL).
4) Bendahara Umum Negara (BUN).
Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah pengelolaan transaksi
keuangan Pemerintah Daerah dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu:

1. Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Bendaharawan Umum


Daerah.
2. Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Satuan Kerja Perangkat
Daerah.

Laporan Keuangan Konsolidasian ini tidak mengatur:


1. Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;
2. Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;
3. Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); dan
4. Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Konsolidasian yang dilakukan oleh entitas pelaporan pada instansi


pemerintah pusat/daerah berbeda dengan konsolidasian yang dilakukan oleh
perusahaan swasta, karena konsoliasian pada instansi pemerintah bukan
merupakan konsolidasi antara induk dan cabang. Konsolidasi sebagaimana

6
dimaksud oleh PSAP 11 paragrap 17 ”dilaksanakan dengan cara menggabungkan
dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan
entitas pelaporan lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi akun timbal balik”.

Konsolidasi ditingkat Pemerintah Daerah.


Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola
anggaran adalah entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan
dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Penyelenggaran akuntansi
bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan kepada
entitas pelaporan. Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan


gabungan dari satuan kerja yang berada dilingkup SKPD dan menyampaikannya
kepada gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
selaku entitas pelporan untuk dilakukan proses konsolidasian.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun laporan
keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang
selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari SKPD.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan melakukan
proses konsolidasian dan menyusun laporan keuangan PEMDA berdasarkan
laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota untuk
selanjutnya disampaikan ke BPK dan DPRD.
Proses Konsolidasi diatas dapat dilaksanakan baik dengan mengeliminasi
akun-akun yang timbal balik (reciprocal) maupun tanpa mengeliminasinya.
Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi akun-akun yang timbal-
balik, maka nama-nama akun yang timbal balik, dan estimasi besaran jumlah
dalam akun yang timbal balik dicantumkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

7
Selanjutnya perlu diketahui bahwa menurut PSAP 11 paragrap 21
dikatakan bahwa ”Laporan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) digabungkan
pada kementerian negara/lembaga teknis pemerintah pusat/daerah yang secara
organisatoris membawahinya dengan ketentuan sebagai berikut:

(a) Laporan Realisasi Anggaran BLU digabungkan secara bruto kepada


Laporan Realisasi Anggaran kementerian negara/ lembaga teknis
pemerintah pusat/daerah yang secara organisatoris membawahinya.
(b) Neraca BLU digabungkan kepada neraca kementerian negara/ lembaga
teknis pemerintah pusat/daerah yang secara organisatoris
membawahinya.

Dengan kata lain bahwa laporan keuangan BLU merupakan laporan


keuangan yang sudah tergabungkan didalam laporan keuangan kosolidasian
Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang membawahi BLU
dimaksud. Disamping BLU Pemerintah Pusat/Daerah juga memiliki Badan Usaha
Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) dimana laporan keuangannya tidak
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah. Laporan
Keuangan BUMN/BUMD hanya dilampirkan dalam Laporan Keuangan
Konsolidasin Pemerintah Pusat dan Daerah

Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian

Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah menggabungkan


laporan keuangan dari seluruh SKPD dengan PPKD. Proses penyusunan laporan
keuangan konsolidasi ini terdiri atas 2 tahap utama, yakni tahap penyusunan
kertas kerja (worksheet) konsolidasi dan tahap penyusunan laporan keuangan
gabungan pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan.

a) Tahap penyusunan kertas kerja konsolidasi

Kertas kerja konsolidasi adalah alat bantu untuk menyusun neraca saldo
gabungan SKPD dan PPKD. Kertas kerja berguna untuk mempermudah
proses pembuatan laporan keuangan gabungan.Aktivitas utama dari
penyusunan kertas kerja konsolidasi dibagi kedalam 3 bagian yaitu:

8
1) Menyusun worksheet LRA yaitu dengan cara menggabungkan akun
-akun pada kode 4, 5 6 dan 7 dari seluruh SKPD DAN PPKD untuk
mendapatkan LRA GABUNGAN.

2) Menyusun worksheet LO yaitu dengan cara menggabungkan akun


akun pada kode 8 dan 9 dari seluruh SKPD DAN PPKD untuk
mendapatkan LO GABUNGAN

9
3) Menyusun worksheet Neraca yaitu dengan cara menggabungkan akun
-akun pada kode 1.2 dan 3 dari seluruh SKPD DAN PPKD untuk
mendapatkan NERACA GABUNGAN.Namun khusus untuk
penggabungan Neraca lebih dulu harus dibuat jurnal eliminasi, barulah
kemudian dibuat NERACA GABUNGAN

10
JURNAL ELIMINASI

Jurnal eliminasi dibuat untuk meng-nol-kan RK-PPKD dan RK- SKPD


yang merupakan akun reciprocal yang bersifat sementara di tingkat Pemda (entitas
pelaporan). Akun ini akan di eliminasi dengan jurnal eliminasi pada akhir periode,
untuk tujuan penyusunan neraca konsolidasi. Namun jurnal eliminasi ini tidak
dilakukan pemostingan ke buku besar masing-masing akun reciprocal tersebut,
baik di SKPD maupun di PPKD. Sehingga akun RK-PPKD di neraca SKPD dan
akun RK-SKPD di neraca PPKD tetap hidup. Untuk mengeliminasi akun
reciprocal ini dengan menjurnal RK-PPKD di Debet dan RK-SKPD di Kredit.

JURNAL PENUTUPAN

11
Jurnal penutupan sudah dilakukan di entitas SKPD dan PPKD ketika
menyusun laporan keuangan masing-masing. Sehingga pada saat
menggabungkan/mengkonsolidasikan tidak perlu lagi membuat jurnal penutup.

b) Tahap Penyusunan Laporan Keuangan

Terdapat Laporan Keuangan Pemda yang wajib dibuat oleh pemerintah


daerah, yaitu: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL);

3. Laporan Operasional (LO);

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

5. Neraca;

6. Laporan Arus Kas (LAK); dan

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

1. Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran


(LRA)

12
merupakan laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA,
belanja, transfer, Surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-
masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. LRA
dapat langsung dihasilkan dari LRA konsolidasi yaitu dengan mengambil
data akun-akun kode rekening 4 (Pendapatan – LRA), 5 (Belanja), 6
(Transfer) dan 7 (Pembiayaan) pada worksheet yang telah di gabungkan.

2. Menyusun Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan SAL ini merupakan akumulasi SiLPA periode berjalan


dan tahun-tahun sebelumnya. Laporan perubahan SAL baru dapat disusun
setelah LRA selesai. Hal ini karena dalam menyusun laporan perubahan
SAL, kita memerlukan informasi SiLPA /SIKPA tahun berjalan yang ada
di LRA.

3. Penyusunan Laporan Operasional Sama halnya dengan LRA, Laporan


Operasional (LO) juga dapat langsung dihasilkan dari LO konsolidasi
yaitu dengan mengambil data akun-akun kode rekening 8 (Pendapatan –
LO) dan 9 (Beban).

4. Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Laporan Perubahan Ekuitas


menggambarkan pergerakan ekuitas pemerintah daerah. Laporan
Perubahan Ekuitas disusun dengan menggunakan data Ekuitas Awal dan

13
data perubahan ekuitas periode berjalan yang salah satunya diperoleh dari
Surplus/defisit Laporan Operasional.

5. Penyusunan Neraca

Laporan keuangan lainnya yang langsung dapat dihasilkan dari


WORKSHEET konsolidasi adalah Neraca. Neraca dapat disusun dengan
mengambil data akun-akun kode rekening 1 (Aset), 2 (Kewajiban) dan 3
(Ekuitas). Ada proses jurnal eliminasi untuk reciprocal RK-SKPD DAN
RK-PPKD. Sebagai catatan :Dari proses penutupan LO sebelumnya di
SKPD dan PPKD terbentuk Ekuitas yang sudah meliputi Transaksi Kas
dan Akrual. Dari proses penutupan LRA terbentuk Ekuitas SAL dan
proses offset Ekuitas dari Transaksi Kas. Dengan demikian didalam akun
Ekuitas akan terlihat saldo Ekuitas SAL dan Ekuitas Akrual murni.

6. Membuat Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan aliran kas masuk dan kas keluar yang
terjadi pada pemerintah daerah. Semua transaksi arus kas masuk dan kas
keluar tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi,
aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan aktivitas transitoris. Informasi
tersebut dapat diperoleh dari Buku Besar Kas. Laporan Arus Kas disusun
oleh Bendahara Umum Daerah.

7. Membuat Catatan atas Laporan Keuangan

14
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan
Laporan Arus Kas.

15
16
2.2 Akuntansi Pemerintah Pusat

SAPP(Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat) merupakan rangkaian


sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Pemerintah
Pusat. Dengan menjalankan SAPP tujuan yang ingin dicapai dalam rangka
akuntabilitas akuntansi dan pelaporan antara lain untuk:

1. Menjaga aset pemerintah pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,


pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum;

2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang
berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;

3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu


instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;

4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,


pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

Ciri-ciri Pokok SAPP

Karakteristik mendasar yang dapat diperhatikan dalam menjalankan SAPP antara


lain:

1. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah


basis akrual. Penerapan basis kas tetap digunakan dalam penyusunan Laporan

17
Realisasi Anggaran sepanjang APBN disusun menggunakan pendekatan basis
kas.

2. Sistem Pembukuan Berpasangan

Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi


yaitu: Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan
mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait. Namun
demikian untuk akuntansi atas anggaran dilaksanakan secara single entry
(pembukuan tunggal).

3. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara


berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di
daerah.

4. Bagan Akun Standar

SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan


yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi. SAPP mengacu pada
Standar Akuntansi Pemerintahan dalam melakukan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan entitas pemerintah
pusat.

Kerangka Umum dan Struktur SAPP

Struktur SAPP terdiri dari dua subsistem besar yaitu Sistem Akuntansi Bendahara
Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
1. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara
(SABUN)

SABUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN dan


Pengguna Anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN).
SABUN terdiri dari beberapa subsistem, yaitu:

18
a. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat (SiAP);

b. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang Pemerintah (SAUP);

c. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah (SIKUBAH);

d. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi Pemerintah (SAIP);

e. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pinjaman (SAPPP);

f. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah (SATD);

g. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Subsidi (SABS);

h. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Lainnya (SABL);

i. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transaksi Khusus (SATK);

j. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan Badan


Lainnya (SAPBL).

Dalam pelaksanaan SABUN, Kementerian Keuangan selaku BUN


membentuk Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara
sebagai berikut:

a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara


(UABUN);

b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Bendahara Umum


Negara (UAPBUN);

c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara


tingkat Pusat (UAKBUN-Pusat);

d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Koordinator Kuasa Bendahara


Umum Negara tingkat Kantor Wilayah (UAKKBUN-Wilayah);

e. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara


Tingkat Daerah/KPPN (UAKBUN-Daerah/KPPN);

f. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran


Eselon I Bendahara Umum Negara (UAPPA-E1 BUN); dan

g. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran


Bendahara Umum Negara (UAKPA BUN). Pembentukan Unit Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan lingkup BUN dapat disesuaikan dengan
karakteristik entitas.

19
2. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) dilaksanakan oleh
kementerian negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan
pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan.

Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk Unit


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Unit Akuntansi dan Pelaporan Barang
Milik Negara (BMN).

Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada SAI, terdiri dari:

a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran (UAPA);

b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran-


Eselon1 (UAPPAE1);

c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran-


Wilayah (UAPPAW); dan

d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran


(UAKPA).

Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN pada SAI, terdiri dari:

a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pengguna Barang (UAPB);

b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pembantu Pengguna Barang–Eselon1


(UAPPB-E1);

c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pembantu Pengguna Barang–Wilayah


(UAPPB-W); dan

d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).

Pembentukan Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan lingkup


kementerian negara/lembaga dapat disesuaikan dengan karakteristik entitas.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2017, Pemerintah
menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa laporan keuangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk melaksanakan amanat tersebut, dengan

20
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kami atas nama
Pemerintah Republik Indonesia menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) Tahun 2017.

LKPP Tahun 2017 merupakan LKPP yang disusun berdasarkan Standar


Akuntansi Pemerintahan yang berbasis akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan
keuangan ini terdiri dari 7 (tujuh) laporan, yaitu: (a) Laporan Realisasi APBN ; (b)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; (c) Neraca; (d) Laporan Operasional;
(e) Laporan Arus Kas; (f) Laporan Perubahan Ekuitas; dan (g) Catatan atas
Laporan Keuangan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara, sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP Tahun
2017disampaikan terlebih dahulu kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir, untuk diperiksa.

Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Pusat


1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P
TA 2017 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan,
belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31
Desember 2017.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih
(SAL) selama periode 1 Januari 2017sampai dengan31 Desember 2017.
3. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah
Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal 31 Desember.
4. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah

21
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan mulai periode 1 Januari
sampai dengan 31 Desember.
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kasuntukperiode yang
berakhir pada 31 Desember.
6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan perubahan-perubahan dalam
bentuk ekuitas yang masuk ke dalam Neraca per 31 Desember.
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro,


kebijakan fiskal, metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi
yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos
laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Dalam
CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan
keuangan serta beberapa informasi tambahan yang diperlukan.

22
CONTOH LAPORAN KEUANGAN DI KEMENTERIAN KEUANGAN

1. Laporan Realisasi Anggaran

23
2. Laporan Neraca

24
25
3. Laporan Operasional

26
4. Laporan Perubahan Ekuitas

27
BAB III
PENUTUP

Tujuan dari Laporan Keuangan Konsolidasian adalah penyusunan


laporean keuangan konsolidasian pada unit pemerintahan dalam rangka
menyajikan general purpose financial statement demi meningkatkan kualitas dan
kelengkapan laporan keuangan. General purpose financial statement adalah
laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama user termasuk lembaga
legislatif sesuai yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan. General
purpose financial statement yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan di sajikan
secara terkonsolidasi agar mencerminkan satu kesatuan entitas .

Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian : Pemerintah pusat/daerah


menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dari gabungan semua laporan
entitas pelaporan kepada lembaga legislatif. Laporan keuangan konsolidasian itu
disusun sesuai dengan priode pelaporan masing-masing entitas pelaporan
sebagaimana disebutkan dalam PSAP 11 paragraf 7 bahwa “ Laporan Keuangan
Konsolidasian disajikan untuk priode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan
berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya “. Laporan keuangan
konsolidasian disusun sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan dirinci
menurut organisasi, fungsi, sub fungsi, program dan jenis belanja sehingga dapat
diperbandingkan dengan anggaran dan realisasi tahun sebelumnya.

SAPP merupakan rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara,


peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pada Pemerintah Pusat.LKPP yang disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berbasis akrual sesuai dengan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Laporan keuangan ini terdiri dari 7 (tujuh) laporan, yaitu: (a)
Laporan Realisasi APBN ; (b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; (c)
Neraca; (d) Laporan Operasional; (e) Laporan Arus Kas; (f) Laporan Perubahan
Ekuitas; dan (g) Catatan atas Laporan Keuangan.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28496423/Pelaporan_Keuangan_Pemerintah_Daerah.d
ocxdiakses terakhir tanggal 05Nopember 2018

http://info-pemda.blogspot.com/2014/04/pejabat-pengelola-keuangan-daerah-
ppkd.htmldiakses terakhir tanggal 05 Nopember 2018

Modul sistem akuntansi pemerintah pusat Kementrian Keuangan Republik


Indonesia 2014

Modul 3 sistem akuntansi pemerintah daerah

Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

29

Anda mungkin juga menyukai