Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DI SUSUN OLEH

SAIFUL AMIN C30118151

AHMAD FAUZI YETTA C30118179

DIKY WAHYUDI C30118175

I PUTU DANDY C30118133

MUHAMMAD RYAAS RASYID C30118153

AGUS ARIANTO C30118139

RIKO DIFKI OFIR C30118143

ALEXANDER FRANS ISHAK C30118176

S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Pemerintahan berjudul “

Akuntansi Pembiayaan ”

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan kendala yang

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan serta wawasan. Namun

berkat keinginan, keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya semua hambatan itu

dapat diatasi.

Penulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa penulis tidaklah sempurna dalam

pembuatan makalah ini. Dengan demikian penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca sekalian.

Palu, 22 oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................................................1

Daftar isi......................................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan :

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................5

Bab II Tinjauan Teoritis :

2.1 Landasan Teori ………………………………………………………………….....6

2.2 Telaah Pustaka……………………………………………………………………..21

Bab III Pembahasan :

3.1 Analisis Penggunaan SiLPA Tahun Lalu………………………………………….22

3.2 Analisis Tingkat Pertumbuhan SiLPA…………………………………………….24

Bab IV Penutup :

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….28

4.2 Saran………………………………………………………………………………28

Daftar pustaka...........................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang No.33 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, termasuk urusan pembangunan daerah.

Pembangunan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, mulai tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Suatu daerah otonom yang memiliki

sistem pemerintahan yang baik hendaknya secara berkala melaksanakan pertanggungjawaban

kepada Publik dan menjadi suatu keharusan yang mutlak dilaksanakan. Pertanggungjawaban

merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai salah satu pertanggungjawaban Pemerintah Daerah, perhitungan anggaran daerah

( perhitungan APBD ) ini juga merupakan salah satu alat analisis laporan keuangan pemerintah.

Analisis atas laporan keuangan ini akan memberikan informasi mengenai laporan surplus/defisit

antara pendapatan dan belanja yang mencerminkan hasil-hasil yang dicapai dalam periode

tertentu ( meliputi satu tahun ). Dari perhitunan tersebut akan terlihat apakah penerimaan yang

telah dianggarkan pada tahun perencanaan dalam bentuk penyusunan anggaran yang dapat

terealisir. Pada sisi pengeluaran juga akan terlihat apakah pengeluaran atas dana yang telah

dianggarkan pada belanja rutin maupun belanja pembangunan telah dilaksanakan secara efektif.

Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah

setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergesaran ini ditujukan untuk
peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur,

dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu

meningkatkan kualitas layanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya

belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah

daerah. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam

APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah

akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk

fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik,

pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih

banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan

bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk

melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) menyatakan

bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk programprogram layanan publik.

Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja untuk berbagai kepentingan

publik.

Struktur APBD baru yang berbasis kinerja memungkinkan terdapat SiLPA ( Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran ) pada akhir tahun anggaran dan dana sisi anggaran tersebut dapat

digunakan oleh pemerintah daerah untuk sumber pembiayaan penerimaan tahun berikutnya.

SiLPA merepresentasikan sisa kas yang timbul karena realisasi pendapatan daerah yang melebihi

realisasi belanja daerah. Ada tidaknya serta besar kecilnya sangat tergantung pada belanja yang

dilakukan Pemerintah daerah serta kinerja Pendapatan daerah. Jika pada tahun anggaran tertentu

tingkat belanja daerah relative rendah atau terjadi efisiensi anggaran, maka dimungkinkan akan

diperoleh SiLPA yang lebih tinggi. Tetapi sebaliknya jika belanja lebih tinggi maka SiLPA yang
diperoleh semakin kecil, bahkan belanja daerah lebih besar dari pendapatan sehingga

menyebabkan terjadi defisit keuangan ,maka tidak ada SiLPA untuk tahun anggaran

beersangkutan tetapi justru dimungkinkan terjadi sisa kurang pembiayaan anggaran (SiKPA).

Dengan demikian keberadaan SiLPA tersebut memberikan sinyal adanya kinerja anggaran yang

baik pada tahun anggaran yang bersangkutan.

Jika melihat struktur APBD berdasarkan PP No.24 Tahun 2005, pada saat penyusunan

APBD, Pemerintah tidak akan menganggarkan SiLPA yang akan diperoleh pada akhir tahun

anggaran bersangkutan sebab pada saat penyusunan APBD SiLPA akhir tahun anggaran masih

belum pasti, baru merupakan estimasi yang belum terealisasi. SiLPA akhir taun anggaran hanya

dapat diketahui jumlahnya setelah berakhir periode anggaran tersebu, yaitu tanggal 31

Desember. Namun, untuk SiLPA untuk tahun sebelumnya akan muncul pada tahun berkenaan

sebagai pos penerimaan pembiayaan. Tentunya anggaran SiLPA tahun lalu harus sama dengan

terealisasinya, artinya seluruh saldo SiLPA tahun lalu telah dialokasikan pada anggaran tahun

sekarang. Jika pada anggaran tahun lalu tidak terdapat sisa anggaran maka pos SiLPA tahun

anggaran sebelumnya akan bernilai kosong.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Pembiayaan

2. Bagaimana penerimaan dan pengeluaran pembiayaan?

3. Bagaimana proses pembiayaan neto dan pembiayaan dana bergulir?

4. Bagaimana Pengakuan, pengukuran, pengungkapan pembiayaan serta prosedur akuntansi

pembiyaan?
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui lebih dalam tentang Akuntansi Pembiayaan

mengenai proses-proses penerimaan,pengeluaran hingga pengungkapan pembiayaan.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan Akuntansi Pembiyaan Pemerintah Dearah ini yaitu :

A. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang ilmu keuangan

serta sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang Akuntansi

Pembiayaan

B.Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan daerah dan dapat

meningkatkan kemampuan dalam menganalisis suatu laporan keuangan

BAB II

PEMBAHASAN

I. AKUNTANSI PEMBIAYAAN

Definisi Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13

tahun 2006 sebagai berikut : “Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali , baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya “. Peraturan Pemerintah No 24

tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut :

“Pembiayaan ( financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan

maupun pengeluaran, yang perlu dibayar kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau

memanfaatkan surplus anggaran”. Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat bahwa pembiayaan

merupakan transaksi keuangan pemerintah yang mempunyai dampak terhadap penerimaan dan /

atau pengeluaran pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun – tahun

anggaran berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini adalah untuk menutup defisit anggaran

atau memanfaatkan surplus anggaran.

Transaksi pembiayaan terbagi atas penerimaan pembiayaan dan pembiayaan pengeluaran.

Selisih dari kedua transaksi tersebut merupakan pembiayaan netto. Transaksi penerimaan

pembiayaan berasal dari :

- penggunaan SiLPA tahun anggaran sebelumnya

- pencairan dana cadangan.

- hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

- penerimaan pinjaman daerah

- penerimaan kembali pemberian pinjaman

- penerimaan piutang daerah.

Transaksi pembiayaan pengeluaran berasal dari :

- pembentukan dana cadangan

- penyertaan modal pemerintah daerah

- pembayaran pokok pinjaman ( utang )

- pemberian pinjaman daerah


Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di PPKD sebagai Pemda. Hal ini

dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk memanfaatkan surplus

atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi pembiayaan, di dalamnya akan

melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di dalam neraca Pemda. Oleh karena itu

transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD sebagai Pemda (kantor pusat), yang

kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD lainnya, menjadi laporan keuangan Pemerintah

Daerah.

2. Pengeluaran dan penerimaan pembiayaan

A. Akuntansi Pembiayaan Penerimaan

- Transaksi pembiayaan penerimaan dicatat dengan menggunakan azas bruto, yaitu

pembiayaan penerimaan dicatat sebesar nilai brutonya (tidak dikompensasikan dengan

pengeluaran). - Pembiayaan penerimaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah

Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal. Pertama, untuk mengakui

realisasi penerimaan anggaran, kedua, jurnal korolari untuk mengakui akunneraca terkait

yang dipengaruhi transaksi tersebut.Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) huruf i, k, l, dan m

UU 1/2004, bahwa Bendahara Umum Daerah berwenang untuk:

a. menempatkan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi

b. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah

c. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah

d. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.


B erdas arkan kew enangan ters ebut, trans aks i- trans aks i yang berkaitan

dengan pembiayaan dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Umum Daerah.

Contoh:

Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp500.000.000,-

Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan diangsur selama 5 tahun mulai

tahun 2008. Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah 500 juta

Penerimaan Pinjaman 500 juta

Dana yg harus disediakan untuk

pembayaran utang jangka panjang 500 juta

Utang kepada Pemerintah Pusat 500 juta

B. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan P e n g e l u a r a n p e m b i a y a a n a d a l a h s e m u a

pengeluaran kas daerah karena memberikan pinjaman kepada pihak ketiga,

pembentukan dana cadangan, penyertaanmodal pemerintah, dan pembayaran kembali

pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu. Pengeluaran pembiayaan diakui

pada saat dikeluarkannya kas dari Kas Daerah.

Contoh:

Dikeluarkan uang sejumlah Rp100.000.000,- sebagai penyertaan modal pada PDAM. Jurnal

untuk pengeluaran penyertaan modal pada PDAM tersebut adalah:


Tanggal Uraian Debet Kredit

Pengeluaran Penyertaan Modal Pemda 100 juta

Kas di Kas Daerah 100 juta

Penyertaan Modal Pemda 100 juta

Diinvestasikan dalam Investasi Jk Panjang 100 juta

3. Proses Pembiyaan Neto dan Pembiayaan dana bergulir

a. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi

pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara

penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos

Pembiayaan Neto.

Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan

dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan

dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.

b. Perlakuan akuntansi atas pembiayaan dana bergulir

Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang diniatkan akan dipungut/ditarik

kembali oleh pemerintah daerah apabila 'kegiatannya tclah berhasil dan selanjutnya akan

digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana bergulir. Rencana

pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat di atas dicantumkan di APBD dan

dikelompokkan pada pengeluaran pembiayaan yaitu pengeluaran investasi jangka panjang.

Terhadap realisasi penerimaan kembaii pembiayaan juga iicatat dan disajikan sebagai

Penerimaan Pembiayaan - Investasi Jangka Panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau

bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai belanja bantuan sosial karena pemerintah daerah
mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya kembali kepada

kelompok masyarakat lainnya. Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan timbulnya investasi

jangka panjang yang bersifat non permanen dan disajikan dineraca sebagaiInvestasi Jangka

Panjang.

Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat dengan maksud agar kehidupan

kelompok masyarakat tersebut lebih baik tidak dimaksudkan untuk diminta kembali lagi oleh

pemerintah daerah maka rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut

dianggarkan di APBD sebagai belanja bantuan sosial. Demikian juga realisasi pembayaran dana

tersebut kepada kelompok masyarakat tersebut dibukukan dan disajikan sebagai belanja bantuan

sosial.

1. Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transfer Transfer merupakan bentuk

penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari atau kepada entitas

pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer terdiri atas transfer

masuk dan transfer keluar. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain,

misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari

pemerintah provinsi. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas

pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil

oleh pemerintah daerah serta bantuan keuangan.Transfer dapat diklasifikasikan berdasarkan

sumber kejadiannya, yakni meliputi berikut ini :

 Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan

 Transfer Pemerintah Pusat – lainnya


 Transfer Pemerintah Provinsi

 Transfer/Bagi Hasil ke Desa

 Transfer/Bantuan Keuangan

Transfer rmasuk diakui pada saat diterimanya PMK (Peraturan Menteri Keuangan) atau

Peraturan Presiden (Perpres), yang menyebabkan timbulnya hak pemerintah daerah terhadap

transfer masuk. Sementara itu, transfer keluar diakui pada saat diterbitkannya Surat Keputusan

Kepala daerah/Peraturan Kepala Daerah yang menyebabkan timbulnya kewajiban pemerintah

daerah kepada pihak lain. Pengukuran dan pencatatan adanya transfer masuk dilakukan

berdasarkan jumlah uang yang diterima di Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Pengukuran

dan pencatatan transfer keluar dilakukan berdasarkan pengeluaran kas yang keluar dari Rekening

Kas Umum Daerah (RKUD). Transfer disajikan dalam Laporan Operasional dalam Kelompok

Pendapatan Trasnfer yang diklasifikasikan berdasarkan.

Bagan Akun Standar (BAS). Pengungkapan transfer dalam Catatan Atas Laporan

Keuangan (CALK) 2. Pengakuan, pengukuran pengungkapan pembiayaan Pembiayaan

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan

pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari

penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah,

penerimaan kembali pinjaman yang diberikan pihak ketiga, penjualan investasi permanen

lainnya dan pencairan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran

Rekening Kas Umum Negara/Daerah, antara lain berasal dari pemberian pinjaman kepada pihak

ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun

anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat

diterima pada Rekening Kas Negara/Daerah. Sementara itu, pengeluaran pembiayaan diakui
pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Negara/Daerah.dibedakan berdasarkan transfer masuk

dan transfer keluar.

Pengukuran pembiayaan dilakukan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai

sekarang kas yang diterima atau yang akan diterima sejumlah dengan kas yang dikeluarkan atau

yang akan dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing perlu dikonversikan ke

mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar pada tanggal transaksi pembiayaan. Penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan Pemerintah Daerah disajikan dalam Catatan Atas

Laporan Keuangan yang disusun berdasarkan klasifikasi BAS. Pengungkapan terkait

pembiayaan pada CALK harus pula meliputi hal-hal berikut ini :

 Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun

anggaran

 Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman,

pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan asset daerah yang dipisahkan, penyertaan

modal Pemerintah Daerah.

 Infromasi lainnya yang dianggap perlu.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Jadi pada materi ini kita dapat mengetahui bagaimana cara menjalankan suatu kebijakan

akuntansi kususnya pada beban yang mana kita dapat memahami pengakuan,pengukuran dan

pengungkapan beban tersebut dan akan lebih memudahkan pada bagian akuntansi dalam

melakukan pencatatan demikianlah materi ini kami sampaikan lebih dan kurangnya kami mohon

maaf asalamualaikum warahmtulahi wabarokatu.


DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/akuntansi_pembiayaan.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/praktika-akuntansi-lembagainstansi-pemerintah-xii-akl-

pertemuan-2.pdf

https://www.academia.edu/35456705/

Contoh_Makalah_AKD_II_Akuntansi_Pembiayaan_Analisis_Penggunaan_SilPa

https://www.coursehero.com/file/p69f17a/Akuntansi-Penerimaan-Pembiayaan-Penerimaan-

pembiayaan-adalah-semua-penerimaan/

Anda mungkin juga menyukai