DI SUSUN OLEH
S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS TADULAKO
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Akuntansi Pembiayaan ”
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan kendala yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan serta wawasan. Namun
berkat keinginan, keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya semua hambatan itu
dapat diatasi.
pembuatan makalah ini. Dengan demikian penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................1
Daftar isi......................................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan :
Bab IV Penutup :
4.2 Saran………………………………………………………………………………28
Daftar pustaka...........................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
Pemerintah Pusat dan Daerah diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, termasuk urusan pembangunan daerah.
Pembangunan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Suatu daerah otonom yang memiliki
kepada Publik dan menjadi suatu keharusan yang mutlak dilaksanakan. Pertanggungjawaban
( perhitungan APBD ) ini juga merupakan salah satu alat analisis laporan keuangan pemerintah.
Analisis atas laporan keuangan ini akan memberikan informasi mengenai laporan surplus/defisit
antara pendapatan dan belanja yang mencerminkan hasil-hasil yang dicapai dalam periode
tertentu ( meliputi satu tahun ). Dari perhitunan tersebut akan terlihat apakah penerimaan yang
telah dianggarkan pada tahun perencanaan dalam bentuk penyusunan anggaran yang dapat
terealisir. Pada sisi pengeluaran juga akan terlihat apakah pengeluaran atas dana yang telah
dianggarkan pada belanja rutin maupun belanja pembangunan telah dilaksanakan secara efektif.
Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah
setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergesaran ini ditujukan untuk
peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur,
dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu
meningkatkan kualitas layanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya
belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah
daerah. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam
APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah
akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik,
pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih
banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan
bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk
melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) menyatakan
bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk programprogram layanan publik.
Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja untuk berbagai kepentingan
publik.
Struktur APBD baru yang berbasis kinerja memungkinkan terdapat SiLPA ( Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran ) pada akhir tahun anggaran dan dana sisi anggaran tersebut dapat
digunakan oleh pemerintah daerah untuk sumber pembiayaan penerimaan tahun berikutnya.
SiLPA merepresentasikan sisa kas yang timbul karena realisasi pendapatan daerah yang melebihi
realisasi belanja daerah. Ada tidaknya serta besar kecilnya sangat tergantung pada belanja yang
dilakukan Pemerintah daerah serta kinerja Pendapatan daerah. Jika pada tahun anggaran tertentu
tingkat belanja daerah relative rendah atau terjadi efisiensi anggaran, maka dimungkinkan akan
diperoleh SiLPA yang lebih tinggi. Tetapi sebaliknya jika belanja lebih tinggi maka SiLPA yang
diperoleh semakin kecil, bahkan belanja daerah lebih besar dari pendapatan sehingga
menyebabkan terjadi defisit keuangan ,maka tidak ada SiLPA untuk tahun anggaran
beersangkutan tetapi justru dimungkinkan terjadi sisa kurang pembiayaan anggaran (SiKPA).
Dengan demikian keberadaan SiLPA tersebut memberikan sinyal adanya kinerja anggaran yang
Jika melihat struktur APBD berdasarkan PP No.24 Tahun 2005, pada saat penyusunan
APBD, Pemerintah tidak akan menganggarkan SiLPA yang akan diperoleh pada akhir tahun
anggaran bersangkutan sebab pada saat penyusunan APBD SiLPA akhir tahun anggaran masih
belum pasti, baru merupakan estimasi yang belum terealisasi. SiLPA akhir taun anggaran hanya
dapat diketahui jumlahnya setelah berakhir periode anggaran tersebu, yaitu tanggal 31
Desember. Namun, untuk SiLPA untuk tahun sebelumnya akan muncul pada tahun berkenaan
sebagai pos penerimaan pembiayaan. Tentunya anggaran SiLPA tahun lalu harus sama dengan
terealisasinya, artinya seluruh saldo SiLPA tahun lalu telah dialokasikan pada anggaran tahun
sekarang. Jika pada anggaran tahun lalu tidak terdapat sisa anggaran maka pos SiLPA tahun
pembiyaan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui lebih dalam tentang Akuntansi Pembiayaan
A. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang ilmu keuangan
serta sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang Akuntansi
Pembiayaan
B.Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan daerah dan dapat
BAB II
PEMBAHASAN
I. AKUNTANSI PEMBIAYAAN
tahun 2006 sebagai berikut : “Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali , baik pada tahun anggaran yang
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut :
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran”. Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat bahwa pembiayaan
merupakan transaksi keuangan pemerintah yang mempunyai dampak terhadap penerimaan dan /
atau pengeluaran pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun – tahun
anggaran berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini adalah untuk menutup defisit anggaran
Selisih dari kedua transaksi tersebut merupakan pembiayaan netto. Transaksi penerimaan
dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk memanfaatkan surplus
atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi pembiayaan, di dalamnya akan
melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di dalam neraca Pemda. Oleh karena itu
transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD sebagai Pemda (kantor pusat), yang
kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD lainnya, menjadi laporan keuangan Pemerintah
Daerah.
pengeluaran). - Pembiayaan penerimaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah
Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal. Pertama, untuk mengakui
realisasi penerimaan anggaran, kedua, jurnal korolari untuk mengakui akunneraca terkait
yang dipengaruhi transaksi tersebut.Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) huruf i, k, l, dan m
b. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah
Contoh:
Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp500.000.000,-
Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan diangsur selama 5 tahun mulai
pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu. Pengeluaran pembiayaan diakui
Contoh:
Dikeluarkan uang sejumlah Rp100.000.000,- sebagai penyertaan modal pada PDAM. Jurnal
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Pembiayaan Neto.
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan
dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan
dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang diniatkan akan dipungut/ditarik
kembali oleh pemerintah daerah apabila 'kegiatannya tclah berhasil dan selanjutnya akan
digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana bergulir. Rencana
Terhadap realisasi penerimaan kembaii pembiayaan juga iicatat dan disajikan sebagai
Penerimaan Pembiayaan - Investasi Jangka Panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau
bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai belanja bantuan sosial karena pemerintah daerah
mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya kembali kepada
jangka panjang yang bersifat non permanen dan disajikan dineraca sebagaiInvestasi Jangka
Panjang.
Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat dengan maksud agar kehidupan
kelompok masyarakat tersebut lebih baik tidak dimaksudkan untuk diminta kembali lagi oleh
pemerintah daerah maka rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut
dianggarkan di APBD sebagai belanja bantuan sosial. Demikian juga realisasi pembayaran dana
tersebut kepada kelompok masyarakat tersebut dibukukan dan disajikan sebagai belanja bantuan
sosial.
penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari atau kepada entitas
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Transfer terdiri atas transfer
masuk dan transfer keluar. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain,
misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari
pemerintah provinsi. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil
Transfer/Bantuan Keuangan
Transfer rmasuk diakui pada saat diterimanya PMK (Peraturan Menteri Keuangan) atau
Peraturan Presiden (Perpres), yang menyebabkan timbulnya hak pemerintah daerah terhadap
transfer masuk. Sementara itu, transfer keluar diakui pada saat diterbitkannya Surat Keputusan
daerah kepada pihak lain. Pengukuran dan pencatatan adanya transfer masuk dilakukan
berdasarkan jumlah uang yang diterima di Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Pengukuran
dan pencatatan transfer keluar dilakukan berdasarkan pengeluaran kas yang keluar dari Rekening
Kas Umum Daerah (RKUD). Transfer disajikan dalam Laporan Operasional dalam Kelompok
Bagan Akun Standar (BAS). Pengungkapan transfer dalam Catatan Atas Laporan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan
pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan pihak ketiga, penjualan investasi permanen
lainnya dan pencairan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran
Rekening Kas Umum Negara/Daerah, antara lain berasal dari pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun
anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat
diterima pada Rekening Kas Negara/Daerah. Sementara itu, pengeluaran pembiayaan diakui
pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Negara/Daerah.dibedakan berdasarkan transfer masuk
sekarang kas yang diterima atau yang akan diterima sejumlah dengan kas yang dikeluarkan atau
yang akan dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing perlu dikonversikan ke
mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar pada tanggal transaksi pembiayaan. Penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan Pemerintah Daerah disajikan dalam Catatan Atas
Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun
anggaran
Jadi pada materi ini kita dapat mengetahui bagaimana cara menjalankan suatu kebijakan
akuntansi kususnya pada beban yang mana kita dapat memahami pengakuan,pengukuran dan
pengungkapan beban tersebut dan akan lebih memudahkan pada bagian akuntansi dalam
melakukan pencatatan demikianlah materi ini kami sampaikan lebih dan kurangnya kami mohon
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/akuntansi_pembiayaan.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/praktika-akuntansi-lembagainstansi-pemerintah-xii-akl-
pertemuan-2.pdf
https://www.academia.edu/35456705/
Contoh_Makalah_AKD_II_Akuntansi_Pembiayaan_Analisis_Penggunaan_SilPa
https://www.coursehero.com/file/p69f17a/Akuntansi-Penerimaan-Pembiayaan-Penerimaan-
pembiayaan-adalah-semua-penerimaan/