Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH LEMBAGA DAN INSTRUMEN KEUANGAN SYARI’AH

“Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ekonomi Moneter
Dosen Pengampu : Ahmad Syarif, M.Se

Disusun Oleh:
1. Kirani (2031710143)
2. Amelia Safitri (2031710152)
3. Wahyu Rachmadani (2031710146)
4. M. Navis Maulana Habsji (2031710149)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
(UINSI) SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd)" tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Dosen : Ahmad Syarif M.Sc
pada mata kuliah: Ekonomi Moneter di Universitas Negeri Islam Sultan Aji
Muhammad Idris Samarinda. Selain itu penulis juga berharap makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang isi makalah tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Samarinda, 22 Mei 2023

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian APBD dan Pertumbuhan ekonomi ........................................................ 3

B. Fungsi APBD bagi ekonomi daerah ......................................................................... 5

C. Penyusunan dan Penetapan ABPD ........................................................................... 6

D. Statistik ekonomi keuangan daerah Kalimantan Timur 2022 ............................. 14

E. Fungsi RAPERDA .................................................................................................... 16

F. APBD Kalimantan Timur saat ini ........................................................................... 17

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana
keuangan tahunan daerah yang dibahas dan juga yang disetujui secara bersama
oleh Pemerintah Daerah dan juga bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), serta ditetapkan oleh Peraturan Daerah (Permendagri No.13
Tahun 2006). Rahardjo (2014) menjelaskan APBD adalah suatu rencana
operasional keuangan daerah, disatu pihak menggambarkan penerimaan tentang
pendapatan dan dilain pihak merupakan tentang pengeluaran untuk membiayai
pengeluaran rutin dan juga pengeluaran dalam pembangunan dalam satu tahun
anggaran. Di dalam APBD memiliki masa tahun anggaran yaitu satu tahun,
dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Menurut
Menteri Negara Otonomi Daerah RI dan juga PAU-SE UGM, menyatakan
bahwa APBD pada dasarnya adalah suatu instrumen kebijakan yang dipakai
adalah sebagai alat untuk dapat meningkatkan pelayanan umum serta
kesejahteraan masyarakat di daerah.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan hal sangat penting
di dalam pemerintahan, yaitu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia dan merupakan perwakilan dari rakyat daerah yang
berkedudukan sebagai guna unsur-unsur dalam penyelenggara pemerintah
daerah di provinsi,kabupaten dan kota. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) terdiri dari atas beberapa anggota partai politik yang dipilih dan
pemilihan umum yang dipilih melalui cara dengan pemilihan umum.
Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan
pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan

1
2

pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan
perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai
dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian APBD dan pertumbuhan ekonomi?
2. Fungsi APBD bagi ekonomi daerah?
3. Bagaimana penyusunan dan penetapan ABPD?
4. Statistik ekonomi keuangan daerah Kalimantan Timur 2022?
5. Apa fungsi RAPERDA ?
6. APBD Kalimantan Timur saat ini?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian APBD dan pertumbuhan ekonomi
2. Untuk mengetahui Fungsi APBD bagi pertumbuhan daerah
3. Untuk mengetahui Penyusunan dan Penetapan ABPD
4. Untuk mengetahui Statistik ekonomi keuangan daerah Kalimantan Timur
2022
5. Untuk mengetahui Fungsi RAPERDA dan APBD
6. Untuk mengetahui APBD Kalimantan Timur saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian APBD dan Pertumbuhan ekonomi
1. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat
APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun
2003 Pasal 1 Butir 8 tentang KeuanganNegara). Semua Penerimaan Daerah
dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan
pengeluaran yangberkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas
Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan
semua BelanjaDaerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam
tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah
bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran
yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan
pengendalian,pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai
1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.
Sehingga pengelolaan,pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah
dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut. APBD disusun
dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistemanggaran yang mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja atau output dariperencanaan alokasi
biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yangdianggarkan
dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang

3
4

dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat


direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja
tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang
melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari negara atau daerah yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya.Kenaikan kapasitas itu sendiri di
tentukan atau memungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-
penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.Kenaikan kapasitas itu
sendiri di temukan atau memungkinkan oleh adanya kemajuan atau
penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan
ideologis terhadap berbagai tuntunan keadaan yang ada.Masing-masing
ketiga komponen pokok dari definisi ini sangat penting untuk diketahui
terlebih dahulu. Yaitu: 1) Kenaikan output secara berkesinambungan adalah
menifestasi atau perwujudan dari pada yang disebut sebagai pertumbuhan
ekonomi, sedangkan kemampuan penyediaan berbagai jenis barang itu
sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economi manurity) disuatu
Negara yang bersangkutan, 2) perkembangan teknologi merupakan dasar
prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan, ini ada lah suatu kondisi yang di perluhkan, tetap tidak
cukup itu saja (jadi disamping kemajuan teknologi masih di prlukan factor-
faktor lain, 3) guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkadang di
5

dalam teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian kelembagaan, sikap,


dan 5ocial5r. (Todaro, 1989).
B. Fungsi APBD bagi ekonomi daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diatur dalam undang-
undang. Tujuan APBD membantu pemerintah daerah untuk mendata
pengeluaran dan pendapatan selama satu tahun. Tujuan APBD lainnya menjadi
pedoman, memperbaiki kesalahan, dan mencegah penyelewengan dana yang
merugikan. Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran
masyarakat. Fungsi APBD diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2003
Pasal 66. Sebagai berikut:
1. Fungsi Otoritas
Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan.
Tanpa dianggarkandalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan
untuk dilaksanakan
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagimana manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
4. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan
pemborosan sumber daya,serta meningkatkan efisiensi, dan efektivitas
perekonomian daerah.
5. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam
penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
6

6. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilitasi memiliki makna bahwa anggaran daerah menjadi
alat untukmemelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.
C. Penyusunan dan Penetapan ABPD
1. Penyusunan APBD
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar
sebagai berikut: (1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2)
penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan prioritas
dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran
SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.
Dalam gambar, tahapan penyusunan rancangan APBD terlihat sebagai
berikut:

Gambar 1. Tahapan Penyusunan Rancangan APBD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah


(RKPD)

Kebijakan Umum APBD

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD


(RKA-SKPD)

Rancangan Perda APBD

Perda APBD
7

a. Rencana Kerja Pemerintah Daerah


Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Bila dilihat dari perspektif waktunya, perencanaan di tingkat
pemerintah daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Rencana Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah
untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan
tahunan daerah. Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari:
Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5
tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja
tahunan SKPD.
Proses penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing.
2) Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat
arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan program
kewilayahan.
3) Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang
merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari
Renja SKPD untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada
Renja Pemerintah.
4) Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun
berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan
tahun-tahun sebelumnya.
8

5) RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas,


pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemda maupun
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
6) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah
mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai
dengan peraturan perundangundangan.
7) RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
8) Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei
tahun anggaran sebelumnya.
9) RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
b. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS)
Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran
merupakan hal penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan
bukannya hanya sekedar harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan
setidaknya dua aturan yang jelas:
1) Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan)
terhadap sumber daya harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam
estimasi yang kasar, sebelum kebijakan ditetapkan. Suatu entitas yang
mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung pengaruhnya
terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran
sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.
2) Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan
dikoordinasikan dengan para pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala
Bappeda dan Kepala SKPD.
Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah
(TAPD) harus bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) untuk menjamin bahwa anggaran disiapkan dalam koridor
kebijakan yang sudah ditetapkan (KUA dan PPAS); dan menjamin semua
9

stakeholders terlibat dalam proses penganggaran sesuai dengan peraturan


yang berlaku.
Konsultasi dapat memperkuat legislatif untuk menelaah strategi
pemerintah dan anggaran. Dengan pendapat antara legislatif dan
pemerintah, demikian juga dengan adanya tekanan dari masyarakat, dapat
memberi mekanisme yang efektif untuk mengkonsultasikan secara luas
kebijakan yang terbaik. Pemerintah harus berusaha untuk mengambil
umpan balik atas kebijakan dan pelaksanaan anggarannya dari masyarakat,
misalnya melalui survey, evaluasi, seminar, dsb. Akan tetapi, proses
penyusunan anggaran harus menghindari tekanan yang berlebihan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dan para pelobi, agar penyusunan
anggaran dapat diselesaikan tepat waktu.
c. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
setelah ada Nota Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD)
menyiapkan surat edaran kepala daerah tentang Pedoman Penyusunan
RKA-SKPD yang harus diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus
tahun anggaran berjalan.
Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses
penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar
belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum,
skala prioritas dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan
melibatkan partisipasi masayarakat. Sementara itu, penyusunan anggaran
dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah (KPJM), pendekatan anggaran terpadu, dan
pendekatan anggaran kinerja.
Pendekatan KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan
kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut
dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada
tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Kerangka
10

pengeluaran jangka menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal


secara berkelanjutan. Gambaran jangka menengah diperlukan karena
rentang waktu anggaran satu tahun terlalu pendek untuk tujuan
penyesuaian prioritas pengeluaran, dan ketidakpastian terlalu besar bila
perspektif anggaran dibuat dalam jangka panjang (di atas 5 tahun).
Proyeksi pengeluaran jangka menengah juga diperlukan untuk
menunjukkan arah perubahan yang diinginkan. Dengan menggambarkan
implikasi dari kebijakan tahun berjalan terhadap anggaran tahun-tahun
berikutnya, proyeksi pengeluaran multi tahun akan memungkinkan
pemerintah untuk dapat mengevaluasi biaya-efektivitas (kinerja) dari
program yang dilaksanakan. Sedangkan pada pendekatan anggaran
tahunan yang murni, hubungan antara kebijakan sektoral dengan alokasi
anggaran biasanya lemah, dalam arti sumber daya yang diperlukan tidak
cukup mendukung kebijakan/program yang ditetapkan. Akan tetapi, harus
dihindari perangkap dimana pendekatan pemograman multi tahun ini
dengan sendirinya membuka peluang terhadap peningkatan pengeluaran
yang tidak perlu atau tidak relevan.
Penganggaran terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana
keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis
belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana dan untuk menghindari
terjadinya duplikasi belanja. Sedangkan penyusunan anggaran berbasis
kinerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi
kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Pendekatan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dan keluaran yang diharapkan dari kegiatan
dengan hasil kerja dan manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
11

Anggaran Berbasis Kinerja ini disusun berdasarkan pada:


1) Indikator kinerja;
2) Capaian atau target kinerja;
3) Analisis standar belanja (ASB);
4) Standar satuan kerja; dan
5) Standar pelayanan minimal.
Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-
masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang disusun dalam format
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul dapat
menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi
antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat
dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja
mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran (penyelenggara
pemerintahan) berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses
dan penggunaan sumber dayanya. Selanjutnya, beberapa prinsip dalam
disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran
daerah antara lain adalah (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan
batas tertinggi pengeluaran belanja; (2) Penganggaran pengeluaran harus
didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah
yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum
tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam
APBD/Perubahan APBD; dan (3) Semua penerimaan dan pengeluaran
daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukan dalam
APBD dan dilakukan melalui rekening Kas Umum Daerah.
Format dan cara pengisian RKA-SKPD dapat dilihat pada lampiran
dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
d. Penyiapan Raperda APBD
12

RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama


antara Kepala SKPD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
digunakan sebagai dasar untuk penyiapan Raperda APBD. Raperda ini
disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk selanjutnya
disampaikan kepada kepala daerah.
Raperda tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran
berikut ini:
1) ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan;
2) ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
3) rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
4) rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
program, dan kegiatan;
5) rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan
negara;
6) daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan;
7) daftar piutang daerah;
8) daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
9) daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;
10) daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain;
11) daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
12) dafar dana cadangan daerah; dan
13) daftar penjaman daerah.
Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum
disampaikan dan dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus
disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat yang bersifat
memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta
masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang
direncanakan. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD
13

ini dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola


keuangan daerah.
2. Penetapan APBD
Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut:
1) Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD
Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006,
Raperda beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan
disosialisasikan kepada masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh
kepala daerah kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan
Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran yang
direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan
keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dimulai.
Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan
rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD yang harus disertai
dengan nota keuangan. Raperda APBD tersebut antara lain memuat
rencana pengeluaran yang telah disepakati bersama. Raperda APBD ini
baru dapat dilaksanakan oleh pemerintahan kabupaten/kota setelah
mendapat pengesahan dari Gubernur terkait. Selanjutnya menurut Pasal
108 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, apabila dalam waktu 30
(tiga puluh hari) setelah penyampaian Raperda APBD Gubernur tidak
mengesahkan raperda tersebut, maka kepala daerah (Bupati/Walikota)
berhak menetapkan Raperda tersebut menjadi Peraturan Kepala Daerah.
2) Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD
Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan
rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh Bupati.Walikota harus disampaikan kepada Gubernur
untuk di-evaluasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.
Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan
daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan
14

kepentingan aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana APBD


kabupaten/kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya.
Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur
dan disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas ) hari
kerja terhitung sejak diterimanaya Raperda APBD tersebut.
3) Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD
Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi
tersebut menjadi Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD paling lambat tanggal 31 Desember
tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala
Daerah tentang penjabaran APBD ini disampaikan oleh Bupati/Walikota
kepada Gubernur terkait paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal
ditetapkan,
D. Statistik ekonomi keuangan daerah Kalimantan Timur 2022
a. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Kinerja ekonomi Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada triwulan II
2022 melanjutkan tren perbaikan dan meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya, didorong oleh capaian kinerja positif pada hampir seluruh
lapangan usaha. Dari sisi produksi, peningkatan kinerja ekonomi Kaltim
utamanya bersumber dari peningkatan kinerja hampir seluruh LU, khususnya
LU pertambangan dan LU industri pengolahan. Pada sisi pengeluaran,
peningkatan kinerja utamanya disebabkan oleh kinerja ekspor dan konsumsi
masyarakat di tengah perlambatan Investasi dan terkontraksinya belanja
pemerintah.
b. Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja keuangan pemerintah daerah Provinsi Kaltim pada triwulan II
2022 mengindikasikan adanya peningkatan baik realisasi pendapatan maupun
belanja pemerintah. Di tingkat pemerintah provinsi, peningkatan kinerja
15

keuangan pada triwulan II 2022 utamanya disebabkan oleh tingginya realisasi


pendapatan. Sejalan tingkat provinsi, realisasi pendapatan dan belanja APBD
pada 8 Kabupaten/Kota di Kaltim pada triwulan II 2022 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sejalan dengan APBD, realisasi belanja APBN di wilayah Kaltim sampai
dengan triwulan II 2022 mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya.
c. Perkembangan Inflasi Daerah
Realisasi inflasi Kaltim triwulan II 2022 tercatat sebesar 4,38% (yoy),
lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,86%
(yoy). Kenaikan inflasi pada triwulan II 2022 bersumber dari adanya
peningkatan tekanan inflasi pada tiga kelompok barang penyumbang inflasi
utama di Kaltim. Berdasarkan kota Pembentuk IHK di Kaltim, baik Kota
Samarinda maupun Kota Balikpapan keduanya mengalami peningkatan
inflasi pada triwulan ini dengan peningkatan lebih tinggi terjadi di Kota
Balikpapan. Inflasi Kaltim pada triwulan III 2022 diprakirakan akan
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan berbagai
faktor pendorong inflasi.
d. Pembiayaan Daerah Serta Akses Keuangan Dan UMKM
Kinerja penyaluran kredit di Kaltim pada triwulan II 2022 mengalami
kenaikan di tengah tingkat Non-Performing Loan (NPL) yang membaik.
Penghimpunan DPK di Kaltim turut mengalami peningkatan yang utamanya
bersumber dari peningkatan giro. Secara umum, penyaluran pembiayaan
perbankan syariah meningkat, dibarengi dengan kinerja penghimpunan DPK
syariah yang juga meningkat. Penyaluran pembiayaan atau akses keuangan
UMKM periode triwulan II 2022 masih positif meskipun sedikit melambat,
diikuti risiko kredit yang tetap terjaga.
e. Prospek Perekonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi Kaltim pada tahun 2022 akan melanjutkan tren
pertumbuhan positif dan diprakirakan berada pada rentang 2,85% - 3,65%
(yoy) lebih tinggi dari realisasi tahun 2021 yang sebesar 2,48% (yoy). Inflasi
16

tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang


diakibatkan oleh tingkat konsumsi masyarakat yang kembali pulih di tengah
terdisrupsinya pasokan pangan nasional baik dikarenakan isu domestik
maupun global.
Indikator Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur
Periode: Desember 2022

E. Fungsi RAPERDA
Adapun fungsi Peraturan Daerah antara lain:
1. Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas
pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan UU tentang
Pemerintahan Daerah.
2. Merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan
hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah
tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
17

3. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur


aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam
koridor NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
4. Sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.
F. APBD Kalimantan Timur saat ini
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kalimantan Timur
(Kaltim) Murni Tahun Anggaran 2023, telah disetujui sebesar Rp 17,2 triliun.
Pemerintah Provinsi menarget, APBD Perubahan Tahun Anggaran 2023 bisa
menembus angka Rp 20 triliun.
Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi menjelaskan, tambahan sebesar Rp
3 triliun pada APBD-P itu dimungkinkan dari dana perimbangan pusat.
Terutama pada Dana Bagi Hasil (DBH) Kelapa Sawit dan kompensasi Dana
Emisi Karbon yang dijanjikan pemerintah pusat akan terealisasi pada tahun 2023.
“Masuknya DBH Kelapa Sawit dan beberapa tambahan lainnya maka insha
allah pada 2023 nanti APBD-P Kaltim diperkirakan totalnya bisa mencapai Rp
20 triliun,” kata Hadi saat berbicara di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia
Provinsi Kaltim bertajuk Sinergi dan Inovasi: Memperkuat Ketahanan dan
Kebangkitan Menuju Indonesia Maju di Kantor Bank Indonesia di Samarinda,
Rabu (30/11/2022).
Menurut Hadi, ABPD Murni Kaltim Tahun 2023 sebesar Rp 17,2 triliun dan
APBD-P yang ditarget sebesar Rp 20 triliun, merupakan capaian APBD tertinggi
sepanjang sejarah Benua Etam. Angka APBD-P sebesar Rp 20 triliun, bahkan
diperkirakan bisa lebih tinggi lagi.
“Kalau dana kompensasi emisi karbon sebesar 120 Juta US Dollar tidak
dibagi tiga dengan Kementerian Keuangan dan KLHK, Kaltim bisa lebih besar
lagi APBD-nya. Karena Kaltim adalah satu-satunya provinsi yang mendapat
kompensasi emisi karbon,” paparnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat
APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003
Pasal 1 Butir 8 tentang KeuanganNegara).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
negara atau daerah yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diatur dalam undang-
undang. Tujuan APBD membantu pemerintah daerah untuk mendata
pengeluaran dan pendapatan selama satu tahun
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai
berikut: (1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan
rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan prioritas dan plafon
anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; (5)
penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.

18
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Website
http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/Pertemuan-3.pdf
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/lpp/Pages/Laporan-Perekonomian-
Provinsi-Kalimantan-Timur-Agustus-2022.aspx
https://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita/apbd-p-kaltim-tahun-2023-ditarget-
tembus-rp-20-triliun
https://www.bi.go.id/id/statistik/ekonomikeuangan/sekda/statistikregional.aspx?id
prov=64
Jurnal
Bumulo, F. (2009). Peran APBD Terhadap Pertumbuh* UUoromi Daerah.
JURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO,1, 135-146.

Nurhidayah , T., & Hendikawati, p. (2018). Pengaruh Realisasi APBD Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan dengan Statistical Mediation
Analysis. Jurnal MIPA 41, 111-120.

19
CONTOH SOAL DAN JAAWABAN
1. Pengesahan APBD oleh DPRD dan dituangkan dalam peraturan pemerintah
selambat-lambatnya dilakukan setelah APBN ditetapkan?
A. satu minggu
B. satu bulan
C. tiga minggu
D. tiga bulan
E. empat bulan
Jawaban: B
2. Pernyataan dibawah ini yang tidak termasuk tujuan dibuatnya APBD adalah?
A. Membantu pemerintah daerah mencapai tujuan fiskal
B. Meningkatkan pengaturan atau juga kordinasi tiap bagian yang berada di
lingkungan pemerintah daerah.
C. Menciptakan efisiensi terhadap penyediaan barang dan jasa
D. Menciptakan prioritas belanja pemerintah daerah.
E. Meningkatkan penguasaan pemerintah daerah terhadap SDA
Jawaban: E
3. Dampak dari APBD terhadap perekonomian di suatu daerah adalah ?
A. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah
B. mampu mereduksi tingkat kemiskinan yang ada disuatu daerah secara
signifikan.
C. mempengaruhi terhadap pengurangan atau penanggulangan masalah
pengangguran
D. mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi
E. Meningkat status sosial para penguasa dan pengelola daerah
Jawaban: E

20

Anda mungkin juga menyukai