PUBLIK
=Penjabaran dan Penetapan APBD=
Kelas/Semester : D/III
Kelompok : V
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah dan hikmat-Nya yang begitu
besar sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penjabaran dan Penetapan
APBD”. Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti perkuliahan
di Jurusan Akuntansi Program Studi Akuntansi Sektor Publik Politeknik Negeri Kupang.
Kami percaya bahwa makalah ini tidak dapat berhasil tanpa bantuan dan campur
tangan dari pihk lain atau teman-teman seperjuangan. Oeh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada teman –teman yang ikut berpartisipasi dalam makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran
dari manapun akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................2
BAB I : Pendahuluan..............................................................................................................3
c. Deskripsi Topik............................................................................................................3
BAB II : Pembahasan.............................................................................................................5
Penjabaran APBD...................................................................................................................6
Penetapan APBD....................................................................................................................27
Kesimpulan.............................................................................................................................31
Daftar Pustaka..........................................................................................................................32
2
BAB I. PENDAHULUAN
3
penyusunan anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan
dan sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan
konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Untuk memahami dengan baik apa itu anggaran keuangan daerah, materi-materi yang
ada dalam mata kuliah Anggaran Keuangan Daerah,apa saja yang tercakup didalamnya, siapa
saja yang turut ambil bagian didalamnya, dan pengetahuan dalam penanganan anggaran.
C. Deskripsi Topik
4
keputusan/persetujuan oleh karena persetujuan DPRD atas ranperda tentang APBD telah
dilakukan sebelum ranperda tentang APBD dievaluasi. Hasil penyempurnaan cukup
ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan DPRD. Keputusan Pimpinan DPRD menjadi dasar
penetapan APBD.
7.
5
BAB II. PEMBAHASAN
PENJABARAN APBD
A. Pengertian Anggaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
6
B. PENYUSUNAN RAPERDA TENTANG APBD BESERTA LAMPIRANNYA
KRITERIA PENYUSUNAN
Penyusunan materi rancangan peraturan daerah, sesuai ketentuan pasal 185 Undang-
Undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
7
usaha ekonomi masyarakat,Pemborosan keuangan negara/daerah,memicu
ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah,membuka peluang untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan kelompok dan politik lokal dan mengganggu stabilitas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang secara keseluruhan mengganggu jalannya
penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
c. Tidak bertentangan dengan peraturan daerah lainnya.
Maksud dari kriteria ini adalah bahwa kebijakan yang dituangkan dalam peraturan
daerah tentang APBD tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan daerah sebagai
penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Sebagai konsekuensinya bahwa
rancangan peraturan daerah tersebuut harus sejalan dengan peraturannya tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah dan menghindari adanya tumpang tindih
dengan peraturan daerah lainnya, seperti: peraturan daerah mengenai pajak
daerah,retribusi daerah dan lain sebagainya.
TEKNIS PENYUSUNAN
8
Tahap 1:
Dokumen RKA-SKPD ini disusun oleh masing-masing SKPD dengan berpedoman pada
surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD. Dokumen RKA-SKPD
yang disusun sesuai dengan urutan pekerjaan.
9
Bagan 2: Alur pengerjaan RKA-SKPD
R – 2.2
R-0
Tahap kedua adalah menyampaikan seluruh dokumen RKA-SKPD kepada PPKD dalam
rangka penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan
kepala daerah tentang APBD.
1. Form RKA-SKPD yag telah disusun oleh masing-masing SKPD ditandatangani oleh
kepala SKPD dan selanjutnya disampaikan kepada PPKD.
2. Dokumen RKA-SKPD yang telah diterima oleh PPKD disampaikan kepada TAPD
untuk dibahas lebih lanjut.
3. Pembahasan seluruh dokumen RKA-SKPD. Pembahasan yang dilakukan oleh TAPD
untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA,BPA,prakiraan maju
yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya
serta capaian kinerja, indikator kinerja,standar analisis belanja,standar satu negara,
dan standar pelayanan minimal.
4. Penyempurnaan RKA-SKPD. Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD yang telah
dilakukan oleh TPAD terdapat ketidaksesuaian, maka RKA-SKPD dikembalikan
kepada kepala SKPD yang bersangkutan,untuk penyempurnaan.
5. Kepala SKPD setelah melakukan penyempurnaan RKA-SKPD,menyampaikan
kepada TAPD.
10
6. TPAD menyerahkan seluruh dokumen RKA-SKPD dan RKA-SKPD hasil
penyempurnaan kepada PPKD.seluruh dokumen RKA-SKPD yang akan disampaikan
kepada PPKD tersebut sudah ditandatangani oleh kepala SKPD dan mendapatkan
paraf/pengesahan dari TAPD dalam form RKA-SKPD yang tersedia.
11
Rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang APBD yang disusun didasarkan atas
prakarsa dari kepala daerah,yang selaras dengan prinsip dan pedoman yang ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undang.
Batang tubuh peraturan daerah dirumuskan dalam pasal dan ayat yang menetapkan
tentang hal-hal yang diatur dalam rancangan peraturan daerah antara lain:
12
2. Uraian lebih lanjut atas anggaran pendapatan yang dirinci sampai dengan jenis
pendapatan.
3. Uraian lebih lanjut atas anggaran belanja daerah yang dirinci sampai dengan jenis
belanja daerah.
4. Uraian lebih lanjut atas anggaran pembiayaan daerah yang dirinci sampai dengan
jenis pembiayaan daerah.
5. Pencantuman daftar lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan daerah.
6. Menegaskan bahwa peraturan daerah tentang APBD perlu dijabarkan lebi lanjut
dengan penjabaran APBD sebagai landasa operasional pelaksanaan APBD dengan
peraturran kepala daerah.
7. Masa pemberlakuan peraturan daerah tentang APBD.
PENYAMPAIAN
Setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya disusun oleh
pejabat pengelola keuangan daerah,disampaikan oleh kepala daerah. Rancangan peraturan
daerah tentang APBD beserta lampirannya disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling
lambat pada minggu pertama bulan oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang
direncanakan.
Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap,maka pejabat yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pejabat/pelaksana tugas kepala
daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani persetujuan
bersama.
13
SOSIALISASI (PENYEBARLUASAN)
Rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut sebelum disampaikan atau diajukan
kepada DPRD terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan
dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dalam penganggaran.
Media yang dapat digunakan untuk sosialisasi mengenai rancangan peraturan daerah
tentang APBD tersebut antara lain melalui media massa,siaran radio lokal,televisi dan media
komunikasi lainnya. Sosialisasi dilaksanakan oleh sekretaris daerah selaku koordinator
pengelolaan keuangan daerah.
PEMBAHASAN
Rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya disampaikan oleh kepala
daerah kepada DPRD dibahas untuk memperoleh persetujuan bersama. Tata cara dan proses
pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut disesuaikan dengan
peraturan tata tertib DPRD.
14
Persetujuan bersama atau pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lambat 1 (huruf) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan (awal bulan desember).
15
Bagan 4: Lampiran I Ringkasan penjabaran APBD
Lampiran I
2. Penyusunan lampiran II
16
Penyusunan lampiran ini berisi penjabaran perubahan APBD menurut
organisasi,program,kegiatan kelompok,jenis,obyek,rincian obyek pendapatan,belanja dan
pembiayaan. Penyusunan lampiran ini dikompilasi dari (lihat bagan 5 lampiran II)
LAMPIRAN II
Seluruh RKA-SKPD 1
(rincian anggaran pendapatan SKPD)
Seluruh RKA-SKPD 2.1
(rincian anggaran belanja tidak langsung SKPD)
Seluru RKA-SKPD 2.2
(rincian anggaran belanja langsung SKPD menurut
program/kegiatan)
RKA-SKPD 3.1
(penerimaan pembiayaan)
RKA-SKPD 3.2
(Pengeluaran pembiayaan)
17
D. Penganggaran Daerah
Dampak lain diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah perubahan
pola pertanggung jawaban daerah terhadap pengalokasian dana yang dimiliki. Bentuk
pertanggung jawaban tersebut bersifat horizontal, yaitu pertanggung jawaban kepada
masyarakat dan badan legislatif (DPRD), bukan lagi vertikal atau kepada pemerintah atasan.
Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah dapat melakukan optimalisasi belanja
secara efektif dan efisien. Namun berdasarkan observasi dan pengalaman yang terjadi selama
ini, pengeluaran daerah justru sebaliknya.
Masalah lain yang tak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses penganggaran
di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis kinerja. Mengingat bahwa sistem
anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kerja dan evaluasi
18
serta bertujuan menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan
anggaran/perangkat daerah, maka perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja
dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan
anggaran perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi keebutuhan anggaran berbasis prestasi
kerja dan pengukuran akuntabilitas kinerja/perangkat daerah yang bersangkutan.
19
yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah. Pemberian kewenangan yang luas
kepada daerah memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan
menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan nasional, daerah maupun antar-daerah.
rencana pembangunan jangka panjang yang disusun oleh pemerintah daerah disebut
rencana-rencana pembangunan jangka panjang pemerintah daerah, atau disingkat menjadi
RPJP Daerah. RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 tahun kedepan yang memuat visi, misi, dana daerah pembangunan yang mengacu
pada rencana pembangunan jangka panjang nasional. Penyusunan RPJP daerah dilakukan
melalui urutan kegiatan,penyiapan rancangan awal pembangunan,musyawarah perencanaan
pembangunan, dan penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJP daerah. Rancangan awal RPJP yang
disusun Bappeda tersebut akan digunakan sebagai bahan pembahasan dalam musyawarah
perencanaan pembangunan. Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang),
diselenggarakan Bappeda yang diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dengan
mengikutsertakan masyarakat, (antara lain LSM, asosiasi profesi, pemuka agama, pemuka
adat, perguruan tinggi serta kalangan dunia usaha), dalam rangka menyerap aspirasi
masyarakat. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut Bappeda menyusun rancangan akhir
RPJP daerah dan RPJP ditetapkan dengan perda.
20
daerah. Pasal (2) Undang-Undang No. 25 tahun 2004 menyatakan bahwa RPJM daerah
merupakan penjabaran dari visi,misi,dan program kepala daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJM daerah dan memperhatikan RPJM nasional, memuat arah kebijakan
keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai
rencana-rencana kerja dalam rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
tindikatif.
Rancangan awal RPJM disusun oleh kepala Bappeda yang merupakan penjabaran dari
visi,misi,program kepala daerah kedalam strategi pembangunan daerah,kebijakan
umum,program prioritas kepala daerah,dan arah kebijakan keuangan daerah.
Dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM daerah yang disiapkan oleh kepala
Bappeda,kepala satuan kerja perangkat daerah, menyiapkan rancangan rencana strategi
satuan kerja perangkat daerah (Renstra-SKPD) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
yang memuat visi,misi,tujuan,strategi,kebijakan,program,dan kegiatan pembangunan.
Rancangan Renstra-SKPD digunakan oleh kepala Bappeda untuk menyusun rancangan
RPJM daerah yang digunakan sebagai bahan penyelenggaraan musyawarah perencanaan
pembangunan (musrenbang) jangka menengah.
RPJM daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah paling lambat tiga bulan
setelah kepala daerah dilantik. Setelah ditetapkannya RPJM daerah,ssatuan kerja perangkat
daerah segera menyesuaikan renstranya dengan RPJM daerah yang telah disahkan dan
ditetapkan dengan peraturan pimpinan satuan kerja perangkat daerah.
21
Rencana pembangunan tahunan
RKPD merupakan penjabaran dari RPJM daerah dan mengacu pada RKP,memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah,rencana kerja, dan
pendanaannya,baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;
Kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Menurut pasal 23 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, hak
dan kewajiban daerah diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintah daerah dan
dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah (APBD) yang
dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya, yang dimaksud dengan
hak daerah sesuai dengan pasal 21 UU Nomor 34 tahun 2004 maliputi beberapa hal
berikut:
22
Sedangkan yang dimaksudkan dengan kewajiban daerah sesuai pasal 22 UU No.32
Tahun 2004 meliputi beberapa hal sebagai berikut:
G. Jenis-jenis APBD
o Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus.
o Lain-lain pendapatan yang sah seperti Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi
Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana Penyesuaian
23
dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.
H. Fungsi APBD
Menurut pasal (3) ayat (4) UU No. 32/2004 APBD memiliki fungsi sebagai berikut.
Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi
pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan dalam APBD
sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.
Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan
sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi, dan efektifitas perekonomian daerah.
Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk
memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
24
I. Sumber-sumber APBD
25
keuangannya tapi hak milik berhubungan dengan pajak property. Jika pemerintah
daerah diharapkan untuk memerankan bagian penting dalam keuangan sektor jasa
(contoh: pendidikan, kesehatan), sebagaimana seharusnya mereka akan membutuhkan
akses untuk sumber penerimaan yang lebih elastis.
26
PENETAPAN APBD
b. kepentingan umum;
d. RPJMD.
Demikian pula, evaluasi sebagaimana yang diatur didalam pasal 1 angka 1 Permendagri
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Ranperda tentang APBD dan Ranperkada
tentang Penjabaran APBD sebagaimana diubah terakhir dengan Permendagri Nomor 36
Tahun 2011, bermakna sebagai sinkronisasi/harmonisasi kebijakan pemerintah dengan
kebijakan pemerintah daerah agar tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Materi evaluasi yang dimuat dalam Kepmendagri/Keputusan Gubernur lebih pada tafsir
perorangan selaku anggota tim evaluasi. Materi evaluasi tidak pernah menunjuk pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Demikian pula, materi evaluasi tidak pernah menunjuk pada
materi yang bertentangan dengan kepentingan umum, namun lebih pada tafsir atau
interpretasi belaka. Tim evaluasi di dalam menyusun dan memasukkan meteri evaluasi
sebaiknya menunjuk pada pasal/frasa dan regulasi/ketentuan peraturan perundang-undangan
yang dilanggar/tidak sesuai, dan menunjuk hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan
27
umum yang dilanggar/tidak sesuai. Jangan sekali-kali memasukkan materi evaluasi hanya
didasari pada kepentingan perorangan/kelompok atau oleh karena saran dan “bisikan” orang-
orang tertentu yang tidak berdasar pada peraturan perundang-undangan akan tetapi lebih pada
kepentingan mereka. Tim evaluasi agar menghindari penyusunan materi evaluasi lebih pada
kuantitas materi dengan mengabaikan kualitas materi evaluasi. Jika di dalam hasil evaluasi
tidak terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan, maka nyatakan dalam hasil evaluasi melalui Kepmendagri/Keputusan Gubernur
bahwa ranperda provinsi/kabupaten/kota tentang APBD dan ranper gubernur/bupati/walikota
tentang penjabaran APBD telah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan, dan di dalam Kepmendagri/Keputusan Gubernur jangan “ditambah-tambah” lagi
dengan materi lainnya. Tim evaluasi harus menyadari bahwa Kepmendagri/Keputusan
Gubernur sifatnya beschikking (keputusan atau penetapan) yang menjadi obyek PTUN atau
obyek hukum lainnya terhadap Mendagri/Gubernur dan bukan kepada anggota tim evaluasi.
Sehingga perlu dilakukan penyusunan materi evaluasi dengan prinsip kehati-hatian dengan
tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah yang
menetapkan perda tentang APBD dan perkada tentang penjabaran APBD. Kepala daerah
menyampaikan perda tentang APBD dan perkada tentang penjabaran APBD kepada
Mendagri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah ditetapkan. Dan untuk memenuhi asas transparansi, Kepala Daerah wajib
menginformasikan substansi Perda APBD kepada masyarakat yang telah diundangkan dalam
lembaran daerah.
28
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif, selanjutnya DPRD akan
melakukan pembahasan untuk beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi
diskusi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana
pada kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar
kebijakan eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.
Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun 2006, Raperda
beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada
masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling
lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun
anggaran yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan
keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dimulai. Atas dasar persetujuan bersama tersebut,
kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD yang
harus disertai dengan nota keuangan. Raperda APBD tersebut antara lain memuat
rencana pengeluaran yang telah disepakati bersama. Raperda APBD ini baru dapat
dilaksanakan oleh pemerintahan kabupaten/kota setelah mendapat pengesahan dari
Gubernur terkait.
2. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD
Raperda APBD pemerintahan kabupaten/kota yang telah disetujui dan
rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan
oleh Bupati.Walikota harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja. Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya
keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan
29
aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana APBD kabupaten/kota tidak bertentangan
dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah
lainnya. Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan
disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung
sejak diterimanaya Raperda APBD tersebut.
3. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD
Tahapan terakhir inidilaksanakan paling lambat tanggal 31 Desember tahun
anggaran sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala Daerah tentang
penjabaran APBD ini disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur terkait
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal ditetapkan.
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar sebagai berikut :
30
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN
Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah kepala badan/ dinas/biro
keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai
dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.
31
DAFTAR PUSTAKA
32