Anda di halaman 1dari 34

Tugas Kelompok 7 Dosen Pengampu : Arini, SE.,M.Ak.,Ak.

,CA
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Kelas : 3.4 Akt Reg B 2021

ANGGARAN PEMERINTAHAN

Oleh

Dea Amanda Putri (2162201084)


Yusna Khairunnisa.D (2162201016)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya lah sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dengan
baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Arini,
SE.,M.Ak.,Ak.,CA. selaku Dosen Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Anggaran Pemerintahan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar penulisan makalah ini menjadi lebih baik di masa mendatang.

Pekanbaru, 18 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...... 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………... 4

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………......... 5

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………....... 5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….… 6
A. Anggaran Pemerintahan………………………………………………………… 6
B. Elemen Dalam Struktur Anggaran Pemerintah .………………………………... 8
C. Peran APBN Bagi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi………………… 11
D. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ……………………………….. 13
E. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)……………………….............. 24

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………. 31


A. Kesimpulan…………………………………………………………………….... 31

B. Saran…………………………………………………………………………...... 33

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keuangan negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan
semua hak dan kewajiban negara. Dan seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki akibat-akibat
keuangan sehingga memerlukan adanya suatu perencanaan keuangan yang cermat (budgeting
atau penganggaran). Anggaran ini memiliki fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam
mengelola negara dalam periode tertentu, sebagai alat pengawasan dan pengendalian
masyarakat terhadap kebijakan yang telah dipilih oleh pemerintah dan sebagai alat
pengawasan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan
yang telah dipilih.

Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana kerja
untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget yang
digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bouge
atau bougette yang berarti “tas” di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di Inggris
kata budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit, khususnya tas
tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-surat anggaran.
Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal dari bahasa Belanda
kuno yakni groten yang berarti memperkirakan.

Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi
digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah “Anggaran Pendapatan dan Belanja” dipakai secara
resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan selanjutnya ditambahkan
kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
4
B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari masalah yang berkaitan dengan tulisan ini, maka kami membatasi
masalah-masalah yang akan di bahas, antara lain:
1. Anggaran Pemerintahan
2. Elemen dalam Struktur Anggaran Pemerintah
3. Peran APBN bagi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
4. APBN ( Anggaran Pendapatan Belanja Negara )
5. APBD ( Anggaran Pendapatan Belanja Daerah )

C. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini, kami mempunyai beberapa tujuan, antara lain:


1. Mengetahui Anggaran Pemerintahan
2. Mengetahui Elemen dalam Struktur Anggaran Pemerintah
3. Mengetahui Peran APBN bagi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
4. Mengetahui APBN ( Anggaran Pendapatan Belanja Negara )
5. Mengetahui APBD ( Anggaran Pendapatan Belanja Daerah )

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anggaran Pemerintahan / Anggaran Negara

Anggaran negara merupakan motor penggerak yang digunakan oleh pemerintah dalam
menjalankan roda pemerintahan. Dalam anggaran terdapat dokumen yang menunjukkan kondisi
atau keadaan keuangan suatu organisasi (keluarga, perusahaan, pemerintah) yang menyajikan
informasi mengenai pendapatan, pengeluaran, aktivitas dan tujuan yang hendak dicapai.

Penganggaran merupakan komitmen resmi manajemen yang terkait dengan harapan


manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi keuangan dalam jangka waktu
tertentu di masa yang akan datang. Di dalam realisasi anggaran terdapat proses pelaksanaan
yang telah direncanakan dan dianggarkan oleh organisasi baik keluarga, perusahaan atau
pemerintah.

Penganggaran di Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-undang Keuangan Negara,


telah disyaratkan bahwa dalam melaksanakan penyusunan anggaran Pemerintah harus
didasarkan pada pendekatan kinerja yang pada intinya menitikberatkan pada terciptanya
efisiensi dan efektivitas rencana kerja dan anggaran pada masing-masing kementrian/lembaga.
Reformasi keuangan negara di Indonesia pada tahun 2003 ditandai dengan pemerintah
menerbitkan tiga paket undang-undang keuangan negara yaitu UU No.17/2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15/2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Berdasarkan
reformasi.

Berbicara mengenai kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari


kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada
konsekuensi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Terbitnya
6
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-
undang No. 22 Tahun 1999 memberikan warna baru landasan penyelenggaraan pemerintah
daerah. Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004
yang diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2014 dan telah direvisi dengan Undang-
undang No.9 Tahun 2015 tersebut bertumpu pada upaya peningkatan efisiensi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan publik.

Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang berisi
rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan moneter. Anggaran
merupakan taksiran sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program kerja.

Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan
yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari pengeluaran dan
penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa yang lalu” (JohnF. Due:1975). Anggaran
negara, gambaran dari kebijaksanaan pemerintah yang dinyatakan dalam ukuran uang,
berupa kebijaksanaan pengeluaran untuk periode di masa depan maupun penerimaan untuk
menutup pengeluaran pemerintah tersebut. Dari anggaran negara dapat diketahui realisasi
pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah di masa lalu. Dapat diketahui pula tercapai atau tidaknya
serta maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai. Anggaran negara bukan hanya
sekadar laporan keuangan, namun juga laporan kebijakan yang diambil. Anggaran negara
menggambarkan suatu dokumen politik negara.

Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses manajemen
organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi yang penting. Anggaran mengungkapkan
apa yang dilakukan di masa mendatang. Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket
pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau
beberapa periode mendatang. Di dalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan data
penerimaan dan pengeluaran yang terjadi di masa lalu. Dan menurut Mulyadi (2001:488),
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam
satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.

7
B. Elemen Dalam Struktur Anggaran Pemerintah

Menurut National Commitee on Governmental Accounting (NCGA) yang saat ini telah
menjadi Governmental Accounting Standards Board (GASB), definisi anggaran (budget) adalah
sebagai rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan
sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.

Kadang-kadang pengertian anggaran negara dibedakan dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Dalam arti sempit anggaran negara berarti rencana pengeluaran dan penerimaan dalam
satu tahun saja. Dalam arti luas anggaran negara berarti jangka waktu perencanaan, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban anggaran. Jadi, anggaran dalam arti luas meliputi suatu daur anggaran.

Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk mempengaruhi arah
dan percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai anggaran yang akan digunakan
tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi. Dalam keadaan ekonomi yang normal
dipergunakan anggaran negara yang seimbang, kemudian dalam keadaan ekonomi yang deflasi
biasanya dipergunakan anggaran negara yang defisit dan sebaliknya dalam keadaan ekonomi
yang inflasi dipergunakan anggaran negara yang surplus.

Umumnya anggaran negara dapat diklasifikasikan atas 2 kategori:

1. Anggaran Berimbang (Balanced Budgeting)

Anggaran berimbang disusun sedemikian rupa sehingga setiap pengeluaran pemerintah


dapat dibiayai oleh penerimaan dari sektor pajak atau sejenisnya, yaitu suatu kondisi dimana
penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah.

2. Anggaran Tidak Seimbang (Unbalanced Budgeting)

Anggaran tidak seimbang terdiri dari anggaran surplus dan anggaran defisit. Anggaran
surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan sedangkan anggaran defisit yaitu

8
pengeluaran lebih besar dari penerimaan. Anggaran belanja yang tidak seimbang
biasanya akan mempunyai pengaruh yangberlipat ganda terhadap pendapatan nasional.

Fungsi Anggaran Negara

Anggaran yang dimiliki oleh suatu negara mengandung tiga fungsi fiskal utama yaitu:

1. Fungsi Alokasi
Pemerintah mengadakan alokasi terhadap sumber-sumber dana untuk mengadakan
barang-barang kebutuhan perseorangan dan sarana yang dibutuhkan untuk kepentingan umum.
Semuanya itu diarahkan agar terjadi keseimbangan antara uang beredar dan barang serta jasa
dalam masyarakat.

2. Fungsi Distribusi
Pemerintah melakukan penyeimbangan, menyesuaikan pembagian pendapatan dan
mensejahterahkan masyarakat.

3. Fungsi Stabilitas
Pemerintah meningkatkan kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-
barang kebutuhan masyarakat dan menjamin selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
mantap.

Prinsip-Prinsip Anggaran Negara

Prinsip-prinsip dalam anggaran Negara :

1. Demokratis, mengandung makna bahwa anggaran negara (di pemerintahan Pusat maupun
di pemerintahan Daerah), baik yang berkaitan dengan pendapatan maupun yang berkaitan
dengan pengeluaran, harus ditetapkan melalui suatu proses yang mengikutsertakan
sebanyak mungkin unsur masyarakat selain harus dibahas dan mendapatkan persetujuan
dari lembaga perwakilan rakyat.

9
2. Adil, berarti bahwa anggaran negara haruslah diarahkan secara optimum bagi
kepentingan orang banyak dan secara proporsional, dialokasikan bagi semua kelompok
dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
3. Transparan, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan serta pertanggungjawaban
anggaran negara harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh masyarakat
umum.
4. Bermoral Tinggi, berarti pengelolaan keuangan negara harus berpegang kepada
peraturan perundangan yang berlaku, dan juga senantiasa mengacu pada etika dan moral
yang tinggi.
5. Berhati-hati, berarti pengelolaan anggaran negara harus dilakukan secara berhati-
hati, karena jumlah sumber daya yang terbatas dan mahal harganya. Hal ini semakin
terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang negara.
6. Akuntabel, berarti bahwa pengelolaan keuangan negara haruslah dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat secara intern maupun ekstern kepada rakyat.

Kebanyakan sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal dan
penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya adalah pemisahan
penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis anggaran sektor publik adalah:

1. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (Budget of State)

2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap
BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta.

Karakteristik Anggaran Negara

Karakteristik anggaran sektor publik, adalah sebagai berikut:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran


yang ditetapkan.

10
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari
penyusun anggaran

5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Perkembangan Sistem Anggaran Negara

Sistem anggaran negara saat ini terdiri dari 2 (dua) komponen utama:

1. Anggaran untuk pemerintah pusat yang dibagi dalam :

a. Anggaran rutin yang besarnya kira-kira 62 persen dari total pengeluaran meliputi:
belanja pegawai, belanja barang dan subsidi (BBM dan bukan BBM).

b. Anggaran pembangunan yang besarnya kira-kira 14 persen dari total pengeluaran


meliputi pembiayaan rupiah dan pembiayaan proyek. Untuk anggaran pembangunan,
peranan dana yang berasal dari negara-negara donatur saat ini masih cukup besar.

2. Anggaran belanja untuk daerah, yang besarnya kira-kira 24 persen dari total pengeluaran.
Anggaran ini terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), dan
Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana tersebut di transfer ke pemerintah daerah baik
provinsi, kabupaten maupun kota.

Sebagai sebuah sistem, pengelolaan anggaran negara telah mengalami banyak


perkembangan. Dengan keluarnya tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara,
yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, sistem pengelolaan anggaran negara di Indonesia terus
berubah dan berkembang sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik.

C. Peran APBN Bagi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

11
Tujuan utama APBN adalah untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara. Ini
dilakukan agar peningkatan produksi dan kesampatan kerja serta peningkatan pertumbuhan
ekonomi dapat tercapai sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujudkan.

Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pendapatan dan pembelanjaan


negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan
kerja, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat. Berikut
poin penting dalam tujuan APBN:

1. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara.

2. Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas


kenegaraan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatkan produksi dan kesempatan kerja agar kesejahteraan rakyat terpenuhi.

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR dan


masyarakat luas.

5. Meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

6. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dalam mengatasi inflasi.

7. Menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui
proses yang lebih prioritas.

8. Memungkinkan pemerintah memenuhi prioritas belanja.

12
D. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)

1. Penyusunan Anggaran APBN

a. Pengertian APBN

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN ini merupakan
rencana kerja pemerintah negara dalam rangka meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara
berkesinambungan serta melaksanakan desentralisasi fiskal. APBN biasanya dimulai pada
tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember tahun anggaran. Didalam APBN
tercantum penerimaan dan pengeluaran serta pembiayaan dalam tahun anggaran yang
direncanakan.

b. Fungsi APBN

 Fungsi Alokasi

Berarti negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan


pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.

 Fungsi Distribusi

Berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan


dan kepatutan.
13
 Fungsi Stabilisasi

Memiliki makna bahwa anggara pemerintah menjadi alat untuk memelihara


dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

 Fungsi Otoriasi

Memiliki makna bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan


pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

 Fungsi Perencanaan

Memiliki makna bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara
untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut.

 Fungsi Pengawasan

Berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah


kegiatan penyelenggaraan pemerintah sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan,.

c. Tujuan APBN

Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan kegiatan


kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka meningkatkan
perlumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat.

d. Prinsip Penyusunan APBN

 Berdasarkan aspek pendapatan

- Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah kecepatan anggaran.

- Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang Negara.

- Penuntutan ganti rugi yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.

 Berdasarkan aspek pengeluaran

14
- Hemat, efisien berdasarkan anggaran.

- Teratah terkendali, sesuai rencana atau program/kegiatan.

- Maksimalisasi hasil produksi dalam negeri dan memperhatikan potensi


nasional.

e. Asas Penyusunan APBN

 Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.

 Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.

 Penajaman prioritas pembangunan.

f. Landasan Hukum APBN

 UUD 1945 pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.

 Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

g. Komponen APBN

1. Pendapatan Negara dan Hibah

Sesuai dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


pasal 17 yang menyatakan bahwa Pendapatan Negara terdiri atas :

 Penerimaan pajak

 Penerimaan bukan pajak

 Hibah

2. Belanja Negara

Belanja negara dapat dikelompokkan menjadi :

 Belanja Pemerintah Pusat


15
 Transfer ke Daerah dan Dana Desa

3. Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan anggaran memiliki 2 komponen, yaitu :

 Penerimaan Pembiayaan

 Pengeluaran Pembiayaan

h. Tahap Penyusunan APBN

1. Perencanaan dan Penetapan

Di tahap ini pemerintah mempersiapkan rancangan APBN, meliputi perkiraan,


penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan penyusunan budget exercise.
Perencanan dan Penyusunan RAPBN dilakukan pada setiap periode Januari-Juli
ditahun sebelum pelaksanaan anggaran.

2. Pengajuan, Pembahasan dan Penetapan

RAPBN yang telah ditetapkan kemudian diajukan untuk melalui proses


pembahasan oleh menteri keuangan, panitia anggaran DPR, dan
mempertimbangkan masukan dari DPD. Hasil dari pembahasan RAPBN akan
menjadi Undang- Undang APBN yang memuat satuan anggaran.

3. Pengawasan Pelaksanaan APBN

Pelaksanaan APBN akan diawasi pengawas fungsional dari eksternal maupun


internal pemerintah.

4. Penanggungjawaban Pelaksanaan APBN

Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan harus disampaikan pemerintah kepada


DPR selambat-lambatnya 6 bulan usai tahun anggaran berakhir.

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses


penyusunan APBN, antara lain siklus APBN, kondisi ekonomi domestik dan internasional

16
yang tercermin dalam asumsi dasar ekonomi makro, berbagai kebijakan APBN dan
pembangunan, parameter konsumsi komoditas bersubsidi, kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara, resiko fiskal dan kinerja pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun.

Siklus adalah putaran waktu yang berisi rangkaian kegiatan secara berulang
dengan tetap dan teratur. Oleh karena itu, Siklus APBN dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan yang berawal dari perencanaan dan penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban
APBN yang berulang dengan tetap dan teratur setiap tahun anggaran. Secara ringkas,
penggambaran siklus APBN disajikan pada gambar sebagai berikut.

Siklus APBN diawali dengan tahapan kegiatan perencanaan dan penganggaran APBN.
Terkait penyusunan rencana anggaran (kapasitas fiskal), Pemerintah, BPS, Bank Indonesia
mempersiapkan asumsi dasar ekonomi makro yang akan digunakan sebagai acuan
penyusunan kapasitas fiskal oleh Pemerintah. Selain itu juga disiapkan konsep pokok-pokok
kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Dalam tahapan ini, terdapat dua kegiatan penting yaitu:
perencanaan kegiatan (Perencanaan) dan perencanaan anggaran (Penganggaran). Dalam
perencanaan, para pemangku kepentingan terutama Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
menjalankan perannya untuk mempersiapkan RKP/RKAKL yang mencerminkan prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan oleh Presiden dan mendapat persetujuan DPR. Setelah

17
melalui pembahasan antara K/L selaku chief of operation officer (COO) dengan Menteri
Keuangan selaku chief financial officer (CFO) dan Menteri Perencanaan, dihasilkan
Rancangan Undang-Undang APBN yang bersama Nota Keuangan kemudian disampaikan
kepada DPR.

Setelah dilakukan pembahasan antara Pemerintah dan DPR, dengan


mempertimbangkan masukan DPD, DPR memberikan persetujuan dan pengesahan sehingga
menjadi Undang- undang APBN, di mana tahapan kegiatan ini disebut penetapan APBN.

Pada tahapan selanjutnya, pelaksanaan APBN dilakukan oleh K/L dan Bendahara
Umum Negara dengan mengacu pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai
alat pelaksanaan APBN. Bersamaan dengan tahapan pelaksanaan APBN, K/L dan
Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan pencatatan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) sehingga menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas
(LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).

Atas LKPP tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan,


dan LKPP yang telah diaudit oleh BPK tersebut disampaikan oleh Presiden kepada DPR
dalam bentuk rancangan undang-undang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN untuk
dibahas dan disetujui.

i. Pelaporan Dan Pertanggungjawaban APBN

Pertanggungjawaban keuangan negara sebagai upaya konkrit untuk


mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa Presiden memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar. Dalam melaksanakan tugas kepemerintahannya, Presiden
(dalam hal ini pemerintah) memerlukan dana untuk pembiayaannya dalam bentuk APBN. Pada
hakekatnya APBN tersebut merupakan mandat yang diberikan oleh DPR RI kepada Pemerintah
untuk melakukan penerimaan pendapatan negara dan menggunakan penerimaan tersebut untuk
membiayai pengeluaran dalam melaksanakan kepemerintahannya mencapai tujuan-tujuan
tertentu dan dalam batas jumlah yang ditetapkan dalam suatu tahun anggaran tertentu. APBN

18
ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang dan setiap undang-undang menghendaki
persetujuan bersama DPR RI dengan Presiden. Sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, Pemerintah berkewajiban memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN
yang telah disetujui oleh DPR (pasal 30 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
dan ketentuan dalam setiap Undang-Undang APBN).

Mandat yang diberikan oleh DPR itu harus dipertanggungjawabkan. Sebelum terbitnya
Undang-Undang No.17 tahun 2003, pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN
diwujudkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN). Dalam menyusun
PAN ini, Menteri Keuangan ditugasi untuk mempersiapkan PAN berdasarkan laporan
keuangan departemen-lembaga. Hal ini mengacu pada pasal 69 ICW yang menyatakan bahwa
Pemerintah membuat suatu Perhitungan Anggaran dengan menyebutkan tanggal
penutupannya. Setelah terbitnya Undang-Undang No.17 tahun 2003
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN berubah dari PAN menjadi Laporan
Keuangan. Laporan Keuangan ini disusun dengan menggunakan standar akuntansi
pemerintahan yang mengacu pada International Public Sector Accounting Standard (IPSAS).

j. Prosedur Penyusunan RUU Pertanggung Jawaban Pelaksanaan

APBN Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa sesuai pasal 55 dari Undang-Undang
No. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, menteri keuangan selaku pengelola fiskal
bertugas menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden
dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Sebelumnya
menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menteri keuangan
menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri laporan keuangan badan layanan umum pada
kementerian negara/lembaga masing-masing kepada menteri keuangan selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sebagai entitas pelaporan, laporan keuangan
kementerian negara/lembaga tersebut sebelumnya telah diperiksa BPK dan diberi opini atas
laporan keuangan.

Oleh Menteri Keuangan laporan-laporan atas pertanggungjawaban pengguna


anggaran/pengguna barang tersebut dikonsolidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah
19
Pusat sebagai bagian pokok dari RUU tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang
akan disampaikan Presiden kepada DPR. DPR melalui alat kelengkapannya yaitu komisi akan
membahas RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dengan pihak pemerintah.
Pembahasan dilakukan dengan memperhatikan hasil pemeriksaan semester dan opini BPK.
Berdasar hasil pembahasan tersebut, DPR memberikan persetujuannya dan menyampaikan
persetujuan atas RUU tersebut kepada Pemerintah untuk diundangkan.

Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disusun dan disajikan
sesuai standar akuntansi pemerintah sebagaimana ditentukan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang disusun oleh suatu komite yang independen, yaitu
Komite Standar Akuntansi Pusat dan Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Saat ini telah
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP).

Tujuan Laporan Keuangan, sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, adalah untuk
menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan :

 Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya


keuangan;

 Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk


membiayai seluruh pengeluaran;

 Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang


digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

 Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh


kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

 Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan


berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

20
 Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, komponen pokok yang terdapat dalam Laporan
Keuangan Pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi APBN

Laporan realisasi APBN mengungkap berbagai kegiatan keuangan pemerintah untuk


satu periode yang menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan perundang-
undangan melalui penyajian ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
yang dikelolanya. Laporan realisasi anggaran akan memberikan informasi mengenai
keseimbangan antara anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan
dengan realisasinya. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Realisasi
Anggaran, terdiri dari Pendapatan (LRA), Belanja, Transfer, dan Pembiayaan
(financing). Selain itu juga disertai informasi tambahan yang berisi hal-hal yang
mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiscal dan moneter, sebab-sebab
terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, dan daftar
yang memuat rincian lebih lanjut mengenai angka-angka yang dianggap perlu
untuk dijelaskan.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca

21
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset
baiklancar maupun tidak lancar, kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang,
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca tingkat Pemerintah Pusat merupakan
konsolidasi dari neraca tingkat Kementerian/Lembaga. Dalam neraca tersebut harus
diungkapkan semua pos asset dan kewajiban yang didalamnya termasuk jumlah yang
diharapkan akan diterima dan dibayar dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan dan jumlah uang yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu dua belas bulan.

4. Laporan Operasional

Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas
dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/ daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup
secara langsung dalam Laporan Operasional, terdiri dari Pendapatan (LO),Beban,
Transfer, dan Pos-pos Luar Biasa.

5. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional,
investasi aset non keuangan, dana cadangan, pembiayaan, dan transaksi non-
anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah selama periode tertentu. Laporan arus kas ditujukan untuk
memberikan informasi mengenai arus masuk dan ke keluar kas dari pemerintah dalam
suatu periode laporan. Laporan Arus Kas diperlukan untuk memberi informasi
kepada para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas-aktivitas
tersebut terhadap posisi kas pemerintah. Disamping itu, informasi tersebut juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara aktivitas operasi, investasi,
pembiayaan, dan non anggaran

6. Laporan Perubahan Ekuitas

22
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

7. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan
dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar. Untuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan keuangan negara
dilaksanakan dengan aturan sebagai berikut:

 Presiden menyampaikan RUU tentang pertanggungjawaban pelaksanaan


APBN, berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, disampaikan
kepada DPR selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir.

 Laporan keuangan

- Laporan Realisasi APBN

- Neraca

- Laporan Arus Kas dan

- Catatan atas laporan keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan


Negara dan badan lainnya).

 Sedangkan laporan keuangan yang harus disusun oleh pemerintah selambat-


lambatnya pada tahun anggaran berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 adalah :

- Laporan realisasi APBN.

23
- Laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL).

- Neraca.

- Laporan operasional.

- Laporan perubahan ekuitas.

- Laporan arus kas.

- Catatan atas laporan keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan


Negara dan badan lainnya).

E. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

1. Penyusunan Anggaran APBD

a. Pengertian APBD

APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) adalah rencana keuangan tahunan


pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran. APBD meliputi masa satu tahun,
mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

b. Fungsi APBD

 Fungsi Otorisasi

Bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi


pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan.

 Fungsi Perencanaan

Bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam


merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

 Fungsi Pengawasan

24
Bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah.

 Fungsi Alokasi

Bermakna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan


lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya.

 Fungsi Distribusi

Memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah


harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

 Fungsi Stabilisasi

Memiliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

c. Tujuan APBD

 Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran dalam melaksanakan kegiatan


daerah untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat
daerah.

 Membantu pihak pemerintah daerah demi mencapai tujuan fiskalnya.

 Membantu menimbulkan prioritas belanja pemerintah daerah.

 Membantu meningkatkan dan juga menghadirkan transparasi pemda dalam


penggunaan dana APBD kepada masyarakat dan juga
mempertanggungjawabkannya ke DPRD.

d. Prinsip Penyusunan APBD

 Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

25
 Transparan, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas- luasnya tentang APBD.

 Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

 Tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.

 Melibatkan partisipasi masyarakat.

 Substansi APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan


yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

e. Komponen APBD

 Anggaran Pendapatan Daerah

- Pos Pendapatan Asli Daerah.

- Pos Dana Perimbangan.

- Pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah.

 Anggaran Belanja Daerah

- Pos Belanja Pegawai.

- Pos Belanja Barang dan Jasa.

- Pos Belanja Modal.

- Pos Belanja Lainnya.

 Anggaran Pembiayaan Daerah

- Penerimaan pembiayaan.

- Pengeluaran pembiayaan.

f. Tahap Penyusunan APBD


26
 Tahap Perancangan dan Pengajuan.

APBD dirancang dan diajukan oleh pemerintah daerah kepada DPRD


dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung.

 Tahap Pembahasan dan Persetujuan.

Rancangan APBD (RAPBD) akan dibahas oleh pemerintah daerah dengan


usulan dari DPRD. Selain itu, DPRD juga akan memutuskan untuk setuju
atau tidak mengenai RAPBD tersebut.

 Tahap Pelaksanaan

Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, ketentuan lebih detail


soal pelaksanaannya lebih lanjut akan dituangkan melalui keputusan
gubernur/walikota/bupati.

 Tahap Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD harus disampaikan oleh


kepala daerah kepada DPRD. Penyampaian laporan ini telah diatur dalam UU
No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.9 Tahun 2015
tentang pemerintah daerah.

Asas penyusunan APBD yang diberlakukan dalam penyusunan APBD oleh DPRD di
kabupaten, kota, atau provinsi adalah:

 Pendanaan Atas Beban APBD Harus Sesuai dengan Urusan Pemerintah dan
Menjadi Kewenangan Masing-Masing Daerah

Asas penyusunan APBD ini memiliki pengertian bahwa setiap penyelenggaraan urusan
suatu daerah menjadi kewenangan masing-masing daerah dan setiap urusan pemerintah di suatu
daerah bisa dibiayai dari APBD yang dimiliki oleh daerah tersebut. Selain itu, dalam penyusunan
APBD, DPRD bisa merancang kegiatan daerah yang dibiayai dari APBN yang diterima oleh
27
masing-masing daerah dari pemerintah pusat. Ini merupakan fungsi anggaran DPRD yang bisa
dipakai oleh DPRD.

Jika DPRD menyusun suatu kegiatan yang kemudian kegiatan tersebut dilimpahkan
kepada tingkatan yang lebih rendah, maka kegiatan ini harus dibiayai oleh APBD. Misalnya,
DPRD provinsi menyusun kegiatan pemerintah provinsi yang kemudian penugasannya
dilimpahkan kepada kabupaten/kota/kecamatan/kelurahan/desa, maka pemerintah provinsi harus
membiayai kegiatan ini dari APBD provinsi. Begitupun pemerintah kabupaten/kota yang
mempunyai kegiatan yang dilimpahkan kepada desa atau kecamatan atau kelurahan, maka
pemerintah kota/kabupaten harus membiayai kegiatan ini dari APBD yang mereka miliki.

 Penerimaan dan Pengeluaran di dalam APBD Harus Memiliki Dasar Hukum

Asas penyusunan APBD ini dapat dimaknai bahwa semua jenis penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah harus dianggarkan di dalam APBD. Penerimaan
atau pengeluaran ini bisa berupa jasa, barang, uang, atau bentuk lainnya yang dilakukan oleh
pemerintah di dalam tahun anggaran suatu APBD. Jika pemerintah daerah ingin melakukan suatu
penganggaran untuk penerimaan atau pengeluaran, maka penganggaran tersebut harus memiliki
dasar hukum yang jelas.

Misalnya, jika pemerintah ingin memberikan bantuan alat-alat pertanian kepada petani di
suatu kabupaten, maka harus ada landasan hukum yang jelas yang bisa membenarkan tindakan
ini dilakukan. DPRD dan pemerintah daerah yang menyusun APBD harus memprioritaskan
penganggaran untuk hal-hal yang menjadi kewajiban pemerintah daerah sesuai dengan undang-
undang yang mengatur tentang pemerintah daerah. Misalnya, pendanaan untuk sektor-sektor
pertanian, pendidikan, perikanan, dan perekonomian harus lebih diprioritaskan daripada study
banding yang akan dilakukan oleh pejabat daerah.

Itulah dua asas penyusunan APBD yang harus dipatuhi oleh DPRD dan pemerintah
daerah dalam menyusun APBD setiap tahunnya. Menyusun APBD memang menjadi hak
pemerintah daerah, namun agar tujuan pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai penyusunan
APBD haruslah sesuai dengan asas penyusunan APBD ini.

28
Dalam penyusunan APBD ini, rakyat juga seharusnya melakukan pengawalan kepada
DPRD dan pemerintah. Hal ini ditujukan agar tidak ada dana yang digunakan untuk hal-hal yang
akan merugikan rakyat atau kegiatan fiktif yang berisiko menciptakan korupsi.

g. Pelaporan Dan Pertanggungjawaban APBD

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/PenggunaBarang


membuat laporan keuangan semesteran yang terdiri dari laporan realisasi semester pertama
dan prognosis 6 (enam) bulan berikutnya Disampaikan kepada Kepala Daerah paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya semester pertama (10 Juli).
Gubernur/bupati/walikota membuat laporan keuangan semesteran yang terdiri dari laporan
realisasi semester pertama dan prognosis 6 (enam) bulan berikutnya Disampaikan kepada
DPRD paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya semester pertama (31 Juli).

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah menyusun laporan keuangan pemerintah daerah untuk disampaikan kepada
gubernur/bupati/walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang didahului dengan laporan keuangan (yang meliputi laporan realisasi
anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan) dari Kepala satuan kerja perangkat
daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang yang dilaporkan elambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataanbahwa pengelolaan
APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan
akuntansi keuangan keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Laporan Keuangan yang dibuat Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (terdiri
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan
dilampiri dengan laporan Kinerja dan Ikhtisar Laporan Keuangan BUMD) disampaikan
gubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah,
laporan-laporan atas pertanggungjawaban pengguna anggaran/pengguna barang tersebut
dikonsolidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagai bagian pokok dari
29
Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang akan disampaikan
gubernur/bupati/walikota kepada DPRD.

Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan


APBD berupa Laporan Keuangan kepada DPRD paling lama 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Laporan Keuangan yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD
adalah Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Persetujuan DPRD terhadap Raperda pertanggungjawaban yang telah diaudit BPK paling lambat
diberikan 1 (satu) bulan sejak disampaikan atau akhir bulan Juli.

Rancangan Perda tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD dan rancangan


peraturan Kepala daerah tentang penjabaran pertanggung jawaban pelaksanaan APBD sebelum
ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri/ Gubernur untuk dievaluasi paling
lama 3 (tiga) hari kerja dan penyampaian hasil evaluasi oleh Menteri Dalam
Negeri/Gubernur paling lama 15 (limabelas) hari kerja.

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, komponen pokok yang terdapat dalam Laporan
Keuangan Pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi APBN

Laporan realisasi APBN mengungkap berbagai kegiatan keuangan pemerintah untuk


satu periode yang menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan perundang-
undangan melalui penyajian ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
yang dikelolanya. Laporan realisasi anggaran akan memberikan informasi mengenai
keseimbangan antara anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan
dengan realisasinya. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Realisasi
Anggaran, terdiri dari Pendapatan (LRA), Belanja, Transfer, dan Pembiayaan
(financing). Selain itu juga disertai informasi tambahan yang berisi hal-hal yang
mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiscal dan moneter, sebab-sebab
terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, dan daftar
yang memuat rincian lebih lanjut mengenai angka-angka yang dianggap perlu
untuk dijelaskan.

31
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset


baiklancar maupun tidak lancar, kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang,
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca tingkat Pemerintah Pusat merupakan
konsolidasi dari neraca tingkat Kementerian/Lembaga. Dalam neraca tersebut harus
diungkapkan semua pos asset dan kewajiban yang didalamnya termasuk jumlah yang
diharapkan akan diterima dan dibayar dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan dan jumlah uang yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu dua belas bulan.

4. Laporan Operasional

Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas
dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/ daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup
secara langsung dalam Laporan Operasional, terdiri dari Pendapatan (LO),Beban,
Transfer, dan Pos-pos Luar Biasa.

5. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional,
investasi aset non keuangan, dana cadangan, pembiayaan, dan transaksi non-
anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah selama periode tertentu. Laporan arus kas ditujukan untuk
memberikan informasi mengenai arus masuk dan ke keluar kas dari pemerintah dalam
suatu periode laporan. Laporan Arus Kas diperlukan untuk memberi informasi
kepada para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas-aktivitas
tersebut terhadap posisi kas pemerintah. Disamping itu, informasi tersebut juga

32
dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara aktivitas operasi, investasi,
pembiayaan, dan non anggaran

6. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas


tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

7. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan
dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar

B. Saran
Secara umum pertanggungjawaban kinerja pemerintah dapat diuraikan berdasarkan:

1. Pertanggung-jawaban substansial

Secara substansial maka pertanggungjawaban dapat dikaji berdasarkan posisi keuangan


dan arus kas. Umumnya pertanggungjawaban ini disajikan dalam beberapa kaidah
berdasarkan pedoman UU nomor 17 Tahun 2003, yaitu;

 Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


maupun Daerah (APBD)

 Laporan rincian yang tertuang dalam bentuk neraca keuangan dan


kekayaan pemerintah, hal ini berarti dapat melihat perkembangan
kekayaan pemerintah pusat dan daerah

 Laporan arus kas


33
 Catatan laporan keuangan, hal ini menyangkut bukti-bukti autentik dari
penerimaan dan pengeluaran.

2. Pertanggungjawaban secara moralitas

Secara moralitas, memuat juga kesediaan untuk mengemukakan akta atau kejadian yang
sebenarnya untuk diinfor Catatan Atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan
perusahaan Negara dan badan lainnya).

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.perbanas.ac.id/1008/4/BAB%202.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/29119/4/4_bab1.pdf

https://eprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845-2-babi.pdf

https://www.academia.edu/38111172/
MAKALAH_SISTEM_ANGGARAN_NEGARA_PUSAT_DAN_DAERAH_upload

34

Anda mungkin juga menyukai