Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“APBN dan APBD”

Disusun
Oleh :

FATMAWATI
18.023.63.201.020
KELAS A

PRODI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan,
sehingga kami dapat menyelesaian Makalah ini dengan lancar.

Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki, kekurangan pasti
masih ada dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo , Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................2

A. Pengertian APBN dan APBD ........................................................................................2


B. Siklus dan Tahapan Pengelolaan Anggaran...................................................................3
C. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik............................................................................7
D. Kebijakan Anggaran Defisit.........................................................................................11

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................13

A. Kesimpulan ..................................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya,
sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya
perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi perubahan
harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan banyak
ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya beli
masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.
Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh perubahan harga
bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan ketentuan upah, yang
secara umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum. Ketidakpastian yang dihadapi
rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana
anggaran negara yang bertanggungjawab dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak bumi di pasar
internasional; (ii) kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan
ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga; dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
(USD). Penetapan angka-angka keenam unsure diatas memegang peranan yang sangat
penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut sebagai asum-asumsi dasar
penyusunan RAPBN. Penerimaan dan pengeluaran untuk anggaran negara lazim disebut
pendapatan dan belanja.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah sbb :
a. Pengertian APBN dan APBD
b. Siklus dan Tahapan Pengelolaan Anggaran
c. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik
d. Kebijakan Anggaran Defisit

C. Tujuan
Untuk mengetahui :
a. Pengertian APBN dan APBD
b. Siklus dan Tahapan Pengelolaan Anggaran
c. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik
d. Kebijakan Anggaran Defisit

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian APBN dan APBD


Pengertian Dan Ruang Lingkup APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1 angka 7, UU
No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004.
tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
a) Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b) Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
c) Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas umum negara.
(Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004)Tahun anggaran adalah periode pelaksanaan APBN selama
12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun kalender sebagai tahun anggaran,
yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sebelumnya, tahun
anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Marettahun berikutnya. Penggunaan
tahun kalender sebagai tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan
Negara dan UU Perbendaharaan Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11 UU No.
1/2004).
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003,anggaran adalah alat
akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi akuntabilitas, pengeluaran
anggaran hendaknya dapatdipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil (result) berupa
outcome atau setidaknya output dari dibelanjakannya dana-dana publik tersebut. Sebagai alat
manajemen, sistem penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk
memperbaiki efektifitas dan efisiensi program pemerintah.Sedangkan sebagai instrumen
kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa
anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa
anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara).

2
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD
merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam
APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan
berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan,
pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka
waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan
dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan
belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis
belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
APBD terdiri dari anggaran pendapatan dan pembiayaan, pendapatan terdiri atas Pendapatan
Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus, kemudian pendapatan yang sah
seperti dana hibah atau dana darurat. Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

B. Siklus dan Tahapan Pengelolaan Anggaran


Bagi suatu organisasi nirlaba, anggaran dikategorikan sebagai suatu hal yang
krusial.Perencanaan anggaran tidak hanya sistematis, tetapi juga harus teliti mengingat
anggaran memfasilitasi keseluruhan program dan aktivitas organisasi.
Idealnya, dalam menyusun suatu perencanaan anggaran, organisasi nirlaba harus
memperhatikan beberapa kriteria seperti:
Angggaran sebagai suatu terjemahan dari rencana strategis organisasi, termasuk rencana
anggaran tahunan dan rencana anggaran jangka panjang yang sesuai dengan tujuan pendirian
dan misi organisasi.
Anggaran disusun secara partisipatif, artinya seluruh komponen dianggap penting dalam
memberikan kontribusi dalam berjalannya suatu organisasi nirlaba, termasuk penyusunan
anggaran. Sehingga informasi terkait anggaran menjadi dokumentasi bersama. Misalnya
dalam proses penerimaan dan pengeluaran anggaran.

3
Anggaran dimonitor dan evaluasi secara periodik, karena bisa saja anggaran perlu direvisi
sesudahnya dengan tujuan dapat menjadi panduan pelaksanaan kegiatan dengan lebih baik
dalam artian anggaran mencerminkan lebih mendekati kondisi nyata.
Ya, kenyataan dalam suatu organisasi baik bisnis maupun nirlaba sama-sama memiliki suatu
siklus yang dikenal dengan istilah Siklus Anggaran (Budget cycle). Siklus anggaran ini
merupakan jangka waktu/masa mulai direncanakannya suatu anggaran hingga saat
perhitungan anggaran. Perencanaan ini ditetapkan oleh dewan pendiri/pembina, pimpinan
lembaga, disertai dengan adanya dokumentasi lengkap mengenai pencapaian angaraan,
sumber daya yang dmiliki, dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menetapkan besaran
maksimum yang diserap oleh organisasi.

Secara skematis struktur siklus anggaran adalah sebagai berikut:


Tahapan Penyusunan Anggaran
Berdasarkan siklus anggaran (budget cycle) tersebut, memungkinkan organisasi nirlaba untuk
menyusun anggaran dengan memperhatikan tahapan-tahapan berikut:

Tahap Persiapan (Preparation)


Pemberian arahan berdasarkan Rencana Strategis Organisasi
Hal ini dapat disampaikan melalui pimpinan organisasi/ dewan pembina organisasi dengan
memberikan pandangannya mengenai berbagai peluang serta kemungkinan/arahan stategis
terkait kegiatan yang akan dilakukan

Usulan/Masukan dari tingkatan unit kerja/program


Arahan dari pimpinan organisasi/dewan pembina akan ditindaklanjuti oleh unit kerja/program
melalui pengajuan disain program yang dilengkapi dengan estimasi biaya yang diperlukan.
Selain itu, dibutuhkan juga indikator pencapaian untuk memudahkan proses monitoring dan
evaluasi.

Dalam mengembangkan anggaran dibutuhkan pula sifat fleksibiltasnya, yang dikenal dengan
Anggaran Fleksibel. Anggaran yang menyesuaikan (flexes) untuk perubahan volume aktivitas
dengan jumlah rupiah yang dianggarakan. Anggaran ini sangat bermanfaat untuk
mengendalikan biaya produksi dan beban operasi.

Fleksibilitas anggaran ini disusun berdasarkan pola perilaku biaya berupa biaya tetap dan
biaya variable sehingga dapat membantu dalam membuat perbandingan dengan lebih valid
karena besarnya tingkat pengeluaran dan pendapatan dapat teridentifikasi dengan baik dengan
analisis yang terperinci terkait bagaimana setiap biaya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
kegiatan organisasi.

Anggaran fleksibel memiliki karakteristik sebagai berikut :


Disusun untuk suatu rentangan aktivitas dan bukan untuk satu tingkat aktivitas saja.
Memberikan dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan-perbandingan, karena
mereka secara otomatis akan memberikan informasi yang menyangkut tingkatan volume
yang berbeda-beda.
Dalam penyusunan anggaran yang perlu diperhatikan adalah adanya kegiatan prioritas.
Kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan yang menempati urutan teratas untuk segera
dilakukan sebelum melakukan kegiatan lainnya.

4
Tahap Ratifikasi (Ratification)
Kompilasi usulan anggaran
Proses selanjutnya adalah pengumpulan/kompilasi seluruh usulan anggaran dan
mendiskusikannya bersama. Hal ini penting dilakukan, karena pada tahapan ini usulan dari
berbagai pihakunit kerja/program akan digabungkan menjadi rencana anggaran organisasi.
Dengan dilakukannya penggabungan ini, sinkronisasi antar program dapat terjalin satu sama
lain.

Namun perlu diingat, setiap masukan/usulan yang diberikan dan sinkronisasi program yang
diajukan senantiasa harus memperhitungkan kepentingan organisasi dan realitas yang ada
dilapangan. Oleh karena itu pengkategorian& skala prioritas usulan anggaran penting
dilakukan.

Tahap Implementasi (Implementation)


Anggaran Penerimaan
Tahapan terpenting dalam proses penyusunan anggaran organisasi adalah memprediksi
sumber dana untuk membiayai kegiatan yang direncanakan. Padahal sumber dana dikenal
sebagai bagian dari anggaran yang tidak dapat dikontrol oleh organisasi. Oleh karena itu,
penting untuk melihat dan menghitung kembali besaran perkiraan dengan menggunakan data
historis yang dimiliki karena perkiraan pendapatan akan mempengaruhi secara langsung
tingkat kegiatan yang akan dilakukan.

Hal ini tidak lepas dari peran bagian keuangan sebagai penyusun dan pengelola anggaran kas
organisasi. Anggaran ini akan menunjukkan rencana dan penggunaan kas dalam satu tahun
anggaran. Dalam penganggaran ini terdiri dari rencana aliran kas masuk dan juga rencana
aliran kas keluar.

Sifat dari aliran kas tersebut baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar maka akan
bersifat dengan terus menerus. Dengan membuat anggaran kas yang juga menjadi aktivitas
dalam manajemen keuangan tersebut maka organisasi bisa mempersiapkan pengelolaan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya anggaran kas juga bisa digunakan sebagai
dasar kebijakan untuk mendapatkan modal. Yang lebih penting bahwa dalam pembuatan
anggaran kas ini maka bisa dijadikan penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas yang
sebenarnya.

Skenario Anggaran
Untuk mengantisipiasi sulitnya memprediksi besaran anggaranpenerimaan, dapat dibuat
anggaran penerimaan dalam berbagai skenario yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu
konservatif, moderat, dan agresif.

Tingkat konservatif berarti, perkiraan sumber dana diprediksi berdasakan pada sumber dana
dengan tingkat kepastiannya yang tinggi, yaitu dari sumber dana yang sudah pasti didapatkan.
Tingkatan moderat, artinya anggaran ini mempertimbangkan sumber dana yang relatif lebih
rendah tingkat kepastiannya. Dengan demikian, sumber dana suatu organisasi akan lebih
besar diperhitungkannya dibandingkan dengan tingkatan konservatif. Sedangkan anggaran
dengan tingkat agresif, mempersepsikan sumber dana yang akan diperoleh termasuk dana
yang lebih kecil kepastian perolehannya. Dengan demikian, pada tingkatan ini anggaran suatu
organisasi memiliki sumber dana lebih dibandingkan konservatif maupun moderate.

5
Berdasarkan skala prioritas, skenario konservatif menunjukkan bahwa kegiatan yang dimiliki
mempunyai priortas utama dengan mementingkan hal-hal esesnsial yang mempengaruhi
periode yang bersangkutan. Lain halnya dengan moderate maupun agresif, skenario ini
cenderung memiliki kegiatan-kegiatan yang berada pada prioritas yang lebih rendah dalam
pengerjaannya dapat dilakukan kemudian disesuaikan dengan ketersediaan sumber dana.

Penentuan Biaya Tetap dan Biaya Variabel


Setelah menentukan skenario yang digunakan, langkah selanjutnya adalah menentukan
besaran biaya yang akan dianggarkan, yaitu identifikasi biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya
yang harus dikeluarkan tidak tergantung pada tingkat kegiatan yang dilakukan organisasi atau
dengan kata lain ada atau tidak ada kegiatan biaya-biaya tersebut harus dikeluarkan.
Misalnya, biaya sewa kantor, gaji pegawai keuangan dan administrasi, gaji pimpinan dan
overhead lainnya bersifat tetap dan terus menerus.

Cara yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan data historis yang dimiliki dari
periode yang lalu dijadikan sebagai dasar perkiraan dikaitkan dengan beban yang
dikerjakanjuga mempertimbangkan dengan memperkirakan kenaikan harga yang mungkin
akan terjadi.

Biaya lain dengan karakter yang berbeda adalah biaya variabel. Biayaini adalah biaya-biaya
yang diperkirakan akan timbul sejalan dengan volumekegiatanyang direncanakan oleh
organisasi.

Dengan mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel, maka bilapendapatan organisasi
terbatas, prioritas utama diberikan kepada pemenuhanbiaya tetap. Hal ini dilakukan karena
biaya tetap merupakan biaya yang sulit

untuk dihindarkan. Bahkan meskipun organisasi tidak memiliki aktivitas programapapun,


biaya tetap ini senantiasa muncul.

Tahap Pelaporan dan Evaluasi


Proyeksi arus kas
Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, tahapan akhir adalah menyusun anggaran menggunakan
komponen anggaran penerimaan yang terdiri dari tiga skenario yang tersedia, pengeluaran per
unit kerja/program dengan menggunakan skenario yang sama, menetapkan biaya tetap (fixed
cost) pengelolaan organisasi sebagai minimum pendapatan yang harus diperoleh.

Apabila sudah disepakati bersama, maka bagian keuangan dapat membuat proyeksi arus kas.
Proyeksi arus kas ini bertujuan untuk memperhitungkan jadwal kegiatan dari masing-masing
program. Proyeksi arus kas ini juga penting untuk melihat adanya kemungkinan organisasi
menghadapi periode defisit anggaran akan terjadi. Dikuatirkan hal ini menyebab tidak adanya
alternatif pendanaan pendanaan lainnya sehingga pilihan yang akan diambil adalah
pengunduran jadwal kegiatan atau bahkan pengurangan kegiatan.

Melihat pentingnya perencanaan angaraan ini, sudah seharusnya organisasi nirlaba


memperhatikan arahan, masukan, dan situasi yang ada. Hal ini tidak terlepas dari kontribusi
dari berbagai pihak, sehingga nantinya anggaran dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

6
C. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik
PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Melalui komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah dan
tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan, kita dapat mengetahui bahwa anggaran sector
public telah digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi, dan anggaran sebagai
alat perencanaan kegiatan public dapat pula digunakan sebagai alat pengendalian. System
perencanaan anggaran public berkembang sesuai dengan perkembangan manajemen sector
public dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Secara garis besar terdapat
dua pendekatan utama dalam perencanaan dan penyususnan anggaran sector public yang
memiliki perbedaan mendasar, yaitu:

Anggaran tradisional atau anggaran konvensional.


Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public Management

ANGGARAN TRADISIONAL
Terdapat beberapa ciri utama dari pendekatan anggaran tradisional, yaitu:
Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism
Anggaran tradisional bersifat incrementalisn berarti hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan
data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.

Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item


Struktur anggaran ini didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran.
Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan
atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran.
Cenderung sentralistis
Bersifat spesifikasi
Tahunan
Menggunakan prinsip anggaran bruto

Kelemahan Anggaran Tradisional


Metode anggaran tradisional memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan
jangka panjang.
Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara
menyeluruh efektifitasnya
Lebih berorientasi pada input daripada output, yang menyebabkan anggaran tradisional tidak
dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau
memonitor kinerja.
Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit
dicapai, sehingga berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan dan persaingan
antar departemen.
Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.

7
ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM

Era New Public Management


Anggaran publik dengan pendekatan New Publik Management (NPM) mulai dikenal sejak
tahun 1980-an yang mulai merubah sistem anggaran tradisional yang terkesan kaku,
birokratis, dan hierarkis menjadi lebih fleksibel dan mementingkan pasar. Model NPM
berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi
kebijakan. Salah satu model pemerintahan di era NPM adalah model pemerintahan yang
diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) dalam Mardiasmo (2002), yang tertuang dalam
pandangannya yang dikenal dengan konsep ‘reinventing government”. Perspektif baru
pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah :
Pemerintahan katalis, fokus pada pemberian pengarahan, bukan produksi pelayanan
publik.
Pemerintahan milik masyarakat, memberdayakan masyarakat daripada melayani.
Pemerintah yang kompetitif, menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
publik.
Pemerintah yang digerakkan oleh misi, mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
Pemerintah yang berorientasi hasil, membiayai hasil bukan masukan.
Pemerintah berorientasi pada pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi.
Pemerintahan wirausaha, mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.
Pemerintah antisipatif, pemerintah wirausaha tidak hanya mencoba untuk mencegah masalah,
tetapi juga berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan.
Pemerintah desentralisasi, dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja.
Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar, mengadakan perubahan dengan mekanisme
pasar dan bukan dengan mekanisme administratif.

PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN


Reformasi sektor public yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public
Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
sistematis dalam perencanaan anggaran sektor public. Seiring dengan perkembangan tersebut,
muncul beberapa teknik penganggaran sektor public, misalnya teknik anggaran kinerja
(Performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and
Budgeting System (PPBS).

Pendekatan baru dalam sistem anggaran public cenderung memiliki karakteristik umum
sebagai berikut:
a. Komprehensif/ komparatif
b. Terintegrasi dan lintas departemen
c. Proses pengambilan keputusan yang rasional
d. Berjangka panjang
e. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
f. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
g. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input.
h. Adanya pengawasan kinerja.

8
ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan
publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme
penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional
dalam proses pengambilan keputusan.

Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu, anggaran
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan
value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan
anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan,
pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros (overspending).

ZERO BASED BUDGETING (ZBB)


Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada
sistem anggara tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based
Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item karena anggaran diasumsikan
mulai dari nol (zero-base). ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini.

Proses Implementasi ZBB


Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu:
Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility
center). Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang berbasis pusat
pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian anggaran.

Penentuan paket-paket keputusan


Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari aktivitas
organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. Paket keputusan dibuat oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dan harus menunjukkan secara detail estimasi biaya dan
pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Terdapat
dua jenis paket keputusan, yaitu:

Paket keputusan mutually-exclusive.


Paket keputusan incremental.
Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Jika paket keputusan telah disiapkan, tahap berikutnya adalah meranking semua paket
berdasarkan manfaatnya terhadap organisasi.

Keunggulan ZBB
Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara
lebih efisien
ZBB berfokus pada value for money
Mempermudah untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
Kelemahan ZBB

9
Prosesnya memakan waktu lama, terlalu teoritis, dan tidak praktis
ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan

PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)


PBBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang berorientasi
pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan
analisis ekonomi. PBBS ini ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam
membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik.

Proses implementasi PPBS, meliputi:


Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang elah ditetapkan
Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari masing-
masing program
Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui
Karakteristik PPBS

Berfokus pada tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan


PBBS berorientasi pada masa depan
Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif dan program yaitu identifikasi
tujuan, identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan, estimasi biaya
total dari masing-masing alternatif program, dan estimasi manfaat yang ingin diperoleh dari
masing-masing alternatif program.
Kelebihan PBBS

Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke manajemen


menengah.
Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya dalam perencanaan
program.
Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama
antar departemen.

Kelemahan PBBS
PBBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, dan staf yang
memiliki kapabilitas tinggi.
Implementasi PBBS membutuhkan biaya yang besar.
PBBS sulit untuk diimplementasikan.
PBBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang
kompleks.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PBBS

Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk melakukan


aktivitas.

10
Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output
Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, perubahan politik, dan
ekonomi
Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang berat
Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program terutama ketika terdapat
pertentangan kepentingan

D. Kebijakan Anggaran Defisit


Sejak Indonesia ditimpa sejumlah gejolak ekonomi eksternal, pemerintah akhirnya
memastikan revisi APBN 2008 lebih awal dari waktu biasanya, bulan Juli. Salah satu
perubahan pokok terletak pada peningkatan defisit anggaran dari 1,7% PDB menjadi 2%
PDB. Selain defisit, beberapa asumsi dan target makro ekonomi dipastikan mengalami revisi
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, lifting minyak, harga minyak mentah, dan lain-lain.
Pada dasarnya terdapat tiga gejolak eksternal yang berimbas pada perekonomian Indonesia.
Pertama, lonjakan drastis harga minyak mentah dunia hingga sempat menyentuh level
psikologis USD 100 per barel. Beruntunglah, harga minyak kembali turun dan berfluktuasi di
posisi USD 80-90 per barel. Namun, angka ini tergolong masih tinggi dari harga normal yaitu
kisaran USD 60 per barel, atau sesuai asumsi APBN 2008, sehingga subsidi BBM yang
dibiayai APBN tetap membengkak.
Kedua, lonjakan harga internasional beberapa produk dan bahan pangan, salah satunya
kedelai yang mengalami kenaikan dramatis hingga di atas 100%. Masalahnya, beberapa
produk dan bahan pangan yang harganya melonjak, sebagian diimpor untuk memenuhi
kekurangan produksi domestik. Dalam kondisi krisis pangan, lonjakan harga ini mendorong
pemerintah meningkatkan anggaran subsidi pangan yang juga dibiayai APBN.
Ketiga, perlambatan ekonomi Amerika Serikat, terutama disebabkan efek multiplier (ganda)
krisis kredit macet perumahan. Krisis ini berlangsung lebih lama, melebihi prediksi ahli
ekonomi, sebab respon positif pasar terhadap kebijakan pemerintah berupa pengucuran dana
miliaran dolar dan penurunan suku bunga utama Bank Sentral AS, tidak banyak berarti.
Dengan demikian, perbankan di AS masih ragu-ragu mengucurkan kredit untuk menghindari
kerugian bila bernasib sama dengan kredit perumahan. Tidak optimalnya perbankan
menjalankan fungsi intermediasi membuat beberapa sektor usaha yang bergantung pada
kredit jadi stagnan, dan akhirnya berpengaruh pada perlambatan ekonomi. Padahal,
perekonomian AS merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dunia. Karena itu,
bila ekonomi AS melambat, secara langsung menurunkan rata-rata pertumbuhan ekonomi
dunia. Kondisi Indonesia yang makin terintegrasi dengan perekonomian dunia yang dijalin
melalui perdagangan internasional, tidak bisa dimungkiri tidak mengalami perlambatan
pertumbuhan ekspor, sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Fenomena pertama dan kedua merupakan penyebab utama membengkaknya belanja, seiring
peningkatan subsidi. Subsidi BBM diperkirakan meningkat dari Rp 45,8 triliun menjadi Rp
116,8 triliun dan subsidi listrik meningkat dari Rp 29,8 triliun menjadi Rp 54,2 triliun. Untuk
menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri, anggaran subsidi pangan Rp 7,2 triliun di
APBN tentu jauh di bawah kebutuhan stabilisasi, sehingga dibutuhkan tambahan anggaran
yang tidak sedikit.
Karena itu, dalam revisi APBN 2008, pemerintah mengusulkan kenaikan defisit APBN dari
rencana awal Rp 73,3 triliun atau 1,7% PDB menjadi Rp 87,3 triliun atau 2% PDB.
Penerimaan negara naik dari Rp 781,3 triliun menjadi Rp 823,3 triliun. Sedangkan belanja
negara juga meningkat dari Rp 854,6 triliun menjadi Rp 910,6 triliun.
Dengan demikian, pembengkakan belanja terus terjadi meski revisi plus sembilan langkah
penyelamatan APBN diimplementasikan. Sembilan langkah tersebut adalah optimalisasi
perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN; penggunaan dana cadangan APBN; penghematan

11
dan penajaman prioritas belanja kementerian/lembaga negara; perbaikan parameter produksi
dan subsidi BBM dan listrik; program hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN;
pemanfaatan dana kelebihan di daerah; penerbitan obligasi dan optimalisasi pinjaman
program; pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis; penambahan subsidi pangan.
Namun, dampak lebih parah lagi bila langkah-langkah tersebut tak diimplementasikan.
Diperkiran defisit membengkak menjadi 4,2% PDB atau Rp 185,4 triliun.
Defisit anggaran terjadi bila belanja pemerintah melebihi penerimaan. Selisih atau kelebihan
belanja dari penerimaan sama jumlahnya dengan besarnya defisit. Dengan demikian, besaran
defisit selalu sama dengan utang pemerintah yang dibutuhkan untuk menutupi belanja.
Peningkatan jumlah defisit anggaran sampai batas tertentu, biasanya proporsi PDB, secara
teoritis dibenarkan. Sebab dalam suatu siklus, perekonomian tidak selalu mengalami posisi di
mana penerimaan di atas belanja, apalagi bila terdapat gejolak ekonomi eksternal seperti saat
ini. Namun, defisit yang terlalu berlebihan dikhawatirkan mengancam stabilitas keuangan
negara, seperti kejadian di AS, sehingga pasar kurang percaya pada kemampuan fiskal
pemerintah. Di negara berkembang, biasanya batas aman defisit tidak melebihi 3% PDB.
Posisi APBN sebagai alat penyelamat perekonomian dari gejolak eksternal harus benar-benar
dioptimalkan. Meski sifatnya jangka pendek, harapannya APBN tetap mampu menjalankan
tiga fungsi utamanya yakni stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Karena itu, kebijakan anggaran
dengan peningkatan defisit merupakan langkah paling tepat saat ini. Namun, letak masalah
yang kerapkali disoroti adalah sumber pembiayaan. Akumulasi utang pemerintah dari
domestik dan asing telah menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian. Apalagi bila si
kreditor mensyaratkan ikut campur tangan pada perumusan kebijakan pemerintah. Trauma
atas penyakit utang yang dimunculkan rezim orde baru, nampaknya akan menggeser sumber
pembiayaan defisit pada penerbitan obligasi atau surat utang pemerintah. Langkah ini dinilai
lebih aman, bisa dikontrol, dan lepas dari intervensi kreditor.
Di tengah gejolak eskternal, harapan kita agar langkah yang ditempuh pemerintah merupakan
yang terbaik buat kesehatan keuangan negara dan keberlanjutan pembangunan ekonomi.
Bagaimanapun juga, perekonomian Indonesia yang makin terintegrasi dengan dunia memang
menjadi risiko tersendiri bila terjadi gejolak seperti saat ini. Sebagai negara ekonomi kecil,
Indonesia tidak punya kuasa mengentikan gejolak yang layaknya badai yang siap memporak-
porandakan perekonomian. Namun, kita tetap punya kuasa memperkokoh “rumah” ekonomi
yang dibangun oleh multi landasan, salah satunya melalui kebijakan fiskal yang ditopang
APBN.

Surplus Dan Seimbang


Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang
melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan yang melebihi pengeluaran
disebut surplus. Sejak Tahun 2000, Indonesia menerapkan anggaran defisit menggantikan
anggaran berimbang dan dinamis yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun.
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan primer
(primary balance) dan keseimbangan umum (overall balance). Keseimbangan primer adalah
total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan umum
adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran bunga.
Jadi di sini yang di maksud dengan keseimbangan surplus dapat di nilai dari penerimaan
suatu Negara dengan belanjah pemerintah yang sama-sama akan mencapai titik
keseimbangan antara penerimaan dan belanjah Negara. Kita dapat menilai hasil dari suatu
proses pengimplementasikan semua peranan struktur dan sudah menjalankan tugas dan fungsi
sebagai orang yang mengatur dan menjalankan suatu prekonomian Negara yang baik.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1 angka 7, UU
No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004.
tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
a) Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b) Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
c) Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara).
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan
untuk kemajuan kami dalam menyusun makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ub.ac.id/wawanzious/ilmu-administrasi-publik-3/mkp-manajemen-
keuangan-publik/jenis-jenis-anggaran-sektor-publik/
https://kholifahmimbarmaulanis.wordpress.com/2017/04/11/makalah-anggaran-
pendapatan-dan-belanja-negara-apbn/
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-apbn-di-indonesia.html

14

Anda mungkin juga menyukai