Disusun
Oleh :
FATMAWATI
18.023.63.201.020
KELAS A
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan,
sehingga kami dapat menyelesaian Makalah ini dengan lancar.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki, kekurangan pasti
masih ada dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Kesimpulan ..................................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya,
sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya
perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi perubahan
harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan banyak
ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya beli
masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.
Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh perubahan harga
bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan ketentuan upah, yang
secara umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum. Ketidakpastian yang dihadapi
rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana
anggaran negara yang bertanggungjawab dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak bumi di pasar
internasional; (ii) kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan
ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga; dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
(USD). Penetapan angka-angka keenam unsure diatas memegang peranan yang sangat
penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut sebagai asum-asumsi dasar
penyusunan RAPBN. Penerimaan dan pengeluaran untuk anggaran negara lazim disebut
pendapatan dan belanja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah sbb :
a. Pengertian APBN dan APBD
b. Siklus dan Tahapan Pengelolaan Anggaran
c. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik
d. Kebijakan Anggaran Defisit
C. Tujuan
Untuk mengetahui :
a. Pengertian APBN dan APBD
b. Siklus dan Tahapan Pengelolaan Anggaran
c. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik
d. Kebijakan Anggaran Defisit
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara).
2
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD
merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam
APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan
berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan,
pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka
waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan
dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan
belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis
belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
APBD terdiri dari anggaran pendapatan dan pembiayaan, pendapatan terdiri atas Pendapatan
Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus, kemudian pendapatan yang sah
seperti dana hibah atau dana darurat. Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
3
Anggaran dimonitor dan evaluasi secara periodik, karena bisa saja anggaran perlu direvisi
sesudahnya dengan tujuan dapat menjadi panduan pelaksanaan kegiatan dengan lebih baik
dalam artian anggaran mencerminkan lebih mendekati kondisi nyata.
Ya, kenyataan dalam suatu organisasi baik bisnis maupun nirlaba sama-sama memiliki suatu
siklus yang dikenal dengan istilah Siklus Anggaran (Budget cycle). Siklus anggaran ini
merupakan jangka waktu/masa mulai direncanakannya suatu anggaran hingga saat
perhitungan anggaran. Perencanaan ini ditetapkan oleh dewan pendiri/pembina, pimpinan
lembaga, disertai dengan adanya dokumentasi lengkap mengenai pencapaian angaraan,
sumber daya yang dmiliki, dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menetapkan besaran
maksimum yang diserap oleh organisasi.
Dalam mengembangkan anggaran dibutuhkan pula sifat fleksibiltasnya, yang dikenal dengan
Anggaran Fleksibel. Anggaran yang menyesuaikan (flexes) untuk perubahan volume aktivitas
dengan jumlah rupiah yang dianggarakan. Anggaran ini sangat bermanfaat untuk
mengendalikan biaya produksi dan beban operasi.
Fleksibilitas anggaran ini disusun berdasarkan pola perilaku biaya berupa biaya tetap dan
biaya variable sehingga dapat membantu dalam membuat perbandingan dengan lebih valid
karena besarnya tingkat pengeluaran dan pendapatan dapat teridentifikasi dengan baik dengan
analisis yang terperinci terkait bagaimana setiap biaya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
kegiatan organisasi.
4
Tahap Ratifikasi (Ratification)
Kompilasi usulan anggaran
Proses selanjutnya adalah pengumpulan/kompilasi seluruh usulan anggaran dan
mendiskusikannya bersama. Hal ini penting dilakukan, karena pada tahapan ini usulan dari
berbagai pihakunit kerja/program akan digabungkan menjadi rencana anggaran organisasi.
Dengan dilakukannya penggabungan ini, sinkronisasi antar program dapat terjalin satu sama
lain.
Namun perlu diingat, setiap masukan/usulan yang diberikan dan sinkronisasi program yang
diajukan senantiasa harus memperhitungkan kepentingan organisasi dan realitas yang ada
dilapangan. Oleh karena itu pengkategorian& skala prioritas usulan anggaran penting
dilakukan.
Hal ini tidak lepas dari peran bagian keuangan sebagai penyusun dan pengelola anggaran kas
organisasi. Anggaran ini akan menunjukkan rencana dan penggunaan kas dalam satu tahun
anggaran. Dalam penganggaran ini terdiri dari rencana aliran kas masuk dan juga rencana
aliran kas keluar.
Sifat dari aliran kas tersebut baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar maka akan
bersifat dengan terus menerus. Dengan membuat anggaran kas yang juga menjadi aktivitas
dalam manajemen keuangan tersebut maka organisasi bisa mempersiapkan pengelolaan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya anggaran kas juga bisa digunakan sebagai
dasar kebijakan untuk mendapatkan modal. Yang lebih penting bahwa dalam pembuatan
anggaran kas ini maka bisa dijadikan penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas yang
sebenarnya.
Skenario Anggaran
Untuk mengantisipiasi sulitnya memprediksi besaran anggaranpenerimaan, dapat dibuat
anggaran penerimaan dalam berbagai skenario yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu
konservatif, moderat, dan agresif.
Tingkat konservatif berarti, perkiraan sumber dana diprediksi berdasakan pada sumber dana
dengan tingkat kepastiannya yang tinggi, yaitu dari sumber dana yang sudah pasti didapatkan.
Tingkatan moderat, artinya anggaran ini mempertimbangkan sumber dana yang relatif lebih
rendah tingkat kepastiannya. Dengan demikian, sumber dana suatu organisasi akan lebih
besar diperhitungkannya dibandingkan dengan tingkatan konservatif. Sedangkan anggaran
dengan tingkat agresif, mempersepsikan sumber dana yang akan diperoleh termasuk dana
yang lebih kecil kepastian perolehannya. Dengan demikian, pada tingkatan ini anggaran suatu
organisasi memiliki sumber dana lebih dibandingkan konservatif maupun moderate.
5
Berdasarkan skala prioritas, skenario konservatif menunjukkan bahwa kegiatan yang dimiliki
mempunyai priortas utama dengan mementingkan hal-hal esesnsial yang mempengaruhi
periode yang bersangkutan. Lain halnya dengan moderate maupun agresif, skenario ini
cenderung memiliki kegiatan-kegiatan yang berada pada prioritas yang lebih rendah dalam
pengerjaannya dapat dilakukan kemudian disesuaikan dengan ketersediaan sumber dana.
Cara yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan data historis yang dimiliki dari
periode yang lalu dijadikan sebagai dasar perkiraan dikaitkan dengan beban yang
dikerjakanjuga mempertimbangkan dengan memperkirakan kenaikan harga yang mungkin
akan terjadi.
Biaya lain dengan karakter yang berbeda adalah biaya variabel. Biayaini adalah biaya-biaya
yang diperkirakan akan timbul sejalan dengan volumekegiatanyang direncanakan oleh
organisasi.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel, maka bilapendapatan organisasi
terbatas, prioritas utama diberikan kepada pemenuhanbiaya tetap. Hal ini dilakukan karena
biaya tetap merupakan biaya yang sulit
Apabila sudah disepakati bersama, maka bagian keuangan dapat membuat proyeksi arus kas.
Proyeksi arus kas ini bertujuan untuk memperhitungkan jadwal kegiatan dari masing-masing
program. Proyeksi arus kas ini juga penting untuk melihat adanya kemungkinan organisasi
menghadapi periode defisit anggaran akan terjadi. Dikuatirkan hal ini menyebab tidak adanya
alternatif pendanaan pendanaan lainnya sehingga pilihan yang akan diambil adalah
pengunduran jadwal kegiatan atau bahkan pengurangan kegiatan.
6
C. Jenis – Jenis Anggaran Sektor Publik
PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Melalui komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung mencerminkan arah dan
tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan, kita dapat mengetahui bahwa anggaran sector
public telah digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi, dan anggaran sebagai
alat perencanaan kegiatan public dapat pula digunakan sebagai alat pengendalian. System
perencanaan anggaran public berkembang sesuai dengan perkembangan manajemen sector
public dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Secara garis besar terdapat
dua pendekatan utama dalam perencanaan dan penyususnan anggaran sector public yang
memiliki perbedaan mendasar, yaitu:
ANGGARAN TRADISIONAL
Terdapat beberapa ciri utama dari pendekatan anggaran tradisional, yaitu:
Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism
Anggaran tradisional bersifat incrementalisn berarti hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan
data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
7
ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM
Pendekatan baru dalam sistem anggaran public cenderung memiliki karakteristik umum
sebagai berikut:
a. Komprehensif/ komparatif
b. Terintegrasi dan lintas departemen
c. Proses pengambilan keputusan yang rasional
d. Berjangka panjang
e. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
f. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
g. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input.
h. Adanya pengawasan kinerja.
8
ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan
publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme
penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional
dalam proses pengambilan keputusan.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu, anggaran
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan
value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan
anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan,
pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros (overspending).
Keunggulan ZBB
Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara
lebih efisien
ZBB berfokus pada value for money
Mempermudah untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
Kelemahan ZBB
9
Prosesnya memakan waktu lama, terlalu teoritis, dan tidak praktis
ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan
Kelemahan PBBS
PBBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, dan staf yang
memiliki kapabilitas tinggi.
Implementasi PBBS membutuhkan biaya yang besar.
PBBS sulit untuk diimplementasikan.
PBBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang
kompleks.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PBBS
10
Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output
Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, perubahan politik, dan
ekonomi
Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang berat
Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program terutama ketika terdapat
pertentangan kepentingan
11
dan penajaman prioritas belanja kementerian/lembaga negara; perbaikan parameter produksi
dan subsidi BBM dan listrik; program hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN;
pemanfaatan dana kelebihan di daerah; penerbitan obligasi dan optimalisasi pinjaman
program; pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis; penambahan subsidi pangan.
Namun, dampak lebih parah lagi bila langkah-langkah tersebut tak diimplementasikan.
Diperkiran defisit membengkak menjadi 4,2% PDB atau Rp 185,4 triliun.
Defisit anggaran terjadi bila belanja pemerintah melebihi penerimaan. Selisih atau kelebihan
belanja dari penerimaan sama jumlahnya dengan besarnya defisit. Dengan demikian, besaran
defisit selalu sama dengan utang pemerintah yang dibutuhkan untuk menutupi belanja.
Peningkatan jumlah defisit anggaran sampai batas tertentu, biasanya proporsi PDB, secara
teoritis dibenarkan. Sebab dalam suatu siklus, perekonomian tidak selalu mengalami posisi di
mana penerimaan di atas belanja, apalagi bila terdapat gejolak ekonomi eksternal seperti saat
ini. Namun, defisit yang terlalu berlebihan dikhawatirkan mengancam stabilitas keuangan
negara, seperti kejadian di AS, sehingga pasar kurang percaya pada kemampuan fiskal
pemerintah. Di negara berkembang, biasanya batas aman defisit tidak melebihi 3% PDB.
Posisi APBN sebagai alat penyelamat perekonomian dari gejolak eksternal harus benar-benar
dioptimalkan. Meski sifatnya jangka pendek, harapannya APBN tetap mampu menjalankan
tiga fungsi utamanya yakni stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Karena itu, kebijakan anggaran
dengan peningkatan defisit merupakan langkah paling tepat saat ini. Namun, letak masalah
yang kerapkali disoroti adalah sumber pembiayaan. Akumulasi utang pemerintah dari
domestik dan asing telah menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian. Apalagi bila si
kreditor mensyaratkan ikut campur tangan pada perumusan kebijakan pemerintah. Trauma
atas penyakit utang yang dimunculkan rezim orde baru, nampaknya akan menggeser sumber
pembiayaan defisit pada penerbitan obligasi atau surat utang pemerintah. Langkah ini dinilai
lebih aman, bisa dikontrol, dan lepas dari intervensi kreditor.
Di tengah gejolak eskternal, harapan kita agar langkah yang ditempuh pemerintah merupakan
yang terbaik buat kesehatan keuangan negara dan keberlanjutan pembangunan ekonomi.
Bagaimanapun juga, perekonomian Indonesia yang makin terintegrasi dengan dunia memang
menjadi risiko tersendiri bila terjadi gejolak seperti saat ini. Sebagai negara ekonomi kecil,
Indonesia tidak punya kuasa mengentikan gejolak yang layaknya badai yang siap memporak-
porandakan perekonomian. Namun, kita tetap punya kuasa memperkokoh “rumah” ekonomi
yang dibangun oleh multi landasan, salah satunya melalui kebijakan fiskal yang ditopang
APBN.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1 angka 7, UU
No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004.
tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
a) Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b) Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
c) Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara).
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD.
Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan
untuk kemajuan kami dalam menyusun makalah selanjutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ub.ac.id/wawanzious/ilmu-administrasi-publik-3/mkp-manajemen-
keuangan-publik/jenis-jenis-anggaran-sektor-publik/
https://kholifahmimbarmaulanis.wordpress.com/2017/04/11/makalah-anggaran-
pendapatan-dan-belanja-negara-apbn/
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-apbn-di-indonesia.html
14