Anda di halaman 1dari 17

EKONOMI MONETER ISLAM

STRATEGI, SUMBER-SUMBER EKSPANSI MONETER

DAN KEBIJAKAN MONETER

Dosen pengampu:

Rika Septianingsih S. H.I, M.E

Di susun oleh:

Humaira (190801021)

Nadila (190801027)

Hasnita Febriani (190801028)

Riska Mawarni (190801030)

Putri Indrayani (190801031)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS STUDI ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas struktur ini dengan judul mkalah “ strategi, sumber-sumber ekspansi
moneter dan kebijakan moneter”. Shalawat serta salam kami curahkan kepada nabi
Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabat beliau.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu ibu Rika Septianingsih
S. H.I, M.E. mata kuliah Ekonomi Moneter Islam, yang sudah memberikan kami kesempatan
untuk membuat makalah ini untuk menambah pengetahuan terkait strategi, sumber-sumber
ekspansi moneter dan kebijakan moneter.

Tentu dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu
kami sangat berharap adanya kritik dan saran untuk penulisan makalah berikutnya agar lebih
baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, juni 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................


......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang .......................................................................................................


2. Rumusan masalah ...................................................................................................
...................................................................................................
3. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Kebijakan Moneter................................................................................


2. Strategi dan Kebijakan Ekonomi dalam Islam .......................................................
3. Sumber-sumber Ekspansi Moneter dalam Islam.....................................................
4. Hal hal yang perlu di perhatikan dalam kebijakan moneter....................................
5. Instrument kebijakan moneter.................................................................................
6. Manajemen moneter islam.......................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................................................

Daftar pustaka .....................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakam laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Kuznets dan Sirojuzilam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan
semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai
dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukan .Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi stabil
tidaklah pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan, ini ibaratnya mata uang 2 sisi,
kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi tidak stabil. Untuk mencapai
inilah diperlukan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan perekonomian makro ke kondisi
yang lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi tersebut diukur dengan
menggunakan indicator-indikator makro utama seperti terpeliharanya pertumbuhan
ekonomi yang baik, stabilitas harga umum yang terkendali, dan menurunnya tingkat
pengangguran.
Sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang kegiatannya
bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan, maka pemerintah perlu melaksanakan
kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan system perkreditan secara
dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat
daerah (resource base) yang akan digerakkan.
Kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai stabilisasi ekonomi
Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut dipengaruhi oleh dua faktor,
pertama: kuat tidaknya hubungan kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi
tersebut, kedua: jangka waktu perubahan kebijakan moneter terhadap kegiatan
ekonomi.Keadilan sosiol ekonomi, salah satu sisi yang paling menonjol dari suatu
masyarakat Islam yang di harapkan menjadi suatu jalan hidup. Dan bukan sebagai

1
fenomena yang terisolasi, semangat ini yang harus menembus seluruh interaksi
manusia, social, ekonomi dan politik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kebijakan moneter?
2. Apa itu strategi dan kebijakan dalam ekonomi islam?
3. Apa yang di maksud dengan sumber-sumber ekspansif moneter dalam islam?
4. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam kebijakan moneter
5. Instrument kebijakan moneter
6. Manajemen moneter islam

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebijakan moneter
2. Untuk mengetahui tentang strategi dan kebijakan dalam ekonomi islam
3. Untuk mengetahui tentang sumber-sumber ekspansif moneter dalam islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kebijakan moneter


Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Untuk mengatasi krisis
ekonomi yang hingga kini masih terus berlangsung, disamping harus menata sektor
riil, yang tidak kalah penting adalah meluruskan kembali sejumlah kekeliruan
pandangan di seputar masalah uang. Bila dicermati, krisis ekonomi yang melanda
Indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya dipicu oleh dua sebab utama, yang
semuanya terkait dengan masalah uang.
Pertama, persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini
pasti terikat dengan mata uang negara lain (misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak
pada dirinya sendiri sedemikian sehingga nilainya tidak pernah stabil karena bila nilai
mata uang tertentu bergejolak, pasti akan mempengaruhi kestabilan mata uang
tersebut.
Kedua, kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar saja, tapi
juga sebagai komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta asing) dan ditarik
keuntungan (interest) alias bunga atau riba dari setiap transaksi peminjaman atau
penyimpanan uang.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau
depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy).
Kebijakan Uang Longgar ( Easy Money) Yaitu kebijakan yang digunakan
untuk mengatasi deflasi ( menambah jumlah uang yang beredar) yang dipakai
pemerintah untuk mempermudah syarat kredit dengan tujuan meningkatkan produksi.
Contoh easy money policy itu adalah 'discount policy', yaitu menambah
jumlah uang yang beredar dengan menurunkan tingkat suku bunga bank (diskonto)
oleh bank sentral (BI) terhadap bank umum (bank daerah gitu, kaya danamon, BCA,
dll), sehingga keinginan bank umum untuk meminjam dana ke bank sentral meningkat
karena bunganya kecil itu. Kalo bank umum minjem uang ke bank sentral, otomatis

3
org yang mengajukan permintaan hutang ke bank umum makin banyak kan? Jadi
uang yang beredar di masyarakat jd makin banyak. Yang kedua, 'cash ratio policy'..
pemerintah membuat kebijakan menurunkan persentase persediaan kas minimum
bank umum. Nah, dengan menurunkan persediaan kas ini, bank akan menambah
pemberian kredit, jadi uang yang beredar semakin banyak.
Hal ini dilakukan untuk mengatur jumlah uang yang beredar sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan dalam suatu sistem perekonomian. Saat jumlah uang yang
dibutuhkan dalam sistem perekonomian bertambah, dilakukanlah itu easy money
policy. Sebaliknya, kalo jumlah uang yang dibutuhkan dalam sistem perekonomian
berkurang, easy money policy tdk dilakukan, takutnya kena inflasi nanti. Jadi pada
saat seperti itu, yang dilakukan adalah tight money policy, kebijakan untuk
mengurangi jumlah uang beredar.
2) Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan uang ketat (tight money policy) yaitu kebijakan yamg digunakan
pemerintah dengan menerapkan kredit selektif untuk membatasi jumlah uang yang
beredar (menekan laju inflasi) atau tight money policy (kebijakan uang ketat) yaitu
kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar atau mengatasi inflasi
kebijakan ini dilakukan dengan:
 Kenaikan suku bunga,
 Menjual SBI (Sertifikat Bank Indonesia),
 Menaikkan cadangan kas,
 Membatasi pemberian kredit.
Hal ini dilakukan untuk mengatur jumlah uang yang beredar sesuai dengan
jumlah uang yang dibutuhkan dalam suatu system perekonomian. Saat jumlah uang
yang dibutuhkan dalam system perekonomian bertambah, maka di terapkan easy
money policy. Sebaliknya, jika jumlah uang yang dibutuhkan dalam dalam system
perekonomian berkurang, easy money policy tidak di terapkan.

B. Strategi kebijakan ekonomi dalam islam

4
Strategi Kebijakan Ekonomi Islam Permintaan terhadap uang karena motif
spekulatif pada dasarnya didorong oleh fluktuasi suku bunga pada perekonomian
kapitalis. Suatu penurunan dalam suku bunga dibarengi dengan harapan tentang
kenaikannya akan mendorong individu dan perusahaan untuk meningkatkan jumlah
uang yang dipegang. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat dengan laju
2,5 persen per tahun tidak saja akan meminimalkan permintaan spekulatif terhadap
uang dan mengurangi efek suku bunga ”terkunci”, tetapi juga akan memberikan
stabilitas yang lebih besar bagi permintaan total terhadap uang.
Hal ini lebih jauh akan diperkuat oleh sejumlah faktor antara lain sebagai
berikut :
1) Aset pembawa bunga tidak akan tersedia dalam sebuah perekonomian Islam, sehingga
orang yang hanya memegang dana likuid menghadapi pilihan apakah tidak mau
terlibat dengan resiko dan tetap memegang uangnya dalam bentuk cash tanpa
memperolah keuntungan, atau turut berbagi resiko dan menginvestasikan uangnya
pada aset bagi hasil sehingga mendapatkan keuntungan.
2) Peluang investasi jangka pendek dan panjang dengan berbagai tingkatan resiko akan
tersedia bagi para investor tanpa memandang apakah mereka adalah pengambil resiko
tinggi atau rendah.
3) Dapat diasumsikan bahwa --kecuali dalam keadaan resesi-- tak akan ada pemegang
dana yang cukup irasional untuk menyimpan sisa uangnya setelah dikurangi oleh
keperluan-keperluan transaksi dan berjaga-jaga selama ia dapat menggunakan sisanya
yang menganggur untuk melakukan investasi pada aset bagi hasil untuk menggantikan
paling tidak sebagian efek erosif zakat dan inflasi, sejauh dimungkinkan dalam sebuah
perekonomian Islam.
4) Laju keuntungan berbeda dari laju suku bunga tidak akan ditentukan di depan.

C. Sumber-sumber Ekspansi Moneter Islam


Untuk menjamin bahwa pertumbuhan moneter mencukupi dan tidak
berlebihan perlu memonitor secara hati-hati tiga sumber utama ekspansi moneter. Dua
diantaranya adalah domestic.
1) Defisit Fiskal
Tak ada kontroversi di kalangan ekonomi mengenai apakah defisit fiskal dapat
dan memang telah di lakukan menjadi sumber penting bagi ekspansi moneter
“ekspansif”. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengambil sumber-

5
sumber riil pada laju yang lebih cepat dari yang berkesinambungan pada tingkat harga
yang stabil, dapat menimbulkan peningkatan defisit fiskal dan mempercepat
penawaran uang sehingga menambah laju inflasi. Bahkan di Negara-negara industri
uatama, defisit fiskal yang besar telah menjadi sebab uatam kegagalan memenuhi
target suplai uang.
Hal ini cenderung menggeser beban perjuangan dalam menghapuskan inflasi
pada kebijakan moneter. Akan tetapi, seperti yang secara sangat tepat dinyatakan oleh
para ekonom yang tergabung dalam Economists Advisory Group Bussiness Research
Study, “Makin besar ketergantungan sektor pemerintah kepada system perbankan,
makin sukar bagi bank sentral untuk melakukan suatu kebijakan moneter yang
konsisten. Karena itu, kalau tidak ingin kebijakan moneter menjadi kurang efektif
atau terlalu restriktif, harus ada koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk
merealisasikan tujuan-tujuan nasional. Ini menggaris bawahinya perlunya suatu
kebijakan fiskal yang noninflasioner dan realistis di Negara-negara muslim.
Perlunya mengeliminasi pengeluaran yang tidak produktif dan mubazir
merupakan kewajiban agama bagi setiap muslim. Akan tetapi, terutama bagi
pemerintah , hal ini tidak bisa dihindari karena mereka menggunakan sumber-sumber
daya yang sediakan oleh rakyat sebagai suatu amanah dan menggunakannya secara
mubazir atau tidak produktif merupakan suatu pengkhianatan terhadap amanah ini.
Sesudah semua pengeluaran yang tidak perlu dan mubazir dieliminasi, neraca
pengeluaran pemerinatah dapat dibagi menjadi tiga bagian , (1) pengeluaran rutin, (2)
pengeluaran proyek, dan (3) pengeluaran darurat.

2) Penciptaan Kredit Bank Komersial


Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah Badan
Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Salah satu Kegiatan
Perbankan antara lain: Menghimpun dana dari masyarakat, Menyalurkan kredit
kepada masyarakat dan Memberikan jasa-jasa kepada masyarakat.
Deposito bank komersial merupakan bagian penting dari penawaran uang
sebagai kemudahan untuk analisis, deposito ini dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, deposito primer yang menyediakan system perbankan dengan basis uang
(uang kontan dalam bank + deposito di bank sentral). Kedua, deposito derivative yang

6
dalam sebuah system cadangan proporsional mewakili uang yang diciptakan oleh
bank komersial dalam proses perluasan kredit dan merupakan sumber utama ekspansi
moneter dalam perekonomian dengan kebijakan perbankan yang sudah maju.
Penciptaan kredit harus sesuai dengan target moneter dan menciptakan
kompetisi yang sehat antar bank komersial. Ini dapat dilakukan dengan mengatur
penyediaan uang pokok bagi bank-bank komersial dan membatasi bank untuk
membuat cadangan kas tidak efektif.
Dalam ekonomi Islam, kredit untuk kegiatan-kegiatan produktif baik jangka
panjang maupun jangka pendek adalah fungsi moneter. Kredit moneter itu digunakan
sebagai alat utama dalam kebijakan moneter melalui:
a. Tenggang waktu pinjaman
b. Persyaratan presentase pendanaan oleh peminjam
c. Persyaratan kelayakan untuk mendapatkan kredit
d. Perlindungan untuk kredit dalam jumlah besar

3) Surplus Neraca Pembayaran


Neraca pembayaran surplus berarti jumlah penerimaan lebih besar dari jumlah
penerimaan lebih besar dari jumlah pengeluaran. Surplus Neraca pembayaran yang
berkepanjangan akan kurang berarti, jika tidak digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Hanya sebagian kecil neraca-neraca muslim menikmati surplus neraca
pembayaran sedangkan sebagian besar dari mereka mengalami defisit. Mereka yang
mengalami surplus, surplus itu tidak terjadi dalam sektor swasta dan tidak
menyebabkan suatu ekspansi otomatis dalam penawaran uang. Ia terjadi hanya karena
pemerintah menguangkan surplus dengan membelanjakannya secara domestik,
sedangkan defisit neraca pembayaran sektor swasta tidak menggantikan ini secara
memadai.
Di Negara-negara yang mengalami defisit, sumber utama defisit berasal dari
ekpansi moneter yang tidak sehat di barengi dengan konsumen mencolok dari sector
swasta dan pemerintah melalui defisit transaksi berjalan dan kebocoran modal “bawah
tanah”. Hal ini tidak dapat dihapuskan tanpa reformasi sosio ekonomi pada tingkatan
yang lebih dalam dan kebijakan fiskal maupun moneter sesuai dengan ajaran-ajaran
islam.

7
D. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam kebijakan moneter

1. Inflasi penargetan

Berdasarkan pendekatan kebijakan target adalah untuk menjaga inflasi , di bawah


sebuah definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen , dalam kisaran yang
diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank
Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang digunakan adalah umumnya tingkat
antar bank di mana bank meminjamkan kepada satu sama lain semalam untuk
keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa
disebut uang bunga atau sesuatu yang serupa.Target suku bunga dipertahankan untuk
jangka waktu tertentu menggunakan operasi pasar terbuka. Biasanya durasi bahwa
target suku bunga dipertahankan konstan akan bervariasi antara bulan dan tahun.
Target suku bunga biasanya ditinjau secara bulanan atau kuartalan oleh komite
kebijakan.Perubahan target suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai
indikator pasar dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan
demikian pasar tetap pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan.
Sebagai contoh, satu metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor
menyesuaikan tingkat suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat
inflasi dan kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari
Universitas Stanford .Penargetan inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan
moneter ini dipelopori di Selandia Baru. Hal ini saat ini digunakan di Australia ,
Brazil , Kanada , Chile , Kolombia , yang Republik Ceko , Selandia Baru , Norwegia ,
Islandia , Filipina , Polandia , Swedia , Afrika Selatan , Turki , dan Inggris .

2. Harga Penargetan Tingkat

Harga penargetan tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa


pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga jangka
panjang adalah offset pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang
ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan kepastian
lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam inflation
targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak diperhitungkan atau
disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa depan.

3. Agregat Moneter

8
Pada 1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada
pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk
memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika
Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan
Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut
monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal harga
satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
D. . Nilai Tukar Tetap
Kebijakan ini didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang
asing. Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya
dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.Di bawah sistem nilai fiat
tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan nilai tukar tetap tetapi
tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk mempertahankan tingkat.
Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya
kontrol modal , impor / lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar
dimana perdagangan mata uang pada pasar / nilai tidak resmi.Di bawah sistem fixed-
konvertibilitas, mata uang dibeli dan dijual oleh bank sentral atau otoritas moneter
setiap hari untuk mencapai nilai tukar target. Tingkat mungkin target tingkat tetap
atau sebuah band tetap di mana nilai tukar dapat berfluktuasi sampai otoritas moneter
campur tangan untuk membeli atau menjual yang diperlukan untuk mempertahankan
nilai tukar dalam band. (Dalam kasus ini, nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat
dilihat sebagai kasus khusus dari kurs tetap dengan band-band di mana band-band
yang diatur ke nol.)Di bawah sistem nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan mata
uang setiap unit mata uang lokal harus didukung oleh unit mata uang asing
(mengoreksi nilai tukar). Hal ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak akan
mengembang tanpa didukung oleh mata uang keras dan menghilangkan segala
kekhawatiran tentang berjalan di mata uang lokal dengan mereka yang ingin
mengkonversi mata uang lokal ke mata uang (jangkar) keras.
E. Instrument Kebijakan Moneter
Setiap kebijakan pastinya memerlukan instrument dalam mencapai tujuan-
tujuanya,adapun instrument tersebut adalah :
1. Instrument Kebijakan Moneter Konvensional
Instrumen-instrumen pokok dari kebijakan moneter dalam teori konvensional
antara lain adalah:

9
a. Kebijakan Pasar Terbuka. (Open Market Operation). Kebijakan membeli atau
menjual surat berharga atau obligasi di pasar terbuka. Jika bank sentral ingin
menambah suplai uang maka bank sentral akan membeli obligasi, dan sebaliknya
bila akan menurunkan jumlah uang beredar maka bank sentral akan menjual obligasi.
b. Penentuan Cadangan Wajib Minimum. (Reserve Requirement). Bank sentral
umumnya menentukan angka rasio minimum antara uang tunai (reserve) dengan
kewajiban giral bank (demand deposits), yang biasa disebut minimum legal reserve
ratio. Apabila bank sentral menurunkan angka tersebut maka dengan uang tunai yang
sama, bank dapat menciptakan uang dengan jumlah yang lebih banyak daripada
sebelumnya.
c. Penentuan Discount Rate. Bank sentral merupakan sumber dana bagi bank-bank
umum atau komersial dan sebagai sumber dana yang terakhir (the last lender resort).
Bank komersial dapat meminjam dari bank sentral dengan tingkat suku bunga sedikit
di bawah tingkat suku bunga kredit jangka pendek yang berlaku di pasar bebas.
Discount rate yang bank sentral kenakan terhadap pinjaman ke bank komersial
mempengaruhi tingkat keuntungan bank komersial tersebut dan keinginan meminjam
dari bank sentral. Ketika discount rate relatif rendah terhadap tingkat bunga
pinjaman, maka bank komersial akan mempunyai kecendrungan untuk meminjam
dari bank sentral.
d. Moral Suasion Kebijakan Bank Sentral yang bersifat persuasif berupa
himbauan/bujukan moral kepada bank.Instrumen-instrumen konvensional yang
mengandung unsur bunga (bank rates, discount rate, open market operation dengan
sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada pelaksanaan
kebijakan moneter berbasis Islam.
F. Manajemen Moneter Islam
Dasar pemikiran ini adalah terciptanya stabilitas permintaan uang dan
mengarahkan pemerintahan uang tersebut kepada tujuan yang penting dan
produktif sehingga, setiap instrument yang akan mengarahkan kepada instabilitas
dan pengalokasian sumber dana yang tidak produktif akan di tinggalkan.Sesuai
dengan ajaran Islam, manajemen moneter yang efisien dan adil tidak berdasarkan
pada mekanisme bunga, melainkan dengan menggunakan instrumen utama yaitu:
1. Value Judgement yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan alokasi
dan distribusi sumber yang sesuai dengan ajaran Islam. Pada dasarnya sumber daya
merupakan amanah dari Allah yang pemanfaatannya dilakukan secara efisien dan

10
efektif. Berdasarkan nilai-nilai Islam, permintaan uang harus dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan investasi yang produktif bukan untuk konsumsi
yang berlebihan, pengeluaran-pengeluaran non produktif dan spekulatif.
2. Kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan social ekonomi dan politik yang
salah satunya dapat menciptakan mekanisme harga yang dapat meningkatkan
efisiensi dalam pemanfaatan sumber.
3. Mekanisme lembaga perantara keuangan yang beroperasi berdasarkan system bagi
hasil (profit dan loss sharing). Dalam system ini permintaan uang akan
dialokasikan dengan syarat hanya untuk proyek-proyek yang bermanfaat dan
hanya kepada debitur yang mampu mengelola proyek secara efisien. Dengan
persyaratan tersebut diharapkan dapat meminimalisasikan permintaan uang untuk
pemanfaatan tidak berguna, non produktif dan spekulatif. Selain itu dapat
menciptakan masyarakat yang memiliki jiwa kewirausahaan sekalipun dari
golongan miskin. Karena wirausahawan dapat menghasilkan output, perluasan
kesempatan kerja dan pemenuhan kebutuhan dasar.
Untuk menciptakan keseimbangan antara money demand dan money supply
banyak pendekatan praktis yang dapat digunakan untuk memperkirakan
permintaan uang yang konsisten dengan realisasi pencapaian tujuan sosio
ekonomi dengan kerangka stabilitas harga dan kemudian memantapkan rentangan
target pertumbuhan penawaran uang yang akan membantu tercapainya kecukupan
permintaan ini secara memungkinkan. Pentargetan moneter sebanding dengan
perputaran uang yang dapat diprediksikan secara nalar pada periode yang tepat.

11
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Kesimpulan Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Untuk
mengatasi krisis ekonomi yang hingga kini masih terus berlangsung, disamping harus
menata sektor riil, yang tidak kalah penting adalah meluruskan kembali sejumlah
kekeliruan pandangan di seputar masalah uang. Bila dicermati, krisis ekonomi yang
melanda Indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya dipicu oleh dua sebab
utama, yang semuanya terkait dengan masalah uang.
Pertama, persoalan mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini
pasti terikat dengan mata uang negara lain (misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak
pada dirinya sendiri sedemikian sehingga nilainya tidak pernah stabil karena bila nilai
mata uang tertentu bergejolak, pasti akan mempengaruhi kestabilan mata uang
tersebut.
Kedua, kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar saja, tapi
juga sebagai komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta asing) dan ditarik
keuntungan (interest) alias bunga atau riba dari setiap transaksi peminjaman atau
penyimpanan uang.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau
depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy).
2) Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

12
DAFTAR PUSTAKA

Bernanke, Ben (2006). “Agregat Moneter dan Kebijakan Moneter di Federal Reserve: Sebuah
Perspektif Sejarah” . Federal .

BM Friedman ,(2001) “Kebijakan Moneter,” Abstrak. . ” Ensiklopedi Internasional &


Perilaku Ilmu Sosial. hal 9976-9984.

Mahendra, A. 2008. Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia. Universitas Sumatra Utara: Medan.

https://pustakamediasyariah.blogspot.com/2015/05/makalah-pes-kebijakan-moneter-
dalam.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai