Nim : 190801027
DAN
Ojk adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lai, yang
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pembentukan Otoritas Jasa
hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada tiga hal yang melatar belakangi pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan, yaitu perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia,
permasalahan lintas sektoral industry jasa keuangan, dan amanat Undang-Undang No. 3
tahun 2004 tentang Bank Indonesia (pasal 34). Pasal 34 Undang-Undang No.3 Tahun 2004
tentang Bank Indonesia merupakan respon dari krisis Asia yang terjadi paada 1997-1998
yang lebih tangguh. Reformasi di bidang hokum perbankan diharapkan menjadi obat
Untuk itu, terbentuklah ide awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan yang
sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan Undang-
Undang tentang Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sebagai kompromi,
disepakati bahwa lembaga yang akan menggantikan Bank Indonesia dalam mengawasi
bank tersebut juga bertugas mengawasi lembaga keuangan lainnya. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terlihat bahwa pemisahan fungsi pengawasan tersebut adalah memangkas
independen, selambat-lambatnya akhur tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Lembaga ini bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar
terlebih dahulu. Jika tidak, Otoritas Jasa Keuangan tidak punya dasar hukum. Jika
tugas, fungsi dan wewenangan pembinaan dan pengawasan atas sejtor jasa keuangan
beralih ke institusi baru tang di sebut Otoritas Jasa Keuangan. Ini berarti Otoritas Jasa
Keuangan akan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia, Pasar
Modal, Ditjen Lembaga Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, dan intitusi pemerintah
lain yang memang mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat. Tugas yang tetap di
pegang oleh Bank Indonesia adalah pengaturan kegiatan bank yang terkait dengan
kepada dua lembaga, yaitu Bank Indonesia dan lembaga penyedia jasa keuangan atau yang
di kenal dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada penyusunan Undang-Undang Otoritas
Jasa Keuangan terdapat masalah yang harus diidentifikasi yang selanjutnya dikaji dan di
analis kebaikan dan kelemahannya, serta menelaah praktik-praktik dalam membentuk suatu
pengawasan yang teintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan dalam Sektor Jasa Keuangan.
OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain. OJK
D. Karakteristik OJK
Salah satu karakteristik yang dimiliki OJK serta menjadi nilai tambah OJK
stabil.
E. Wewenang OJK
penetapan pembubaran
melakukan:
dan masyarakat.
masyarakat.
Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang tepercaya,
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa
keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat
sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 (UU LPS).
Mendapatkan tambahan tugas dan wewenang baru yang cukup besar sebagaimana
Tugas dan wewenang baru tersebut adalah persiapan resolusi bank berkoordinasi
dengan Otoritas Jasa Keuangan, Resolusi bank dengan metode baru berupa pengalihan aset
dan kewajiban bank dan penggunaan bank perantara pendanaan penanganan bank dengan
obsi yang lebih beragam, serta penyelenggaraan Program Restrukturisasi Perbankan (PRP)
keputusan presiden. Dalam rangka melaksanakan mandat UU PPKSK Tersebut dan guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan fungsi dan tugas LPS secara
menyeluruh.
B. Perkembangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Pada tahun 2016 LPS melakukan persiapan transformasi organisasi berupa kajia
menyeluruh terhadap organisasi LPS dan menetapkan visi baru. Pada tahun 2017, LPS
mulai melaksanakan program transformasi untuk 5 tahun kedepan dengan mengacu pada
masterplan tranformasi tahun 2017-2021, cetak biru teknologi informasi LPS tahun 2017-
Selama tahun 2017, beberapa kegiatan strategis telah di selesaikan antara lain
restrukturisasi organisasi LPS, program penguatan budaya organisasi, penguatan sistem dan
prosedur kerja, hingga peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
melaksanakan tugas utama LPS, termasuk pelaksanaan simulasi resolusi Bank. Selain itu,
LPS juga telah menyelesaikan beberapa kebijakan utama yang merupakan amanat UU
PPKSK, yaitu peraturan LPS tentang tentang penanganan Bank Sistemik yang mengalami
permasalahan Solvabilitas, peraturan LPS tentang penyelesaian Bank selain Bank Sistemik
keseluruhan, pencapaian kerja LPS pada tahun 2017 adalah 101% atau “sangat baik”.
Walaupun sudah banyak hal yang telah di capai pada tahun 2017, beberapa hal strategis
masih perlu dilanjutkan pada tahun 2018. Diantaranya adalah implementasi struktur
pengembangan SDM.
kewenangannya.
D. Wewenang LPS
Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1.
Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
angka 4
tertentu
simpanan
LPS mempunyai Visi yaitu menjadikan lembaga, terdepan, tepercaya, dan di akui
ditingkat nasional dan internasional dalam menjamin simpanan nasabah dan melaksanakan
dan efisien
Selain memenuhi nilai simpanan yang dijamin, nasabah juga perlu memenuhi
syarat-syarat berikut :
wajar di tetapkan omeh LPS/ Nasabah tidak menerima imbalan yang tidak
Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS
maksimum sebesar Rp 100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan
bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank memiliki simpanan
lebih dari Rp 100 juta maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank
tersebut. Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi
simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data distribusi simpanan per 31 Desember
2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp 100 juta mencakup lebih dari 98%
rekening simpanan.
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan
Perpu No. 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang mengubah nilai simpanan yang dijamin oleh
LPS menjadi Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah). Perpu ini dapat disesuaikan kembali,
nasabah per bank sejak tanggal 13 Oktober 2008. Apabila seorang nasabah mempunyai
beberapa rekening simpanan pada satu bank, maka untuk menghitung simpanan yang
dijamin, saldo seluruh rekening tersebut dijumlahkan. Nilai simpanan yang dijamin tersebut
meliputi pokok ditambah bunga untuk bank konvensional, atau pokok ditambah bagi hasil
DAFTARPUSTAKA
Anggota Dewan Komisioner. 2014. Mengenal Otoritas Jasa keuangan dan Industri Jasa
Keuangan.
Sutedi, Adrian. 2014. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta :Penebar Swadaya
Grup
Kesejahteraan Ekonomi