Di banding dengan menulis, berbicara lebih mudah di lakukan. Setiap pembicaraan pasti
ada maksud tujuan yang hendak di sampaikan, baik itu pembicaraan secara langsung
maupun melalui media elektronik (teknologi). Dalam berbicara kita harus menggunakan
bahasa yang baik, mudah di pahami.
Berikut adalah beberapa etika berbicara:
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna” (QS. Al Mu’minun [23]: 3)
2. Hendaknya pembicaraan dengan suatu yang dapat di dengar
ل ُّ ك ُ ه ُ مُ صال ً يَ ْف َه َ ما
ْ ف ً َ كال ِ َّ ول
َ -صلى هللا عليه وسلم- َّللا ِ س ُ َ كال
ُ م َر َ ك
َ ان ْ َقال
َ ت ُ َّ م َها
َ َّللا َ ح َ ش
ِ ة َر َ ن
َ ِعائ َ
ْ ع
.ه ُ ع
َ مِ س َ ن ْ م َ
Dari Aisyah rahimahallaahu, beliau berkata: “Bahwasanya perkataan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam itu perkataan yang jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang
mendengar.” (HR Abu Daud 4839. Dinilai hasan oleh Al Albani dalam Shahih al Jaami’ no
4826) .
Dan tertera juga pada Qs Thaha:44 yang berbunyi
وَل لَ ُه َق ْو اَل لَ ِّي انا
َ َف ُق
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.”
3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu
Seperti dalam Qs al Isra’: 28
ُ م َق ْو اَل َم ْي
سوراا ْ ل لَ ُه
ْ َف ُق
“Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
4. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang
benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
وبيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان،أنا زعيم بيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا
”مازحا
Akuu adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari
pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga
bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud dan dinilai
hasan oleh Al-Albani).
5. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ش و َََل ْالبَ ِّذي ِّء ِّ ان و َََل اللَّ َّع
ِّ ان و َََل ْال َفا
ِّ ح ِّ ن بِّالطَّ َّع ُ لَ ْيسَ ْال
ُ م ْؤ ِّم
”seorang mu’min itu bukanlah pencela atau pengutuk atau yang keji pembicaraannya”..
(HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab al Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Dan tertera juga pada Qs. Al-baqarah :235)