Anda di halaman 1dari 18

Daftar Isi

Daftar Isi.................................................................................................................................i
Pengertian Bank....................................................................................................................1
Pengertian Perbankan..........................................................................................................1
Sejarah Perbankan Di Indonesia.........................................................................................3
A. Keadaan pada masa Kolonial.............................................................................................3
B. Keadaan Perbankan pada masa Kemerdekaan...................................................................5
Perkembangan Perbankan Di Daerah Republik...............................................................5
a)Bank Negara Indonesia (BNI)..............................................................................................5
b)Bank Rakyat Indonesia (BRI)..............................................................................................5

Perbankan Di Daerah Federal.............................................................................................6


Sumber Hukum Perbankan.................................................................................................6
Asas Hukum Perbankan.......................................................................................................9
Prinsip – Prinsip Hukum Perbankan................................................................................11
Pembagian Jenis Operasional Bank..................................................................................13
Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional.............................................17

Daftar Pustaka

i
HUKUM PERBANKAN

1. Pengertian Bank

Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah


menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 bank


adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank ialah
semua badan usaha yang bertujuan untuk menyediakan jasa-jasanya jika terdapat
permintaan atau penawaran akan kredit.

Pengertian bank pada awal di kenalnya adalah meja tempat menukar uang.
Lalu pengertian berkembang penyimpan uang dan seterusnya. Pengertian ini
tidaklah salah, karena pengertian pada saat itu sesuai dengan kegiatan bank pada
saat itu. Namun semakin modernnya perkembangnya dunia perbankan, maka
pengertian bank pun berubah pula.

Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan


usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

2. Pengertian Perbankan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bank adalah lembaga


keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Pengertian bank yang diberikan KBBI tersebut,
sesungguhnya berasal dari pengertian otentik yang terdapat dalam UU No. 14 Tahun

1
1967. Pengertian bank ini berbeda dengan yang diberikan UU Perbankan No. 7
Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 pada
Pasal 1 angka (2). Di sana bank diartikan badan Usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk. bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak Berdasarkan pengertian otentik di atas, maka bank adalah :

a. Badan usaha, bisa berbentuk perseroan terbatas, perusahaan daerah,


atau koperasi
b. Yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya;
c. Dengan tujuan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.

Perubahan istilah lembaga keuangan atau perbankan menjadi badan usaha,


dimaksudkan agar lembaga perbankan lebih profesional dalam mengelola usaha
perputaran uang dari dan ke masyarakat.Selain itu, usaha bank tidak semata-mata
untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesamya bagi pemilik bank, tetapi juga
kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat yang menjadi
komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usaha di Indonesia.

Sebagai badan usaha, maka bank akan selalu berusaha untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besamya, yang merupakan salah satu ciri dari perusahaan.
Sebaliknya kalau sebagai lembaga keuangan, maka kewajiban utama bank untuk
menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi dan perluasan
kesempatan kerja. Karena itu dalam pengertian “bank” di sini tidak termasuk Bank
Indonesia. Bank Indonesia bukanlah suatu badan usaha yang berusaha mencari laba,
walaupun melakukan usaha yang bersifat komersial pula. Dengan demikian definisi
bank yang dikutip di atas pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Kalaupun ada
perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Oleh sebab itu, ada yang
mendetinisikanbank sebagai ”suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang

2
dan' pihak ketiga”. Sedangkan definisi lain mengatakan, bank adalah ”suatu badan
yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan
permintaan kredit pada waktu yang di tentukan "

Penulis lain mendefinisikan bank adalah ”suatu badan yang usa-ha utamanya
menciptakan kredit”. Prof. G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank politik
mengatakan, “bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
penukar baru berupa uang giral.” Sedangkan A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia
Ekonomi Keuangan dan Perdagangan menjelaskan bahwa,”Bank adalah suatu jenis
lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan
pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak
sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahan-
perusahaaa dan lain-lain ”.

3. Sejarah Perbankan di Indonesia

A. Keadaan pada masa Kolonial

Di Indonesia (pada waktu itu Nederland Indie) terdapat tiga buah bank, di
dalamnya pemerintah mempunyai peranan tertentu. Ketiga bank tersebut adalah :
a. De Javanesche Bank N.V., didirikan tanggal 10 Oktober 1827, kemudian
dinasionalisir oleh Pemerintah RI pada tanggal 6 Desember 1951 dan
akhirnya menjadi Bank Sentral di Indonesia berdasarkan UU No. 13 tahun
1968.
b. De Aglemene Volkscredietbank, didirikan tahun 1934 di Batavia (Jakarta).
Kemudian kegiatan bank ini dilanjutkan oleh lembaga kredit Jepang (pada
masa pendudukan Jepang) dengan nama Syomin Ginko dan sekarang
menjadi Bank Rakyat Indonesia.
c. De Postpaarbank, didirikan tahun 1898, yang selanjutnya dengan UU No. 9
Drt. Tahun 1950 diganti dengan nama Bank Tabungan Pos dan terakhir
dengan UU No. 20 tahun 1968 menjadi Bank Tabungan Negara.

3
Di samping ketiga bank di atas, terdapat pula bank-bank lainnya yang tidak
mendapat campur tangan pemerintah. Bank-bank tersebut ada yang bermodal
nasional, Belanda, Inggris, Jepang, dan Cina. Diantara Bank dimaksud adalah
sebagai berikut :

1) Bank-bank milik pribumi atau bermodal nasional di antaranya Bank


Nasional Indonesia, berkantor di Surabaya; Bank Nasi-onal "Abuan
Saudagar”, didirikan tahun 1932 di Bukittinggi, dan N.V.Bank Boemi, di
Jakarta. Bank-bank nasional ini didirikan dengan dipelopori oleh tokoh-
tokoh nasional Indonesia. Bank Nasional Indonesia dipelopori oleh Dr.
Soetomo, Dr. Samsi, Ir. Anwari, dan lain-lain; Bank Boemi oleh Sumanang.
2) Bank-bank milik Belanda atau bermodal Belanda, di antaranya Nederland
Handels Maatschappij (NHM), terkenal dengan nama factorij karena semula
bergerak di bidang perdagangan. Bank ini didirikan tahun 1824. Nationale
Handelsbank (NHM), didirikan tahun 1863; De Esxomptobank N.V.,
didirikan tahun 1857 dan pada tahun 1950 di ganti menjadi suatu N.V yang
berkedudukan di Indonesia.
3) Bank-bank milik Inggris yang bernama The Chartered Bank of India selain
itu terdapat pula di Australia dan Cina dan berkantor pusat di London; dan
The Hong Kong and Shanghai Banking Corporation yang berkantor di Hong
Kong.
4) Bank-bank milik Jepang , diantaranya The Bank of Thaiwan; The Yokohama
Species dan Bank The Mitsui Bank.
5) Bank-bank milik Cina, terdiri atas The Overseas Chinese Bnaking
Corporation berkantor pusat di Singapura; The Bank of China berkantor di
Peking; N.V. Batavia Bank berkantor pusat di Medan, dan N.V.
Bankvereeninging Oei Tiong Ham berkantor di Semarang

B. Keadaan Perbankan pada masa Kemerdekaan

Bersamaan dengan kekalahan Jepang, pemerintah Belanda berusaha kembali


ke Indonesia dengan membonceng tentara Inggris (Sekutu), dan terjadilah perang
kemerdekaan melawan penjajah. Pada akhirnya terbentuk dua wilayah daerah

4
Republik yang dikuasai, oleh RI dan daerah federal yang merupakan daerah wilayah
RI yang diduduki Belanda. Masing-masing daerah mengalami perkembangan.

4. Perkembangan Perbankan di Daerah Republik

Pada masa itu ada dua bank pemerintah, yakni Bank Negara Indonesia (BNI) dan
Bank Rakyat Indonesia (BRI).

a) Bank Negara Indonesia (BNI)


Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang (PERPU) No. 1 Tahun 1946 yang kemudian bernama BNI 1946.
BNI banyak membantu kegiatan perjuangan nasional dalam bidang
perekonomian pada umumnya dan bidang moneter pada khususnya. Dalam kerja
samanya dengan Bank Soerakarta, Bank Dagang Nasional Indonesia dan Bank
Rakyat Indonesia, pada tahun 1946-1947 BNI telah membantu dibentuknya
”Banking Trading Corporation” (BTC) di ,awa. Tujuan didirikannya BTC
adalah untuk memberikan dasar pada Perkembangan suatu bank dagang dalam
melaksanakan kredir perdagangan (impor dan ekspor).

b) Bank Rakyat Indonesia (BRI)


Didirikan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 1946 pada tanggal
22 Februari 1946. BRI berasal dari The Algemene Folkscredirbank (AFB) yang
dalam masa pendudukan Jepang “Syomin Ginko”. Dengan UU No. 41 Prp Tahun
1960 maka didirikan Bank Koperasi Tani dan Nelayan yang tugasnya
menjalankan usaha perkreditan rakyat, khususnya menyelenggarakan perkreditan
kepada koperasi, kaum tani dan nelayan dalam arti seluas-luasnya. Kemudian
BRI yang merupakan bank pemerintah pertama sesudah kemerdekaan RI, beserta
Bank Tani dan Nelayan yang didirikan dengan UU No. 77 Tahun 1958 dilebur ke
dalam Bank Koperasi Tani dan Nelayan masing- masing berdasarkan UU No. 42
Prp Tahun 1960 dan UU No. 43 Prp Tahun 1960.

5. Perbankan di Daerah Federal

5
Bank-bank yang bermunculan di daerah federal ini adalah bank-bank
nasional swasta yang pada umumnya merupakan bank umum dan bergerak di
bidang perdagangan. Bank-bank tersebut adalah :
a. N.V. Bank Sulawesi di Manado, didirikan pada tanggal 8 Februasi 1946.
b. N.V. Bank Perniagaan Indonesia, didirikan pada tanggal 11 Maret 1948.
c. Bank Timur N.V. di Semarang, didirikan pada tanggal 20 September 1949
yang kemudian diganti namanya menjadi PT Bank Gemari dan kemudian
melakukan merger dengan Bank Sentral Asia (BCA).
d. Bank Dadang Indonesia N.V. di Banjarmasin, didirikan pada tanggal 12
Oktober 1949.
e. Kalimantan Trading Corporation N.V. di Samarinda, didirikan pada tanggal
18 Februari 1950, yang kemudian merger dengan Bank Pasific.

6. Sumber Hukum Perbankan

Pengaturan perbankan bersumber pada UU No. 7 Tahun 1992 tentang


Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, di mana
kedua Undang-undang tersebut masih menjadi sumber hukum positif di bidang
perbankan. Yang selanjutnya dari kedua Undang-undang tersebut disebut dengan
Undang-undang Perbankan yang diubah. Karena itu, segala ketentuan perbankan
harus disesuaikan dengan Undang-undang Perbankan yang diubah tersebut. Dengan
berlakunya Undang-undang Perbankan yang diubah, selain mengganti UU No. 14
Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, iuga menyatakan tidak berlaku lagi
beberapa peraturan lainnya, yaitu :
a. Staatsbled Th. 1929 N0. 357 tanggal l4 September I929 tentang Aturan-
aturan mengenai badan badan Kredit Desa dalam Provinsi-provinsi di
Jawa dan Madura di luar wilayah Kotapraja-kotapraja.
b. Undang-undang Numur 12 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan
Swasta (LN RI Th. 1962 No. 58, tambahan LN RI No. 2489).
c. Peraturan tentang Usaha Perkreditan yang diselenggarakan oleh
Kelurahan di daerah Kadipaten Paku Alaman (Rijksblaad dari Daerah
Paku Alaman Th. 1937 No. 9)
Peraturan-peraturan perbankan tersebut dinilai sudah tidak dapat mengikuti
perkembangan perekonomian nasional maupun intemasional Sebagaimana

6
diketahui, UU Perbankan 1967 disusun pada situasi dan kondisi perekonomian yang
jauh berbeda dengan situasi dan kondisi saat ini, Perkembangan perekonomian
nasional maupun intemasional yang senantiasa bergerak cepat disertai tantangan
yang semakin luas perlu selalu dapat diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional
dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawab, sehingga perbankan nasional perlu :

1. Ditata dalam struktur kelembagaan yang lebih luas, dengan landasan yang
lebih luas, dan lebih jelas ruang geraknya.
2. Diberikan kesempatan untuk memperluas jangkauan pelayanannya di
segala penjuru tanah air, baik pelayanan sebagai perbankan umum yang
menjangkau semua lapisan masyarakat maupun perbankan perkreditan
rakyat yang pelayanannya diperuntukan bagi golongan ekonomi lemah
atau pengusaha kecil.
3. Diperkuat dengan landasan hukum yang dibutuhkan bagi
terselenggaranya pembinaan dan pengawasan yang mendukung
peningkatan kemampuan perbankan dalam menjalankan fungsinya secara
sehat, wajar dan efisien, sekaligus memungkinkan perbankan Indonesia
melakukan penyesuaian yang diperlukan sejalan dengan
perkembangannya norma-norma perbankan internasional.

Maka dengan perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui


UU Perbankan yang telah diubah, merupakan landasan perbankan kita dalam
menghadapi saat tinggal landas di era globalisasi. Di dalamnya diciptakan satu
lingkungan dunia perbankan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya
perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang
diakibatkan oleh perkembangan itu, sehingga mencapai tujuan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu dibentuk tindakan langsung yang ditujukan guna
mempercepat proses modernisasi sektor industri perbankan. Juga digariskan
ketentuan tertib hubungan yang disepakati bersama dan yang diperlukan dalam
dunia perbankan untuk menjalankan fungsi produktifnya. Dan perubahan tersebut
merupakan salah satu program pelaksanaan reformasi perbankan, yakni
menyempumakan perangkat hukum di bidang perbankan dan pendirian lembaga

7
dana penyangga simpanan, yang pada akhirnya akan memulihkan kepercayaan
masyarakat domestik maupun internasional terhadap sistem perbankan nasional.

Jika dicermati dari konsideran bagian menimbang UU No. 10 Tahun 1998,


terdapat dua hal yang pokok sebagai alasan dan latar belakang penyempurnaan
hukum di bidang perbankan, yaitu :
a. Bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang
senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan
yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi
termasuk perbankan. Jadi, penyempurnaan Undang-undang Perbankan ini
agar lebih sesuai dengan perkembangan dan kebijakan di bidang
ekonomi.
b. Bahwa dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah diratifikasinya
beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan dan jasa,
diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang perekonomian, khususnya sektor perbankan. Jadi, penyempurnaan
Undang-undang Perbankan ini agar lebih sesuai dengan perkembangan
perdagangan dunia di era globalisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan, kalau penyempurnaan Undang-undang


Perbankan tersebut dimaksudkan agar lebih sesuai dengan perkembangan dan
kebijakan di bidang ekonomi dan perdagangan dunia. Selain itu juga untuk
menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Undang-undang Perbankan tersebut. Hal ini dinyatakan dalam Penjelasan Umum
dari Undang-undang Perbankan yang telah diubah dinyatakan bahwa : “dalam
hubungan ini, perlu diperhatikan pula peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Undang-undang ini, antara lain” :

- Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.


- Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
- Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Estabilishing World_Trade Organization.
- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
- Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

8
- Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
- Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggung-an. Atas
Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah.

7. Asas Hukum Perbankan

Dalam pelaksanaan kemitraan antara bank dan nasabah untuk terciptanya


sistem perbankan yang sehat, maka kegiatan perbankan dilandasi dengan beberapa
asas hukum, yaitu:

a. Asas demokrasi ekonomi


Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 setelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan. Bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini
berarti fungsi dan usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-
prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Asas kepercayaan (fiduciary principle)


Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha Bank dilandasi oleh
hubungan ke.percayaan antara Bank dan nasabahnya. Bank terutama bekerja
dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan,
sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetapp
mempertahankan kepercayaannya.

c. Asas kerahasiaan (Confidential Principle)


Asas yang mengharuskan atau mewajibkan merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang
menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Dalam Pasal 40

9
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa
bank wajib merahasiakan informasi mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.

d. Asas kehati-hatian (Prudential Principle)


Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi
dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka
melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan
dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa
perbankan Indoneia dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan asas kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya
prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat.

8. Prinsip – Prinsip Hukum Perbankan

Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia dalam


melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Untuk mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini penjelasan
umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi : yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi
adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Demokrasi ekonomi ini tersimpul dlam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluragaan. Menurut Rochmat
Soemitro ( 1991 : 185 ) pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan pada
demokrasi ekonomi menentukan masyarakat harus memegang peran aktif dalam
kegiatan pembangunan, memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap
pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan
dunia usaha.

Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip


kepercayaan ( fiduciary relation principle ), prinsip kehati-hatian ( prudential

10
principle ), prinsip kerahasiaan ( secrecy principle), dan prinsip mengenal nasabah
( know how costumer principle )

1. Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relation principle )

Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank
dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan
berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan
banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan
masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10
Tahun 1998.

2. Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )

Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank


dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam
penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan
dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat
menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan
norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian
tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.

3. Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)

Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A


UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan
tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban
merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak,
penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan
Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk

11
kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank
dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank.

4. Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk
mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi
nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip
mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/1
0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak
dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran
lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik
lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan
dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan nasabah,
dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.

9. Pembagian Jenis Operasional Bank

Seperti dikemukakan diatas, dengan Undang undang Perbankan yang diubah


(yakni UU No 7 Tahun 1992 dan UU N0. 10 Tahun 1998) telah diadakan
penyederhanaan jenis bank. Di dalam Pasal 5 Undang-undang Perbankan yang
diubah menyebutkan bahwa menurut jenisnya, bank terdiri dari :

a. Bank Umum
Yakni bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang di dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Bank Umum ini dapat mengkhususkan diri
untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih
besar kepada kegiatan tertentu. Pengkhususan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu tersebut antara lain :
1. Kegiatan pembiayaan jangka panjang
2. Kegiatan pembiayaan mengembangkan keperasi
3. Kegiatan pembiayaan pengembangan pengusaha golongan ekonomi
lemah/ pengusaha kecil

12
4. Kegiatan pembiayaan pengembangan ekspor non migas
5. Kegiatan pembiayaan pengembangan pembangunan perumahan

Bank Umum dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan usaha


sebagaimana dimaksud di atas dan masing-masing bank dapat memilih jenis
usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin
dikembangkannya. Dengan cara demikian kebutuhan masyarakat terhadap
berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh dunia perbankan tanpa
mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi. Dengan demikian berdasarkan
Undang-undang Petbankan yang diubah ini, sistem perbankan dalam Bank
Umum di Indonesia terdiri atas :
1. Bank Umum Konvensional
2. Bank Umum Syariah.

b. Bank Perkreditan Rakyat


Yakni bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu-lintas pembayaran. Untuk usaha bank yang berjenis Bank Perheditan Rakyat
(BPR), usahanya lebih sempit jika dibandingkan dengan usaha yang dijalankan
Bank Umum. Di dalam Pasal 13 Undang-undang yang diubah disebutkan usaha
BPR meliputi :
1. Menghimpun dana masyarakat
2. Memberi kredit
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Demikian pula dalam BPR berdasarkan Undang-undang yang diubah ini,


sistem perbankan dalam Bank Perkreditan Rakyat terdiri atas :

1. Bank Perkreditan Rakyat Konvensional.

2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Pembagian sistem perbankan ini sering digunakan istilah ”Dual Banking


System”. Salah satu prinsip yang dipegang dalam pengaturan bank syariah dalam

13
UU No. 10 Tahun 1998 ini adalah bahwa prinsip syariah merupakan suatu prinsip
dalam menjalankan usaha bank. Jadi sifatnya bukan merupakan jenis kelembagaan
melainkan cara menjalankan kegiatan usaha bank sejalan dengan itu, istilah Bank
Syariah tidak djdefinisikan sebagai jenis bank tersendiri, sehingga jenis bank di
Indonasia tetap hanya dua, yakni : Bank Umum (BU) dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR).

Adapun dari segi kegiatan usahanya, Bank Umum dan BPR tersebut dapat
menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
(menjadi Bank Umum Syariah dan BPR Syariah). Mengenaj hal ini dapat dijelaskan
perbedaan antara kedua kegiatan usaha perbankan dalam Dual Banking System
tersebut seperti tanpak pada gambar berikut :

Selain itu, Undang-undang yang diubah ini memungkinkan pmgembangan


Bank Syariah melalui pendirian Bank Syariah baru, perubahan kegiatan usaha Bank
Konvensional menjadi Bank Syariah dan pelaksanaan kegiatan perbankan
berdasarkan prinsip syariah oleh Bank Konvensional. Khusus bagi Bank Umum
yang selama ini menjalankan kegiatan usaha secara konvensional, dapat melakukan
kegiatan usaha secara prinsip syariah, dengan cara membuka kantor cabang baru
yang semata-mata melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau

14
mengubah cabang yang telah ada menjadi kantor cabang yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dengan demikian dalam hal suatu bank
menjalankan kegiatan usahanya baik secara konvensional maupun berdasarkan
prinsip syariah, maka bank yang bersangkutan harus menatausahakan
pembukuannya secara terpisah mengingat perbedaan prinsip yang digunakan antara
Bank Syariah dengan bank konvensional sebagaimana tersebut di atas.

10. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Dalam beberapa hal, Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki


persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi kornputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya.
Hal itu dapat dikatakan sebagai prinsip dari masing-masing bank dalam
menjalankan fungsinya dengan menggunakan prinsip syariah maupun konvensional.
Secara umum perbedaan antara bank yang menjalankan operasionalnya dengan
prinsip syariah dengan bank yang menjalankan operasionalnya dengan
menggunakan konvensional adalah sebagai berikut :

Pada tabel di atas dapat kita ketahui bahwa paling tidak ada 7 (tujuh)
perbedaan antara sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional

15
ialah ”konsep halal”. Konsep halal adalah konsep yang paling utama dalam
investasi yang dilaksanakan perbankan syariah, yang menjadi pembeda utama
antara kedua sistem bank tersebut. Hal ini disebabkan adanya sifat termsendental
dari setiap transaksi dalam setiap aktivitas muamalah dalam hukum Islam.
Mengenai prinsip bagi hasil yang menjadi pembeda di samping prinsip jual beli dan
sewa-menyewa dari sistem bunga yang digubakan oleh Bank Konvensional,
mempunyai perbedaan khusus dengan sistem bunga tersebut. Hal ini dapat kita lihat
seperti tabel di bawah ini.

16
Daftar Pustaka

1. Najih,Mokhammad.Soimin.2012. Pengantar Hukum Indonesia.Cetakan


Pertama.Setara Press. Malang
2. Sagala,MJP. September 2009.Hukum Perbankan.
http://mjpsagalahukum.blogspot.com/2015/09/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html (Diakses : 8 Februari 2019)
3. Subhandi,Handar. 15 November 2014.
http://handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-asas-asas-hukum-
perbankan.html (Diakses : 8 Februari 2019)
4. Kuliahade. 19 April 2010.https://kuliahade.wordpress.com/2010/04/19/hukum-
perbankan-asas-dan-prinsip-perbankan/ (Diakses : 8 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai