Gone Theory faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi secara umum:
1. Greeds (Keserakahan), dari kasus “Dahlan Iskan”, juga bisa saja karna faktor keserakahan
yang ada dalam dirinya, sehingga ia melakukan tindak korupsi tersebut.
2. Opportunities (Kesempatan), dengan jabatannya yang tinggi ini, ia menggunakan
wewenang dan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan, dan itu merupakan suatu
yang bisa menjadi kesempatan atau peluang bagi siapa saja untuk melakukan tindak pidana
korupsi.
3. Needs (Kebutuhan), demi memenuhi kebutuhannya sehingga ia melakukan tindak korupsi
tersebut karena keadaan dan kesempatan yang ada.
4. Exposures (Pengungkapan).
A. Bagaimana faktor penyebab adanya korupsi berdasarkan kasus tersebut,
menurut pendapat saya mengenai kasus Dahlan Iskan faktor yang mendorog beliau
melakukan tindak korupsi yaitu faktor politik. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas
politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Benveniste Tipe Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana
korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan.Analisa dari kasus korupsi “Dahlan Iskan” ialah termasuk dalam jenis
dan tipe “Mercenery Corruption“, dimana ia memang sengaja melakukan tindak pidana korupsi
untuk keuntungan pribadi dengan menggunakan wewenang dan kekuasaan ia sebagai orang yang
memiliki jabatan tinggi.
3.Melakukan pungutan liar terhadap pegawai yang akan naik pangkat agar dapat segera diproses
kenaikan pangkatnya dengan alasan pemupukan dana untuk pembiayaan yang tidak tersedia
anggarannya.
Upaya-Upaya Preventif : (1) Membuat peraturan yang melarang adanya pungutan liar dalam
proses pengurusan kenaikan pangkat dengan alasan apapun ; (2) Mengenakan sanksi yang tegas
atas pelanggaran larangan adanya pungutan liar ; (3) Menyediakan dan mensosialisasikan sarana
pengaduan dalam proses kenaikan pangkat ; (4) Membuat batasan/ tenggang waktu yang harus
dipatuhi berkaitan dengan proses kenaikan pangkat ; (5) Memiliki sistem pencatatan pegawai
yang akan naik pangkat dan diinformasikan ke masing-masing unit kerja secara periodik.
Upaya-Upaya Detektif : (1) Meneliti daftar pegawai yang sudah saatnya naik pangkat/ golongan
tetapi belum mendapat surat keputusan kenaikan pangkat/ golongannya ; (2) Melakukan
penelitian apakah terdapat ketentuan disiplin pegawai antara lain memuat mengenai larangan
melakukan pungutan dan diberlakukan secara tegas ; (3) Menindaklanjuti pengaduan atas
terjadinya pungutan liar melalui konfirmasi terhadap pegawai terkait maupun pungutan pegawai
lainnya ; (4) Melakukan konfirmasi kepada pegawai atas indikasi adanya pungutan terhadap
proses pengurusan kenaikan pangkat.