Anda di halaman 1dari 3

1.

Analisis satu contoh kasus korupsi yang pernah ada di Indonesia :

KRONOLOGI KASUS DAHLAN ISKAN


Kejaksaan Tinggi Jakarta telah menetapkan mantan Menteri BUMN dan Direktur Utama PT
Perusahaan Listrik Negara, Dahlan Iskan, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan 21
gardu induk di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada 2011-2013. “Berdasarkan dua alat bukti, tim penyidik
menyatakan bahwa saudara Dahlan Iskan telah memenuhi syarat untuk menjadi tersangka,” kata Kepala
Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Adi Toegarisman, dalam jumpa pers pada Jumat (5/6) sore. Menurut Kepala
Kejati Jakarta, Dahlan ditetapkan sebagai tersangka dalam posisi sebagai kuasa pengguna anggaran
dalam kasus dugaan korupsi pembangunan 21 gardu induk tersebut.Dahlan Iskan menjabat sebagai
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara saat kasus dugaan korupsi ini terjadi. Sebelum
ditetapkan sebagai tersangka, Dahlan Iskan telah diperiksa oleh tim penyidik kejaksaan pada
Kamis (04/06) dan dilanjutkan pada Jumat (05/06) ini. Walaupun telah ditetapkan sebagai
tersangka, Dahlan Iskan tidak ditahan. Pekan depan, dia akan kembali diperiksa oleh Kejati.
 Akhir dari Kasus “Dahlan Iskan”
BPKP dalam auditnya menyebutkan bahwa proyek tersebut diduga merugikan negara
sebesar Rp 33 miliar. Menurut Kejaksaan, penyimpangan ditemukan antara lain ketika
penandatanganan kontrak pembangunan gardu induk pada 2011, tetapi lahannya belum
dibebaskan. Hingga tenggat proyek berakhir pada 2013, hanya lima gardu yang dapat dibangun
oleh pihak rekanan PT PLN. Dahlan Iskan merupakan figur keempat dalam Kabinet Indonesia
Bersatu Jilid II pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang ditetapkan tersangka terkait korupsi.
Sebelumnya ada tiga sosok yang dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
saat mereka masih menjabat menteri, yakni Menpora Andi Alfian Mallarangeng, Menteri Agama
Suryadharma Ali, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik.

B. Analisi Kasus korupsi berdasarkan Gone Theory

Gone Theory faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi secara umum:
1. Greeds (Keserakahan), dari kasus “Dahlan Iskan”, juga bisa saja karna faktor keserakahan
yang ada dalam dirinya, sehingga ia melakukan tindak korupsi tersebut.
2. Opportunities (Kesempatan), dengan jabatannya yang tinggi ini, ia menggunakan
wewenang dan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan, dan itu merupakan suatu
yang bisa menjadi kesempatan atau peluang bagi siapa saja untuk melakukan tindak pidana
korupsi.
3. Needs (Kebutuhan), demi memenuhi kebutuhannya sehingga ia melakukan tindak korupsi
tersebut karena keadaan dan kesempatan yang ada.
4. Exposures (Pengungkapan).
A. Bagaimana faktor penyebab adanya korupsi berdasarkan kasus tersebut,

menurut pendapat saya mengenai kasus Dahlan Iskan faktor yang mendorog beliau
melakukan tindak korupsi yaitu faktor politik. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas
politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Benveniste Tipe Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana
korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan.Analisa dari kasus korupsi “Dahlan Iskan” ialah termasuk dalam jenis
dan tipe “Mercenery Corruption“, dimana ia memang sengaja melakukan tindak pidana korupsi
untuk keuntungan pribadi dengan menggunakan wewenang dan kekuasaan ia sebagai orang yang
memiliki jabatan tinggi.
3.Melakukan pungutan liar terhadap pegawai yang akan naik pangkat agar dapat segera diproses
kenaikan pangkatnya dengan alasan pemupukan dana untuk pembiayaan yang tidak tersedia
anggarannya.
Upaya-Upaya Preventif : (1) Membuat peraturan yang melarang adanya pungutan liar dalam
proses pengurusan kenaikan pangkat dengan alasan apapun ; (2) Mengenakan sanksi yang tegas
atas pelanggaran larangan adanya pungutan liar ; (3) Menyediakan dan mensosialisasikan sarana
pengaduan dalam proses kenaikan pangkat ; (4) Membuat batasan/ tenggang waktu yang harus
dipatuhi berkaitan dengan proses kenaikan pangkat ; (5) Memiliki sistem pencatatan pegawai
yang akan naik pangkat dan diinformasikan ke masing-masing unit kerja secara periodik.
Upaya-Upaya Detektif : (1) Meneliti daftar pegawai yang sudah saatnya naik pangkat/ golongan
tetapi belum mendapat surat keputusan kenaikan pangkat/ golongannya ; (2) Melakukan
penelitian apakah terdapat ketentuan disiplin pegawai antara lain memuat mengenai larangan
melakukan pungutan dan diberlakukan secara tegas ; (3) Menindaklanjuti pengaduan atas
terjadinya pungutan liar melalui konfirmasi terhadap pegawai terkait maupun pungutan pegawai
lainnya ; (4) Melakukan konfirmasi kepada pegawai atas indikasi adanya pungutan terhadap
proses pengurusan kenaikan pangkat.

Anda mungkin juga menyukai