PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
BPR, alokasi kredit BPR, perizinan dan bentuk hukum serta kepemilikan Bank
Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah satu jenis
bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan
lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prisip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulitas
pembayaran dan tidak diikut sertakan dalam kegiatan kliring. Kegiatan BPR jauh lebih
sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dan sasaran BPR adalah Melayani kebutuhan
petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena
sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan
pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,
dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).
Lokasi kegiatan BPR pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,
Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan
Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil
(KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD),
dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor
7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga
tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan
oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui.
Memberikan kredit dalam bentuk kredit modal, kredit investasi, maupun kredit
konsumsi.
Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
yang
ditawarkan
Bank
Indonesia
kepada
BPR
apabila
BPR
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.
E. Perizinan
1. Izin usaha Bank Perkreditan Rakyat diberikan oleh Menteri setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia.
2. Persyaratan yang wajib dipenuhi untuk mendapatkan izin:
a. susunan organisasi
b. permodalan
c. kepemilikan
d. keahlian dibidang perbankan
e. lelayakan rencana kerja
f. tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan
g. hal-hal lain yang ditetapkan oleh Menteri, setelah mendengar pertimbangan
Bank Indonesia
F. Bentuk Hukum
1. Perusahaan Daerah
2. Koperasi
3. Perseroan Terbatas
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
G. Kepemilikan
1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, badan
hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah
daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya.
2. BPR yang berbentuk koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam
Undang-undang tentang koperasian yang berlaku.
3. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan
dalam bentuk saham atas nama.
2.2 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
Deposito Berjangka
Ada 2 (dua) jenis Deposito di PT. BPR NUSAMBA BRONDONG yaitu :
a) Deposito Berjangka
Deposito berjangka dengan minimal jangka waktu 1 bulan dan maksimal 24
bulan dengan suku bunga terendah 7,5% tertinggi sesuai ketentuan LPS
diperuntukkan perorangan maupun badan.
b) Deposito Super Plus
Deposito berjangka dengan jangka waktu minimal 3 bulan dan maksimal 60
bulan dengan keuntungan suku bunga bersaing, berhadiah langsung berupa barang
elektronik, sepeda motor mio, dan lainnya, mendapatkan cash back langsung masuk
tabungan, dan perlindungan asuransi jiwa sesuai ketentuan premi depositonya.
Kredit
Ada 3 model kredit yang telah dilakukan oleh PT. BPR NUSAMBA BRONDONG
yaitu:
a) Kredit Instalment Umum
Yaitu kredit yang diberikan kepada masyarakat umum untuk pembiayaan
modal kerja, investasi ataupun konsumsi bidang perdagangan, industri jasa dan sector
lainnya dimana angsuran pokok dan bunga dibayar setiap bulanan.
b) Kredit Installment Pundi
Yaitu kredit yang diberikan kepada masyarakat umum khusus untuk
pembiayaan modal kerja pada sector home industri dan perdagangan yang ditujukan
10
pada peningkatan pendapatan keluarga dan peningkatan tenaga kerja non formal
dilingkungan tersebut dimana angsuran pokok dan bunga dibayar setiap bulan.
c) Kredit Reguler
Yaitu kredit yang diberikan kepada masyarakat umum khususnya untuk
pembiayaan modal kerja sektor pertanian, perikanan ( tambak ) dan yang lainnya
yang mempunyai ciri usaha musiman, sehingga kredit ini angsuran pokok dapat
dibayar sampai dengan jatuh tempo perjanjian kredit, sedangkan bunga kredit dibayar
setiap bulan.
11
1) Simpanan amanah
Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah dan zakat. Akan
penerimaan titipan ini adalahwadiah yakni titipan yang tidak menanggung resiko.
13
Bank akan memberikan kadar profit dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan
kepada nasabah.
2) Tabungan wadiah
Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan
bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama yakni wadiah. Bank akan
memberikan kadar profit kepada nasabah yang dihitung harian dan dibayar setiap
bulan.
3) Deposito wadiah / deposito mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad
penerimaannya wadiah atau mudharabah, dimana bank menerima dana yang
digunakan sebagai penyertaan sementara dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, dst. Deposan yang menggunakan akad wadiah mendapat nisbah bagi hasil
keuntungan lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam pembiayaan
nasabah setiap bulan.
PENYALURAN DANA
1) Pembiayaan mudharabah
Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank) yang
keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai dengan kesepakatan. Jika mengalami
kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung
pelayanan materiil dan kehilangan imbalan kerja.
2) Pembiayaan musyarakah
Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal kedua pihak
digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola bersama-sama. Keuntungan dan
kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan awal.
3) Pembiayaan bai bitsaman ajil
Proses jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank menalangi lebih dulu
pembelian suatu barang oleh nasabah, kemudian nasabah akan membayar harga
dasar barang dan keuntungan yang disepakati bersama.
14
4) Pembiayaan murabahah
Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan
untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang dibutuhkan nasabah, yang
akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus
margin keuntungan saat jatuh tempo).
5) Pembiayaan qardhul hasan
Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima pembiayaan
kebajikan, dimana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan
dianjurkan untuk memberikan ZIS.
6) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan membelikan barang
kebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan nasabah dan menjualnya
kepada nasabah dengan harga jual sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan
jangka waktu serta mekanisme pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan
kemampuan/keuangan nasabah.
7) Pembiayaan Al-Hiwalah
Penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang telah jatuh
tempo oleh BPRS, dikarenakan nasabah belum mampu untuk membayar tagihan
yang seharusnya digunakan untuk melunasi hutangnya. Pembiayaan ini
menggunakan prinsip pengambil alihan hutang, dimana BPRS dalam hal ini akan
mendapatkan ujroh/ fee dari nasabah yang besar dan cara pembayarannya
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
15
2.3
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang
sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan BI.
17
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah kita bahas sebelumnya kita dapat mengambil suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR daengan tujuan
mendapatkan keuntungan
2. BPR Konvensional yaitu lembaga keuangan yang mekanisme operasinya berbasis pada
bunga bank serta berdasarkan sistem yang disepakati bersama dalam suatu pertemuan
(kesepakatan) yang akan tetapi secara realita, sistem perbankan yang menggunakan
bunga ini tidak pernah disepakati bersama dalam suatu konvensi apapun, sedangkan BPR
Syariah pola operasionalnya mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun muamalah islam.
3. Kegiatan usaha yang dilakukan BPR Konvesional yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan kredit, menempatkan
dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito
dan/atau tabungan pada bank lain, sedangkan BPR syariah sama- sama menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk yang sama
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah serta kegiatan lainnya.
18
4.2
Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk dapat
menambah pengetahuan pembaca dalam hal ini mengenai Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), sehingga kedepannya masyarakat dapat lebih proaktif dalam melaksanakan
tugasnya sebagai salah satu agen kontrol sosial yang akan menjadikan ketertiban dalam
pengelolaan dana yang disalurkan ke lembaga tersebut sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan merajaelanya tindak korupsi di Indonesia. Selain itu, kami menyarankan
kepada pembaca
19
20