Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis moneter yang dimulai pada tahun 1997 sebagai akibat masalah permodalan,
membengkaknya kredit macet, pelanggaran-pelanggaran batas maksimal pemberian kredit,
hingga negatif spread, semua menandai coreng morengnya bisnis perbankan Indonesia.
Begitu parahnya krisis tersebut maka pemerintah berketetapan menjadikan agenda
penyehatan perbankan sebagai prioritas utama dalam reformasi ekonomi Indonesia.
Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah adalah dikeluarkannya Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan. Sebagai aturan pelaksanaannya Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat
Keputusan Direksi nomor: 32/34/KEP/DIR dan nomor: 32/36/KEP/DIR tentang Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah tertanggal 12 Mei 1999.
Sementara itu perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan
tantangan semakin kompleks, maka perlu penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi termasuk
sektor Perbankan yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan
kebijakan tersebut diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh perekonomian
nasional.
Disamping berkeinginan untuk penyempurnaan sistem Perbankan Nasional juga
berkeinginan menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat dengan meningkatkan peran
bank yang menyelenggarakan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah dan Prinsip
Konvensioanl, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah
maunpun Prinsip Konvesional. Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usahanya
1

konvensional tidak diperkenankan melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah.


Sebaliknya bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah tidak diperkenankan melakukan kegiatan secara konvensional.
Penyebab terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) selain akibat krisis moneter
yang terjadi pada tahun 1997, BPR juga terbentuk berawal dari keinginan untuk membantu
para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang (rentenir) yang
memberikan kredit dengan bunga tinggi, lembaga perkreditan rakyat mulai didirikan. Sekilas
dapat dipaparkan runtutan sejarah BPR.
Pada abad ke-19, dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang
Desa. Kemudian, pasca kemerdekaan Indonesia, didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi
Desa (BKPD). Pada awal 1970-an, didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh
Pemerintah Daerah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
1988 (PAKTO1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal
pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan
dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat atau BPR. 1992, Undang-Undang No.7 tahun
1992 tentang Perbankan, BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis
bank selain Bank Umum. PP No.71/1992 Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan lembaga-lembaga keuangan kecil seperti
Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK,
LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan
status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk
menjadi BPR dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997.
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa, BPR
adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di
daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah,
atau Koperasi.
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalahmasalah yang akan dibahas pada penulisan makalah kali ini. Masalah yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat serta kegiatan-kegiatan apa saja
yang boleh, yang tidak boleh dilakukan, alokasi Kredit BPR, perizinan dan bentuk
hukum serta kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat?
2. Apa yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah?
3. Apa saja kegiatan-kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat Konversional dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bank Perkreditan Rakyat, serta kegiatan-kegiatan
apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh BPR itu sendiri.
2. Untuk mengetahui Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah.
3. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat Konversional
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan kita tentang pengertian dari Bank Perkreditan Rakyat, serta
kegiatan-kegiatan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh BPR.
2. Menambah wawasan kita tentang Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah.
3. Kita menjadi tahu kegiatan-kegiatan usaha apa saja di dalam Bank Perkreditan
Rakyat Konversional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
BPR, alokasi kredit BPR, perizinan dan bentuk hukum serta kepemilikan Bank
Perkreditan Rakyat

A. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat


Berdasarkan Undang-undang RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
dimaksud Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah satu jenis
bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan
lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prisip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulitas
pembayaran dan tidak diikut sertakan dalam kegiatan kliring. Kegiatan BPR jauh lebih
sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

Asas BPR adalah dalam melaksanakan usahanya, BPR berasaskan demokrasi


ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem
ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri
positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism,
etatisme, dan monopoli). Fungsi BPR adalah menghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
4

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dan sasaran BPR adalah Melayani kebutuhan
petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena
sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan
pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,
dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).

Lokasi kegiatan BPR pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,
Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan
Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil
(KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD),
dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor
7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga
tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan
oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui.

Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan


status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam
pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan tata cara pemberian status lembagalembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

B. Usaha yang Dilakukan BPR


Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Adapun usaha-usaha BPR adalah :

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito


berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Memberikan kredit dalam bentuk kredit modal, kredit investasi, maupun kredit
konsumsi.

Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito


berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah
sertifikat

yang

ditawarkan

Bank

Indonesia

kepada

BPR

apabila

BPR

mengalami over liquidity atau kelebihan likuiditas.

C. Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR


Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh
dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.

Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

Melakukan penyertaan modal.

Melakukan usaha perasuransian.

Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.

D. Alokasi Kredit BPR


Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
BPR, yaitu:

Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan


dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.

Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia


mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau
sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan
dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut
adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.

Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia


mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan
komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya,
serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak
pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal
disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan
keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10%
dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

E. Perizinan
1. Izin usaha Bank Perkreditan Rakyat diberikan oleh Menteri setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia.
2. Persyaratan yang wajib dipenuhi untuk mendapatkan izin:
a. susunan organisasi
b. permodalan
c. kepemilikan
d. keahlian dibidang perbankan
e. lelayakan rencana kerja
f. tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan
g. hal-hal lain yang ditetapkan oleh Menteri, setelah mendengar pertimbangan
Bank Indonesia

F. Bentuk Hukum
1. Perusahaan Daerah
2. Koperasi
3. Perseroan Terbatas
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

G. Kepemilikan
1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, badan
hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah
daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara ketiganya.
2. BPR yang berbentuk koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam
Undang-undang tentang koperasian yang berlaku.
3. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan
dalam bentuk saham atas nama.

2.2 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah

A. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Konvensional


Konvensional sebenarnya berasal dari bahasa Inggris convention, dalam bahasa
Indonesia berarti pertemuan, jadi bank perkreditan rakyat konvensional adalah lembaga
keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR, yang
mekanisme operasinya berbasis pada bunga bank serta berdasarkan sistem yang disepakati
bersama dalam suatu pertemuan (kesepakatan). Namun secara realita, sistem perbankan yang
menggunakan bunga ini tidak pernah disepakati bersama dalam suatu konvensi apapun.
Bentuk-bentuk simpanan kovensional sama seperti syariah, yakni tabungan, deposito
berjangka dan pemberian kredit. Produk yang ditawarkan dari ketiga jenis bentuk simpanan
diatas berbeda-beda tergantung dari istilah yang diberikan oleh masing-masing bank (BPR).

Misalanya PT. BPR NUSAMBA BRONDONG yang berlokasi di wilayah Brondong,


Kab. Lamongan, Prov. Jawa Timur. Jenis produk yang dipasarkan yaitu:
Tabungan/Simpanan
Ada 3 (tiga) jenis produk simpanan yang ada di PT. BPR NUSAMBA BRONDONG
yaitu :
a) Tabunganku Nusamba
Tabunganku Nusamba menerapkan perhitungan bunga berdasarkan saldo
terendah perbulan dan diperuntukkan bagi nasabah dengan setoran kecil sampai
dengan Rp. 10.000,- dan tanpa potongan andministrasi, tabungan ini merupakan
implementasi produk dari Bank Indonesia.
b) Tabungan Sihastor
Tabungan Sihator dengan menerapkan perhitungan bunga berdasarkan saldo
harian dan diperuntukkan untuk masyarakat umum. Dengan administrasi hanya Rp.
500,- per bulan. Saldo minimal Rp. 50.000,-.
c) Tabungan Harmoni Plus
Tabungan Harmoni adalah produk bersama BPR Nusamba Group dimana
diberikan rangsangan berupa undian berhadiah setiap tahun sekali. Setoran awal Rp.
100.000,-, setiap kelipatan Rp. 100.00,- mendapatkan 1 poin yang nantinya akan
diikutkan dalam undian hadiah. Administrasinya Rp. 1.000,- per bulan.

Deposito Berjangka
Ada 2 (dua) jenis Deposito di PT. BPR NUSAMBA BRONDONG yaitu :
a) Deposito Berjangka
Deposito berjangka dengan minimal jangka waktu 1 bulan dan maksimal 24
bulan dengan suku bunga terendah 7,5% tertinggi sesuai ketentuan LPS
diperuntukkan perorangan maupun badan.
b) Deposito Super Plus
Deposito berjangka dengan jangka waktu minimal 3 bulan dan maksimal 60
bulan dengan keuntungan suku bunga bersaing, berhadiah langsung berupa barang
elektronik, sepeda motor mio, dan lainnya, mendapatkan cash back langsung masuk
tabungan, dan perlindungan asuransi jiwa sesuai ketentuan premi depositonya.

Kredit
Ada 3 model kredit yang telah dilakukan oleh PT. BPR NUSAMBA BRONDONG
yaitu:
a) Kredit Instalment Umum
Yaitu kredit yang diberikan kepada masyarakat umum untuk pembiayaan
modal kerja, investasi ataupun konsumsi bidang perdagangan, industri jasa dan sector
lainnya dimana angsuran pokok dan bunga dibayar setiap bulanan.
b) Kredit Installment Pundi
Yaitu kredit yang diberikan kepada masyarakat umum khusus untuk
pembiayaan modal kerja pada sector home industri dan perdagangan yang ditujukan

10

pada peningkatan pendapatan keluarga dan peningkatan tenaga kerja non formal
dilingkungan tersebut dimana angsuran pokok dan bunga dibayar setiap bulan.
c) Kredit Reguler
Yaitu kredit yang diberikan kepada masyarakat umum khususnya untuk
pembiayaan modal kerja sektor pertanian, perikanan ( tambak ) dan yang lainnya
yang mempunyai ciri usaha musiman, sehingga kredit ini angsuran pokok dapat
dibayar sampai dengan jatuh tempo perjanjian kredit, sedangkan bunga kredit dibayar
setiap bulan.

Sedangkan PT BPR DELTA ARTHA ada beberapa layanan yang diberikan


diantaranya adalah :
Deposito Delta Artha
Deposito Delta Artha merupakan simpanan berjangka dalam mata uang rupiah
dengan bunga menarik dan

merupakan produk khusus bagi anda yang ingin berinvestasi

dengan keuntungan lebih dan rasa aman dengan hasil optimal.


a. Bunga Deposito
1. Besarnya suku bunga deposito di PT. Delta Artha bersaing dengan Bank
Umum
2. Tersedia pilihan jangka waktu yang dapat anda tentukan sesuai kebutuhan
anda (1,3,6 dan 12 bulan)
3. Apabila terjadi perubahan tingkat suku bunga bank maka perubahan tersebut
akan segera di berlakukan atas saldo deposito pada saat berlakunya perubahan
suku bunga yang dimaksud

11

b. Persyaratan Pembukuan Deposito


Perseorangan :
1. Fotocopy KTP atau tanda pengenal/Identitas lainnya
Persuhaan

1. Fotocopy KTP/SIM/Paspor penjabat yang berwenang


2. SIUP, NPWP, Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya yang terakhir
c. Pembukuan dan Pencairan Deposito
1. Setoran awal sekurang-kurangnya Rp.1.000.000
2. Pada penyetoran awal tidak dikenakan biaya materai
3. Deposito diperpanjang secara Automatic Roll Over (ARO)
4. Bunga deposito dilimpahkan ke tabungan setiap bulannya
5. Pembukaan deposito tidak dikenakan biaya administrasi
6. Pencairan dapat dilaksanakan pada saat jatuh tempo dan sebelum jatuh tempo
Kredit
a) Kredit modal kerja: merupakan Pinjaman yang diperuntukkan bagi masyarakat
sidoarjo yang bergerak di bidang usaha kecil dan menengah.
b) PARAS ( Paket Angsuran Ramah Adiministrasi Singkat): Pinjaman Kaya manfaat
diperuntukkan secara khusus untuk PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sidoarjo
Tabungan
a) TAMMARA(Tabungan Masyarakat Menuju Sejahtera): Simpanan fleksibel
dengan suku bunga dan hadiah menarik untuk seluruh lapisan masyarakat
Sidoarjo.
b) SIFAJAR (Simpanan Fasilitas Belajar): Fasilitas tabungan peduli pendidikan
diperuntukkan bagi pelajar agar sejak dini gemar menabung.
12

Jadi bentuk-bentuk simpanan BPR Konvensional semuanya sama, yang membedakan


adalah produk-produk yang ditawarkan oleh tiap-tiap banknya itu sendiri.

B. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah


Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan
perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun
muamalah islam. Atau BPR Syariah adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR,yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan hukum islam.
BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi
Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Produk-produk yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar adalah :


PENGHIMPUN DANA
Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti
menerima simpanan wadiah, adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka.
Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, persiapan ongkos
naik haji (ONH), dll.

1) Simpanan amanah
Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah dan zakat. Akan
penerimaan titipan ini adalahwadiah yakni titipan yang tidak menanggung resiko.
13

Bank akan memberikan kadar profit dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan
kepada nasabah.
2) Tabungan wadiah
Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan
bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama yakni wadiah. Bank akan
memberikan kadar profit kepada nasabah yang dihitung harian dan dibayar setiap
bulan.
3) Deposito wadiah / deposito mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad
penerimaannya wadiah atau mudharabah, dimana bank menerima dana yang
digunakan sebagai penyertaan sementara dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, dst. Deposan yang menggunakan akad wadiah mendapat nisbah bagi hasil
keuntungan lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam pembiayaan
nasabah setiap bulan.
PENYALURAN DANA
1) Pembiayaan mudharabah
Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank) yang
keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai dengan kesepakatan. Jika mengalami
kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung
pelayanan materiil dan kehilangan imbalan kerja.
2) Pembiayaan musyarakah
Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal kedua pihak
digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola bersama-sama. Keuntungan dan
kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan awal.
3) Pembiayaan bai bitsaman ajil
Proses jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank menalangi lebih dulu
pembelian suatu barang oleh nasabah, kemudian nasabah akan membayar harga
dasar barang dan keuntungan yang disepakati bersama.

14

4) Pembiayaan murabahah
Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan
untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang dibutuhkan nasabah, yang
akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus
margin keuntungan saat jatuh tempo).
5) Pembiayaan qardhul hasan
Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima pembiayaan
kebajikan, dimana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan
dianjurkan untuk memberikan ZIS.
6) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan membelikan barang
kebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan nasabah dan menjualnya
kepada nasabah dengan harga jual sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan
jangka waktu serta mekanisme pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan
kemampuan/keuangan nasabah.
7) Pembiayaan Al-Hiwalah
Penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang telah jatuh
tempo oleh BPRS, dikarenakan nasabah belum mampu untuk membayar tagihan
yang seharusnya digunakan untuk melunasi hutangnya. Pembiayaan ini
menggunakan prinsip pengambil alihan hutang, dimana BPRS dalam hal ini akan
mendapatkan ujroh/ fee dari nasabah yang besar dan cara pembayarannya
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

15

2.3

Kegiatan-kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat

Konversional dan Bank

Perkreditan Rakyat Syariah


Berikut Kegiatan Usaha BPRK dan BPRS sebagai berikut:
Kegiatan Usaha BPR Konvensional
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka,
sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain.
Kegiatan Usaha BPR Syariah
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan atau
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan investasi berupa deposito atau tabungan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
a) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah
b) Pembiayaan untuk transaksi jual beli berdasarkan akad murabahah, salam, atau
istishna
c) Pembiayaan berdasarkan akad qardh
d) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah
berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik
e) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah
3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad
wadiah atau Investasi berdasarkan akad mudharabah dan/atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum
Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS.
16

5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang
sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan BI.

17

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah kita bahas sebelumnya kita dapat mengambil suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR daengan tujuan
mendapatkan keuntungan
2. BPR Konvensional yaitu lembaga keuangan yang mekanisme operasinya berbasis pada
bunga bank serta berdasarkan sistem yang disepakati bersama dalam suatu pertemuan
(kesepakatan) yang akan tetapi secara realita, sistem perbankan yang menggunakan
bunga ini tidak pernah disepakati bersama dalam suatu konvensi apapun, sedangkan BPR
Syariah pola operasionalnya mengikuti prinsipprinsip syariah ataupun muamalah islam.
3. Kegiatan usaha yang dilakukan BPR Konvesional yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan kredit, menempatkan
dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito
dan/atau tabungan pada bank lain, sedangkan BPR syariah sama- sama menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk yang sama

berdasarkan akad wadiah dan investasi

berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah serta kegiatan lainnya.

18

4.2

Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk dapat
menambah pengetahuan pembaca dalam hal ini mengenai Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), sehingga kedepannya masyarakat dapat lebih proaktif dalam melaksanakan
tugasnya sebagai salah satu agen kontrol sosial yang akan menjadikan ketertiban dalam
pengelolaan dana yang disalurkan ke lembaga tersebut sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan merajaelanya tindak korupsi di Indonesia. Selain itu, kami menyarankan
kepada pembaca

agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan Bank

Perkreditan Rakyat agar lebih memahami hal tersebut.

Berhubungan dengan hal tersebut penulis mengharapkan adanya sumbangsih kritik


dan saran yang bersifat konstruktif hingga penyesunan makalah berikutnya bisa menjadi
lebih sempurna.

19

20

Anda mungkin juga menyukai