Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AKUNTANSI PENGIMPUNAN DANA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk
melakukan transaksi keuangannya. Undang-undang Perbankan Indonesia, yakni Undang-undang No.
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun
1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya menjadi dua, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional. Bank merupakan lembaga keuangan yang dibangun atas dasar
kepercayaan. Bank pun dalam pendanaan operasionalnya sebagian besar berasal dari masyarakat.
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata menjadi sumber dana terbesar yang dijadikan
andalan oleh bank tersebut. Pencapaiannya mencapai 80-90% dari seluruh dana yang dikelola bank.
Setiap lapisan masyarakat yang menyimpan uangnya harus benar-benar yakin akan keamanan uang
yang diamanahkannya kepada bank-bank tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula.
Demi mendukung perekonomian negara yang halal dan barakah, penggunaan jasa perbakan
berbasis syariah sangat dianjurkan. Dalam Islam, Menghimpun Dana selain dilakukan oleh
masyarakat secara ’urf, juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara syari’ah sebagaimana
ditemukan aktifitas Menghimpun Dana yang direkam dan dijustifikasi oleh al-Qur’an, al-Hadis, dan
juga telah menjadi ijma ulama’. Seiring perkembangan zaman, Menghimpun Dana pun mengalami
perkembangan dan modifikasi sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut
dengan penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah. Dalam bank syariah
penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan nama produk tetapi melihat pada
prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Apapun nama produk yang diperhatikan adalah
prinsip yang digunakn atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil
usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana/ deposan (shahibul maal) dengan bank syariah
sebagai mudharib.

1.2.    Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimasud dengan penghimpunan dana dalam kaitannya dengan aktivitas
perbankan syariah?
2.      Bagaimana mekanisme penghhimpunan dana dalam perbankan syariah ?
3.      Apa prinsip yang diterapkan perbankan syariah dalam akutansi penghimpunan dana ?

1.3.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah,
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah akuntansi perbankan syariah
2.      Untuk mengatahi cara penghimpunan dana perbankan syariah
3.      Untuk mengetahi Prinsip yang diterapkan perbankan syariah dalam akutansi penghimpunan
dana

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.    Penghimpunan Dana Pada Perbankan Syariah
Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk mencari
dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka
menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposn dengan pihak kreditur.
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrumen yang sama dengan
instrumen penghimpunan dana pada perbankan konvensional, yaitu:
1.      Giro, adalah simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
selama saldo simpanan masih ada dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran
lainnya dan bilyet giro atau surat perintah pemindahbukuan
2.      Tabungan, adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat sesuai dengan syarat-syarat tertentu
3.      Deposito, adalah salah satu jenis tabungan yang dibuka oleh bank untuk para nasabah atau
masyarakat, yang jangka waktu penarikannya mempunyai periode tertentu (1 bulan, 3 bulan,
12 bulan dan seterusnya)
 Ketiga instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK). Meskipun menggunakan
instrumen yang sama, mekanisme kerja pada masing-masing instrumen penghimpunan pada bank
syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan pada bank konvensional. Perbedaan mendasar
mekanisme kerja instrumen penghimpunan syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim
digunakan di bank konvensional. Pada bank syariah, klasifikasi penghimpunan dana tidak didasarkan
pada nama instrumen, melainkan berdasaran prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewa
Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu
prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Prinsip wadiah tidak menggunakan bagi hasil tapi
menggunakan sistem bonus dengan Produknya giro dan tabungan, sedangkan prinsip mudharabah
menggunakan sistem bagi hasil dengan produknya tabungandan deposito. Penghimpunan dana pada
perbankan syariah dapat dilihat dari skema dibawah ini,

Gambar 1. skema penghimpunan dana pada perbankan syariah

Dari skema diatas dapat diketahui bahwa mekanisme penghimpunan dana baik giro, tabungan
ataupun deposito pada bank syariah hanya mengenal dua jenis, yaitu mekanisme wadiah (titipan) dan
mekanisme mudharabah (bagi hasil).

2.2.    Penghimpun Dana Prinsip Wadiah


Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan sja spenyimpan menghendakinya. Tujuan dari
perjanjian tersebut adalah untukmenjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan,
kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti
uang, dokumen, surat berharga dan barang lain yangberhara disisi islam.

Rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah:


a.       Barang yang dititipkan
b.      Orang yang menitipkan/ penitip
c.       Orang yang menrima titipan/ penerima titipan, dan
d.      Ijab Qabul

2.2.1. Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah


Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu: 
1.      Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak boleh
digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan harus dalam
keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama dalam penitipan terjadi
kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai
kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya penitipan. 

Karateristik wadiah yad al amanah, adalah;
         barang titipan murni
         tidak boleh digunakan oleh penerima titipan.
         titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisiknya.
         penerima titipan tidak bertanggung jawab atas  kerusakan yang terjadi
         dikenakan biaya titipan
         dalam perbankan diaplikasikan sebagai safe deposit box

2.      Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al Amanah yang
disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi izin untuk menggunakan
dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Penyimpan mempunyai kewajiban untuk
bertanggung jawab terhadap kehilangan/ kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang
diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik
barang/ dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak disyaratkan
sebelumnya.

Karateristik Wadiah Yad Ad Dhamanah adalah;


         pengembangan dari wadi’ah Yad Al Amanah
         penerima titipan diizinkan menggunakan dan mengambil manfaatnya.
         kehilangan/kerusakan merupakan tanggung jawab dari penyimpan
         semua keuntungan dari titipan hak penerima titipan
         penitip dapat menerima bonus yang tidak diisyaratkan sebelumnya.
         Dalam perbankan dapat diaplikasikan pada Rekening giro (current account) dan Rekening
tabungan (saving account).

2.2.2. Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati dengan kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Dalam fatwa Dewan
Syariah Nasional ditetapkan,
ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut: 
1. Bersifat simpanan 
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela
dari pihak bank. 
Fasilitas Yang diperoleh dari Tabungan Wadiah
1.      Menggunakan buku atau kartu ATM
2.      Minimum setoran saldo pertama dan saldo minimum yang harus dipertahankan
3.      Tabungan tidak terbatas dapat ditarik sewaktu-waktu
4.      Tipe rekening :
         Rekening perorangan
         Rekening bersama atau beberapa individu
         Perkumpulan/kelompok yang tidak berbadan hukum
         Rekening perwalian, yang dioprasikan oleh orang tua wali atau wali atas nama pemegang
rekening (yang belum dewasa)
5.      Pembayaran bonus dilakukan denga mengkredit rekening tabungan

2.2.3. Giro Wadiah
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan. Termasuk di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu
misalnya dalam rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu
perkara.  Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan,

ketentuan tentang Giro Wadiah sebagai berikut: 


1.    Bersifat titipan 
2.    Titipan bisa diambil kapan saja (on call) 
3.    Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank. 

Karakteristik dari giro wadiah antara lain: 


1.      Harus dikembalikan utuh seperti semula sehingga tidak boleh overdarft 
2.      Dapat dikenakan biaya titipan 
3.      Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya menetapkan saldo
minimum 
4.      Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku. 
5.      Jenis dan kelompok rekening sesuai dengan ketentuan yang berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan syariah 
6.      Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip 

Fasilitas Yang Diperoleh Dari Giro Wadiah


1.      Kepada pemegang rekening diberikan buku cek untuk mengoperasikan rekening
2.      Ada minimum setoran awal, dan diperlukan referensi bagi pemegang rekening
3.      Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam dari BI
4.      Penarikan dana dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek atau instruksi
tertulis lainnya
Tipe rekening :
         Rekening perorangan
         Rekening bersama atau rekening kelompok/perkumpulan
         Rekening perusahaan (Badan hukum)
Servis lainnya :
         Cek khusus
         Instruksi siaga (standing instruction)
         Transfer dana secara otomatis
5.      Pemegang rekening menerima salinan rekening (account statement) setiap bulan dengan
rincian transaksi selama bulan yang bersangkutan
6.      Bank dapat mengirim konfirmasi saldo kepada pemegang rekening setiap akhir tahun atau
setiap periode tertentu (yang lebih pendek) bila dianggap perlu oleh bank atau atas
permintaan pemegang rekening

2.2.4. Transaksi Tabungan dan Giro Wadiah


a.      Transaksi terkait tabungan wadiah
Transaksi tabungan wadiah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan tabungan wadiah dah
transaksi pengurangan tabungan wadiah.

1.      Transaksi penambahan tabungan wadiah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan wadiah sebesar Rp xx
   Kas                                                      Rp xx
               Tabungan wadiah                                            Rp xx

Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank  cabang kota A  (bank yang sama) sebesar
Rp xx
   RAK cabang kota A                           Rp xx
               Tabungan wadiah                                            Rp xx

Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain  (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
   Giro pada bank Indonesia                   Rp xx
               Tabungan wadiah                                            Rp xx

Nasabah menerima bonus wadiah sebesar Rp xx


   Beban bonus tabungan wadiah           Rp xx
               Tabungan wadiah                                            Rp xx

2.      Transaksi pengurangan tabungan wadiah


Nasabah menarik tabungan wadiah nya sebesar Rp xx
   Tabungan wadiah                                Rp xx
               Kas                                                                  Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank cabang kota A (bank
yang sama) sebesar Rp xx
   Tabungan wadiah                                Rp xx
               RAK cabang kota A                                       Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank lain  (bank yang berbeda)
sebesar Rp xx
   Tabungan wadiah                                Rp xx
               Giro pada bank Indonesia                               Rp xx

b.      Transaksi terkait giro wadiah


Transaksi tabungan wadiah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan tabungan wadiah dah
transaksi pengurangan tabungan wadiah.

1.      Transaksi penambahan giro wadiah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan giro wadiah sebesar Rp xx
   Kas                                                      Rp xx
               Tabungan giro                                                 Rp xx
Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank  cabang kota A  (bank yang sama) sebesar
Rp xx
   RAK cabang kota A                           Rp xx
               Giro wadiah                                                    Rp xx

Nasabah menerima bilyet giro senilai Rp xx dari nasabah bank lain. Bilyet tersebut kemudian
dicairkan untuk dimasukkan ke rekening giro nasabah
   Giro pada bank Indonesia                   Rp xx
               Giro wadiah                                                    Rp xx

Nasabah menerima bonus giro wadiah sebesar Rp xx


   Beban bonus giro wadiah                   Rp xx
               Giro wadiah                                                    Rp xx

2.      Transaksi pengurangan giro wadiah


Nasabah menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening giro wadiah nya sebesar Rp xx
   Giro wadiah                            Rp xx
               Kas                                                                  Rp xx

Nasabah menggunakan bilyet giro untuk menstranser dana kepada nasabah giro wadiah bank
cabang kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
   Giro wadiah                            Rp xx
               RAK cabang kota A                                       Rp xx

Nasabah menggunakan bilyet giro untuk menstranser dana kepada nasabah giro  dari bank
lain  (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
   Giro wadiah                            Rp xx
               Giro pada bank Indonesia                               Rp xx

Dipotong giro wadiah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx dan untuk pajak sebesar Rp
yy (20% dari bonus yang diterima nasabah)
   Giro wadiah                            Rp xx
               Pendapatan administrasi giro wadiah             Rp xx
   Giro wadiah                            Rp yy
               Titipan kas negara                                           Rp yy

2.3.    Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak
sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).
Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula
dna tersebut digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini
akan dibagi hasilkan berdasarkn nisbah yang disepakati.
Dalam hal bank menggunakan nya untuk melakukan mydharabah kedua, maka bank bertanggung
jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

Rukun mudharabah terpenuhi sempurna bila ada yaitu :


1.      Ada mudharib
2.      Ada pemilik dana
3.      Ada usaha yang akan dibagi hasilkan
4.      Ada nisbah
5.      Ada ijab qabul
Karakteristik transaksi Mudharabah, adalah:
1.      Dana Mudharabah
Dana yang dhimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta dinyatakan
dengan jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya
melakukan usaha.
2.      Keuntungan
pembagian keuntungan harus berdasarkan nisbah yang disepakati pada awal dan dituangkan
dalam akad.

2.3.1. Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi
menjadi dua yaitu :
1.      Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )
Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari Musyarakah, dimana dana
merupakan 100 % milik bank. dana ini dapat digunakan untuk kegiatan usaha nasabah sesuai
kehendak nasabah. Bank yang memiliki produk seperti ini harus betul-betul selektif dalam
memilik calon debitur/nasabah, karena resiko yang ditanggung bank adalah 100% dari dana
yang disalurkan. Oleh karena itu biasanya Produk Mudharabah terkait dengan Projek-projek
singkat yang berasalah dari pemerintah atau perusahaan yang kredible dan nasabah yang
kompeten dan terpercaya dalam mengerjakannya.

2.      Mudharabah Muqayadah (Investasi Terikat)


Perbedaan Mudharabah Muqayadah dengan Mutlaqah adalah disisi penggunaan dana yang
diterima nasabah. penggunaannya terikat syarat-syarat dari pemilik dana. Waktu dan jenis
usaha sudah ditentukan sebelumnya. Bank mempertemukan pemilik dana dan calon
debitur/nasabah dan memfasilitasi pencairan dana dan penerimaan angsuran modal dan bagi
hasil dari nasabah. Bank akan mendapatkan jasa/fee dari kegiatan ini.

2.3.2. Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu.
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya menggunakan akad
mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya
yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan
bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai  Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
1)        Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan bank bertindak
sebagai mudharib atau pengelola dana.
2)        Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk mudharabah
dengan pihak lain.
3)        Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang.
4)        Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
5)        Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.
6)        Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan.
Fasiltas yang diperoleh untuk tabungan mudharabah:
1. Menggunakan buku tabungan
2. Setoran awal minimum berdasarkan kebijakan bank
3. Setoran berikutnya tidak dibatasi dan waktu penarikan sesuai dengan akad
4. Bagi hasil dikreditkan pada rekening tabungan setiap akhir bulan
5. Tipe tabungan :
          Rekening perorangan
         Rekening bersama (dua atau lebih)
         Rekening organisasi yang tidak berbadan hukum
         Rekening perwalian yang dioperasikan orang tua/wali
         Rekening dijadikan jaminan pembiayaan
6. Pengakhiran perjanjian tabungan terjadi bila tabungan ditutup

2.3.3. Deposito Mudharabah
depisito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan hanya pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah (penyimpan) dengan bank syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya dengan
deposito konvensional adalah terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Jenis deposito berjangka:
1. Deposito berjangka biasa, adalah eposito yang berakhir pada jangka waktu yang dijanjikan,
perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru/pemberitahuan dari
penyimpan.
2. Deposito berjangka otomatis, pada saat jatuh tempo secara otomatis akan diperpanjang untuk
jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000, tentang deposito mudharabah yaitu :
1. Di sini nasabah disebut sebagai  pemilik dana atau shahibul maal dan bank disebut sebagai
pengelola dana atau mudharib.
2. Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
3. Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak melenceng pada prinsip
syariah dan mnembangkannya, rmasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
4. Bank menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi biaya
operasional deposito.
5. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
6. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening
Ketentuan Deposito Mudharabah sesuai  Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
1. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan
piutang
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan

Fasilitas yang diperoleh untuk Deposito:


1. Menggunakan sertifikat deposito atau bilyet deposito
2. Minimum jumlah investasi ditentukan oleh bank
3. Mempunyai jangka waktu (1, 3,6,12, 24 bulan dst)
4. Kontrak berakhir pada saat jatuh tempo, tetapi dapat diperpanjang (ARO)
5. Bagi hasil diberikan pada saat jatuh tempo, interim bagi hasil dapat diberikan
setiap periode yang diperjanjikan
6. Nisbah bagi hasil ditetapkan dimuka. Bank dapat memberikan bagi hasil
melebihi tetapi tidak boleh kurang dari nisbah yang diperjanjikan. Kelebihan bagi hasil
atas nisbah dianggap bonus.
7. Jumlah investasi tergantung pada proyek biasanya dalam jumlah besar

2.3.4. Transaksi Tabungan dan Deposito Mudarabah


a.      Transaksi terkait tabungan mudharabah
Transaksi tabungan mudarabah dibagi menadi dua, yaitu transaksi penambahan tabungan
mudharabah dah transaksi pengurangan tabungan mudharabah.

Transaksi penambahan tabungan mudharabah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan mudharabah sebesar Rp xx
   Kas                                                      Rp xx
               Tabungan mudharabah                                    Rp xx

Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank  cabang kota A  (bank yang sama) sebesar
Rp xx
   RAK cabang kota A                                       Rp xx
               Tabungan mudharabah                                    Rp xx

Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain  (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
   Giro pada bank Indonesia                                           Rp xx
               Tabungan mudharabah                                                Rp xx

Nasabah menerima bagi hasil atas tabungan mudharabah sebesar Rp xx


   Hak pihak ketiga atas bagi hasil                                  Rp xx
               Tabungan mudharabah                                                Rp xx

Transaksi pengurangan tabungan mudharabah


Nasabah menarik tabungan mudharabahnya sebesar Rp xx
   Tabungan mudharabah                                    Rp xx
               Kas                                                                              Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank cabang kota A (bank
yang sama) sebesar Rp xx
   Tabungan mudharabah                                    Rp xx
               RAK cabang kota A                                                   Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank lain  (bank yang berbeda)
sebesar Rp xx
   Tabungan mudharabah                                    Rp xx
               Giro pada bank Indonesia                                                       Rp xx

Potongan tabungan mudharabah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx dan pajak sebesar
Rp yy (20% dari bagi hasil yang diterima nasabah)
   Tabungan mudharabah                        Rp xx
               Pendapatan administrasi tabungan mudharabah         Rp xx
   Tabungan mudharabah                        Rp yy
               Titipan kas negara                                                       Rp yy

b.        Transaksi terait deposito mudharabah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah sebagai investasi deposito mudharabah sebesar Rp xx
untuk jangka watu 1bulan dengan nisba bagi hasi 60% untuk nasabah 40%  untuk bank
   Kas                                                      Rp xx
               Deposito mudharabah                                                 Rp xx

Berdasarkan pengitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar untuk kelompok
deposito mudharabah adalah sebesar Rp xx
   Hak pihak ketiga atas bagi hasil          Rp xx
               Bagi hasil belum dibagikan                                         Rp xx

Dibayarkan bagi hasi deposito mudharabah kepada nasabah sebesar Rp xx dan atas pembayaran
tersebut dikenakan dipotong pajak sebesar Rpyy (20% dari bagi hasil yang diterima nasabah)
pebagian bagi hasil dilakukan ke rekenimg tabungan mudharabah atas namam pemiik yang sama.
Atau bagi hasi deposito mudharabah dabat dibayaran keberbagai  rekening sesuai permintaan
pemilik deposito. 
   Bagi hasil belum dibagikan                 Rp xx
               tabungan mudharabah                                     Rp xx – Rp yy
               Titipan kas negara                                           Rp yy

Nasabah mencairkan deposito mudharabah secara tunai sebesar Rp xx


   Deposito mudharabah                         Rp xx
               Kas                                                                  Rp xx

BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
            Perbankan syariah dalam mendapatkan modalnya, ia melakukan penghimpunan dana dengan
produk-produknya seperti tabungan, instrument giro, dan deposito. Meski hampir sama dengan
perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya berbeda. Pada perbankan syariah
menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah yang sesuai dengan prinsip Islam.
            Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah dan tabungan mudharabah.
Instrumen giro terbagi menjadi dua juga, yaitu giro wadiah dan mudharabah. Sedangkan pada
deposito, perbankan syariah hanya menggunakan prinsip mudharabah.
            Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha
yang dikelolanya berdasarkan presentasi bagi hasil yang telah ditetapkan dan disetujui antara pemilik
atau penyimpan dana dengan bank.    

Anda mungkin juga menyukai