Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA


Disusun untuk memnuhi tugas program studi Akuntansi Keuangan Syari’ah
Dosen Pengampu: Ibu Ainun Umi Khabibah, S.E., M.E

Oleh:
Abdul Muis Bahrul Alim

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SABILUL MUTTAQIN


MOJOKERTO – JAWA TIMUR
STAISAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Demi mendukung perekonomian negara yang halal dan barakah, penggunaan jasa
perbakan berbasis syariah sangat dianjurkan. Dalam Islam, Menghimpun Dana selain
dilakukan oleh masyarakat secara ’urf, juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara
syari’ah sebagaimana ditemukan aktifitas Menghimpun Dana yang direkam dan
dijustifikasi oleh al-Qur’an, al-Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama’. Seiring
perkembangan zaman, Menghimpun Dana pun mengalami perkembangan dan modifikasi
sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan
penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah.
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat
untuk melakukan transaksi keuangannya. Undang-undang Perbankan Indonesia, yakni
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya
menjadi dua, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
dan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.
Bank merupakan lembaga keuangan yang dibangun atas dasar kepercayaan. Bank pun
dalam pendanaan operasionalnya sebagian besar berasal dari masyarakat. Dana-dana yang
dihimpun dari masyarakat ternyata menjadi sumber dana terbesar yang dijadikan andalan
oleh bank tersebut. Pencapaiannya mencapai 80-90% dari seluruh dana yang dikelola
bank. Setiap lapisan masyarakat yang menyimpan uangnya harus benar- benar yakin akan
keamanan uang yang diamanahkannya kepada bank-bank tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula.
Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan
nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
Apapun nama produk yang diperhatikan adalah prinsip yang digunakn atas produk
tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan
antara pemilik dana/ deposan (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penghimpunan Dana pada Perbankan Syariah

Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposn dengan
pihak kreditur. Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan
instrumen yang sama dengan instrumen penghimpunan dana pada perbankan
konvensional, yaitu:
1. Giro, adalah simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat selama saldo simpanan masih ada dengan menggunakan cek, surat perintah
pembayaran lainnya dan bilyet giro atau surat perintah pemindahbukuan
2. Tabungan, adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat sesuai dengan syarat-syarat tertentu
3. Deposito, adalah salah satu jenis tabungan yang dibuka oleh bank untuk para nasabah
atau masyarakat, yang jangka waktu penarikannya mempunyai periode tertentu (1 bulan,
3 bulan, 12 bulan dan seterusnya)

Ketiga instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK). Meskipun
menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja pada masing- masing instrumen
penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan pada bank
konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen penghimpunan syariah
terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan di bank konvensional. Pada bank
syariah, klasifikasi penghimpunan dana tidak didasarkan pada nama instrumen, melainkan
berdasaran prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewa Syariah Nasional prinsip
penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip wadiah dan
prinsip mudharabah. Prinsip wadiah tidak menggunakan bagi hasil tapi menggunakan
sistem bonus dengan Produknya giro dan tabungan, sedangkan prinsip mudharabah
menggunakan sistem bagi hasil dengan produknya tabungandan deposito. Penghimpunan
dana pada perbankan syariah

2.2 Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan sja spenyimpan
menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untukmenjaga keselamatan
barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan
“barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen, surat berharga dan
barang lain yangberhara disisi islam. Rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan
prinsip wadiah:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan/ penitip
c. Orang yang menrima titipan/ penerima titipan, dan
d. Ijab Qabul
2.2.1 Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah
Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan
tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan
dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya,
jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima
titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung
jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya penitipan.
Karateristik wadiah yad al amanah, adalah;
· barang titipan murni
· tidak boleh digunakan oleh penerima titipan.
· titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisiknya.
· penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi
· dikenakan biaya titipan
· dalam perbankan diaplikasikan sebagai safe deposit box

2. Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al


Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan
diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut.
Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
kehilangan/ kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari
titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik
barang/ dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak
disyaratkan sebelumnya.
Karateristik Wadiah Yad Ad Dhamanah adalah;
· pengembangan dari wadi’ah Yad Al Amanah
· penerima titipan diizinkan menggunakan dan mengambil manfaatnya.
· kehilangan/kerusakan merupakan tanggung jawab dari penyimpan
· semua keuntungan dari titipan hak penerima titipan
· penitip dapat menerima bonus yang tidak diisyaratkan sebelumnya.
· Dalam perbankan dapat diaplikasikan pada Rekening giro (current account)
dan Rekening tabungan (saving account).

2.2.2 Tabungan Wadiah

Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindah bukuan. Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat
yang dapat dipersamakan dengan itu. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional
ditetapkan,

Ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut:


1. Bersifat simpanan
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Fasilitas Yang diperoleh dari Tabungan Wadiah


1. Menggunakan buku atau kartu ATM
2. Minimum setoran saldo pertama dan saldo
minimum yang harus dipertahankan
3. Tabungan tidak terbatas dapat ditarik sewaktu-waktu
4. Tipe rekening :
· Rekening perorangan
· Rekening bersama atau beberapa individu
· Perkumpulan/kelompok yang tidak berbadan hukum
· Rekening perwalian, yang dioprasikan oleh orang tua wali atau wali
atas nama pemegang rekening (yang belum dewasa)
5. Pembayaran bonus dilakukan denga mengkredit rekening tabungan.

2.2.3 Giro Wadiah


Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Termasuk
di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam
rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu
perkara. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan. Ketentuan tentang
Giro Wadiah sebagai berikut:
1. Bersifat titipan
2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call)
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya)
yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Karakteristik dari giro wadiah antara lain:
1. Harus dikembalikan utuh seperti semula sehingga tidak boleh overdarft
2. Dapat dikenakan biaya titipan
3. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya
menetapkan saldo minimum
4. Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan
yang berlaku.
5. Jenis dan kelompok rekening sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan syariah
6. Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip

Fasilitas Yang Diperoleh Dari Giro Wadiah


1. Kepada pemegang rekening diberikan buku cek untuk mengoperasikan
rekening
2. Ada minimum setoran awal, dan diperlukan referensi bagi pemegang
rekening
3. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam dari BI
4. Penarikan dana dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek
atau instruksi tertulis lainnya
Tipe rekening :
· Rekening perorangan
· Rekening bersama atau rekening kelompok/perkumpulan
· Rekening perusahaan (Badan
hukum) Servis lainnya :
· Cek khusus
· Instruksi siaga (standing instruction)
· Transfer dana secara otomatis
5. Pemegang rekening menerima salinan rekening (account statement) setiap
bulan dengan rincian transaksi selama bulan yang bersangkutan
6. Bank dapat mengirim konfirmasi saldo kepada pemegang rekening setiap akhir
tahun atau setiap periode tertentu (yang lebih pendek) bila dianggap perlu oleh
bank atau atas permintaan pemegang rekening

2.2.4 Transaksi Tabungan dan Giro Wadiah

a. Transaksi terkait tabungan wadiah


Transaksi tabungan wadiah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan wadiah dah transaksi pengurangan tabungan wadiah.

1. Transaksi penambahan tabungan wadiah

Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan


wadiah sebesar Rp xx
Kas Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx

Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank cabang kota A (bank
yang sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx

Nasabah menerima transfer dari nasabah dari bank lain (bank yang berbeda)
sebesar Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx

Nasabah menerima bonus wadiah


sebesar Rp xx Beban bonus
tabungan wadiah Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx

2. Transaksi pengurangan tabungan wadiah

Nasabah menarik tabungan wadiah nya


sebesar Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Kas Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank


cabang kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank lain


(bank yang berbeda) sebesar Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx

b. Transaksi terkait giro wadiah


Transaksi tabungan wadiah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan wadiah dah transaksi pengurangan tabungan wadiah.

1. Transaksi penambahan giro wadiah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan giro wadiah
sebesar Rp xx
Kas Rp xx
Tabungan giro Rp xx
Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank cabang kota A (bank
yang sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Giro wadiah Rp xx

Nasabah menerima bilyet giro senilai Rp xx dari nasabah bank lain. Bilyet
tersebut kemudian dicairkan untuk dimasukkan ke rekening giro nasabah
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Giro wadiah Rp xx

Nasabah menerima bonus giro wadiah sebesar Rp xx


Beban bonus giro wadiah Rp xx
Giro wadiah Rp xx

2. Transaksi pengurangan giro wadiah


Nasabah menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening giro
wadiah nya sebesar Rp xx
Giro wadiah Rp xx
Kas Rp xx

Nasabah menggunakan bilyet giro untuk menstranser dana kepada nasabah


giro wadiah bank cabang kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Giro wadiah Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx

Nasabah menggunakan bilyet giro untuk menstranser dana kepada


nasabah giro dari bank lain (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
Giro wadiah Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx

Dipotong giro wadiah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx dan


untuk pajak sebesar Rp yy (20% dari bonus yang diterima nasabah)
Giro wadiah Rp xx
Pendapatan administrasi giro wadiah Rp
xx Giro wadiah Rp yy
Titipan kas negara Rp yy

2.3 Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak sebagai


shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula da na tersebut
digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan
berdasarkn nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan nya untuk melakukan
mydharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi sempurna bila ada yaitu :
1. Ada mudharib
2. Ada pemilik dana
3. Ada usaha yang akan dibagi hasilkan
4. Ada nisbah
5. Ada ijab qabul

Karakteristik transaksi Mudharabah, adalah:


1. Dana Mudharabah
Dana yang dhimpun harus dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang serta
dinyatakan dengan jelas jumlahnya dan harus diserahkan kepada mudharib, untuk
memungkinkannya melakukan usaha.
2. Keuntungan
pembagian keuntungan harus berdasarkan nisbah yang disepakati pada awal dan
dituangkan dalam akad.

2.3.1 Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi menjadi dua yaitu :
1. Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )
Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari Musyarakah,
dimana dana merupakan 100 % milik bank. dana ini dapat digunakan untuk
kegiatan usaha nasabah sesuai kehendak nasabah. Bank yang memiliki produk
seperti ini harus betul-betul selektif dalam memilik calon debitur/nasabah,
karena resiko yang ditanggung bank adalah 100% dari dana yang disalurkan.
Oleh karena itu biasanya Produk Mudharabah terkait dengan Projek-projek
singkat yang berasalah dari pemerintah atau perusahaan yang kredible dan
nasabah yang kompeten dan terpercaya dalam mengerjakannya.

2. Mudharabah Muqayadah (Investasi Terikat)


Perbedaan Mudharabah Muqayadah dengan Mutlaqah adalah disisi penggunaan
dana yang diterima nasabah. penggunaannya terikat syarat-syarat dari pemilik
dana. Waktu dan jenis usaha sudah ditentukan sebelumnya. Bank
mempertemukan pemilik dana dan calon debitur/nasabah dan memfasilitasi
pencairan dana dan penerimaan angsuran modal dan bagi hasil dari nasabah. Bank
akan mendapatkan jasa/fee dari kegiatan ini.

2.3.2 Tabungan Mudharabah


Tabungan adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dipersamakan dengan itu.
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya
menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang
Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola
dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima
dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima.
Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai
tercatatnya.

Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:


1) Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

Fasiltas yang diperoleh untuk tabungan mudharabah:


1. Menggunakan buku tabungan
2. Setoran awal minimum berdasarkan kebijakan bank
3. Setoran berikutnya tidak dibatasi dan waktu penarikan sesuai
dengan akad
4. Bagi hasil dikreditkan pada rekening tabungan setiap akhir bulan
5. Tipe tabungan :
· Rekening perorangan
· Rekening bersama (dua atau lebih)
· Rekening organisasi yang tidak berbadan hukum
· Rekening perwalian yang dioperasikan orang tua/wali
· Rekening dijadikan jaminan pembiayaan
6. Pengakhiran perjanjian tabungan terjadi bila tabungan ditutup.

2.3.3 Deposito Mudharobah


Depisito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
hanya pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan
bank syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya dengan deposito konvensional
adalah terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Jenis deposito berjangka:
1. Deposito berjangka biasa, adalah eposito yang berakhir pada jangka waktu
yang dijanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan
baru/pemberitahuan dari penyimpan.
2. Deposito berjangka otomatis, pada saat jatuh tempo secara otomatis akan
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari
penyimpan. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000,
tentang deposito mudharabah yaitu :
a. Di sini nasabah disebut sebagai pemilik dana atau shahibul maal dan bank
disebut sebagai pengelola dana atau mudharib.
b. Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
c. Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak
melenceng pada prinsip syariah dan mnembangkannya, rmasuk didalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
d. Bank menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi
biaya operasional deposito.
e. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
f. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening

Ketentuan Deposito Mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:


1. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya
termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan

Fasilitas yang diperoleh untuk Deposito:


1. Menggunakan sertifikat deposito atau bilyet deposito
2. Minimum jumlah investasi ditentukan oleh bank
3. Mempunyai jangka waktu (1, 3,6,12, 24 bulan dst)
4. Kontrak berakhir pada saat jatuh tempo, tetapi dapat diperpanjang (ARO)
5. Bagi hasil diberikan pada saat jatuh tempo, interim bagi hasil dapat diberikan
setiap periode yang diperjanjikan
6. Nisbah bagi hasil ditetapkan dimuka. Bank dapat memberikan bagi hasil
melebihi tetapi tidak boleh kurang dari nisbah yang diperjanjikan. Kelebihan
bagi hasil atas nisbah dianggap bonus.
7. Jumlah investasi tergantung pada proyek biasanya dalam jumlah besar

2.3.4 Transaksi Tabungan dan Deposito Mudharabah

Transaksi terkait tabungan mudharabah


Transaksi tabungan mudarabah dibagi menadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan mudharabah dah transaksi pengurangan tabungan mudharabah.

Transaksi penambahan tabungan mudharabah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk
pembukaan tabungan mudharabah sebesar Rp xx
Kas Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx

Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank cabang kota A (bank yang
sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx

Nasabah menerima tramsfer dari bank lain (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Tabungan Mudharabah Rp xx

Nasabah menerima bagi hasil atas tabungan mudharabah sebesar Rp


xx Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
Transaksi pengurangan tabungan mudharabah
Nasabah menarik tabungan mudharabahnya sebesar
Rp xx Tabungan mudharabah Rp xx
Kas Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank cabang


kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx

Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank lain (bank
yang berbeda) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx

Potongan tabungan mudharabah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx


dan pajak sebesar Rp yy (20% dari bagi hasil yang diterima nasabah)
Tabungan mudharabah Rp xx
Pendapatan administrasi tabungan mudharabah Rp xx
Tabungan mudharabah Rp yy
Titipan kas negara Rp yy

Transaksi terait deposito mudharabah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah sebagai investasi deposito mudharabah
sebesar Rp xx untuk jangka watu 1bulan dengan nisba bagi hasi 60% untuk
nasabah 40% untuk bank
Kas Rp xx
Deposito mudharabah Rp xx
Berdasarkan pengitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar
untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp xx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp xx
Bagi hasil belum dibagikan Rp xx

Dibayarkan bagi hasi deposito mudharabah kepada nasabah sebesar Rp xx dan atas
pembayaran tersebut dikenakan dipotong pajak sebesar Rpyy (20% dari bagi hasil
yang diterima nasabah) pebagian bagi hasil dilakukan ke rekenimg tabungan
mudharabah atas namam pemiik yang sama. Atau bagi hasi deposito mudharabah
dabat dibayaran keberbagai rekening sesuai permintaan pemilik deposito.
Bagi hasil belum dibagikan Rp
xx
tabungan mudharabah Rp xx –
Rp yy
Titipan kas negara Rp yy

Nasabah mencairkan deposito mudharabah secara tunai sebesar Rp


xx Deposito mudharabah Rp xx
Kas Rp xx
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Perbankan syariah dalam mendapatkan modalnya, ia melakukan penghimpunan dana


dengan produk-produknya seperti tabungan, instrument giro, dan deposito. Meski hampir
sama dengan perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya berbeda. Pada
perbankan syariah menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah yang sesuai dengan
prinsip Islam.
Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah dan tabungan
mudharabah. Instrumen giro terbagi menjadi dua juga, yaitu giro wadiah dan
mudharabah. Sedangkan pada deposito, perbankan syariah hanya menggunakan prinsip
mudharabah.
Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan keuntungan dari
kegiatan usaha yang dikelolanya berdasarkan presentasi bagi hasil yang telah ditetapkan
dan disetujui antara pemilik atau penyimpan dana dengan bank.
DAFTAR PUSTAKA

· Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah Teori dan Praktek. Jakarta:


Gema Insani.

· Rizal Yaya, Aji Erlangga dan Ahim Abdurahim, Akuntansin


Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta: Salemba
Empat, 2009)
· Sofyan Syafri Harapan, dkk. 2005. Akutansi Perbankan Syariah. Ed.1,
Cet.
1. Jakarta : LPFE Usakti.
· Supria. 2011. “Akuntansi Penghimpunan
Dana Bank”. http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/04/akuntansi-
penghimpunan- dana-bank.html. (24 September 2015)
· Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha
Bank Syariah. Jakarta : Grasindo.
· Zulfikar. 2007. “Produk Penghimpunan Dana”. http://bank-syariah-
belajar- yuk.blogspot.co.id/2007/07/produk-penghimpunan-dana.html?m=1.

Anda mungkin juga menyukai