Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

“LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - PEROLEHAN PERUSAHAAN


ANAK”
DOSEN PENGAMPU : SI MADE NGURAH PURNAMAN, S.Ak., M.Ak.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. MARSHANDA EKA WULANDARI P.F (B1C120141)


2. MELANI SAPUTRI (B1C120144)
3. MELIANA ROHENNI MANULLANG (B1C120145)
4. NI KADEK HERLIN ANDRIANI (B1C120162)
5. NUR LAILA FEBRIYANTI (B1C120164)
6. NURHASANAH (B1C120167)
7. SASMITRIANINGSIH (B1C120177)
8. SITTI AMINAH (B1C120181)
9. VIRZA CHAIRANI ANTARIUS (B1C120188)
10. YARNI (B1C120197)

KELAS C

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Laporan Keuangan Konsolidasi - Perolehan Perusahaan Anak” tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan II.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Si Made Ngurah Purnaman, S.Ak., M.Ak.
selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II yang telah memberikan
tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan berupa pengetahuan maupun pengalamannya.

Kami berharap, melalui makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman terkait
materi yang disampaikan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan materi tersebut, baik
untuk pembaca maupun penulis. Kami juga berharap, makalah ini dapat diterima dengan baik
oleh semua pihak dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Terlepas dari berbagai hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat kekurangan, baik dari segi bahasa yang digunakan, isi materi yang
disampaikan, maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini sehingga
menjadi lebih baik lagi.

Kendari, 6 Maret 2023

Tim Penyusun (Kelompok 4)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................4
2.1 Pengendalian Perusahaan lewat Pemilikan Saham .........................................................4
2.1.1 Perusahaan Induk dan Holding Company ...............................................................4
2.1.2 Pencatatan Investasi dalam Perusahaan Anak .........................................................4
2.2 Sifat Laporan Keuangan Konsolidasi ............................................................................5
2.2.1 Kondisi untuk Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi ...................................5
2.2.2 Masalah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi ................................ 12
2.3 Perolehan Saham sebuah Perusahaan yang Sedang Berjalan ........................................ 12
2.3.1 Perolehan 100% Saham Perusahaan Anak dengan Nilai Buku .............................. 12
2.3.2 Perolehan yang Kurang dari 100% Saham Perusahaan Anak dengan Nilai Buku .. 13
2.3.3 Perolehan Kepentingan Perusahaan Anak dengan Harga yang Lebih Tinggi
daripada Nilai Bukunya........................................................................................ 18
2.3.4 Perolehan Kepentingan Perusahaan Anak dengan Harga di bawah Nilai Bukunya 18
2.3.5 Pembelian Saham Secara Langsung dari Perusahaan Anak ................................... 29
2.4 Perolehan Perusahaan Anak Dipandang sebagai Penyatuan Kepentingan .................... 29
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 33
3.2 Saran........................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggabungan unit bisnis banyak dilakukan saat ini baik dalam bentuk joint venture,
akuisisi, maupun merger. Hal ini dilatarbelakangi oleh kemudahan teknologi, perjanjian
perdagangan bebas, dan motif mencari keuntungan. Aktivitas penggabungan bisnis tersebut
tidak hanya berdampak pada kegiatan produksi atau pemasarannya saja, melainkan semua
aspek termasuk aspek keuangannya. Pencatatan keuangan perusahaan yang telah
berkonsolidasi tidak sama dengan perusahaan yang hanya berdiri sendiri. Pencatatan
keuangan perusahaan yang telah berkonsolidasi menjadi lebih rumit dibandingkan dengan
perusahaan yang berdiri sendiri. Dalam pencatatan keuangan konsolidasi, dikenal entitas
induk (yang mengendalikan) dan entitas anak (yang dikendalikan).

Laporan keuangan konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh Pernyataan


Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi
untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dari satu atau lebih anak perusahaan (entitas
yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan.
Laporan keuangan konsolidasi ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali
tertinggi dalam suatu kelompok usaha dimana induk perusahaan memiliki banyak anak
perusahaan bahkan anak perusahaan juga mungkin memiliki anak lain.

Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi yang memandang makna
ekonomi suatu entitas. Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas
yang berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan arm’s lengt transaction
diantara entitas-entitas yang berafiliasi (hubungan istimewa antara perusahaan pengendali
dan atau perusahaan yang dikendalikan). Syarat ini berarti entitas induk tidak
diperkenankan membedakan harga beli atau jual kepada atau dari entitas anak dan
perusahaan lain yang tidak berafiliasi.

Laporan keuangan konsolidasi dibuat berdasarkan peraturan yang mengharuskan


dibuatnya laporan keuangan konsolidasi bagi unit usaha yang bergabung dan telah
memenuhi syarat. Selain adanya peraturan yang mengharuskan adanya laporan keuangan
konsolidasi, hal yang membuat pelaporan keuangan ini menjadi rumit adalah pemahaman
bahwa entitas induk dan anak adalah berbeda, namun dalam perhitungannya ada akun-akun
yang sama yang harus dieliminasi. Adanya kepentingan non pengendali juga membuat
laporan keuangan konsolidasi lebih rumit dibandingkan laporan keuangan perusahaan yang
berdiri sendiri.
1
Pada masa sekarang, tidak sedikit orang-orang beranggapan bahwa perusahaan-
perusahaan raksasa di dunia merupakan perusahaan tunggal. Namun pada kenyataannya,
tiap perusahaan raksasa sebenarnya terdiri dari perusahaan-perusahaan terpisah. Contohnya
di Indonesia adalah PT Astra International yang memiliki anak perusahaan seperti PT Astra
Graphia, PT Astra Agro Lestari, PT Astra Autoparts, dan perusahaan anak lainnya. Dengan
begitu, PT Astra International akan membuat laporan keuangan konsolidasinya. Tidak
hanya contoh perusahaan tersebut, namun semua perusahaan-perusahaan besar juga akan
membuat laporan keuangan konsolidasinya masing-masing.

Laporan keuangan konsolidasi (consolidation financial statement) menyajikan posisi


keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan dari satu atau lebih anak perusahaan
yang seolah-olah entitas-entitas individual tersebut adalah satu entitas atau perusahaan.
Konsolidasi diharuskan jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari
perusahaan lain. Laporan keuangan konsolidasi pada umumnya dianggap lebih berguna
dibanding laporan keuangan terpisah perusahaan individual jika perusahaan-perusahaannya
memiliki hubungan khusus.

Laporan ini sering kali dijadikan satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran
yang jelas dari total sumber daya perusahaan hasil gabungan serta hasil pengelolaan
sumber daya tersebut. Hal itu terjadi terutama ketika jumlah perusahaan yang berhubungan
sangat banyak, sehingga tidak ada cara mudah lainnya untuk mengikhtisarkan jumlah
informasi yang banyak sehubungan dengan masing-masing perusahaan tersebut, dan
bagaimana posisi keuangan serta operasional masing-masing perusahaan mempengaruhi
entitas konsolidasi secara keseluruhan.

Dalam materi sebelumnya, topik yang dibahas terbatas pada kombinasi pengendalian
dan operasi kesatuan usaha melalui peleburan ataupun konsolidasi. Akibat praktis dari
peleburan atau konsolidasi ini sering kali dicapai lewat pemilikan oleh perusahaan yang
satu sebagian besar atau seluruh saham berhak suara dari kesatuan usaha yang lain.
Perusahaan yang memiliki lebih dari 50% saham berhak suara perusahaan lain, berada pada
posisi memilih dewan direktur perusahaan lain ini dan, dengan demikian mengendalikan
sumber daya dan operasi perusahaan ini.

Sementara peleburan perusahaan yang tersendiri seringkali menimbulkan kesulitan


praktis, perolehan pengendalian lewat pemilikan saham relatif mudah dan tidak
membutuhkan investasi dalam jumlah yang besar. Di samping itu, pengendalian melalui
pemilikan saham lebih menguntungkan daripada kemungkinan yang lain, mengingat
keuntungan tertentu dalam segi permodalan, administrasi, pajak, ataupun hukum yang
terdapat dalam hubungan ini. Melalui makalah ini, kami sebagai penulis akan membahas
dan menguraikan mengenai laporan keuangan konsolidasi terkait perolehan perusahaan
anak, serta menyajikan secara rinci beberapa poin atau indikator penting yang tercakup
dalam materi tersebut.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

1. Bagaimana pengendalian perusahaan lewat pemilikan saham?


2. Bagaimana sifat laporan keuangan konsolidasi?
3. Bagaimana perolehan saham sebuah perusahaan yang sedang berjalan?
4. Bagaimana perolehan perusahaan anak dipandang sebagai penyatuan kepentingan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya:

1. Untuk mengetahui pengendalian perusahaan lewat pemilikan saham.


2. Untuk mengetahui sifat laporan keuangan konsolidasi.
3. Untuk mengetahui perolehan saham sebuah perusahaan yang sedang berjalan.
4. Untuk mengetahui perolehan perusahaan anak dipandang sebagai penyatuan
kepentingan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain:

1. Meningkatkan kerja sama antara anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas,


sekaligus melatih kedisiplinan dan pertanggungjawaban dalam hal memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II secara tepat waktu.
2. Mengembangkan kemampuan dalam bidang tulis-menulis, terutama terkait dengan
penulisan makalah sebagai salah satu bentuk karya tulis yang bersifat ilmiah.
3. Menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca, terkait topik materi yang
dibahas beserta poin-poin penting yang terkandung dalam makalah ini.
4. Menumbuhkan keinginan untuk mempelajari lebih rinci dan memperdalam
pengetahuan yang dimiliki terkait ilmu akuntansi, khususnya terdorong untuk
mengimplementasikan materi yang dibahas dalam makalah ini secara langsung dan
dengan cakap dapat diterapkan pada kehidupan, seiring dengan pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi dari waktu ke waktu.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Perusahaan lewat Pemilikan Saham


Kemungkinan sebuah perusahaan memperoleh saham perusahaan lain, pada umumnya
diberikan oleh undang-undang negara bagian. Undang-undang ini secara khusus dapat
mengizinkan pendirian sebuah perusahaan dengan tujuan semata-mata untuk memperoleh
dan memegang saham perusahaan lain.
Walaupun perusahaan dapat memperoleh sebagian besar atau seluruh saham yang
diterbitkan oleh perusahaan lain, namun perusahaan lain ini masih terus mempertahankan
identitasnya masing-masing. Ditinjau dari sudut praktis, perolehan oleh perusahaan yang satu
atas penguasaan atau controlling interest dalam salam perusahaan lain mungkin sama dengan
peleburan atau konsolidasi, karena harta bendanya sekarang berada di bawah satu
pengelolaan dan pengendalian. Akan tetapi ditinjau dari sudut yuridis, terlepas dari tingkat
pengendalian yang dapat dilaksanakan, masing-masing perusahaan terus dipandang sebagai
kesatuan usaha yang berdiri sendiri.

2.1.1 Perusahaan Induk dan Holding Company


Perusahaan yang memegang saham perusahaan lain dan mengendalikan kegiatan
perusahaan ini disebut perusahaan induk. Apakah sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan
sepenuhnya untuk memegang saham perusahaan lain dan mengawasi kegiatan perusahaan
ini, maka perusahaan ini disebut holding company. Sumber utama penerimaan holding
company adalah dari dividen atas surat-surat berharga yang dipegangnya. Perusahaan yang
melaksanakan pengendalian atas perusahaan lain dan, sementara itu, perusahaan ini tetap
meneruskan kegiatan usaha dagang atau industrinya, kadang-kadang disebut sebagai holding
company operasional untuk membedakannya dari holding company murni. Perusahaan yang
dikendalikan oleh perusahaan induk atau holding company disebut sebagai perusahaan anak.
Perusahaan Induk dan perusahaan anak disebut sebagai perusahaan yang berafiliasi.
Perusahaan yang memegang sebagian besar atau semua saham berhak suara perusahaan lain
disebut controlling interest. Perusahaan yang memegang sisa kepentingan dalam perusahaan
yang dikendalikan disebut kepentingan minoritas. Perusahaan yang dikendalikan, yang
sahamnya dimiliki seluruhnya oleh perusahaan afiliasi disebut sebagai perusahaan anak yang
dimiliki sepenuhnya.
Pemilikan sebagian besar saham berhak suara sebuah perusahaan menjamin
pengendalian atas perusahaan ini. Akan tetapi dalam praktek, pemilikan dalam jumlah yang
lebih kecil pada umumnya memberikan pengendalian untuk semua tujuan praktis, terutama
apabila sisa pemegang saham tersebar luas, tidak terorganisir, dan ingin melimpahkan
kekuatan suara mereka kepada kelompok yang dominan. Apabila pemilikan saham berhak

4
suara tidak sepenuhnya, maka pengendalian harus dilaksanakan dengan cara yang tidak
merugikan kepentingan minoritas.

2.1.2 Pencatatan Investasi dalam Perusahaan Anak


Sebuah perusahaan dapat memperoleh saham perusahaan lain lewat pembelian
per kas, lewat penukaran dengan aktiva lain, atau lewat penukaran dengan surat-surat
berharganya sendiri. Sebuah perkiraan investasi dibebani sebesar harga pokok saham yang
diperoleh. Apabila pembayaran dilakukan per kas, maka perkiraan investasi ini didebet
sebesar jumlah yang dibayarkan. Apabila aktiva lain diberikan dalam penukaran, maka
investasi ini harus dicatat dengan nilai wajar aktiva yang diserahkan. Apabila surat-surat
berharga sendiri sebuah perusahaan diterbitkan dalam penukarannya dengan saham yang
diperoleh, maka investasi ini harus dicatat dengan nilai wajar surat-surat berharga yang
diserahkan dalam penukaran atau dengan nilai wajar saham yang diperoleh, mana yang
terbukti lebih jelas. Setiap selisih antara nilai yang ditetapkan pada investasi dan nilai pari
atau nilai yang ditetapkan pada surat-surat berharga harus ditetapkan sebagai agio atau
disagio atas surat- surat berharga yang diterbitkan. Investasi dalam saham perusahaan anak
dilaporkan di bawah judul "Investasi" dalam neraca perusahaan induk.

2.2 Sifat Laporan Keuangan Konsolidasi


Neraca perusahaan induk yang melaporkan saham perusahaan anak sebagai investasi, dan
neraca perusahaan anak yang melaporkan kepentingan yang dipegang oleh perusahaan induk
sebagai modal saham merupakan laporan keuangan lengkap dari perusahaan yang
bersangkutan sebagai kesatuan hukum yang terpisah, tetapi laporan keuangan ini tidak
menunjukkan perusahaan yang bersangkutan sebagai perusahaan tunggal atau sebagai
kesatuan ekonomis tunggal. Jika gambaran menyeluruh mengenai perusahaan afiliasi dalam
kaitannya dengan dunia luar harus ditunjukkan, maka pandangan yuridis mengenal
keterpisahan kesatuan usaha yang berbeda harus dikesampingkan dan implikasi praktis dari
pemilikan kepentingan yang mengendalikan harus disatukan dalam penyajian. Laporan
keuangan, yang mengenyampingkan batasan-batasan yuridis antara perusahaan induk dan
perusahaan anak serta menyajikan posisi keuangan perusahaan yang berafiliasi sebagai
kesatuan usaha tunggal disebut sebagai neraca konsolidasi.
Untuk menghindari kekacauan antara "konsolidasi" dan "laporan keuangan konsolidasi",
maka untuk selanjutnya istilah peleburan (merges) akan digunakan dalam menunjukkan
pembentukan kesatuan hukum yang baru dari fusi perusahaan-perusahaan terpisah yang
sudah ada sebelumnya. "Laporan keuangan konsolidasi" adalah model laporan akuntansi
untuk menunjukkan pengaruh ekonomi dari penggabungan dua atau lebih perusahaan yang
tersendiri, yang didasarkan atas pemilikan dan pengendalian bersama meskipun peleburan
secara hukum tidak dilakukan.
Dalam menyusun neraca gabungan untuk kantor pusat dan cabangnya, saldo aktiva dan
kewajiban masing-masing cabang disatukan dengan saldo yang sama pada kantor pusat.
Saldo silang yang timbul dari transaksi antarkantor dan yang tidak mempengaruhi aktiva,

5
kewajiban, atau pemilikan mempunyai arti yang penting bila kesatuan usaha bersangkutan
yang dipandang sebagai kesatuan usaha tunggal, dihapuskan. Akibat dari prosedur seperti ini
ialah, untuk mengganti saldo investasi cabang dalam buku kantor pusat dengan aktiva dan
kewajiban yang dinyatakan oleh saldo ini. Dalam mengembangkan neraca konsolidasi untuk
perusahaan induk dan perusahaan anak, perusahaan anak ini dipandang seakan- akan sebagai
cabang: aktiva dan kewajiban masing-masing perusahaan anak digabungkan dengan aktiva
dan kewajiban perusahaan induk; pos-pos silang yang tidak mempunyai arti penting apabila
kesatuan usaha bersangkutan dipandang sebagai kesatuan usaha tunggal harus dihapuskan.
Pendekatan sejajar ke arah konsolidasi untuk hubungan kantor pusat- cabang dan hubungan
perusahaan induk-perusahaan anak ini dijelaskan dalam contoh sebagai berikut.

Asumsikan, bahwa Ward Appliance Company di New York ingin mendirikan sebuah toko
penyalur di Boston, dan pada tanggal 2 Januari 1987, didirikan sebuah kantor cabang
tersendiri di kota ini. Dalain mendirikan kantor cabang ini. kantor pusat mengirimkan ke
cabang ini uang kas sebesar $125.000 dan barang dagangan seharga $100.000. Lembaran
kerja untuk penyusunan neraca gabungan untuk kantor pusat dan cabang ini diperlihatkan di
bawah ini.

6
Asumsikan bahwa Ward Appliance Company menetapkan kantor Boston sebagai kesatuan
usaha tersendiri. Perusahaan baru ini disebut sebagai Boston Sales Company. Ward Appliance
Company memperoleh semua modal saham Boston Sales Company per kas dengan harga sebesar
$125.000; sahamn ini dicatat dalam buku Boston Sales Company dengan nilai yang ditetapkan
sebesar $100.000, dengan kelebihannya dilaporkan sebagai tambahan modal disetor. Barang
dagangan sebesar $100.000 dikirimkan ke Boston Sales Company, dengan membuka perkiraan
untuk saldo yang ditetapkan dalam buku kedua perusahaan.

Laporan yang menyatakan posisi keuangan perusahaan induk dan pemisahan anak sebagai
satu kesatuan tunggal, dibutuhkan di sini, sama halnya apabila perusahaan anak ini merupakan
kantor cabang. Akan tetapi, karena kedua perusahaan ini merupakan ke satuan hukum yang
terpisah, maka identitas pribadi masing-masing perusahaan yang terpisah ini tidak boleh
diganggu. Jadi, penyusunan laporan keuangan konsolidasi dipandang sebagai peleburan
“berpura-pura”; yaitu, jika dua perusahaan yang terpisah secara hukum dilebur pada tanggal di
mana perusahaan induk memperoleh controlling interest pada perusahaan anak. Peleburan pro
forma dicatat hanya pada neraca lajur, sehingga perkiraan dari kedua perusahaan yang terpisah
itu tetap tidak berubah.

Lembaran kerja untuk neraca konsolidasi pada Ward Appliance Company sebagal
perusahaan induk dan Boston Sales Company sebagai perusahaan anak yang dimiliki
sepenuhnya dapat disusun seperti terlihat pada halaman 277. Apabila perusahaan induk dan anak
dipandang sebagai satu kesatuan tunggal, maka Saldo silang antarperusahaan harus dieliminasi
untuk menghindari duplikasi aktiva, kewajiban, dan modal pemilikan. Saldo investasi
perusahaan induk tidak mempunyai arti penting apabila kesatuan usaha bersangkutan dipandang
sebagai kesatuan tunggal dan dieliminasi. Jika perusahaan tersebut dilebur secara hukum, maka

7
tidak ada saham perusahaan anak yang beredar. Oleh karena itu, saldo modal perusahaan anak
juga dieliminasi. Saldo piutang usaha dan hutang usaha antar perusahaan juga tidak ada
maknanya jika kedua unit usaha yang bersangkutan dipandang sebagai kesatuan usaha tunggal
Penyelesaian akhir atas saldo ini akan berupa pengiriman uang kas dari perusahaan yang satu ke
perusahaan yang lain tanpa mempengaruhi total kekayaan bersih atau modal pemegang saham.

Dan anak perusahaannya yang dikuasai sepenuhnya akan menunjukkan saldo yang sama Seperti

saldo pada contoh di muka, di mana kantor Boston diorganisir sebagai cabang. Dalam Bab 9 di
muka telah dikemukakan, bahwa neraca tersendiri untuk kantor pusat dan untuk cabang tidak
menunjukkan posisi keuangan yang lengkap mengingat kenyataan, bahwa kesatuan usaha ini
merupakan kesatuan hukum tunggal, yang mana hanya menggambarkan penggabungan data-data
seperti yang telah dülustrasikan. Akan tetapi, dalam hal yang menyangkut perusahaan induk dan
perusahaan anak, data-data keuangan konsolidasi harus dipandang sebagai menyatakan tidak
lebih daripada kesatuan ekonomis perusahaan yang bersangkutan. Ikhtisar sumber daya
ekonomis ini diarahkan dan dikendalikan secara sentral serta penting artinya baik bagi
manajemen maupun bagi para pemegang saham perusahaan induk; meskipun demikian, ikhtisar
ini harus dipertimbangkan sebagai yang melengkapi laporan keuangan tersendiri dari masing-
masing perusahaan, bukan sebagai penggantinya. Neraca tersendiri tetap sah sebagai penyajian
aktiva, kewajiban, dan modal pemegang saham dari kesatuan hukum yang terpisah. Seorang
kreditor harus membuat referensi terhadap neraca tersendiri debitor tertentu dalam me nentukan
tingkat perlindungan yang berkaitan dengan klaimnya. Seorang pemegang saham harus membuat
referensi terhadap neraca tersendiri perusahaan tertentu dalam menentu kan jumlah yang
mungkin tersedia untuk dibagikan sebagai dividen. Kantor pajak dan lembaga pengatur harus
membuat referensi terhadap laporan keuangan tersendiri perusaha an tertentu dalam menerapkan

8
peraturan khusus itu. Neraca konsolidasi mengandung informasi yang lengkap mengenal posisi
hukum masing-masing kesatuan posisi ekonomis masing-masing kesatuan hanya apabila disertai
dengan laporan keuangan tersendiri untuk masing-masing perusahaan afiliasi.

Walaupun neraca konsolidasi untuk hubungan perusahaan induk perusahaan anak tidak
dapat diketengahkan sebagai laporan keuangan dari posisi hukum, namun posisi hukum ini
seringkali dapat dicapai jika memang dikehendaki. Misalnya, dalam ilustrasi di atas tadi, Boston
Sales Company akan terus bekerja sebagai kesatuan hukum tersendiri hanya sepanjang hal ini
dikehendaki oleh perusahaan induk. Jika perusahaan induk ingin memanfaatkan keuntungan dari
hubungan kantor pusat kantor cabang, maka perusahaan induk dapat, lewat hak suaranya,
memerintahkan pembubaran perusahaan anak dan mengkonversinya menjadi sebuah kantor
cabang. Neraca, yang sebelumnya terbatas pada pengungkapan posisi ekonomis semata-mata,
sekarang sah sebagai penyajian baik posisi hukum maupun posisi ekonomis.

Dalam paragraf di muka telah dikemukakan kebutuhan untuk menyajikan posisi ke- uangan
perusahaan induk dan perusahaan anak sebagai satu kesatuan tunggal lewat neraca konsolidasi.
Juga timbul kebutuhan untuk mengungkapkan operasi kesatuan usaha yang hersangkutan sebagai
satu kesatuan tunggal. Ini dilakukan dengan jalan menyusun perhitungan rugi-laba konsolidasi.
Dalam menyusun perhitungan rugi-laba konsolidasi, saldo pendapatan dan biaya yang
melaporkan transaksi antara perusahaan yang berafiliasi, dieliminasi, dan saldo lainnya yang
mengikhtisarkan transaksi dengan pihak-pihak luar disatukan. Perhitungan rugi-laba konsolidasi
dapat dilengkapi dengan laporan laba yang ditahan konsolidasi, untuk menjelaskan perubahan
dalam laba yang ditahan, yang tercantum dalam neraca konsolidasi, yang disusun pada akhir
periode berturut-turut. Walau- pun pelaporan yang lengkap membutuhkan laporan keuangan
konsolidasi, yang disertai dengan laporan keuangan tersendiri untuk perusahaan induk dan
perusahaan anak, namun laporan keuangan bagi para pemegang saham perusahaan induk
biasanya terbatas pada laporan keuangan konsolidasi.

2.2.1 Kondisi untuk Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi


Dalam menentukan penyusunan laporan keuangan yang tepat suatu keputusan harus
diambil. Laporan keuangan konsolidasi biasanya dapat didukung hanya apabila (1) kepentingan
kendali keuangan (controlling finansial interest) berkelanjutan, dan terjamin, (2) operasi dari
perusahaan yang bersangkutan merupakan kegiatan dari kesatuan yang diintegrasikan, dan (3)
konsolidasi memberikan gambaran yang benar mengenal status keuangan perusahaan yang
bersangkutan.

Controlling Interest. Pemilikan saham berhak suaralah yang menentukan kendali Akan
tetapi, faktor ini sendiri tidak menunjukkan indeks pengendalian yang dilaksana kan sebenarnya.
Perusahaan dapat saja memiliki mayoritas saham berhak suara perusahaan lain, namun
peranannya dalam memilih dewan direktur, dalam pengembangan kebijakan. Atau dalam
mengarahkan operasi perusahaan ini tidak dominan. Misalnya, sebuah perusaha an yang ada dan
yang dikelola dengan baik, dan mungkin mengizinkan perusahaan ind untuk melanjutkan

9
kegiatannya sebagai perusahaan independen yang bebas sepenuhnya dari pengaruh atau
pengendalian perusahaan induk dalam situasi yang sekarang menguntungkan. Atau sebuah
perusahaan mungkin mempunyai kepentingan yang dominan dalam perusahaan asing, tetapi
pemerintah di mana perusahaan asing itu berdiri menetap kan beberapa pembatasan atas kegiatan
perusahaan itu, termasuk pembatasan atas pengiriman harta benda ke luar dari negeri itu. Dalam
hal-hal lainnya, pengendalian dapat bersifat sementara karena perusahaan induk hendak menjual
saham perusahaan anak, perusahaan anak akan melakukan penerbitan saham tambahan, atau
perusahaan anak menghadapi reorganisasi yuridis. Dalam masing-masing hal tersebut di atas ini.
laporan keuangan konsolidasi mungkin menunjukkan kesatuan ekonomis dengan pengendalian
penuh dan disentralisasi yang tidak tepat.

Sebaliknya, sebuah perusahaan mungkin mempunyai pemilikan mayoritas yang lebih kecil
dalam perusahaan lain, namun berada dalam posisi yang mampu untuk melaksana- kan dominasi
yang efektif atas perusahaan lain ini. Para pemegang saham yang lain mung kin merasa puas
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yang mengendalikan ini; hak paten dan
persetujuan leasehold mungkin dapat memberikan pengaruh khusus terhadap perusahaan
pengendali dan kondisi dewan pimpinan yang saling berhubungan dapat memberikan pengarahan
yang terpadu. Meskipun tidak ada kepentingan mayoritas dalam saham berhak suara perusahaan
yang bersangkutan, namun keterpaduan di bawah pengendalian yang efektif pasti ada. Meskipun
penyusunan laporan keuangan konsolidasi mungkin tidak tepat, metode ekuitas dapat digunakan
untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi yang tepat.

Apabila tingkat pemilikan saham dalam perusahaan anak naik, maka alasan yang
mendukung penyusunan laporan keuangan konsolidasi, pada umumnya, lebih meyakinkan.
Sejumlah perusahaan yang melaksanakan pengendalian membutuhkan laporan keuang an
konsolidasi hanya apabila sahamn dalam perusahaan anak dimiliki seluruhnya. Apabila
pemilikan saham berada di bawah 100%, maka saham dalam perusahaan anak ditetapkan tidak
lebih daripada investasi. Banyak perusahaan lain menganggap, bahwa konsolidasi membutuhkan
pemilikan kepentingan mayoritas yang besarnya sekitar 75%, 80%, dan 85%, atau lebih dalam
saham perusahaan anak. Dalam praktek, kita jarang menjumpai laporan ketangan konsolidasi
untuk perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan induk tidak memiliki mayoritas saham,
walaupun mungkin ada pengendalian yang dipusatkan. Beberapa lembaga resmi menyatakan,
bahwa pemilikan saham dalam jumlah yang lebih besar merupakan syarat mutlak untuk
konsolidasi. Kendali (control) harus ada secara hukum jika asumsi bahwa kesatuan ekonomis
tunggal harus sah. Komite AICPA untuk Prosedur Akuntansi dalam membahas kebijakan
konsolidasi menyatakan: "Persyaratan umum untuk diakuinya sebagai pengendali keuangan
adalah pemilikan atas mayoritas hak milik berhak suara, dan karena itu, sebagai pedoman umum,
pemilikan oleh satu perusahaan, untuk secara langsung atau tidak, atas lebih lima puluh persen
dari saham berhak suara yang sedang beredar dari perusahaan lain merupakan suatu keadaan
yang menuju pada konsolidasi."

10
Bapepam A.S. (SEC) dalam Regulation S-X telah menganut aturan bahwa para pen- daftar
hanya bisa mengkonsolidasikan perusahaan anak yang dimiliki secara mayoritas (mayoritas-
owned). Perusahaan anak dimiliki secara mayoritas berarti "lebih 50 persen saham berhak suara
yang sedang beredar dari perusahaan anak tersebut dimiliki oleh perusahaan induknya dan/atau
perusahaan anak lainnya yang dimiliki secara mayoritas oleh perusahaan induk tersebut."

Peraturan pajak di A.S. mengakui laporan konsolidasi sebagai alat untuk menyatakan
posisi keuangan dan hasil operasi untuk "kelompok afiliasi," dan mengizinkan perusahaan induk
dan anak untuk menyerahkan surat pemberitahuan pajak penghasilan konsolidasi yang
melaporkan laba kena pajak yang telah digabungkan. Dalam rangka perpajakan, "kelompok
afiliasi" yang diberi izin untuk menyampaikan surat pemberitahuan pajak konsolidasi
didefinisikan sebagai satu atau beberapa rangkaian dari "includible corporation" yang
mempunyai satu perusahaan induk bersama yang disebut "includible corporation" dan yang
memiliki paling tidak 80% dari hak suara serta paling tidak 80% dari setiap jenis saham yang
tidak berhak suara (kecuali saham tak berhak suara yang dibatasi dan dipreferensikan terhadap
dividen) dari sekurang-kurangnya salah satu "includible corporation' lainnya, dengan syarat
bahwa paling tidak 80% dari hak suara dan 80% dari setiap jenis saham yang tidak berhak sama
dari setiap "includible corporation" lainnya dimiliki oleh perusahaan induk dan/atau "includible
corporation" lainnya.

Operasi dari Perusahaan-perusahaan yang Berkaitan. Apabila sebuah perusahaan induk


memegang controlling interest dalam saham perusahaan lain tetapi kegiatan perusahaan ini tidak
berkaitan atau tidak saling melengkapi dan perusahaan ini bukan satu kesatuan yang homogen,
maka penyajian data-data keuangan gabungan tunggal tidaklah realistis dan tidak berguna.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan industri me miliki semua saham
perusahaan asuransi, perusahaan tabungan dan pinjaman, atau sebuah bank. Penggabungan
neraca dan perhitungan rugi-laba lembaga keuangan dengan laporan keuangan perusahaan
industri hampir tidak mungkin menunjukkan data-data keuangan yang berarti. Meskipun tujuan
masing-masing perusahaan adalah beroperasi dengan menguntungkan, namun cara dan kegiatan
untuk mencapai tujuan ini tidak berkaitan antara satu dengan yang lain. Komite untuk Prosedur
Akuntasi memberikan komentar:

Dalam mengambil kebijakan terhadap konsolidasi, tujuannya haruslah untuk menghasilkan


penyajian keuangan yang lebih bermakna dalam keadaan tersebut. Pomboca harus diberi infor
masi yang sesuai dengan kebutuhannya, tetapi dia tidak boleh dibebani dengan rincian yang tidak
perlu. Dengan demikian, meskipun sekelompok perusahaan mempunyai sifat yang heterogen,
mungkin lebih baik untuk menyusun laporan konsolidasi penuh ketimbang harus me nyajikan
banyak laporan yang terpisah, Dipihak lain, laporan terpisah atau laporan gabungan (kombinasi)
akan lebih disukai untuk perusahaan anak atau sekelompok perusahaan anak jika penyajian
informasi keuangan yang menyangkut kegiatan khusus dari perusahaan anak semacam itu akan
lebih informatif bagi pemegang saham dan kreditor perusahaan induk ke- timbang jika laporan
perusahaan anak itu dimasukkan dalam laporan konsolidasi."
11
Status Keuangan dari kesatuan yang bersangkutan. Ketentuan hukum dapat dike
sampingkan hanya sejauh ketentuan ini tidak relevan dalam pandangan ekonomis yang
menyeluruh. Apabila ketentuan hukum ini mengandung implikasi yang mempengaruhi
pandangan ekonomis yang menyeluruh, maka implikasi ini harus ditetapkan baik dengan
menghindari prosedur konsolidasi ataupun dengan mengungkapkan implikasi ini dalam
laporan keuangan konsolidasi. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan induk
mengendalikan sebuah perusahaan anak yang insolven dan hampir pailit. Posisi keuangan
perusahaan anak yang tidak memuaskan ini dapat dihapuskan dalam proses konsolidasi dan
dengan demikian, laporan keuangan konsolidasi dapat menunjukkan posisi keuangan untuk
perusahaan bersangkutan yang tidak didukung dengan bagian. baglan hukum tersendiri.
Walaupun mungkin bagi perusahaan yang sehat untuk memulih kan solvensi anggotanya yang
insolven, namun tidak ada jaminan, bahwa tindakan ini akan terbukti dalam kepentingan
terbaik masing-masing kesatuan usaha dan, bahwa hal ini akan diikuti. Konsolidasi dalam hal-
hal seperti ini tidak akan memberikan penyajian sepenuhnya atas status perusahaan induk dan
perusahaan anak sebagal satu kesatuan melainkan justru menyembunyikan fakta-fakta tertentu
dan memutarbalikkan posisi keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi,
kebijakan konsolidasi yang diterap kan harus diungkapkan dengan memuaskan. Konsolidasi
yang, terbatas pada perusahaan anak yang dimiliki sepenuhnya, misalnya, dapat diungkapkan
dalam judul laporan keuangan; pengenyampingan satu kesatuan penting dapat diungkapkan
dengan catatan khusus.

2.2.2 Masalah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi


Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi timbul banyak masalah. Masalah ini
berbeda-beda tergantung pada waktu penyusunan laporan keuangan konsolidasi, pada
kepentingan pemilikan dalam perusahaan afiliasi dan pengendalian langsung atau tak
langsung yang diperoleh melalui kepentingan pemilikan ini, serta sifat dari transaksi antar
perusahaan. Pembahasan selanjutnya dalam materi ini dibatasi pada masalah yang timbul
dalam penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal perolehan kendali atas perusahaan anak.
Sedangkan masalah yang timbul dalam penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal setelah
tanggal perolehan pengendalian dan masalah khusus yang dijumpai dalam penyusunan
perhitungan rugi-laba dan laporan laba yang ditahan konsolidasi akan dipertimbangkan dalam
materi berikutnya.

2.3 Perolehan Saham sebuah Perusahaan yang Sedang Berjalan


Pada contoh untuk penyusunan neraca konsolidasi di muka hubungan perusahaan induk -
perusahaan anak timbul sebagai akibat dari perolehan saham perusahaan anak oleh
perusahaan induk pada waktu perusahaan anak ini didirikan. Kepentingan yang diperoleh
adalah sepenuhnya atau 100%. Jumlah yang dibayar oleh perusahaan induk sama besarnya
dengan nilai buku kepentingan perusahaan anak.
Hubungan perusahaan induk - perusahaan anak seringkali timbul dari pembelian saham
para pemegang saham sebuah perusahaan yang sedang berjalan. Dalam hal seperti ini,

12
kepentingan yang diperoleh perusahaan induk dapat 100% atau dapat juga lebih kecil dengan
pemilikan kurang dari 100%, maka eliminasi saldo modal perusahaan anak akan kurang dari
100% dan bagian dari modal perusahaan anak yang tidak dieliminasi akan ditetapkan dalam
neraca konsolidasi sebagai kepentingan minoritas-yaitu modal pemegang saham dalam
aktiva konsolidasi yang menahan bagian mereka dalam perusahaan anak. Di samping itu,
dalam pembelian saham dari kelompok pemilik sebelumnya, jumlah yang dibayarkan untuk
saham mungkin sebesar nilai buku kepentingan yang diperoleh, mungkin lebih tinggi, dan
mungkin pula lebih kecil dari nilai buku kepentingan yang diperoleh. Apabila timbul selisih
antara harga pokok investasi dan nilai buku aktiva bersih yang diperoleh maka harus
dianalisis dengan seksama, sehingga selisih ini dapat diungkapkan dengan baik dalam neraca
konsolidasi.
Sebelum neraca konsolidasi disusun, harus dilakukan penyelidikan yang seksama untuk
menentukan apakah harga pokok investasi dalam buku perusahaan induk dan aktiva,
kewajiban, dan modal pemegang saham dalam buku perusahaan anak sudah ditetapkan
dengan memuaskan atau tidak. Apabila dijumpai kesalahan atau kegagalan akuntansi, maka
hal ini semua harus dikoreksi.

2.3.1 Perolehan 100% Saham Perusahaan Anak dengan Nilai Buku


Untuk mengilustrasikan prosedur yang diikuti apabila semua saham sebuah
perusahaan diperoleh dengan nilai buku, asumsikan bahwa modal Perusahaan S terdiri dari
1.000 lembar modal, nominal $100, atau modal saham sebesar $100.000 dan laba yang
ditahan sebesar $50.000. Pada tanggal 1 Desember 1987, nilai buku dari aktiva Perusahaan S
dinyatakan dengan nilai wajarnya, dan Perusahaan P memperoleh semua saham Perusahaan S
dengan harga sebesar $150.000. Lembar kerja (work sheet) untuk neraca konsolidasi
diperlihatkan sebagai berikut:
Perusahaan Induk P dan Perusahaan Anak S
Lembaran Kerja untuk Neraca Konsolidasi
1 Desember 1987

13
Perusahaan Induk P dan Perusahaan Anak S
Neraca Konsolidasi
1 Desember 1987

Pada lembar kerja, perkiraan investasi dan saldo modal saham serta laba yang ditahan
perusahaan anak saling terhapus. Saldo-saldo sisanya untuk kedua perusahaan ini
kemudian disatukan. Aktiva dan kewajiban perusahaan anak, dengan demikian,
menggantikan perkiraan investasi.
Jika modal perusahaan S terdiri dari modal saham sebesar $200.000 dan defisit sebesar
$50.000 dan, Perusahaan P memperoleh semua saham Perusahaan S dengan nilai buku
sebesar $150.000, maka neraca konsolidasi dapat tepat sama seperti pada contoh di atas,
tetapi eliminasi dalam lembaran kerja akan dilakukan seperti nampak dalam lembaran kerja
dibawah ini.

2.3.2 Perolehan yang Kurang dari 100% Saham Perusahaan Anak dengan Nilai
Buku
Apabila saham perusahaan anak hanya dimiliki sebagian dan neraca konsolidasi harus
disusun, maka asumsi kesatuan usaha tunggal menetapkan, bahwa semua aktiva dan
kewajiban perusahaan yang bersangkutan harus disatukan. Akan tetapi, jika semua aktiva
dan kewajiban perusahaan anak harus ditunjukkan dalam laporan keuangan konsolidasi,
maka kepentingan minoritas dalam aktiva bersih yang disatukan ini harus diakui.

14
Perusahaan Induk P dan Perusahaan Anak S
Lembaran Kerja untuk Neraca Konsolidasi
1 Desember 1987

Untuk mengilustrasikan prosedur yang harus diikuti, asumsikan bahwa Perusahaan P


dalam contoh di atas telah memperoleh hanya 90% atas saham Perusahaan S, dan
membayar sejumlah yang sama dengan nilai buku kepentingan ini, yakni sebesar
$135.000. Dalam menetapkan aktiva bersih perusahaan anak sebesar $150.000 pada
neraca konsolidasi, kepentingan minoritas yang menyertai sebesar $15.000 dalam aktiva
ini juga harus ditetapkan. Lembaran kerja untuk neraca konsolidasi akan disusun seperti
berikut:

Perusahaan Induk P dan Perusahaan Anak S


Lembaran Kerja untuk Neraca Konsolidasi
1 Desember 1987

15
Sebagai prosedur alternatif untuk eliminasi lembaran kerja dari kepentingan yang
diperoleh dalam perusahaan anak, terdapat kemungkinan untuk menghapuskan selisih saldo
investasi dan seluruh saldo modal perusahaan anak serta daftar tersendiri kepentingan minoritas
dalam sesi kredit lembaran kerja. Sebagai contoh, dengan menunjuk kepada ilustrasi
sebelumnya, suatu eliminasi tunggal dapat diterapakn pada lembaran kerja sebagai berikut:

Modal saham perusahaan S................................................. $100.000

Laba yang ditahan perusahaan S.......................................... $ 50.000

Investasi dalam saham perusahaan S..................... $135.000

Kepentingan minoritas........................................... $ 15.000

Jika modal perusahaan S sebesar $ 150.000, yang terdiri dari modal saham sebesar $200.00
dan defisit sebesar $50.000, serta perusahaan P memperoleh 90% kepentingan dengan harga
$135.000, maka lembaran kerja untuk neraca konsolidasi akan disusun sebagai berikut:

16
Bagian pro rata dari masing-masing saldo modal diterapakn dalam penetapan
kepentingan minoritas. Apabila perusahaan anak mempunyai defisit, maka bagaian pro rata dari
defisit ini, kemudian, akan ditetapkan sebagai pos pengurang pada penetapan kepentingan
minoritas. Neraca konsolidasi untuk perusahaan P dan perusahaan S akan sama dengan neraca
konsolidasi yang terdapat di atas, kecuali untuk rincian kepentingan minoritas. Kepentingan
minoritas akan terdiri dari kepentingan modal saham sebesar $20.000 dikurangi dengan bagian
dari defisit sebesar $5.000.

Kepentingan minoritas ini tidak dicatat dalam buku atau dalam laporan keuangan
tersendiri salah satu dari perusahaan afiliasi. Dalam praktek, kepentingan minoritas di- laporkan
pada neraca konsolidasi dengan sejumlah perbedaan. Kadang-kadang dilaporkan sebagai
kewajiban dan adakalanya dimasukan sebagai bagian dari modal pemegang saham. Akan tetapi,
pada umumnya kepentingan minoritas dilaporkan di bawah judul tersendiri antara kewajiban dan
modal pemegang saham perusahaan induk. Penulis berpendapat, bahwa secara teoritis tidak
dapat didukung pencantuman kepentingan minoritas pemegang saham ini sebagai kewajiban.
Sebab, kepentingan minoritas bukan sebagai klaim yang harus dilikuidasi. Tetapi sebaliknya, hal
ini dapat diterima jika kepentingan minoritas pemegang saham yang dilaporkan dalam neraca
konsolidasi sebagai aktiva. Dalam menyajikan kekayaan gabungan untuk sejumlah perusahaan
yang bersangkutan, ternyata, bahwa kepentingan minoritas yang dipandang sebagai bagian dari
modal pemegang saham akan lebih baik jika dilaporkan dalam dua bagian yang satu
mengikhtisarkan kelompok kepentingan minoritas dan bagian yang satu lagi mengikhtisarkan
kepentingan kelompok pengendali/mayoritas.

Saldo minoritas dalam modal investasi dan laba yang ditahan dapat disatukan untuk
tujuan pelaporan, atau saldo ini dapat dicantumkan tersendiri, sejajar dengan pencantuman
kepentingan dari kelompok yang mengendalikan. Kepentingan minoritas dalam modal surat-
surat berharga senior seperti saham preferen harus disajikan tersendiri. Apabila neraca

17
konsolidasi mencakup kepentingan minoritas dalam satu total sedangkan rinciannya diberikan
dalam skedul pendukung.

2.3.3 Perolehan Kepentingan Perusahaan Anak dengan Harga yang Lebih Tinggi
daripada Nilai Bukunya
Harga pokok kepentingan perusahaan induk dalam sebuah perusahaan anak dapat
melebihi nilai buku kepentingan ini. Alasan untuk selisih antara jumlah yang dibayar dan nilai
buku kepentingan yang diperoleh harus ditentukan sebelum neraca konsolidasi di- susun.
Penjelasan berikut ini akan menentukan bagaimana kelebihan ini dilaporkan. Pen- jelasan ini
dapat salah satu dari:

1. Kegagalan perkiraan perusahaan anak untuk melaporkan nilai aktiva yang naik pada
saat perolehan saham. Saldo aktiva perusahaan anak mungkin melaporkan dengan tepat
harga pokok di waktu lalu serta praktek penyusutan dan amortisasi yang memuaskan,
tetapi saldo seperti ini mungkin gagal menggambarkan peningkatan dalam nilai masing-
masing aktiva. Jika aktiva suatu perusahaan diperoleh lewat peleburan yang dianggap
sebagai pembelian, maka saldo aktiva ini akan dinilai kembali menurut harga yang
dibayar untuk aktiva ini. Karena neraca konsolidasi melaporkan posisi keuangan
perusahaan yang mengambil bagian dalam peleburan, maka penilaian formal aktiva
perusahaan anak dan penetapan peningkatan nilainya harus dilakukan dalam pesanan.
Akan tetapi, berbeda halnya dengan kondisi peleburan, buku perusahaan anak terus
melaporkan saldo perkiraan kesatuan hukum yang terpisah. Penilaian yang menyangkut
peningkatan dalam aktiva bersih harus digambarkan hanya pada lembaran kerja/neraca
lajur. Penyesuaian seperti ini juga akan dibutuhkan dalam lembaran kerja konsolidasi
yang disusun pada periode berikutnya.
2. Kegagalan perkiraan perusahaan anak untuk menggambarkan aktiva tak berwujud
tertentu. Aktiva bersih perusahaan anak mungkin melaporkan aktiva tak berwujud
dengan memuaskan, tetapi mungkin gagal untuk menggambarkan eksistensi aktiva tak
berwujud lainnya, yang ditetapkan oleh perusahaan induk pada saat memperoleh saham
perusahaan anak. Lagi, jika aktiva perusahaan diperoleh lewat peleburan, maka
goodwill dan aktiva tak berwujud yang ditetapkan dalam harga beli membutuhkan
penetapan akuntasi. Dengan perolehan saham perusahaan anak pada harga yang
menetapkan aktiva tak berwujud yang tidak dicatat, maka aktiva tak berwujud ini dapat
dimasukkan sebagai alat penyesuaian dalanı lembaran kerja konsolidasi. Apabila aktiva
tak berwujud terkena amortisasi, maka dibutuhkan penyesuaian untuk mencerminkan
amortisasi ini pada lembaran kerja yang disusun dalam periode berikutnya
3. Pembayaran untuk mencapai pengendalian yang disentralisasi. Jumlah kelebihan yang
dibayar oleh perusahaan induk atas nilai buku kepentingan yang diperoleh dapat
dipandang sebagai harga yang dibayar untuk memperoleh pengendalian yang
disentralisasi dan keunggulan ekonomis yang menyertai operasi yang terpadu. Karena
itu, jumlah kelebihan harga pokok investasi atas nilai buku kepentingan perusahaan
anak dapat dipandang sebagai jumlah yang dibayar untuk goodwill. Jumlah ini, akan
mencerminkan lembaran kerja konsolidasi apabila perkiraan investasi perusahaan induk

18
dan saldo perkiraan modal perusahaan anak dieliminasi, dan mengkredit kelebihan
perkiraan investasi serta mendebet perkiraan modal perusahaan anak.
4. Kelebihan yang menyatakan gabungan beberapa faktor. Dalam hal-hal tertentu,
kelebihan harga pokok investasi atas nilai buku perusahaan anak dapat menyatakan
gabungan beberapa faktor. Misalnya, suatu kelebihan dapat menyatakan harga yang
dibayar untuk memperoleh pengendalian, tetapi mungkin juga meliputi bagian dari
penetapan aktiva perusahaan anak yang dinilai terlalu rendah. Berdasarkan kondisi
seperti ini aktiva yang diperkenalkan harus disesuaikan untuk mencerminkan nilai
berjalan, dengan setiap kelebihan ditangani sebagai goodwill.
Apabila perkiraan perusahaan anak tidak mencerminkan nilai berjalan aktiva, maka uraian
penuh atas aktiva bersih bagaimanapun juga dibutuhkan terlepas dari tingkat pemilikan
perusahaan induk dalam perusahaan anak. Apabila aktiva ini dinilai terlalu rendah, maka aktiva
ini harus disesuaikan dengan nilai wajar sepenuhnya pada waktu perolehan. Apabila aktiva tak
berwujud tertentu tidak dilaporkan, maka aktiva ini harus ditetapkan dengan jumlah penuhnya.
Sebagai contoh untuk hal yang terakhir ini, asumsikan bahwa sebuah perusahaan memperoleh
80% saham perusahaan anak dengan harga $100.000 lebih tinggi daripada nilai buku
kepentingan ini. Dengan pembayaran kelebihan seperti ini, diasumsikan bahwa nilai hak paten
yang dimiliki oleh perusahaan anak ditetapkan dengan nilai wajarnya, tetapi tidak dicatat dalam
perkiraan. Dalam keadaan seperti ini, hak paten perusahaan anak harus ditetapkan dengan
$125.000 ($100.000 / 0,80). Jadi jumlah penuh dari aktiva tak berwujud, yang ditunjukkan
sebagai harga yang dibayar untuk kepentingan perusahaan anak akan dilaporkan dalam neraca
konsolidasi, bersama- sama dengan kepentingan minoritas yang dihitung menurut aktiva
perusahaan anak yang dinilai kembali.

Dalam menunjukkan dasar pikiran jika konsolidasi dianggap sebagai peleburan pro forma,
maka setiap saldo goodwill yang dimasukkan dalam perkiraan perusahaan anak harus
dieliminasi. Diasumsikan jika peleburan dianggap sebagai pembelian, maka semua pos-pos
aktiva harus dinilai kembali pada tanggal perolehannya, dan goodwill dalam neraca konsolidasi
harus mencerminkan hanya kelebihan yang dibayar oleh perusahaan induk dalam memperoleh
lembar saham yang sebanding dengan nilai berjalan aktiva yang diidentifikasikan secara khusus
dari perusahaan anak. Tidak satupun dari kelebihan ini diakibatkan oleh kepentingan minoritas.
Meskipun dapat dibantah bahwa kepentingan yang sebanding dalam goodwill mungkin
mengambil kesimpulan dari harga pokok investasi perusahaan induk dan ditetapkan pada
pemegang saham minoritas, namun dalam praktek konsep ini tidak dapat digunakan.

Hasil goodwill dari aplikasi rekanan aktiva didasarkan atas dasar harga pokok. Adalah wajar
untuk mengasumsikan bahwa aktiva yang dapat dievaluasi pada tanggal perolehannya harus
dibeli dengan nilai berjalannya jika pembelian dilakukan secara tersendiri. Karena pembelian
seluruh aktiva perusahaan menyatakan perolehan berkas-berkas aktiva, maka pos-pos harga
pokok yang diindentifikasikan dijelaskan, dan setiap pos-pos harga pokok "yang tidak

19
dijelaskan" dicatat sebagai goodwill. Jadi, jumlah seluruh pos-pos yang diperoleh, termasuk
goodwill, adalah total harga pokok perusahaan.

Apabila selisih antara harga pokok dan nilai buku dinyatakan sebagai niat baik, maka selisih
ini menyatakan biaya manfaat yang waktunya terbatas dan harus diamortisasi melebihi periode
manfaat, yang tidak lebih dari 40 tahun. Amortisasi goodwill mengurangi perkiraan investasi dan
laba yang ditahan serta harus dibuat ayat-ayat jurnal berkala pada buku perusahaan induk atau
penyesuaian yang terbatas untuk berhasilnya lembaran kerja konsolidasi. Jika perusahaan induk
menggunakan metode ekuitas untuk akuntansi perusahaan anak, maka amortisasi harus
ditetapkan dalam bukunya. Dapat diasumsikan untuk masing-masing ilustrasi dan masalah
berikut ini, bahwa kurangnya kualifikasi yang berlawanan, maka kelebihan dari jumlah harga
pokok investasi atas nilai buku kepentingan perusahaan anak dapat ditunjukkan dalam neraca
konsolidasi sebagai "Goodwill." Sebaliknya kecuali kalau ditunjukkan, maka dapat juga
diasumsikan bahwa saldo ini akan diamortisasi dalam periode yang lebih dari 40 tahun.
Lembaran kerja apabila kepentingan perusahaan anak diperoleh dengan harga di atas nilai buku.
Untuk mengilustrasikan eliminasi yang dibutuhkan apabila saham diperoleh dengan harga yang
lebih tinggi daripada nilai bukunya, asumsikan bahwa Perusahaan S mempunyai 1.000 lembar
saham, nominal @ $100, atau modal saham $100.000 yang beredar dan laba yang ditahan
sebesar $50.000. Perusahaan P memperoleh 90% dari saham ini dengan harga sebesar $175.000.
Berikutnya diperlihatkan neraca konsolidasi yang disusun dari lembar kerja ini. Eliminasi unsur-
unsur silang dalam lembaran kerja menghasilkan saldo investasi sebesar $40.000, yang
dicantumkan dalam kolom-kolom neraca konsolidasi sebagai good-will. Saldo ini tidak
tercantum dalam buku atau dalam laporan keuangan tersendiri salah satu dari perusahaan afiliasi,
melainkan hanya tercantum dalam lembaran kerja dan neraca ini, diasumsikan bahwa nilai hak
paten yang dimiliki oleh perusahaan anak ditetapkan dengan nilai wajarnya, tetapi tidak dicatat
dalam perkiraan. Dalam keadaan seperti ini, hak paten perusahaan anak harus ditetapkan dengan
$125.000 ( $ 100.000 ÷ 0,80 ). Jadi jumlah penuh dari aktiva tak berwujud, yang ditunjukkan
sebagai harga yang dibayar untuk kepentingan perusahaan anak akan dilaporkan dalam neraca
konsolidasi, bersama sama dengan kepentingan minoritas yang dihitung menurut aktiva
perusahaan anak yang dinilai kembali.

Dalam menunjukkan dasar pikiran jika konsolidasi dianggap sebagai peleburan pro forma,
maka setiap saldo goodwill yang dimasukkan dalam perkiraan perusahaan anak harus
dieliminasi. Diasumsikan jika peleburan dianggap sebagai pembelian, maka semua pos - pos
aktiva harus dinilai kembali pada tanggal perolehannya, dan goodwill dalam neraca konsolidasi
harus mencerminkan hanya kelebihan yang dibayar oleh perusahaan induk dalam memperoleh
lembar saham yang sebanding dengan nilai berjalan aktiva yang di identifikasikan secara khusus
dari perusahaan anak. Tidak satupun dari kelebihan ini diakibatkan oleh kepentingan minoritas.
Meskipun dapat dibantah bahwa kepentingan yang sebanding dalam goodwill mungkin
mengambil kesimpulan dari harga pokok inves tasi perusahaan induk dan ditetapkan pada
pemegang saham minoritas , namun dalam praktek konsep ini tidak dapat digunakan .

20
Hasil goodwill dari aplikasi rekanan aktiva didasarkan atas dasar harga pokok. Adalah wajar
untuk mengasumsikan bahwa aktiva yang dapat dievaluasi pada tanggal perolehannya harus
dibeli dengan nilai berjalannya jika pembelian dilakukan secara tersendiri. Karena pembelian
seluruh aktiva perusahaan menyatakan perolehan berkas-berkas aktiva, maka pos-pos harga
pokok yang dindentifikasikan dijelaskan, dan setiap pos-pos harga pokok "yang tidak dijelaskan"
dicatat sebagai goodwill. Jadi, jumlah seluruh pos - pos yang di peroleh, termasuk goodwill,
adalah total harga pokok perusahaan.

Apabila selisih antara harga pokok dan nilai buku dinyatakan sebagai goodwill, maka selisih
ini menyatakan biaya manfaat yang waktunya terbatas dan harus diamortisasi melebihi periode
manfaat, yang tidak lebih dari 40 tahun. Amortisasi goodwill mengurangi perkiraan investasi dan
laba yang ditahan serta harus dibuat ayat-ayat jurnal berkala pada buku perusahaan induk atau
penyesuaian yang terbatas untuk berhasilnya lembaran kerja konsolidasi. Jika perusahaan induk
menggunakan metode ekuitas untuk akuntansi perusahaan anak, maka amortisasi harus
ditetapkan dalam bukunya.

Dapat diasumsikan untuk masing-masing ilustrasi dan masalah berikut ini, bahwa kurangnya
kualifikasi yang berlawanan, maka kelebihan dari jumlah harga pokok investasi atas nilai buku
kepentingan perusahaan anak dapat ditunjukkan dalam neraca konsolidasi sebagai "Goodwill."
Sebaliknya kecuali kalau ditunjukkan , maka dapat juga diasumsikan bahwa saldo ini akan
diamortisasi dalam periode yang lebih dari 40 tahun .

Lembaran kerja apabila kepentingan perusahaan anak diperoleh dengan harga di atas nilai
buku. Untuk mengilustrasikan eliminasi yang dibutuhkan apabila saham diperoleh dengan harga
yang lebih tinggi daripada nilai bukuny , asumsikan bahwa Perusahaan S mempunyai 1.000
lembar saham, nominal @ $100, atau modal saham $100.000 yang beredar dan laba yang ditahan
sebesar $50.000. Perusahaan P memperoleh 90% dari saham ini dengan harga sebesar $175.000.
Lembaran kerja untuk neraca konsolidasi diperlihatkan pada halaman 288. Berikutnya
diperlihatkan neraca konsolidasi yang disusun dari lembar kerja ini.

Eliminasi unsur-unsur silang dalam lembaran kerja menghasilkan saldo investasi sebesar $
40.000, yang dicantumkan dalam kolom-kolom neraca konsolidasi sebagai goodwill. Saldo ini
tidak tercantum dalam buku atau dalam laporan keuangan tersendiri salah satu dari perusahaan
afiliasi, melainkan hanya tercantum dalam lembaran kerja dan neraca.

21
22
Jika modal perusahaan anak sebesar $150.000 terdiri dari modal saham $200.000 dan defisit
sebesar $50.000, dan sementara itu perusahaan induk memperoleh 90% saham perusahaan anak
dengan harga sebesar $175.000, maka neraca konsolidasi akan tepat sama dengan neraca
konsolidasi di atas tadi kecuali untuk rincian kepentingan minoritas.

Jika aktiva Perusahaan S dinilai sebesar $270.000 pada tanggal di mana perusahaan P
memperoleh saham, maka nilai aktiva itu akan meningkat sebesar $20.000, kenaikan yang
disebabkan oleh taksiran, dan kepentingan minoritas meningkat sebesar 10% dari jumlah ini,
atau sebesar $2.000. Karena kenaikan taksiran ini, maka total modal Perusahaan S pada tanggal
perolehannya sekarang menjadi $170.000. Jumlah kelebihan investasi Perusahaan P ($175.000),
atas 90% total modal Perusahaan S ( $153.000 ) atau sebesar $22.000 dinyatakan sebagai
goodwill. Situasi ini diilustrasikan pada lembaran kerja sebagai berikut :

Perlakuan alternatif terhadap kelebihan investasi. Dalam contoh sebelumnya, perkiraan aktiva
perusahaan anak meningkat menjadi nilai penuhnya pada waktu terjadi perolehan, dan kelebihan
harga pokok investasi perusahaan induk atas lembar saham dari modal yang disesuaikan
ditangani sebagai goodwill. Ada dua metode alternatif untuk menangani kelebihan ini.

Sebuah prosedur yang seringkali digunakan dalam praktek hanya mengakui proporsi penilaian
aktiva yang meningkat yang diakibatkan oleh saham perusahaan induk. Dengan prosedur ini ,
tidak perlu dibuat penyesuaian untuk kepentingan minoritas dan kelebihan dari jumlah yang
dibayarkan atas nilai buku yang diperoleh, yang kurang dari kenaikan aktiva yang ditetapkan,
dipandang sebagai goodwill. Dalam contoh sebelumnya, aktiva hanya meningkat sebesar 90%

23
dari $20.000, atau sebesar $18.000. Total aktiva yang di tetapkan pada neraca konsolidasi adalah
sebesar $543.000. Goodwill masih ditetapkan sebesar $22.000, tetapi kepentingan minoritas
menjadi sebesar $15.000.

Alasan untuk perlakuan ini adalah bahwa, hanya lembar saham perusahaan induk yang
menunjukkan peningkatan nilai dari harga pokok yang ditetapkan dalam transaksi pembelian.
Agaknya kepentingan minoritas dibayar dengan jumlah yang lebih rendah untuk memperoleh
lembar saham perusahaan anak yang sebanding, dan jumlah ini tidak boleh ditulis dengan nilai
pasar berjalan. Meskipun pendekatan ini secara luas digunakan dalam praktek, namun rupa-
rupanya tidak dapat menghubungkan konsolidasi sebagai peleburan pro forma.

Menurut peraturan yang berlaku dalam melaporkan penggabungan usaha sebagai pembelian
memang diperlukan laporan aktiva sebesar biaya bagi perusahaan yang meng- ambil alih, tetapi
biaya agregat dari seluruh pengambilalihanlah yang dimaksudkan di sini. Biaya ini harus
dialokasikan kepada setiap aktiva sesuai dengan dasar Opinion APB No. 16 sebagai berikut:

Pertama, semua aktiva yang dapat diidentifikasi dan diambil alih, entah untuk masing-
masing aktiva atau untuk setiap kelompok, rinn kewajiban yang ditanggung dalam
penggabungan saham, entah diperlihatkan atau tidak parta laporan keuangan dari perusahaan
yang diambil alih, harus mendapat pengalokasian atas biaya pengambilahan perusahaan
tersebut, biasanya sebesar nilal wajarnya pada tanggal pengambilalihan.

Kedua, kelebihan biaya pengambilalihan terhadap jumlah yang dialokasikan kepada aktiva
yang dapat diidentifikasi, setelah dikurangi dengan kewajiban yang ditanggung, harus
dicatat sebagai goodwill.

Opinion ini mengandung arti bahwa aktiva yang diperoleh harus dinyatakan sebesar nilai
berjalan (current) penuh pada saat pengambilalihan. Kepentingan minoritas, yang merupakan
klaim terhadap aktiva dari perusahaan yang digabungkan, bisa dianggap sebagai ekuitas senior
dari satuan usaha yang dikonsolidasikan dan harus dinyatakan sebesar nilainya saat itu. Cara
terbaik untuk mengestimasi nilai ini adalah dengan menggunakan propoisi kepentingan
perusahaan anak setelah direvaluasi.

Pendekatan lain, yang tidak dianggap sebagai praktek yang diterima secara umum dewasa ini
didasarkan pada apa yang disebut "konsep satuan usaha." (entity concept). Teori satuan usaha
mengisyaratkan bahwa jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan induk untuk memperoleh
proporsi kepentingannya merupakan bukti dari nilai seluruh perusahaan anak, termasuk
kepentingan minoritas. Dengan menerapkan teori ini kepada contoh terda hulu, pembayaran
$175.000 untuk 90% kepentingan pada Perusahaan S mengandung arti bahwa nilai keseluruhan
ekuitas pemegang saham pada perusahaan termaksud adalah $175.000: 0,90, atau $194.444.
Kepentingan minoritas adalah 10% dari jumlah ini, yaitu $19.444. Meskipun aktiva dilaporkan
kembali berdasarkan nilai berjalan, tetapi kepenting an minoritas hanyalah $17.000. Jadi,
tambahan $2.444 dianggap sebagai unsur goodwill.

24
Meskipun konsep satuan usaha mempunyai keunggulan secara teoretis, namun konsep
ini menyimpang dari dasar biaya dan tidak diperbolehkan dalam praktek dewasa ini. Sekarang
ini goodwill dibatasi hanya sampai sebesar kelebihan jumlah yang benar-benar dibayarkan
terhadap nilai dari aktiva yang dapat diidentifikasi. Dipihak lain, dengan makin besarnya
kesediaan akuntan untuk melaporkan nilai-nilai berjalan (nilai saat itu) untuk aktiva tertentu,
maka konsep pelaporan goodwill sebesar nilai berjalannya mungkin pada akhirnya akan
diterima.

2.3.4 Perolehan Kepentingan Perusahaan Anak dengan Harga di bawah Nilai


Bukunya
Apabila saham perusahaan anak diperoleh dengan harga yang lebih rendah daripada nilai
bukunya, maka penanganan selisihnya dalam neraca konsolidasi akan ditentukan oleh alasan-
alasan, yang dapat ditetapkan untuk selisih antara harga pokok dan nilai buku.
1. Kegagalan perkiraan perusahaan anak untuk menggambarkan penurunan nilai aktiva
pada waktu saham diperoleh. Saldo aktiva perusahaan anak dapat melapor kan harga
pokok di waktu lalu dengan tepat dan praktek penyusutan serta amortisasi dengan
memuaskan, tetapi saldo ini gagal menggambarkan penurunan yang terjadi dalam
nilai masing-masing aktiva. Jika dua buah perusahaan dilebur, maka saldo aktiva
harus dinilai kembali menurut harga pokok yang ditetapkan dengan harga beli. Jadi,
penilaian formal aktiva perusahaan anak dan penetapan penurunan dalam buku
perusahaan anak harus dilakukan. Dengan demikian, saldo aktiva dan modal
perusahaan anak akan diturunkan atau dikurangi dan kepentingan perusahaan induk
disesuaikan dengan saldo perkiraan investasi. Apabila terdapat kesulitan praktis
dalam menilai kembali saldo perkiraan pada buku perusahaan anak, maka perusahaan
induk dapat memilih untuk menetap kan penyesuaian seperti ini hanya dalam
lembaran kerja konsolidasi. Penyesuaian seperti ini dapat juga dibutuhkan dalam
lembaran kerja konsolidasi yang disusun pada periode berikutnya. Apabila
kepentingan yang diperoleh perusahaan induk kurang dari 100%, maka selisih antara
harga pokok investasi dan nilai buku perusahaan anak yang bersangkutan akan
mengukur hanya atas aktiva yang dinilai terlalu tinggi berkaitan dengan kepentingan
perusahaan induk. Dalam kasus ini, layak untuk mengurangi kepentingan minoritas
dengan dasar yang seimbang.
2. Penurunan goodwill. Apabila saham perusahaan anak diperoleh dengan harga yang
lebih rendah daripada nilai bukunya dan perusahaan anak mencantumkan goodwill
dalam bukunya maka goodwill ini mungkin dinilai terlalu tinggi. Biar bagaimanapun,
goodwill yang sebelumnya dicatat oleh perusahaan yang diambil alih tidak boleh
dibukukan kedepan pada laporan keuangan konsolidasi. Menurut konsep akuntansi
pembelian, hanya harga pokok yang dikeluarkan oleh perusaha an induk dan di atas
bagian proporsional dari aktiva yang diidentifikasikan (dikurangi kewajiban) harus
ditetapkan sebagai goodwill. Apabila saldo goodwill perusahaan anak dieliminasi,
maka kepentingan minoritas akan dikurangi dengan dasar yang seimbang. Jika harga

25
pokok investasi lebih besar daripada modal perusahaan induk yang berupa aktiva
bersih setelah goodwill perusahaan anak dieliminasi, maka kelebihan ini dapat
diajukan sebagai goodwill pada neraca konsolidasi. Akan tetapi pos-pos ini yang
berasal dari investasi perusahaan induk dan yang tidak berkaitan dengan goodwill
sebelum itu dicatat oleh perusahaan anak. Beberapa akuntan mengusulkan untuk
memperlakukan kelebihan nilai buku kepentingan perusahaan anak atas harga pokok
inventasi perusahaan induk sebagai "goodwill negatif", yaitu faktor untuk mengurangi
setiap goodwill yang sebelumnya dicatat oleh perusahaan induk. Akan tetapi,
prosedur ini tidak masuk akal. Masing-masing perolehan harus diperlakukan secara
terpisah jumlah yang dibayar. kan untuk memperoleh satu perusahaan anak harus
tidak ada kaitannya dengan jumlah yang dibayarkan untuk memperoleh perusahaan
lainnya.
3. Modal dari konsolidasi. Saham, dapat dibeli dengan harga di bawah nilai bukunya
apabila aktiva perusahaan anak dinilai dengan memuaskan dan laba betul-betul
dipertimbangkan dengan memuaskan, tetapi terdapat bukti-bukti yang menunjuk kan
terjadinya "pembelian dengan harga murah". Dalam hal-hal seperti ini, selisih antara
nilai buku kepentingan perusahaan anak dan harga pokok sahamnya dapat dipandang
sebagai modal dari konsolidasi dan sebagai unsur dari modal pemegang saham.
Meskipun perlakuan in! digunakan secara luas pada beberapa tahun yang lalu, namun
itu hanya sebagai permulaan dari pencatatan aktiva dengan dasar harga pokok dan
tidak sebagai praktek yang dapat diterima sekarang ini. Prosedur ini dengan jelas
menerangkan bagian yang terlarang dari APB Opinion No. 16, yaitu: "Tidak ada
bagian dari kelebihan aktiva bersih yang diperoleh atas harga pokoknya harus
ditambahkan secara langsung kepada modal pemegang saham pada saat perolehan"
4. Selisih yang menyatakan gabungan beberapa faktor. Dalam hal-hal tertentu, selisih
antara harga yang dibayar untuk saham dan nilai bukunya dijelaskan oleh gabungan
beberapa faktor. Misalnya harga beli dapat dipandang sebagai penetap an aktiva yang
dinilai terlalu tinggi, yang sebagian diimbangi dengan harga pokok perolehan
pengendalian atas harta benda seperti ini. Tetapi, pada setiap keadaan prinsipnya
sama saja. Pembelian suatu perusahaan anak akan menimbulkan dasar baru untuk
pembukuan bila ditinjau dari laporan konsolidasi. Aktiva selain goodwill harus
dinyatakan sebesar nilai wajarnya pada saat pengambilalihan, dan goodwill yang
sebelumnya dicatat oleh perusahaan anak tidak akan diakui.

Apabila setelah kita mengeliminasi goodwill dan mengurangi nila aktiva yang dapat
diidentifikasi sampai sebesar nilai berjalannya saja, tetapi masih tetap ada perbedaan antara
nilai buku dan harga pokok inventasi, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sesuai
dengan Opinion APB No. 16, yakni:
Kelebihan terhadap harga pokok harus dia ckasikan untuk mengurangi secara
proportional nilai yang diberikan kepada aktiva tidak lancar (kecuali investasi jangka

26
panjang dalam bentuk surat berhargal agar nilai wajarnya bisa ditentukan. Apabila
pengurangan tersebut mengakibat kan nilai aktiva tidak lancar sampai menjadi nol,
maka sisa yang belum dial akasikan harus diklasifikasikan sebagai kredit yang
ditangguhkan dan harus diamortisasi secara sistematis terhadap laba sama periode
yang diharapkan akan mendapat manfaat dari kelebihan tersebut, tetapi periode
amortisasi tersebut tidak boleh lebih dari empat puluh tahun.

Pembentukan pos kredit yang ditangguhkan (deferred credit) untuk sisa kelebihan ter
sebut kelihatannya tidak mendapat dukungan teoritis, tetapi hal itu menghasilkan dispossi
(penempatan) yang obyektif atas sisa yang tidak teralokasi. Kemungkinan terjadinya hal ini
juga kecil karena kita harus menghapuskan terlebih dahulu semua aktiva tidak lancar (selain
surat berharga) sebelum kita mendapatkan sisa tersebut.

Pada contoh-contoh dan soal yang akan kita temukan nanti, diasumsikan bahwa harga
pokok investasi yang lebih kecil dari proposisi saham perusahaan induk pada nilai buku
perusahaan anak bisa diidentifikasi dengan aktiva tertentu dari perusahaan anak, kecuali jika
ditemukan keadaan yang menyatakan sebaliknya. Meskipun pengurangan aktiva biasanya
diakui hanya pada neraca lajur konsolidasi, namun hal itu akan mengurangi kepentingan
minoritas secara proporsional seakan-akan nilai yang diperendah tersebut telah dicatat pada
buku perusahaan anak.
Untuk mengilustrasikan eliminasi, yang dibutuhkan apabila saham diperoleh dengan
jumlah yang lebih kecil daripada nilai bukunya, asumsikan bahwa Perusahaan S mempunyai
1.000 lembar saham , nominal @100 atau modal saham sebesar $100.000 yang beredar dan
laba yang ditahan sebesar $50.000. perusahaan P memperoleh 90% saham perusahaan S
dengan harga sebesar $26.000. lembaran kerja dan neraca konsolidasi di susun sebagai
berikut.
Perusahaan induk P dan perusahaan anak S
Lembaran kerja untuk neraca konsolidasi
1 Desember 1967

27
Perusahaan induk P dan perusahaan anak S
neraca konsolidasi
1 Desember 1967

Harga pokok sebesar $ 126.000 untuk 90% saham perusahaan S secara tidak langsung
menyatakan total nilai sebesar $ 140.000 untuk aktiva bersih. Karena niali buku aktiva bersih
perusahaan S adalah $ 150.000. Maka aktiva ini tampaknya ditetapkan terlalu tinggi sebesar $
10.000. Pengurangan yang ditetapkan pada lembaran kerja dilakukan dengan membuat ayat-ayat
jurnal yang mengurangi perkiraan aktiva lainnya dan saldo laba yang ditahan perusahaan S
sebesar $ 10.000. Saldo laba yang ditahan disesuaikan dieliminasi pada perkiraan investasi
dengan mengkredit aktiva lainnya sebesar $ 10.000 mengahasilkan saldo laba bersih $ 564.000
yang dapat dibukukan pada kolom-kolom neraca konsolidasi. Saldo ini tidak tercantum dalam
buku atau dalam laporan keuangan tersendiri salah satu dari perusahaan afiliasi, melainkan hanya
dicantumkan dalam lembaran kerja Konsolidasi dan neraca konsolidasi. Untuk tujuan
penyusunan neraca konsolidasi, perkiraan investasi dengan saldo sebesar $ 126.000 telah diganti
dengan pos pos sebagai berikut:

28
Jika modal perusahaan anak terdiri dari modal saham sebesar $ 200.000 dan defisit sebesar $
50.000 dan sementara itu perusahaan induk memperoleh saham ini dengan harga sebesar $
126.000 maka neraca konsolidasi akan tepat seperti diatas ini kecuali untuk rincian susunan
kepentingan minoritas.

2.3.5 Pembelian Saham Secara Langsung dari Perusahaan Anak


Kalau saham diperoleh melalui pembelian dari pasar terbuka, maka perusahaan induk
dapat memperoleh sebagian atau seluruh saham langsung dari perusahaan yang akan
dikendalikannya. Kepentingan yang diperoleh mungkin terdiri dari saham perbendaharaan atau
saham yang baru diterbitkan. Dalam satu hal, modal perusahaan anak mengingat sebagai akibat
dari pembayaran untuk saham, dan eliminasi selanjutnya dalam penyusunan neraca konsolidasi
yang didasarkan oleh modal perusahaan anak setelah penjualan saham.

2.4 Perolehan Perusahaan Anak Dipandang sebagai Penyatuan Kepentingan


Dalam hal-hal tertentu, hubungan perusahaan induk dan perusahaan anak dapat terjalin
tanpa perubahan penting dalam pemilikan semula, dan semua kriteria yang mendukung mungkin
menyatakan persetujuan ini sebagai tidak lebih daripada "penyatuan kepentingan". Dalam hal ini
sama dengann peleburan atau konsolidasi yang dipandang sebagai penyatuan kepentingan, tidak
dibutuhkan penyatuan baru, aktiva dan kewajiban perusahaan yang terlibat apabila ditetapkan
sesuai dengan i prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum dan disesuaikan sedemikian rupa,
sehingga aktiva dan kewajiban ini dapat digabungkan tanpa penyesuaian untuk tujuan laporan
keuangan konsolidasi. Saldo laba yang ditahan dan defisit juga dapt digabungkan untuk tujuan
pelaporan konsolidasi.

Accounting principles board, dalam opinion no. 16, menerangkan secara jelas bahwa
metode penyatuan kepentingan (pooling of interst) diterapkan pada lporan keuangan konsolidasi
sebagai peleburan (merger) yang sebenarnya :

"Pembubaran dari perusahaan gabungan bukanlah syarat untuk menerapkan metode


penyatuan kepentingan pada akuntansi untuk penggabungan usaha. Penggabungan satu atau
lebih memungkinkan bagi perusahaan anak untuk mendirikan perseroan, setelah
penggabungan diwujudkan, jika syarat-syarat lainnya telah dipenuhi.

Untuk mengilustrasikan penerapan konsep penyatuan kepentingan dalam penyusunan laporan


keuangan konsolidasi, asumsikan bahwa data-data neraca untuk perusahaan A dan perusahaan B
per 31 juni 1987 adalah sebagai berikut :

29
Pada tanggal ini, perusahaan A memperoleh 90% saham perusahaan B dengan menerbitkan
sahamnya sendiri nilai nominal sebesar $ 240.000 dan nilai pasar sebesar $ 300.000 kepada para
pemegang saham perusahaan B dalam penukarannya dengan kepentingan itu. Seluruh keadaan
untuk kepentingan minoritas telah dipenuhi.

Investasi pada perusahaan B akan dicatat pada pembukuan perusahaan A sebesar nilai buku dari
aktiva bersih yang di ambil alih, sebagaimana dinyatakan pada pembukuan perusahaan B. Nilai
pasar saham perusahaan A yang akan digunakan untuk mencatat investasi tersebut jika dianggap
sebagai pembelian, diabaikan dalam penyatuan kepentingan. Konsisten dengan asumsi
penyatuan kepentingan , perusahaan induk mengkredit perkiraan laba yang ditahannya sendiri
sebesar bagian pada laba yang ditahan perusahaan anak pada saat pengambilalihan, sejauh total
saldo modal lebih besar dari nilai nominal saham yang diterbitkan. Dengan demikian,
pengambilalihan 90% saham perusahaan B yang ditukar dengan sahamnya sendiri akan dicatat
oleh perusahaan A sebagai berikut :

Investasi pada perusahaan B...............................$ 270.00

Modal saham...................................................$ 240.000

Laba yang ditahan............................................. 30.000

Dengan melihat catatan perusahaan induk secara terpisah, sejumlah akuntan mungkin akan
berpendapat bahwa transaksi tersebut merupakan investasi. Bukannnya penggabungan usaha.
Investasi biasanya dicatat sebesar harga pokoknya ( yang ditentukan dari nilai pasar dari saham
yang di pertukarkan ), dan lazimnya tidak tepatlah untuk mengakuinlaba yang ditahan berasal
dari operasi perusahaan anak sebelum pengambilalihan. Akan tetapi pendapat ini mengabaikan
premis dasr akuntansi untuk pengaturan kepentingan. Jika semua kriteria untuk penyatuan
kepentingan dipenuhi, maka dipertahankannya perkiraan investasi dan keberadaan perusahaan
induk dan anak sebagai badan hukum yang terpisah hanyalah merupakan masalah bentuk bukan
masalah isi atau substansi. Jika dua perusahaan pada nyatanya telah digabungkan, dan penyatuan
kepentingan bisa diterapkan, maka struktur hukum yang formal dari perusahaan induk dan ank
harus diabaikan.

30
Dalam keadaan ini, laporan konsolidasi merupakan alat yang paling tepat untuk tujuan
pelaporan. Pencatatan internal bisa dipertahankan oleh perusahaan induk untukembdekan
transaksinnya sendiri dari perusahaan anak jika diperlukan untuk perpajakan atau untuk tujuan
lainnya. Walau bagaimanapun karena laporan konsolidasi telah disiapkan sedemikian rupa
sehingga mengungkapkan apa yang terjadi sekiranya perusahaan yang bergabung melakukan
peleburan (merger) sesuai dengan hukum, maka adlah tepat untuk melakukan penggabungan
hipotesis tersebut sebagai penyatuan kepentingan jika memenuhi semua kriteria. Neraca lajur (
lembaran kerja) untuk neraca konsolidasi bisa disiapkan sebagai berikut :

Saldo aktiva dan kewajiban digabungkan pada neraca lajur. Penentuan saldo modal
memerlukan analisis khusus karena perusahaan induk pada pembukuannya sendiri telah
mengakui kenaikan saldo saham biasa dan laba yang ditahan yang terkait dengan Perusahaan B,
maka tidak ada penyesuaian yang diperlukan untuk kedua pos ini. Dengan demikian, bagian
perusahaan induk pada saldo modal perusahaan anak dieliminasi bersama- sama dengan
perkiraan investasi.

Meskipun sesungguhnya, telah terjadi kapitalisasi atas sebagian laba yang ditahan
Perusahaan B agar ditemukan saldo yang tepat dari nilai pari saham Perusahaan A, namun
kepentingan minoritas tidak dipengaruhi oleh prosedur ini. Kepentingan minoritas di hitung
secara langsung sebesar 10% dari perkiraan modal Perusahaan B.

Umumnya kepentingan minoritas bukan merupakan faktor penting dalam penyatuan


kepentingan. Agar digolongkan sebagai penyatuan, pada hakikatnya harus dilakukan
penggabungan tuntas (complete combination) terhadap dua satuan usaha. Kriteria tersebut
memang mengizinkan pemegang saham minoritas untuk memiliki 10% dari perusaha anak, tetapi
ini dianggap sebagai cara praktis untuk memungkinkan terjadinya penyatuan meskipun ada
sebagian kecil pemegang saham "luar" yang menolak pertukaran saham yang ditawarkan.

31
Apabila misalnya perusahaan induk menawarkan untuk mengambil alih hanya 90% dari saham
perusahaan anak, maka penyatuan kepentingan tidak diperbolehkan.

Apabila saham yang dipertukarkan mempunyai nilai pari yang lebih kecil daripada
saldo modal perusahaan anak yang disetor, maka seluruh proporsi saham dari laba yang ditahan
perusahaan anak akan diakui. Anggaplah misalnya nilai pari saham yang diserahkan Perusahaan
A pada contoh sebelumnya lebih kecil dari $225.000. Dalam keadaan ini, saldo modal yang
diinvestasikan akan dinaikkan menjadi $225.000 dengan mengakui tambahan modal yang
disetor, dan jumlah penuh dari laba yang ditahan perusahaan anak yang terkait dengan
kepentingan pengendali akan diakui oleh perusahaan induk.

Penerbitan saham perusahaan induk dengan nilai pari $100.000 sebagai penukar
kepentingan perusahaan anak akan memerlukan ayat-ayat jurnal berikut oleh Perusahaan A pada
saat pertukaran:

Investasi pada Perusahaan B............................ $270.000

Modal Saham......................................... $100.000

Tambahan Modal disetor....................... 125.000

Laba yang ditahan................................. 45.000

Ayat jurnal eliminasi pada neraca lajur konsolidasi tidak akan terpengaruh. Perkiraan
investasi tetap akan dümbangi terhadap proporsi saldo nilai buku perusahaan anak. Saldo laba
yang ditahan pada neraca konsolidasi akan mencerminkan jumlah yang tercatat pada pembukuan
perusahaan induk.

Dalam pembahasan dan latihan serta soal-soal tersebut di bawah ini diasumsikan, bahwa
konsolidasi harus dipandang sebagai timbul dari pembelian, kecuali apabila dinyatakan secara
khusus sebagai "penyatuan kepentingan".

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemungkinan sebuah perusahaan memperoleh saham perusahaan lain, pada umumnya
diberikan oleh undang-undang negara bagian. Undang-undang ini secara khusus dapat
mengizinkan pendirian sebuah perusahaan dengan tujuan semata-mata untuk memperoleh
dan memegang saham perusahaan lain.
Walaupun perusahaan dapat memperoleh sebagian besar atau seluruh saham yang
diterbitkan oleh perusahaan lain, namun perusahaan lain ini masih terus mempertahankan
identitasnya masing-masing. Ditinjau dari sudut praktis, perolehan oleh perusahaan yang satu
atas penguasaan atau controlling interest dalam salam perusahaan lain mungkin sama dengan
peleburan atau konsolidasi, karena harta bendanya sekarang berada di bawah satu
pengelolaan dan pengendalian. Akan tetapi ditinjau dari sudut yuridis, terlepas dari tingkat
pengendalian yang dapat dilaksanakan, masing-masing perusahaan terus dipandang sebagai
kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
Perusahaan yang memegang saham perusahaan lain dan mengendalikan kegiatan
perusahaan ini disebut perusahaan induk. Apakah sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan
sepenuhnya untuk memegang saham perusahaan lain dan mengawasi kegiatan perusahaan
ini, maka perusahaan ini disebut holding company.
Neraca perusahaan induk yang melaporkan saham perusahaan anak sebagai investasi,
dan neraca perusahaan anak yang melaporkan kepentingan yang dipegang oleh perusahaan
induk sebagai modal saham merupakan laporan keuangan lengkap dari perusahaan yang
bersangkutan sebagai kesatuan hukum yang terpisah, tetapi laporan keuangan ini tidak
menunjukkan perusahaan yang bersangkutan sebagai perusahaan tunggal atau sebagai
kesatuan ekonomis tunggal.
Dalam menentukan penyusunan laporan keuangan yang tepat suatu keputusan harus
diambil. Laporan keuangan konsolidasi biasanya dapat didukung hanya apabila (1)
kepentingan kendali keuangan (controlling finansial interest) berkelanjutan, dan terjamin, (2)
operasi dari perusahaan yang bersangkutan merupakan kegiatan dari kesatuan yang
diintegrasikan, dan (3) konsolidasi memberikan gambaran yang benar mengenal status
keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Pada contoh untuk penyusunan neraca konsolidasi di muka hubungan perusahaan induk -
perusahaan anak timbul sebagai akibat dari perolehan saham perusahaan anak oleh
perusahaan induk pada waktu perusahaan anak ini didirikan. Kepentingan yang diperoleh
adalah sepenuhnya atau 100%. Jumlah yang dibayar oleh perusahaan induk sama besarnya
dengan nilai buku kepentingan perusahaan anak.

33
Apabila saham perusahaan anak hanya dimiliki sebagian dan neraca konsolidasi harus
disusun, maka asumsi kesatuan usaha tunggal menetapkan, bahwa semua aktiva dan
kewajiban perusahaan yang bersangkutan harus disatukan. Akan tetapi, jika semua aktiva dan
kewajiban perusahaan anak harus ditunjukkan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka
kepentingan minoritas dalam aktiva bersih yang disatukan ini harus diakui.

3.2 Saran
Kita seharusnya lebih giat belajar terutama dengan banyak membaca melalui berbagai
media yang ada, untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman mengenai topik yang
dibahas dalam makalah ini, sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sebagai
mahasiswa khususnya, serta kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
umumnya.

Selain mendalami teori yang matang juga diperlukan praktik yang matang, terkadang
teori dan praktik memang tidak selamanya sama atau berjalan beriringan karena faktor
situasi dan kondisi yang tidak selalu sama. Dengan adanya keseimbangan antara teori dan
praktik dalam memahami suatu hal, maka akan tercapainya pemahaman yang tepat dan
jelas.

Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi bahasa yang digunakan, isi materi yang disampaikan,
maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila pembaca
merasa kurang puas dengan hasil makalah ini. Kritik, saran, dan tanggapan lainnya kami
harapkan agar dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang
ada, demi terwujudnya makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Drebin, Allan R. (1998). Advanced Accounting: Akuntansi Keuangan Lanjutan (Edisi Kelima).
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Septiansyah, Taufan, Naning Sundari, dan Sandro Prawira H. (2020). "Makalah Laporan
Keuangan Konsolidasi".
https://www.researchgate.net/profile/Taufan_Septiansyah/publication/341278329_PELA
PORAN_KONSOLIDASIAN/links/5eb7e76ca6fdcc1f1dcb3881/PELAPORAN-
KONSOLIDASIAN.pdf, diakses pada 5 Maret 2023 pukul 14.12.

Sukma, Kadek Anggun Oka, dkk. (2022). "Makalah Akuntansi Keuangan Lanjutan I: Laporan
Keuangan Konsolidasi-Suatu Pengantar".
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan-ganesha/akuntansi-
keuangan-lanjutan-1/kelompok-5-makalah-laporan-keuangan-konsolidasi-suatu-
pengantar/46571685, diakses pada 5 Maret 2023 pukul 14.14.

35

Anda mungkin juga menyukai