Anda di halaman 1dari 6

Sosiologi Ekonomi D – 3 Sekretari

PERTEMUAN KE- 9
KOMODITAS DAN KOMODOFIKASI

Tujuan dari Pembelajaran


1. Menjelaskan Komoditas dan Komodifikasi

2. Menjelaskan Menjelaskan Reifikasi dan Fetisisme Komoditas

3. Menjelaskan Perbuhan Bentuk Komoditas

4. Menjelaskan dari Fordisme ke Post-Formdisme

1. Komoditas dan Komodifikasi

Hubungan antara kekuatan komersial atau produsen dengan masyarakat konsumen


dalam pasar, selain di perantarai melalui uang sebagai alat tukar, juga melalui
komoditas. Produk atau barang yang di hasilkan masyarakat, tetapi hanya untuk
memenuhi kebutuhanya sendiri sesungguhnya bukanlah komoditas.
Produk kerja manusia baru menjadi dan di sebut sebagai komoditas ketika produk itu
di buat untuk di konsumsi pihak lain melalui pertukaran pasar.
Secara bertahap pasar hadir sehingga pertukaran menjadi mudah dan uang di
gunakan sebagai media pertukara. Di era masyarakat modern apalagi era post-
modern nyaris tidak dan kebutuhan manusia yang tidak berkaitan dan tidak di penuhi
dari berbagai komoditas yang di hasilkan kekuatan komersial dan para produsen
produk – produk industri budaya.
Komoditas secara sederhana dapat di definisikan sebagai hasil kerja manusia,
entah itu bentuk barang atau jasa yang sengaja di produksi untuk di pertukarkan
melalui mekanisme pasar.
Komoditas dalam wujudnya sebagai benda maupun jasa umumnya di pruduksi
secara masal , melayani banyak kebutuhan dan konsumen dan juga di priduksi
berulang – ulang untuk memenuhi kebuuhan masyarakat konsumen yang menjadi
target pasanya. Komoditas merepresentasikan bentuk simbolis dan materiel yang
di gunakan untuk mereproduksi tenaga kerja melalui konsumen ( Lee, 20016: 204)
Aspek penting dalam komoditas adalah komoditas itu arus memiliki nilai guna dalam
arti barang dan jasa itu bermanfaat untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Sebuah
komoditas tidak laku di jual dan tidak di beli konsumen kalau tidak menawarkan
nilai guna atau manfaat yang bisa di rasakan masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung.
Tetapi harga sebuah komoditas tidak semata – mata di tentukan oleh kadar
kemanfaatan komoditas itu sendiri. Sepring makanan merupakan salah satu
kebutuhan pokok masyarakat untuk mendukung kelangsungan hidupnya, belum
tentu harganya lebih mahal dari sebuah tas.
Sebuah tas ber- merk bisa saja harganya lebih mahal dari sepiring nasi, sebab
manfaat yang di tawarkan di nilai sebagain masyarakat lebih signifikan bagi gaya
hidupnya yaitu menawarkan gengsi yang bagi masyarakat post-modern adalah
sebuah kebutuhan hidup yang sangat penting.
Dalam kapitaslime industri uang adalah media ynag berperan sebagai alat beli dan
media yang memungkinkan masyarakat membeli dan mengkonsumsi berbagai
komoditas yang di butuhkan.
Sementara bagi para produsen uang adalah sebuah kapital, artimya uang baru
menjadi kapital apabila ketika di sirkulasikan ke dalam proses produksi dalam rangka
memproduksi berbagai komoditas yang mengandung nilai lebih untuk di
perdagangkan di pasar.
Dalam pandangan Marxis kedudukan khas komoditas tidak hanya berlaku dalam
ranah pertukaran dan konsumsi, tapi juga hubungan produksinya.
Komoditas berbeda dengan komodifikasi, lebih dari sekedar memproduksi barang
dan jasa yang bisa di pertukarkan di pasar.
Yang di maksud dengan komodifasi adalah proses di mana semakin banyak
manusia yang memiliki nilai moneter dan menjadi barang yang di perjual belikan di
pasar. Komodifikasi menjadikan sesuatu yang bukan komoditas kemudia seolah –
oleh menjadi komoditas atau di perlakukan seolah –olah menjadi komoditas dan di
perlakukan dan di perjual belikan seperti komoditas.
Contoh :

Seorang pekerja sex komersial di katakan mengalami proses komodifikasi karena


kemolekan tubuhnya, di perlakukan seperti layaknya barang yang bisa di perjual
belikan dalam industri sex komersial.

Manusia yang mengalami proses komodifikasi maka harkatnya sebagai manusia


akan tereduksi dan tidak berdaya, karena harganya di ekuivalenkan dengan uang.

2. Reifikasi dan Fetisisme Komoditas.

Reifikasi adalah konsep yang di gagas oleh Krl Marx, tetapi kemudian di
kembangkan lebih lanjut oleh Georg Lukacs.
Sebagaimana di sampaikan Karl Marx komoditas adala sebua masalah dengan
mereduksi hubuungan antar manusia karena relasi produksi. Reifikasi secara
sederhana merupakan sebuah proses membuat sesuatu menjadi seolah – oleh benda.
Dalam istilah antropologi fetis adalah objek materiel yang di percaya mengandung
kekuatan supernatural yang bisa membantu atau melindungi pemiliknya.

Reifikasi dalam beberapa kasus juga berpotensi melahirkan alienisasi, dalam


pengertian bahwa orang mulai merasa teralienisasi dari dunia sosial karena mereka
merasa bahwa kualitas dunia sosial yang menjadi seolah – olah benda yang telah
menyebabkan mereka kehilangan kontrol atas dirinya.
Konsep Karl Marx terkait Fetisme adalah proses di mana orang menbayakan relasi
sosial seakan – akan merupakan hal yang alami, padahal sesungguhnya yang terjadi
adalah fenomena itu di kontruksikan secara sosial.
Fetisisme Karl Marx menempatkan ekonomi sebagai fetish comodity yaitu pemujaan
mutlak terhadap komoditas dan pasar / lembaga ekonomi.

Kemdian Lukacs mengembangkan dengan konsep Fetisisme Karl Marx, bahwa


fetisisme di terapkan secara dinamis pada semua sektor masyarakat kapitalis.

3. Perubahan Bentuk Komoditas


Sejak industrialisasi tumbuh pesat di masyarakat modern, salah satu perkebangan
yang mencolok adalah meningkatnya akselerasi pertumbuhan kegiatan ekonomi,
termasuk kegiatan produksi.

Menurut Martyn J, Lee ( 2006 : 205 ) secara garis besar ada dua setrategi yang di
kembangkan pelaku ekonomi dalam menciptakan pertumbuhan :
1. Melalui akuisisi nilai surplus mutlak, yaitu peningkatan jumlah waktu kerja surplus
yang di pekerjakan dengan cara memperpanjang jam kerja, keja shift, dan
perluasan pabrik

2. Akuisisi nilai surplus relatif adalah mendorong pertumbuhan melalui peningkatan


perkembangan kekuatan produktif melalui efesiensi kerja dan pengembangan
inovasi dengan peningkatan kapasitas produksi inheren buruh melalui
reorganisasi bentuk produksi. Beda dengan peningkatan nilai surplus mutlak
yang berorientasi pada peningkatan skala kapasitas produksi.
Pada era masyarakat konsumen, konsekuensi dari pertumbuhan produksi dan
konsumsi, tetapi juga rekonffigurasi kualitas konsumsi, seperti yang di katakan
Marx ( 1973), akomodasi perubahan bentuk komoditas oleh ranah konsumsi
umumnya akan melibatkan :
1. Ekspansi kuantitati konsumsi yang ada

2. Penciptaan kebutuhan baru dengan mempropagandakan kebutuhan yang ada


pada lingkungan yang lebih luas

3. Produksi kebutuhan dan penemuan baru serta penciptaan nilai guna.

Bagi pelaku ekonomi yang inovatif, mereka umumnya tidak sekedar menunggu
dan hanya melayani permintaan pasar. Dengan dukungan modal yang kuat dan
dukungan iklan, kekuatan komersial, yang ada umumnya mampu menciptakan dan
menawarkan kebutuhan baru dalam sekala yang lebih luas, yang seolah akan
melahirkan masyarakat yang tidak pernah terpuaskan untuk terus mengkonsumsi
apa yang mereka inginkan

Dewasa ini beberapa perubahan bentuk komoditas yang terjadi di era masyarakat
konsumsi kontamporer, beberapa di antaranya :

1. Pembasan konsumsidari anah spesial dan temporal yang sebelumnya bersifat


statis atau relatif tidak fleksible.

2. Kompresi temporer konsumsi yang ada, dalam arti durasi konsumsi atau waktu
penggunaan komoditas di kurangi agar rutinitas dan aktivitas yang
mendominasi waktu domestik dapat di kompresi

3. Miniatuisasi atau kompresi komoditas modal. Dalam hal ini sisi fisik komoditas
di kurangi untuk menciptakan ruang fisik baru, khususnya dalam lingkungan
domestik yang di gunakan untuk mengakomodasi komoditas baru.

4. Komoditas campuran yaitu menyatunya dua atau lebih komoditas yang


sebelumnya tidak berkaitan dalam bentuk komoditas baru.

Contoh produk minuman dengan vitamin

4.Dari Fordisme ke Post – Fordisme


Saat ini masyarakat sesunggunya tidak sekedar di sebut sebagai masyarakat
modern ( fordisme), melainkan berkembang lebi lanjut menuu masyarakat post-
modern ( post-fordisme).

Masyarakat modern yang semula sering kali di kejutkan dengan kemampuan dunia
industri yang mampu memproduksi berbagai komoditas dalam skala yang massal,
ketika memasuki era post-fordisme ternyata tidaklah cukup puas hanya dengan
perekembangan kuantitas produk
Ciri – ciri yang menandai fordisme menurut Ritzer (2012 ) :

1. Produksi massal produk-produk homogen

2. Penggunaan teknologi – teknologi yang tidak luwes seperti lini perakitan

3. Penggunaan rutinitas kerja yang di standartkan

4. Peningkatan produktivitas berasal dari ekonomi skala juga penghilangan


keahlian, intensifikasi, dan homogenisasi tenaga kerja

5. Munculnya tenaga kerja massal dan serikat buruh

Sedangkan ciri – ciri Post-Fordisme menurut Ritzer ( 2012 ):


1. Kemunduran minat pada produk massal, dan tumbuhnya permintaan produk
terspesialisai

2. Produk – produk yang terspesialisasi memerlukan pelaksanaan singkat yang


menghasilkan sistem ylebih kecil dan produktif

3. Produksi lebih luwes di untungkan dengan datangnya teknologi baru, pelatihan,


tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar

4. Produksi di kendalikan cara yang lebih luwes

Apa yang di sebut komoditas di era post-fordisme tidak lagi hanya mengandalkan
pada standarisasi produk, kekuatan, yang siatnya masal, fungsi dan manaatnya,
tetapi juga lebi penting adalah bagaimana komoditas yang di hasilkan dan di
tawarkan pada pasar memiliki keunikan yang makin beragam.

Dalam mengejar pangsa pasar pertumbuhuan di era fordisme yang di kembangkan


kekuatan kapitalis umumnya asalah melakukan ekspansi dan bagaimana menjaga
stabilitasisasi pasar baru yang adapat memperluas jangkauan pangsa pasar
berbagai produk dan jasa yang di hasilkan.
Sementara era post fordisme upaya untuk mengembangkan dan mendongkrak
pertumbuhan yaitu dengan cara mendorong penetrasi lebi dalam dari pasar yang
suda ada dan bagaiman menciptakan kebuytuan baru melalui kompresi ruang dan
waktu konsumsi.

Dampak Berlawanan Cara Pertumbuhan Produksi dan Konsumsi Fordisme

Ketrangan Produksi Konsumsi

Pertumbuhan -Masiikasi produksi, peningkatan volume nilai -Masikasi konsumsi


melalui ekspansi surplus
(nilai surplus -Keseragaman dan standarisasi
mutlak) -Perluasan ranah sirkulasi konsumsi

-Tersentralisasinya organisasi ekonomi -Penetrasi konsumsi komoditas


Keynesianisme ke dalam ruang baru

-Produksi komoditas lebi banyak -Penetrasi konsumsi komoditas


pada hari libur

-Konsumsi komoditas lebih


banyak

Pertumbuhan -Peningkatan kapasitas produksi bentuk produksi -Produksi kebutuhan dan nilai
melalui intensifikasi melalui penurunan nilai kerja yang di perlukan guna baru melalui reorganisasi
(nilai surplus realti keidupan sehari
-Peningkatan tingkat nilai surplus realti
– hari dan cara erosi cara
-Peningkatan efesiensi kerja melalui investasi praktik keidupan lama
saran a produksi
-Keusangan material dan
-Peningkatan volume surplus bersih per unit estesis mengintensifkan
produksi stimulasi kebutuan

-Produksi bentuk komoditas -Bentuk – bentuk baru


konsumsi

Sumber Marlyn J. Lee Budaya Konsumen Terlair Kembali : Ara Baru Modernisasi dalam Kajian
Modal Konsumsi dan Kebudayaan ( Yoyakarta : Kreasi Wacana, 2006 : 214)

Soal.

1. Apa yang di maksud dengan komoditas ? berikan penjelasan !

2. Aspek penting dalam komoditas itu apa ? berikan penjelasan !

3. Apa yang di maksud dengan Komodifikasi, jelaskan !

Daftar Pustaka

- DR, Bagong Suyanto,Sosiologi Ekonomi : Kapitalisme dan Konsumsi di Era


Post-Modern, 2014, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.

- Mulyanto, Dede.2012 Genealogi Kapitalisme ; Antropologi dan ekonomi Politik


Pranata Eksplotasi Kaptilistik, Yogyakarta, Rasist Book

- Raharjo M. Dawam, (ed) 1987, Kapitalisme: Dahulu dan Sekarang, Jakarta :


LP3S
- Haryanto Sindung 2011, Sosiologi ekonomi, Yogyakarta, Art Ruzz Media

- Ibrahim,Idi Sandy,2005, Budaya Populer sebagai Komunikasi : Dinamika


Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontaporer, Yogyakarta,Jalasutra

Anda mungkin juga menyukai