Anda di halaman 1dari 4

Sosiologi Ekonomi D – 3 Sekretari

PERTEMUAN KE- 11
IKLAN GAYA HIDUP DAN PERILAKU KONSUMSI

Tujuan dari Pembelajaran


1. Menjelaskan Penegertian Iklan

2. Menjelaskan Perkembangan Iklan

3. Menjelaskan Makna Ganda dan Mitos dalam Iklan

4. Menjelaskan Iklan, Gaya Hidup, dan Perilaku Konsumsi

1. Pengertian Iklan

Masyarakat sesungguhnya bukanlah kelompok manusia yang tanpa perubahan,


apalagi mandek. Masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang, serta mengalami
berbagai pergeseran bahkan perubahan sosial budaya, ekonomi, dan politik yang di
namis
Sementara di era masyarakat post-modern yang berkembang adalah apa yang di
sebut politik ekonomi libido. Artinya apa yang mendorong dan mempengaruhi
sekaligs menjadi energi penggerak roda perekonomian.

Iklan secara sederhana adalah instrumen atau sarana untuk mempromosikan dan
memasarkan barang dalam masyarakat industrial..
Ketika industri berkembang makinmasif dan berbagai produk industri budaya di
tawarkan ke masyarakat konsumen makin beragam dan kompetitif, maka yang terjadi
kemudian adalah masing – masing kekuatasn komersil mau tidak mau harus
memanfaatkan iklan dan mengembangkan strategi yang benar – benar efektif untuk
menembus pasar dan memperluas pangsa pasar.

Iklan menurut Berkhouver adalah setiap pernyataan yang secara sadar di tujukan
kepada publik dalam bentuk apapun yang di lakukan peserta lalulintas perniagaan
untuk memperbesar penjual barang dan jasa.
Di Indonesia istilah iklan yang digunakan adalah Advertising ( Kasiyan, 2008 148).
Menurut Thomas M. Garret SJ, iklan adalah aktivitas penyampaian pesan – pesan
visual atau oral kepada khayalak dengan maksud menginformasikan atau
mempengaruhi mereka untuk membeli barang – barang dan jasa yang di produksi.
Masyarakat yang sehari – hari hidup dalam kepungan media massa, khususnya
budaya populer biasanya tanpa sadar akan sulit membedakan apa yang sebetulnya
yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka.
Iklan ibaratnya adalah narkotika yang menyebabkan masyarakat selalu ketagihan
dan memilki hasrat yang tertbendung untuk terus membeli dan membeli produk –
produk industri budaya.

Seseorang melihat iklan mi instan di televisi, majalah, koran, atau mendengar radio
pada merk tertentu, maka ketika dia pergi ke super market dan hendak membeli mie
instan, maka jangan heran walau banyak mi instan yang di panjang , maka dia
akan mencari mi instan yang selama ini mereka lihat di medial televisi dan
sebagainya.
Melalui kekuatan iklan, konsumen bisanya tidak lagi membedakan apakah rasa
bumbu yang gurih akan mengganggu kesehatan meraka atau tidak, mereka tidak
peduli, mereka hanya mengedepankan popularitas

2. Perkembangan Iklan

Iklan pada awalnya bukanlah bagian dari startegi kekuatan kapitalis untuk
meningkatkan laju pemasaram produk mereka.

Pada zaman Yunani kuno iklan tak ubahnya sperti pengumuman yang di tulis pada
lembaran papirus dan di pancang pada dinding – dinding kota denga tujuan
mempromosikan ide tertenetu.

Pada zaman Romawi Kuno, iklan seringkali tampil dalam bentuk ajakan atau seruan
di suatu acara di tempelkan pada tembok – tembok pengumuman di kota Roma, sperti
udangan untuk melihat galdiator.

Di zama koboi di Amerika iklan biasanya di tempel pada dinding kota untuk
mengumumkan foto – foto buronan yang di cari negara yang bisanya di bawah atau
bagian atasnya di tulis “ Wanted”

Di masyarakat Inggris penyebaran informasi melalui iklan yang lebih terorganisir di


mulai pada abad ke-17 sejalan dengan munculnya buku – buku berita dan surat kabar.
Di masa itu iklan di tampilkan di media massa memang sifatnya masih informatif,
sekedar menawarkan komoditas tertentu, pengumuman ringan dan sejenisnya.
Format ikklan dan substansi yang di tampilkan dalam iklan berkembang makin masif
di massa revolusi industri, terlebih ketika masyarakat berkembang revolusi informai
yang di dukung kehdiran teknologi.

Di era masyarakat post-modern iklan telah berkembang dari sekedar pengumuman


ringan, penyebar luasan informasi dan promosi barang menjadi organisasi bisnis
raksasa para kapitalis.

Iklan telah menjadi sistem dan bagian dari strategi terpenting dalam penjualan dan
pemasaran produk – produk industri budayanyang tidak lagi bisa di batasi oleh batas
adminitrasi antar negara. Iklan bahkan telah mengambil alih seluruh sistem
komunikasi masyarakat dan nyaris tidak ada aspek kehidupan manusia yang dapat
menghindar dari kekuatan luar biasa iklan.
Berbeda dengan perkembangan pada awal – awal kelahirannya di mana iklan lebih
condong menngunakan pendekatan yang berorientasi pada produk dalam
penyajianya yang korelasi dekat substansi nilai guna produk tertentu yang di iklankan
mulai dari fungsi, harga, dan kualitasnya.

Iklan dalam kontek ini kemudian lebih menekankan pada penciptaan simbol produk
dan citra nilai maknanya bagi konsumen Dengan kata lain tidak hanya menyajikan
fungsi melainkan juga menekankan janji atas nilai.

3. Makan Ganda dan Mitos dalam Iklan

Dalam kehidupan ekonomi yang di bombardir dengan ribuan bahkan juataan iklan
setiap detik, seolah – oleh tanpa henti harus di akui bukanlah hal yang mudah bagi
produsen atau kekuatan kapitalitsik untuk melahirkan iklan – iklan yang efektif.

Iklan yang efekti tidak selalu “ main tembak” langsung, iklan yang efektif adalah
iklan yang penuh dengan makna simbolis namun mudah di cerna masyarakat

Ada dua makna yang inheren melekat pada dalam setiap iklan:
1. Makna Visual artinya produk apapun yang di tawarkan dalam iklan dengan cepat
dapat di lihat konsumen secara visual.

2. Makna Simbolis artinya berkaitan dengan cara dan kemampuan konsumen untuk
menafsirkan tujuan yang hendak di capai melalui iklan yang di kemas.

Dalam iklan konten yang terpenting selain simbol adalah mitos dan ikon – ikon
industri budaya . Mitos adalah suatu hal yang di percaya sebagai sebuah kebenaran,
tetapi sebenarnay tidak benar.

Iklan – iklan yang menampilkan produk kecantikan seperti sabun wangi,


lipstik,minyak wangi dan lain – lain, pada dasarnya adalah mengkontruksikan
pemikiran perempuan tentang bagaimana perempuan harus menampilkan dirinya dan
bagaimana perempuan dapat tampil cantik layak seorang artis. Para pemilik modal
seolah paham apa yang kaum perempuan inginkan.
Untuk mempercepat dan meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk yang
di tawarkan, suda lazim dalam iklan menenggunakan bintang iklan terkenal atau artis
terkenal, karena dengan tokoh tersebut konsumen akan dengan mudah terperangkap
dalam iklan tersebut.

4.Iklan, Gaya Hidup dan Perilaku Konsumen


Dalam kajian sosiologi ekonomi,secara garis besar ada dua pandangan dari ahli iklan

1. Pandangan yang melihat iklan sebagai sarana membujuk orang untuk membeli dan
mengkonsumsi barang yang sebetulnya mereka tidak butuhkan
2. Pandangan yang melihat iklan sebagai bentuk komnuikasi yang membantu
menciptakan budaya kemasyarakatan tertentu.

Iklan menawarkan gaya visual yang acap kali mampu mempesona dan memabukan,
iklan mempresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus arti penting
citra diri untuk tampil di depan umum, terutama ketika terlibat dalam pergaulan dan
relasi sosial dengan orang atau kelompok lain

Iklan telah menjadi saluran hasrat manusia dan sekaligus saluran wacana mengenai
konsumsi dan gaya hidup. Melalui iklan masyarakat di kontruksi untuk dapat
membaca pesan – pesan komersial secara keliru .

Ada empat ciri atau karakteristik iklan :


1. Iklan cenderung terus – menerus berusaha memanipulasi citra konsumen dengan
cara melebih – lebihkan dan mendramatisir

2. Iklan cenderung menggeser nilai guna menjadi nilai simbolis

3. Iklan sebenarnya agen sosialisasi dan imitasi


3. Iklan sebenarnya agen sosialisasi dan imitasi

4. Iklan adalah instrumen yang paling efektif untuk memasyarakatkan ideologi


pasar.

Soal
1. Jelaskan apa yang di maksud Iklan Menurut Berkhouver !

2. Kenapa masyarakat dalam membelai barang selalu mengingat dan merujuk pada
iklan yang mereka lihat di televisi atau dari koran majalah atau yang mereka
dengan iklan dari radio berikan penjelasan !

3. Apa yang di sebut dengan Iklan Efekti, berikan penjelasan !

4. Berikan penjelasan dan pandangan ahli dari hasil kajian sosiologi ekonomi, tentang
iklan.

Daftar Pustaka
- DR, Bagong Suyanto,Sosiologi Ekonomi : Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Post-Modern, 2014, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.

- Mulyanto, Dede.2012 Genealogi Kapitalisme ; Antropologi dan ekonomi Politik


Pranata Eksplotasi Kaptilistik, Yogyakarta, Rasist Book

- Raharjo M. Dawam, (ed) 1987, Kapitalisme: Dahulu dan Sekarang, Jakarta :


LP3S

- Haryanto Sindung 2011, Sosiologi ekonomi, Yogyakarta, Art Ruzz Media

- Ibrahim,Idi Sandy,2005, Budaya Populer sebagai Komunikasi : Dinamika


Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontaporer, Yogyakarta,Jalasutra

Anda mungkin juga menyukai