I
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Digital di program studi Ilmu
Ekonomi Study Pembangunan Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Tanjung Pura.
Dra.Khairat,Msi selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Digital dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
A.Kesimpulan
DAFTAR PUSAKA
B rumusan masalah, menganalisis shifting pada industri periklanan yang sedang mengalami
perubahan yang sangat signifikan dari sifat yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di
media masa menjadi upaya penentuan dan pelaksanaan keputusan yang paling efekti dan
tujuan atau labgkah-langkah yang sedang terjadi pada industri periklanan saat ini.
I
C.tujuan .untuk memajukan peliklanan diindonesia supaya kedepan nya lebih berkembang
pesat. Tidak tetinggal oleh negara-negara lain dalam media periklanan,oleh karena itu saat ini
industri periklanan mengalami perubahan yang sangat efektif dan efisien bagi masyarakat
LATAR BELAKANG
signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa
menjadi upaya penentuan dan pelaksanaan keputusan yanjg paling efektif dan efisien untuk
Kebutuhan akan periklanan seiring dengan produksi berbagai barang secara besar-
besaran yang mengharuskan pihak produsen membawa dan memperkenalkan secara aktif
kepada calon konsumen dan itu harus di lakukan melalui periklanan. Produsen tidak bisa lagi
berdiam diri menunggu datangnnya pembeli. Tanpa iklan, para konsumen yang jauh dari pusat-
I
pusat produksi tidak akan memperoleh informasi mengenai adanya sesuatu yang dibutuhan.
(Jefkins,1994:2)
Media iklan seperti majalah, tabloid, surat kabar, televisi, radio, dan lainsebagainya juga
menyajikan berbagai macam bentuk iklan masing-masing media mempunyai cara pengemasan
beragam dalam membuat iklan yang di sesuaikan sengan khalayakny, orientasi internal dari
media itu dan banyuak faktor-faktor kepentingan lain. Penggunaan media yang paling cocok
bagi iklan barang konsumen adalah media yang di minati secara luas, dibaca oleh banyak
lapisan sosial atau kelompok sosial ekonomi dalam masyarakat, atau bisa juga jurnal-jurnal
yang cakupnya lebih khusus namun merangkul banyak orang, seperti televisi khususnya yang
Media penyiaran yang terdiri dari televisi yang terdiri dari televisi dan radio telah menjadi
media yang sangat penting dan dominan bagi pemasang iklan. Belanja iklan di Indonesia pada
dari nilai belanja iklan tersebut. Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media ini
menyajikan bayak program populer yang di sukai banyak orang. Audiens dapat menghabiskan
waktu beberapa jam dalam sehari untuk menonton televisi. Televisi mampu menarik puluhan
juta penonton, jumlah itulah yang dijual kepada pemasang iklan yang ingin menjangkau mereka
Strategi apapun yang di pilih pengiklan, ia harus memilih media yang cocok untuk
produknya salah satunya adalah media televisi. Selevisi sebenarnya mempunyai berbagai
acara yang punya penggemar atau khalayaknya sendiri. Pengiklan harus memilih acara yang
sekiranya paling sesuai untuk produknya. Ia harus tau bahwa penonton pria duakali lebih
banyak daripada penonton wanita untuk acara pertandingan tinju. (Wiliam 2003 : 276).
I
Sesungguhnya terdapat fungsi internal yang di sadari maupun tidak, telah mengarahkan
pemikiran, persepsi, opini, dan bahkan perilaku khalayak secara teersembunyi yaitu tidak
terlihat, halus, dan tidak sadar (sobur, 2004 : 111). Tidak sedikit orang percaya bahwa iklan
memiliki kekuatan luar biasa, melalui sebuah mekanisme yang di sebut subliminal (bawah
sadar) (Sutherland 2004:43). Dengan iklan seseorang dihibur, di beri semangat, harapan, dan
identitas diri. Dengan iklan pula seseorang di dorong atau di larang serta di ingatkan tentang
perbuatan, atau di larang berbuat sesuatu, iklan berperan sebagai pembujuk sehingga kita
benar-benar mempercayainya.
Sebuah iklan merupakan medium pesan komersial, yang secara semiotik di katakan
mengandung insur tanda dan makna. Petanda-petanda merupakan konsep mental yang di
gunakan untuk membagi realitas dan mengkategorikannya, sehingga kita dapat memahami
realitas tersebut. Aspek iklan yang terpenting mengenai iklan adalah analisis mengenai konteks
yang di tawarkan iklan pada suatu produk yang di iklankan. Melalui konteks tersebut dapat di
lihat sebagai persoalan sosisal di balik sebuah iklan seperti gender, ideologi, kekerasan simbol,
mencerminkan realitas sebenarnya dalam kehidupan seharihari, dan pemaknaan seperti ini
sudah mapan dalam budaya patriarkhi. Dalam budaya patriarkhis ini, perempuan dianggap
sebagai makhluk pasif dan subordinat laki-laki, dan media massa memiliki sumbangan besar
dalam pengukuhan stereotip ini. Media massa sebagai arena “perjuangan tanda”, media adalah
arena perebutan posisi, yaitu antara posisi „memandang‟(aktif) dan posisi “yang di pandang”
Bicara soal gender dalam periklanan, penampilan laki-laki dan perempuan sudah
menjadi hal umum. Perempuan memiliki daya tarik trsendiri dalam iklan. Sehingga
I
menimbulkan stereotip bahwa perempuan dengan kecantikan, kelembutan, kemanjaan, ke
ibuan dan lain-lain yang merupakan manipulasi tubuh perempuan. Bias gender merupakan
prasangka atas konstruksi sosial yang berupaya menundukan perempuan dalam sosk
tradisional, lebih lemah di 4 bandingkan laki-laki, hanya sebagai objek dan komoditas, serta
cenderung di eksploitasi atas potensi fisiknya saja sebaliknya laki-laki di gambarkan dengan
sosok yang lebih kuat, rasional, dominan, pandai dan berkuasa. (widyatama, 2006: vii)
Extra Joss adalah produk minuman energi yang dipasarkan oleh PT Bintang Toedjoe
mulai sejak pada tanggal 25 November 1994. Minuman energi yang sasarannya adalah
olahragawan, pelajar, dan pegawai yang ingin mempertahankan konsentrasi dalam jangka
waktu lama. Iklan – iklan tersebut sangat mewakili citra pria yang dibintani para aktor yang
memiliki tubuh ideal layaknya pria maskulin. Beroperasinya ideologi-ideologi patriaki yang
hegemonik maskulin dalam iklan – iklan tersebut terlihat dari penggunaan image-image simbolik
terutama sosok laki-laki dengan tipe pekerja keras, berotot, berkeringat dan macho.
Kehadirannya di dalam iklan selalu didukung dengan sejumlah simbol-simbol atau tanda dalam
bentuk wajah, pakaian, gesture tubuh, suara dan musik yang mengiringi kehadirannya. Hal ini
merupakan proses yang disebut oleh Danesi (Winata, 2012) sebagai mitologisasi dimana sosok
yang mencitrakan produk ditampilkan sebagai sosok yang mendekati image kesempurnaan
dalam budaya masyarakat. Musik yang bersemangat, suara yang macho dan gesture tubuh
yang penuh optimism adalah simbolsimboldalam penggunaan kata “Laki!”, kata yang sangat
tetapi juga alat komunikasi lainnyua seperti gambar, warna, dan bunyi. Iklan di sampaikan
melalui dua saluran media massa yaitu, (1) media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dan
papan iklan atau billboard dan (2) media elektronika (radio, 5 televisi, film). Pengirim pesan
misalnya, penjual produk, sedangkan penerimaanya adalah khalayak ramai yang menjadi
I
sasaran. Dari fenomena diatas peneiliti tertarik untuk meneliti dengan judul “citra pria dalam
Sebuah proses komunikasi yang terjadi ketika sebuah elemen yang ada didalam iklan
sikap yang positif dan negatif. Fenomena sikap ini timbul karena adanya keterlibatan dalam
interaksi sosial, membentuk pandangan, mengevaluasi, reaksi rasa suka dan tidak suka, dan
menentukan kecenderungan perilaku terhadap manusia atau sesuatu yang sedang dihadapi
(Azwar, 1995:3). Proses ini dapat dikaitkan dengan iklan yang sebagai proses komunikasi yang
ada dalam elemen iklan tersebut dilihat penonton televisi dan menyampaikan kepada
komunikan disini akan menimbulkan sikap yang postif dan negatif maupun baik dan buruk. Dari
berbagai jenis iklan yang tak henti-hentinya beredar di media massa di sekitar kita, maka
terpaan media menjadi hal yang semakin penting untuk dikaji dari masa ke masa dalam
“Periklanan adalah proses pembuatan dan penyampaian pesan yang dibayar dan
disampaikan melalui sarana media massa yang bertujuan membujuk konsumen untuk
melakukan tindakan membeli atau mengubah perilakunya” (Jaiz, 2014:2). Ditambahkan pula
oleh Durianto dalam Jaiz (2014:3), bahwa “Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang
bertujuan untuk membujuk dan menggiring orang untuk mengambil tindakan yang
menguntungkan bagi pihak pembuat iklan”.Dari kedua penjabaran diatas dapat disimpulkan
bahwa disetiap iklan yang meliputi elemen-elemen iklan dapat menimbulkan perhatian,
Hal ini penting untuk memperkuat iklan sebagai salah satu elemen bauran komunikasi
pemasaran sebuah perusahaan. Berbagai macam jenis produk dan mereknya, seakan-akan
“membanjiri” kita sebagai konsumen dengan berbagai inovasi dan penawarannya.Mulai dari
produk dalam hingga luar negeri, semua berlomba-lomba menarik perhatian masyarakat demi
I
menjangkau konsumen-konsumen baru maupun konsumen yang beralih ke produknya.Sadar
tidak sadar, kita terus-menerus diterpa oleh pemberitaan maupun promosi dari berbagai merek
tersebut seperti menonton televisi, berkendara di jalan, maupun ketika berjalanjalan di mall.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di
dunia, sehingga Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi berbagai sektor industri, baik
industri barang konsumen maupun industri barang jasa.Aksi-aksi untuk menarik para calon
komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian sebuah pernyataan dari satu orang ke orang
yang lain (Effendy, 2003:28). Dalam mencapai keunggulan tersebut, elemen-elemen yang
terdapat dalam iklan melalui tanggapan atau reaksi dari audiens.Tanggapan ini terjadi ketika
Kreativitas dalam membuat sebuah iklan memang sangat luas atau rangsangan
rangsangan seperti semua elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam iklan dapat
mempengaruhi emosi audiensnya.Seperti katakata yang terucap atau dalam penekanan suara,
musik, gambaran yang menggambarkan alur cerita yang mempunyai arti tersendiri, warna, dan
setiap gerakan yang ingin disampaikan kepada audiens (Rossiter dan Percy, 1987).Maka
kesimpulan dari konsep elemen-elemen disini yaitu iklan pasti didalamnya terdapat elemen-
elemen iklan yang menerpa pada penontonnya sehingga secara tidak langsung dapat
menimbulkan sikap atau tindakan nyata yang berubah baik maupun buruk.
Dengan banyaknya berbagai iklan yang tersebar di kalangan masayarakat, hal ini
perusahaan harus lebih cermat dalam mengemas isi pesan maupun semua elemen-elemen
yang terdapat dalam iklan dapat disampaikan melalui iklan.Jika tidak, iklan yang dimaksud
I
dapat tenggelam di antara tumpukan iklan-iklan lain yang tersebar.Peneliti memilih iklan televisi
karena melihat semakin banyaknya stasiun TV swasta yang diikuti dengan semakin banyaknya
iklan-iklan memenuhi setiap acara di stasiun TV swasta tersebut. Apalagi menurut data dari
Nielsen belanja iklan di kuartal pertama tahun 2014 secara total mengalami pertumbuhan
sebesar 15% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2013, dari Rp 23,3 Triliun menjadi Rp
Pertumbuhan belanja iklan pada kuartal pertama 2014 tersebut lebih kecil bila
dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal pertama 2013 (23%) maupun kuartal pertama
2012 (20%). Bila dilihat pertumbuhan menurut jenis media, di kuartal pertama tahun ini belanja
iklan televisi tumbuh sebesar 9% dengan kontribusi terbesar juga dari organisasi politik dan
pemerintahan sementara majalah dan tabloid justru mengalami penurunan sebesar 1% (Data
Nielsen 2014).
Dengan pesatnya pertumbuhan belanja iklan atau perusahaan dari tahun ke tahun
berlomba-lomba untuk kreatif menciptakan sebuah ide dalam membuat iklan yang tidak sekedar
bertujuan untuk memberitahu audiens tetapi juga mengajak audiens untuk mengerti apa yang
Iklan dapat diartikan sebagai segala kegiatan untuk menyampaikan pesan tentang suatu
produk atau jasa dengan berbagai cara pemasaran kreatif melalui suatu media kepada target
pasar yang dituju agar masyarakat tertarik untuk membeli atau menggunakannya. Industri
Pemetaan kontribusi ekonomi dari periklanan sebagai bagian dari ekonomi kreatif
aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan ekspor nasional. Karya – karya yang
I
dihasilkan oleh para kreator iklan dalam negeri juga menjadi salah satu nilai lebih karena
mereka mampu mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai ajang kompetisi periklanan
untuk memasarkan produk dan pemasaran sosial saja, namun juga digunakan untuk
membangun citra perusahaan atau individu, kepentingan politik, serta kepentingan pemerintah
dalam membangun relasi dengan masyarakat. Industri periklanan di Indonesia saat ini sedang
bergerak ke arah industri komunikasi pemasaran strategis yang melakukan berbagai peran
sekaligus, dilihat dari cakupan bisnis periklanan di Indonesia saat ini yang sangat luas mulai
dari jasa kreatif untuk menghasilkan konten, aplikasi digital, sampai pengadaan acara
(http://indonesiakreatif.bekraf.go.id diakses pada hari Selasa 1 Mei 2018, pukul 18:43 wib)
jaman tersebut membuat tingkat pertumbuhan belanja iklan yang akhirnya mengalami pasang
surut. Menurut hasil riset Nielsen Indonesia, pertumbuhan belanja iklan tahun 2017 mengalami
kenaikan 8% lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong dengan
adanya tahun politik dan banyaknya acara berskala internasional yang akhirnya menyentuh
Indonesia menjadi incaran pasar periklanan bagi pemilik biro iklan multinasional yang akhirnya
tertarik untuk berbisnis di Indonesia. Akibat banyaknya pertumbuhan biro iklan multinasional di
era perdagangan bebas ini, membuat biro iklan lokal semakin terpuruk, seperti mulai membuka
diri untuk diakusisi hingga mengalami kebangkrutan akibat tidak mampu bersaing dengan biro
iklan multinasional.
I
Tidak heran jika saat ini banyak biro iklan lokal yang hadir namun tidak mampu bertahan
lama akibat kalah persaingan dengan biro iklan multinasional sebagai penguasa pasar, seperti
Dwi Sapta Group yang sempat berjaya pada masanya itu akhirnya melakukan merger dengan
biro iklan multinasional Dentsu. Menurut President Director Artek n Partner sekaligus CEO
Artek Group, Maya Dewi AR mengatakan bahwa sudah saatnya pemerintah bergerak nyata
melindungi agensi periklanan lokal. Salah satunya, dengan mengeluarkan regulasi yang dapat
membuat agensi nasional mendapat tempat di negeri sendiri. Jika tidak, bukan tidak mungkin
jika ke depannya semua agensi nasional akan tergantikan oleh agensi multinasional
(http://mix.co.id/mix-magazine/ diakses pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 20:08 wib).
Salah satu penyebab ringkihnya biro iklan lokal saat ini diakibatkan oleh perubahan pola
konsumsi media masyarakat yang beralih ke digital. Perubahan tersebut mendorong para
pemilik brand juga kreator iklan untuk terus siap mengikuti segala perubahan perilaku
konsumen agar selalu bisa memenuhi segala kebutuhan pasar. Seperti yang dikatakan oleh
Biro iklan lokal harus semakin kreatif dan inovatif serta selalu siap untuk mengikuti
perubahan yang terjadi. Tidak hanya memperkuat tim internal saja dalam melakukan perubahan
namun juga memberikan pelayanan yang berbeda dengan biro iklan lainnya untuk dapat
menarik klien. Biro iklan yang tidak memiliki strategi komunikasi pemasaran yang baik tentunya
tidak akan mampu bertahan lama seperti yang banyak terjadi sekarang ini.
harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan
dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berubah. Setiap perusahan harus mampu
I
Melihat situasi persaingan antar biro iklan di Indonesia juga banyaknya masalah yang
belum dapat dipecahkan oleh banyak agensi nasional yang ada membuat Flock Company hadir
Pendapat lainnya menurut Kotler dan Keller (2012:95) menjelaskan bahwa: Dewasa ini,
periklanan sudah tidak asing didengar oleh masyarakat Indonesia. Seperti yang dikutip dalam
Advertising (IPA), periklanan adalah mengupayakan suatu pesan penjualan yang sepersuasif
mungkin kepada calon pembeli yang paling tepat atas suatu produk berupa barang atau jasa
tertentu dengan biaya yang semurah - murahnya. Sedangkan menurut pakar di bidang
periklanan, bahwa periklanan dapat membuat masyarakat membeli sesuatu yang tidak anda
butuhkan atau inginkan bahkan tidak sedikit masyarakat yang rela membayar dengan harga
Periklanan adalah bentuk berbayar nonpersonal persentasi dan promosi tentang ide,
barang, atau jasa yang diidentifikasi sebagai kegiatan promosi melalui media cetak (koran atau
majalah), media penyiaran (radio dan televisi), media jaringan (telepon, kabel, satelit, nirkabel),
elektronik media (audiotape, videotape, videodisk, CDROM, halaman web), dan media display
untuk memasarkan produk dan pemasaran sosial. Saat ini iklan juga digunakan untuk
membangun citra perusahaan atau individu, kepentingan politik, dan kepentingan pemerintah
dalam membangun relasi dengan masyarakat. Periklanan yang ada di Indoensia tidak bisa
Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Istilah Periklanan Indonesia (1996:4), biro iklan
I
yang bertindak atas nama kliennya. Menurut Jefkins (1997:60), biro iklan merupakan suatu
lembaga pelaku jasa yang menjalankan fungsi serta peran pelayanan terhadap pihak pengiklan
untuk mewujudkan kampanye iklan sesuai kehendak pengiklan dengan menjalankan fungsi
sebagai perantara peranan biro iklan. Bedasarkan hal tersebut, secara umum dapat diringkas
1) Biro iklan menawarkan kepada klien berupa jasa sebuah tim profesional terlatih, yang dapat
2) Di dalam lembaga periklanan hampir semua pekerja di biro iklan bekerja atas nama kontrak
bagi organisasi atau perusahaan lain. Hal ini berarti bahwa setiap biro iklan harus mencari klien
sebanyak mungkin untuk mendapatkan income guna memajukan perusahaan yang mereka
jalankan.
berkembang. Menurut Widyatama (2005:171), secara umum biro iklan yang memberikan jasa
1) Merancang Iklan
Biro iklan yang memberikan jasa full service akan merencanakan bagaimana isi
dan strategi penyampaian pesan yang akan disampaikan, dari bagaimana ide
cerita, ilustrasi dan bentuk iklan yang akan dibuat, 16 kepada siapa iklan tersebut
ditunjukan, dan menggunakan media apa saja iklan tersebut akan dipasang.
a. Pembuatan strategi iklan, dimana pada tahap ini peran dari klien sangat
dibutuhkan karena marketing brief yang dibuat oleh klien yang berisi informasi
dan situasi pasar harus lengkap dan dapat dipahami oleh agency sehingga pihak
I
biro iklan dapat mengolahnya ke dalam job brief sebagai acuan bagi tim kreatif
dalam menentukan dan mengolah kreatifitas sesuai yang diharapkan dalam brief
tersebut.
b. Menentukan pesan periklanan. Sebagai pihak biro iklan harus dapat berdalih
bahwa komunikasi yang bagus adalah komunikasi yang single message, ini
dikarenakan banyak terjadi dari pihak klien di lapangan yang ingin memasukkan
banyak pesan ke dalam iklan yang sedang di garap. Jika keinginan kilen tersebut
c. Menentukan kreatif periklanan. Dalam tahap ini, biro iklan merencanakan serta
mengkonsep bagaimana isi dan strategi dalam penyampaian iklan tersebut juga
bagaimana ilustrasi selanjutnya yang akan diproduksi dan bentuk iklan yang
akan dibuat, siapa saja 17 target audience yang ingin dicapai dan dengan media
2) Memproduksi Iklan
perencanaan iklan tersebut dalam bentuk nyata. Walaupun bisa saja terjadi
perencanaan yang disusun oleh pihak lain sementara biro iklan hanya
suatu iklan adalah keahlian tersendiri bagi biro iklan karena mereka tahu segala
proses dari awal ide iklan tersebut direncanakan, bagaimana strategi komunikasi
3)Menyeleksi Media
Di dalam fungsi ini, pihak biro iklan menyeleksi media apa saja yang akan
digunakan untuk suatu iklan yang sedang dibuat. Media merupakan faktor yang
I
cukup vital dimana dengan menggunakan media yang tepat akan membantu
menggunakan kategori media yang sama, namun pada umumnya tiap media
memiliki segmen pembaca tersendiri. Di dalam biro iklan terdapat pihak yang
bertugas mengurus media yaitu media planner, dimana devisi media planner
4) Media Placement
Setiap media yang digunakan harus sesuai dengan karakter audience yang
dituju agar pesan dalam iklan tersebut dapat disampaikan tepat sasaran. Setelah
alternatif media yang dipilih, langkah selanjutnya adalah proses penempatan iklan.
Penempatan iklan yang dimaksud adalah penyerahan materi iklan pada media yang
Untuk itu, sebuah biro iklan harus memiliki internal yang kuat juga selalu
mengikuti perubahan yang ada sebagai bekal untuk terus dapat melayani permintaan
klien juga memberikan ide - ide yang kreatif agar dapat selalu tepat sasaran kepada
PEMBAHASAN
Dalam era persaingan global sekarang ini, perkembangan IPTEK sangat pesat. Dampak
kemajuan IPTEK ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dunia. Kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen akan membantu perusahaan dalam
mengembangkan usahanya.
menyebabkan masalah bagi perusahaan. Agar produk yang dihasilkan perusahaan dapat
I
terjual di pasar maka perusahaan harus mampu menyusun strategi pemasarannya untuk
Sejalan dengan hal ini maka akan timbul persaingan yang kompetitif bagi setiap
Ada empat elemen pokok yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pemasaran, yaitu
produk, harga, distribu,, si, dan promosi yang dikenal dengan istilah Marketing Mix. Sebagai
salah satu variabel dalam marketing mix, promosi berperan sebagai pemberi informasi. Hal
perusahaan sesuai dengan tujuan penyampaian informasi yang akan diberikan, yaitu
Promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam
pemasaran (Basu Swastha, 1996 : 237). Kegiatan promosi adalah salah satu strategi
pemasaran yang meliputi periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan serta hubungan
masyarakat.
Menurut Marwan Asri (1986 : 332) tujuan kegiatan promosi adalah sebagai berikut :
ditawarkan.
2. Membujuk calon konsumen agar mau membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
3. Mengingatkan konsumen pada produk tertentu dengan harga tertentu dan dijual di
I
Dengan kegiatan promosi ini diharapkan pengusaha dapat mempengaruhi konsumen
untuk dapat membentuk image dan kemudian dapat memberikan dorongan agar konsumen
Menurut Buchari Alma (2000 : 99) suatu tantangan paling besar yang dihadapi oleh
mengadakan atau tidak mampu mengembangkan produk ataupun menciptakan produk baru
akan menghadapi resiko seperti penurunan nilai 3 penjualan, karena munculnya pesaing yang
lebih kreatif, adanya perubahan selera konsumen, munculnya teknologi baru dalam proses
produksi.
Oleh karena itu pengembangan produk perlu disertai informasi yang memberitahukan
masyarakat akan produk tersebut. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari timbul suatu
kenyataan bahwa betapa besarnya manfaat produk bagi para pembeli sasaran, namun produk
tidak dapat mencari sendiri pembelinya. Oleh sebab itu produsen harus dapat mencari dan
menciptakan permintaan terhadap produknya. Agar permintaan tersebut terjadi maka produsen
tersebut memberi manfaat tertentu dan bagi para konsumen disarankan untuk memilikinya dan
dipengaruhi oleh program serta strategi promosi yang dilakukannya. Ada delapan tahap yang
harus dilakukan suatu perusahaan dalam menetapkan program promosinya. Pertama adalah
komunikator, yaitu perusahaan harus mampu mengidentifikasi khayalak sasaran dan ciri-
cirinya, termasuk citra mereka terhadap produk. Kedua adalah menentukan tujuan komunikasi,
pembelian. Ketiga adalah pesan yang harus dirancang, meliputi isi yang efektif, struktur, format,
dan sumber. Keempat adalah menyeleksi saluran-saluran komunikasi personal maupun non
I
personal. Kelima adalah menetapkan anggaran promosi yang menyeluruh. Keenam adalah
biaya promosi harus didistribusikan menurut alat-alat utama 4 promosi yang digunakan. Ketujuh
adalah perusahaan harus menelusuri seberapa banyak pasar yang mengenal produk itu,
mencoba, serta puas terhadap produknya selama proses komunikasi. Dan yang kedelapan
adalah semua komunikasi harus dikelola dan dikoordinasi agar konsisten, tepat, dan efektif
Jadi, suatu strategi promosi harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan antara lain
harus diperhitungkan jumlah dana yang tersedia untuk melaksanakan strategi tersebut. Strategi
promosi harus disesuaikan juga dengan jenis produk yang dihasilkan perusahaan serta sifat
pasar target yang dihadapi oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat menentukan jenis
kegiatan promosi apa yang cocok untuk memasarkan produk yang dihasilkannya tersebut.
Media digital saat ini berkembang semakin pesat, hal ini disertai dengan infrasturkur
digital dan mobile yang semakin matang. Tidak heran jika semakin banyak perusahaan yang
menekuni kemampuannya dalam ranah digital untuk semua aktivitas penjualan dan
pemasarannya. Selain biaya atau operasional yang relatif rendah, perusahaan tentunya
mengharapkan bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Menurut Smart Insights tahun
2016 lalu industri ritel sudah mengeluarkan US$15 miliar untuk keperluan promosi dan iklan
digital, industri ritel menghabiskan lebih besar untuk iklan digital dibandingkan industri lainnya,
bahkan melebihi otomotif, travel, layanan finansial, farmasi, dan media (Mulyadi, 2017).
Mengutip dari halaman Wikipedia, inovasi disruptif (disruptive innovation) disebut sebagai
inovasi yang menciptakan pasar baru, mengganggu keberadaan pasar yang sudah ada, dan
pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu. Inonvasi ini menciptakan jenis konsumen
berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama. Sadar atau
tidak, era disruptif memberikan tantangan tersendiri bagi banyak perusahaan. Pada era ini akan
I
namun banyak juga yang mampu bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut
hingga dapat eksis hingga kini. Di industri periklanan, perkembangan internet mempengaruhi
cara berkomunikasi dan menyampaikan informasi. Perkembangan ini memberikan efek disrupsi
bagi mendia konvensional seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Ketika platform
berubah, konsumen secara tidak langsung juga berpindah. Dahulu pembuatan iklan televisi
menghabiskan dana ratusan hingga miliaran rupiah. Kini tidak hanya biro periklanan saja yang
bisa membuat iklan, akan tetapi masyarakat umum pun bisa membuat iklan dengan
bermodalkan smartphone dan aplikasi. Tidak perlu menggunakan peralatan yang rumit, tenaga
yang banyak, dan pegawai tetap. Riset dan cara melakukan pengukuran dampaknya pun
Menurut Kotler dan Keller dalam Dinda dkk. (2018) iklan merupakan bentuk presentasi
non personal dan promosi dalam bentuk ide, barang, ataupun jasa dari sponsor yang telah
ditentukan. Iklan dapat dikatakan efektif jika tujuan dari periklanan tercapai. Tujuan dari
terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Purnama, 2001). Kemajuan dibidang
teknologi dan informasi menyebabkan munculnya new media atau yang sering disebut dengan
media berbasis online. Dimana setiap individu diseluruh dunia dapat berinteraksi sesuai dengan
apa yang mereka inginkan. Hidayat dalam Irma (2017) berpendapat bahwa banyak manfaat
yang didapat dari penggunaan media sosial ini, antara lain sebagai sarana interaktif, sumber
informsi, media komunikasi, hingga digunakan sebagai alat untuk promosi dan penjualan
I
Jangkauan internet yang semakin luas dan diiringin dengan kehadiran telepon pintar,
mempengaruhi perilaku konsumen untuk menggunakan internet. Menurut riset yang dilakukan
oleh Nielsen dalam Priyandana (2018), menunjukan bahwa perilaku konsumen dalam
mengakses internet pada tahun 2017 meningkat hampir disemua parameter. Dari sisi waktu
akses mereka mengakses internet pagi, siang, dan malam hari, pada hari kerja ataupun hari
libur, saat bekerja maupun saat santai; baik dirumah maupun di kantor. Akan tetapi disekolah,
kampus, dan perpustakaan waktu akses internet sedikit menurun. Dari sisi lokasi, konsumen
Indonesia masih mengakses internet dalam perjalanan, di restoran dan kafe, di rumah teman, di
area umum, pusat perbelanjaan, maupun di tempat konser. Satu-satunya tempat umum yang
mengalami penurunan akses internet adalah kafe interenet atau yang biasa disebut dengan
warnet.
Perubahan juga terjadi dengan media untuk mengakses Internet, yaitu dengan
penggunaan telepon pintar yang meningkat mengalahkan laptop, komputer desktop, dan
peranti lainnya seperti tablet, game console, dan smart TV. Khusus tablet ada hal menarik yang
ditemukan oleh Nielsen karena menjadi satu satunya peranti keras yang menurut
penggunaannya per tahun 2017 dibandingkan dengan peranti keras lainnya. Berdasarkan
penjelasan sebelumnya penggunaan internet didominasi dengan masyarakat usia 16-29 tahun
yang memiliki mobilitas tinggi, yang bisa mengakses internet sejak bangun tidur hingga kembali
tidur.
produk kecantikan dan fashion mengalami kenaikan sebesar US$ 2.4 miliar atau 25%. Lalu
untuk produk elektronik naik sebesar US$ 1.2 miliar atau 18%. Musik digital sebesar USD 4
juta. Era teknologi informasi dan mudahnya akses membuat masyarakat semakin berubah.
Bahkan, kini siapa pun dapat beriklan, entah melalui facebook, maupun kanal YouTube. Di
YouTube (dengan 1.3 miliar pemirsa di seluruh dunia dan lima miliar video yang bisa
I
disaksikan, 2018) iklan bisa muncul beberapa detik sebelum video diputar. Pesan-pesan iklan
pun muncul pre-roll diseluruh semua video popular, seperti online lecture, video music, vlog,
video lucu, dan sebagainya. Bahkan, beberapa video tidak menyertakan fitur “skip ad” sehingga
penonton dipaksa mengikutinya sampai selesai. Akibatnya pada 2016, perputaran uang dalam
bisnis periklanan platform digital melampaui nilai iklan yang biasa dinikmati media konvensional.
Kehadiran dunia digital menimbulkan banyak profesi baru antara lain content creator,
content writer dan copywriter, specialis media social, special media strategist, SEO Specialist,
Cyber Security, Digital Public Relations, Manajer Pemasaran Digital, Digital Marketing,
Developer Software, Aplikasi, dan Web Developer (Aisyah, 2018). Hal yang berbeda saat ini
ialah menggunakan jasa-jasa mereka, baik untuk memperluas jangkauan maupun untuk
memperdalam kekuatan bisnis melalui para endorser digital ini. Dengan kata lain, kesuksesan
produk dalam periklanan berbasis online sejauh mana profesi tersebut memiliki hubungan
dengan konsumennya.
Dari basis teknologi muncul platform yang mempengaruhi cara perusahaan dalam
melakukan bisnis. Platform tersebut tentu saja menjerumuskan perusahaan untuk melakukan
perubahan dengan menggunakan iklan berbasis online. Selain dapat diakses oleh semua
orang, (1) penggunaan iklan secara online memiliki pemasaran statistik yang lebih tinggi, (2)
Facebook dan Google merupakan platform iklan yang paling sering dimanfaatkan, (3)
Kampanye menggunakan media sosial lebih mudah, dan (4) Aplikasi berbasis chat merupakan
pemasaran menggunakan internet dibandingkan dengan televisi atau radio. Anggaran untuk
iklan berbasis internet tercatat mencapai US$ 60 miliar. Lebih rendah dari iklan untuk berbasis
I
Kedua, Facebook dan Google akan memperkuat posisinya sebagai pemain utama yang
menyedot pendapatan iklan tertinggi dalam internet advertising. Mereka sudah menjadi pemain
utama dengan presentase pertumbuhan pendapatan dari iklan internet di Amerika sebesar
76%. Angka pertumbuhan pendapatan iklan Facebook bahkan meningkat sebesar 59% melalui
iklan berbasis mobile web. Di sisi lainnya, Google sebagai penguasa pasar internet advertising
juga mengalami kenaikan pendapatan hingga 18%. Hanya sedikit lebih besar bila dibandingkan
sebesar 13%.
Ketiga, pemasaran dengan menggunakan media social dengan konten yang singkat
dinilai lebih efektif. Dalam laporan Meeker terlihat efektifitas kampanye di Snapchat seperti
mengunggulkan konten dengan rotasi Vertikal (yang dipertuntukan untuk dilihat dari telepon
pintar), Video (media yang baik untuk bercerita), dan Viewing (konten yang dilihat full screen).
Iklan yang dipromosikan menggunakan 3V di Snapchat dengan durasi selama 10 detik sudah
menarik penonton sejumlah 26 juta lebih penonton untuk kasus iklan spotify, dan 14 juta lebih
Keempat, aplikasi berbasis chat merupakan media masa depan bagi dunia marketing
digital. Ini dilihat dari tingginya penggunaan media sosial yang menggunakan fitur chat seperti
WhatsApp, Facebook Messenger, dan Wechat daripada aplikasi media social lainnya.
Instagram merupakan sosial media keempat yang paling aktif digunakan untuk
networking, karena pengguna sosial media ini cukup banyak, hal tersebut menjadi ladang hijau
bagi selebgram yang ingin mencari pendapatan dari postingan Instagramnya. Tarif yang dibayar
oleh pengguna jasa selebgram tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan menggunakan biro
iklan dan biasanya produk atau perusahaan yang diiklankan merupakan produk bisnis Usaha
Menengah Kecil dan Micro (UMKM). Pada Tabel 1 tarif para influencer di Instagram yang
I
memiliki followers di atas satu juta bisa mendapatkan penghasilan sebesar sepuluh juta rupiah
per sekali posting. Selebgram yang memiliki folowers sebanyak lima ratus ribu, tarifnya sekitar
delaman hingga Sembilan juta rupiah sekali posting. Bagi yang memiliki folowers dibawah lima
ratus ribu rupiah menarik tarif sebesar lima hingga enam juta rupiah per posting. Tarif feed
Instagram dengan Instagram Story berbeda. Instagram story merupakan postingan video
singkat yang bertahan selama 24 jam, tarif yang ditawarkan oleh selebgram dengan jumlah
folowers lebih dari lima ratus ribu sebesar dua juta rupiah.
yang memanfaatkan Instagram untuk memperkenalkan produk keluarga bersama suami dan
anak pertamanya. Total pendapatan perbulan dari mengiklankan produk dari Instagram sebesar
Rp 150.000.000 per bulan. Beragam produk diiklankan oleh selebgram ini, dari produk
kecantikan, kesehatan, pakaian, makanan, minuman dan produk consumer good. Produk
consumer good seperti Jhonson Baby dan Royco pada Gambar 7, biasanya menggunakan biro
periklanan untuk mengiklankan produknya. Tetapi karena terjadi perubahan yang disebabkan
oleh munculnya teknologi digital, maka produk-produk tersebut memanfaatkan selebgram untuk
Konektivitas yang terjalin melalui media sosial dan aplikasi texting mengubah cara
pandang terhadap media periklanan. Menurut cara pandang baru ini, iklan menjadi efektif jika
membuka ruang bagi publik atau audiens potensial untuk menyebarluaskan secara sukarela.
Apakah karena merasa penting untuk disaksikan komunitas, menghibur, atau mendidik. Akan
Keterlibatan publik atau konsumen telah menjadi ciri pemasaran dalam era disrupsi
yang ditandai dengan kemunculan teknologi yang memudahkan kreativitas publik. Biaya
membuat video menjadi sangat murah, demikian pula penyebarannya. Di lain pihak, bisnis biro
periklanan pun mengalami perubahan yang sangat besar, terutama dengan hadirnya tenaga-
I
tenaga kerja kreatif yang bekerja sebagai konsultan yang terkoneksi secara virtual, serta proses
produksi yang mata rantainya jauh lebih pendek dan efisien. Evolusi dalam industri periklanan
pun tidak terhindarkan karena industri ini begitu erat kaitannya dengan aspek kehidupan
manusia.
Perubahan ditandai pergeseran dari media massa ke media sosial. Revolusi industri juga
memunculkan dan membuka ruang digital kompetitif baru yang membutuhkan keahlian khusus
''Menurut John Sinclair, ini menjadi area baru praktik periklanan yang sekarang dianut
oleh agensi global, terlebih dalam situasi wabah korona sekarang,'' tutur Director of Sales Hotel
Platinum Yogyakarta, Retnaningsih Eni Nendyo yang mencermati adanya perubahan perilaku
ditandai dengan semakin pesatnya industri digital dan mobile. Tak heran banyak perusahaan
menekuni kemampuannya dalam ranah digital untuk semua aktivitas penjualan dan
pemasarannnya. Media digital dipilih sekarang ini dikarenakan berbiaya murah, perusahaan
Perkembangan teknologi memberi efek disrupsi bagi media konvensional seperti surat
kabar, majalah, radio, dan televisi. Ketika platform berubah, konsumen secara tidak langsung
juga berubah. Dahulu pembuatan iklan televisi menghabiskan dana ratusan hingga miliaran
rupiah. Kini tidak hanya biro periklanan yang bisa membuat iklan, awam pun bisa membuat
disrupsi diberbagai lini yang semuanya telah masuk pada era digitalisasi secara penuh
dan dinamis (Uncertainty). Industri 4.0 adalah interaksi antara Cyber Physical System (CPS)
I
dengan Inter of Things and Service (IoT dan IoS) (Dalenogare et al., 2018). Terjadinya perang
dagang antara negara Amerika Serikat (Amerika) dengan negara Cina (Asia). Ketegangan
politik dan militer antara Amerika Serikat dan Iran (Timur Tengah). Berimbas kepada
perekonomian global seperti naiknya harga minyak dunia dan mata uang dollar AS, kejadian
Kondisi ini diperparah dengan adanya Pandemi yang dialami. Coronavirus 2019
tersebut telah memberikan kompleksitas masalah yang dihadapi seluruh negara. Dunia
sekarang sedang mengalami masa perubahan yang tidak menentu, kondisi lingkungan yang
dinamis dan saling ketergantungan (Complexity). Banyak upaya dan solusi yang dicari untuk
pengangguran dan lain-lain. Kondisi yang luar biasa dan ambigu (Ambiguity) ini akan membuat
negara harus berhati-hati mencari jalan keluar atas segala permasalahan yang ada. Jika upaya
dan solusi yang dijalankan tidak tepat sasaran maka akan mudah suatu negara tersebut
Kondisi yang sedang dihadapi sekarang, telah sampai pada kondisi yang sudah
dipopulerkan oleh US Army War Collage, lebih dikenal dengan akronim VUCA. Vuca
menjelaskan lebih volatil, tidak pasti, kompleks dan ambigu keadaan dunia multilateral pada
akhir perang dingin. Akronim ini diadopsi oleh para pemimpin strategis untuk menggambarkan
keadaan lingkungan bisnis yang semakin tidak pasti, kompleks dan ambigu serta berubah
dengan cepat (Potsangbam, 2018). Pertama sekali akronim ini digunakan pada tahun 1987
berdasarkan teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus untuk menggambarkan
perubahan yang semakin cepat (Volatility), ketidakpastian masa depan (Uncertainty), faktor
lingkungan yang dinamis dan saling ketergantungan (Complexity), keadaan yang tidak biasa
dan diluar dari harapan dan satu keadaan saling berhubungan satu sama lain (Ambiguity).
I
Era Vuca yang sedang kita alami saat ini memberikan efek terhadap disrupsi yang
sangat cepat terhadap berbagai aspek khususnya ekonomi. Ekonomi adalah salah satu aspek
utama yang selalu menghadapi efek langsung atas segala aktivitas perubahan. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya pada perubahan globalisasi, revolusi industri, perang dagang dan
ekonomi daripada aspek lainnya. Hal ini dilakukan karena ekonomi adalah bagian terpenting
yang harus dibenahi dan selanjutnya dengan harapan akan berpengaruh langsung terhadap
aspek lain.
Aspek ekonomi khususnya pada bidang konsumsi sangat memberikan kontribusi yang
meningkat yang bertujuan untuk menyelamatkan GDP (Gross Profit Bruto). Maka dalam usaha
tersebut tingkat konsumsi masyarakat harus diproritaskan agar jumlah uang beredar semakin
masyarakat yang diberikan oleh pemerintah melalui beberapa paket kebijakan dalam bentuk
bantuan tunai adalah suatu solusi efektif agar masyarakat mampu membelanjakan uangnya
Peran pemasar dalam hal ini juga harus mampu memasarkan produknya menyesuaikan
keadaan saat ini. Keadaan dimana konsumen dalam mengkonsumsi kebutuhannya harus
menyesuaikan dengan kondisi ekonomi, pandemi dan perkembangan teknologi digital. Dalam
kondisi pandemi misalnya, konsumen harus menjaga jarak dan tidak berhubungan langsung
dengan produsen dalam bertransaksi. Sejalan dengan itu, era digital merupakan solusi dalam
menjembatani kondisi tersebut dengan memberikan solusi yang efektif. Salah satunya dengan
belanja secara online, hadirnya aplikasi zoom, hangout sebagai media belajar, meeting dan alat
I
segala kebutuhan yang diinginkan. Namun disisi lain kondisi ekonomi yang sedang dialami
melemahkan tingkat keinginan masyarakat untuk berbelanja dan memperoleh kebutuhan. Inilah
tantangan yang dimiliki oleh pemasar, tapi dengan adanya era digital saat ini akan bisa
Dari fenomena bisnis di atas, marketing juga telah mengalami disrupsi searah dengan
digunakan tentunya akan mengalami disrupsi. Karena ilmu pemasaran adalah ilmu yang
dinamis. Ilmu yang dapat berkembang menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Teoriteori
ilmiah yang digunakan sebelumnya harus didefenisikan ulang dan atau diberikan penambahan
terbaharukan agar penerapannya sesuai dengan harapan yang dialami masa kini yang dinamis.
Konsep pemasaran harus dapat berevolusi dan menyamai revolusi pada industri. Lanskap
bisnis harus berubah dan bergerak ke ekonomi digital yang menciptakan ragam kemudahan
Disrupsi pada pemasaran adalah akibat dari revolusi industri 4.0 seperti yang
dikemukakan diatas. Menurut (Darwin, 2020) terjadinya disrupsi pada marketing adalah sejalan
dengan terjadinya revolusi industri 4.0. Sesuai dengan buku yang ditulis oleh Kotler dan
Hermawan K. (Kotler et al., 2019) dengan sebutan Marketing 4.0. Selanjutnya menurut Rhenald
Dari konsep-konsep marketing yang telah disusun ulang dan diperkenalkan oleh kedua
pakar tersebut, merupakan representative dari bagaimana memahami disrupsi marketing di era
industri 4.0 saat ini. Hermawan Kartajaya adalah seorang pakar pemasaran yang bukan hanya
dikenal di taraf Nasional tetapi juga Internasional. Bukunya telah diterjemahkan ke berbagai
bahasa di dunia. Serta telah memiliki konektivitas keilmuan dengan berbagai pakar-pakar
pemasaran dunia seperti Philip Kotler, keduanya sudah beberapa kali menulis buku bersama,
yang terbaru kita kenal dengan buku Marketing 4.0 : Bergerak dari Taradisional ke Digital.
I
Rhenald Kasali adalah guru besar manajemen di Universitas Indonesia. Secara
Nasional Rhenald Kasali sudah sangat dikenal sebagai pelopor rumah perubahan dan dalam
bidang bisnis Rhenald Kasali telah beberapa kali menerbitkan buku, yang terbaru berjudul buku
Series on Disruption : Mobilisasi dan Orkestrasi M#O. Secara Internasional, Rhenald Kasali
juga sudah sering mengisi seminar di berbagai Universitas terkemuka di dunia. Renald Kasali
sangat berkontribusi terhadap penyebaran ide dan gagasan untuk perubahan dan kemajuan
negara. Maka tak jarang Rhenald Kasali diundang sebagai pembicara di Media TV. Buku-
bukunya telah banyak digunakan oleh praktisi bisnis dan akademisi sebagai referensi. Rhenald
Kasali bukan hanya sebagai akademisi tetapi juga praktisi bisnis. Tentunya dengan
pengalaman bisnis yang ditekuni, akademisi yang dijalani akan membuahkan teori yang matang
Maka untuk memahami lebih dalam teori terbaharukan tentang marketing. Penulis akan
melakukan studi literatur yang telah ditulis oleh Hermawan Kartajaya dan Rhenald Kasali serta
penelitian-penelitian lain yang telah mengembangkan teori keduanya. Batasan penelitian adalah
pada literatur yang membahas tentang disrupsi marketing. Penulis akan membandingkan
pemikiran keduanya dengan meneliti pandangan, teori dan penelitian yang sudah dilakukan.
Disruption menurut Hermawan, Kotler dan Huan dalam bukunya Marketing for
Competitivenes menyebutnya dengan Marketing 4.0. Era transisi dan adaptasi pada ekonomi
digital serta pendekatan pemasaran baru untuk penyeimbang dari gangguan teknologi
(disruptive technology). Sehingga muncul konsep pemasaran baru (Marketing 4.0) sebagai
pengembangan marketing 3.0 sebelumnya yang berkonsep manusia-sentris (Kotler et al., 2017,
p. 54).
Berikut ini adalah perkembangan dan perubahan marketing menurut (Kartajaya, 2019, p.
75) yang dibagi kedalam empat tahap. Marketing 1.0 adalah mengutamakan produk sebagai
I
modal utama dari para penjual. Pada tahap ini, penjual tidak peduli dengan kondisi yang dialami
konsumen. Penjual hanya fokus pada produk yang dipasarkan dan menyakinkan konsumen
untuk membeli. Konsep pada tahap ini tidak memiliki konsep pemasaran yang istimewa.
Marketing 2.0 adalah merupakan tahap pendekatan customer-centric. Pada tahap ini penjual
sudah berubah dengan tidak lagi berfokus pada produk saja. Tetapi konsumen menjadi pusat
perhatian utama sebelum menentukan produk yang cocok. Pemasar mulai melakukan research
terhadap perilaku konsumen mulai dari keinginan dan kebutuhan yang akan dipenuhi.
Marketing 3.0 adalah customer-centric bisa saja akan sia-sia jika pemasarannya tidak
dilakukan secara human spirit. Pada tahap ini, konsep pemasaran ditantang melahirkan sebuah
produk yang sesuai dengan konsumen berdasarkan human spirit (semangat kemanusiaan).
Maknanya adalah konsumen harus dipandang sebagai yang memiliki pikiran, hati dan
konseumen. Tidak memaksakan konsep pemasaran yang membuat konsumen semakin sulit
dan kebingungan. Marketing 4.0 adalah tahapan kosep marketing baru yang mengombinasikan
Meski ekonomi digital saat ini sedang berkembang, bukan berarti pemasaran offline
tidak berperan. Kedauanya harus saling berhubungan dan saling mengombinasi satu sama lain.
Menurut Hermawan pemasaran offline justru menjadi differensiasi ditengah pasar yang
competitive saat ini. Keduanya berperan dalam customer path dalam konsumen memutuskan
membeli. Pada konsep marketing 4.0 konsep loyalitas konsumen telah diidentifikasi berubah
dari yang sebelumnya customer path yang terakhir adalah membeli lagi (4A) bertambah
menjadi (5A) dimana ada tambahan baru advocate sebagai customer path baru (Kartajaya,
2019, p. 320).