Anda di halaman 1dari 30

Menganalisis Shifting Pada Industri Periklanan

UJIAN TENGAH SEMESTER

NAMA ANGGOTA KELOMPOK (III):

1) Silvanus Niki (B1013201002)

2) Yulianus Erik (B1013201003)

3) Yulius Indo (B1013201010)

I
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan

rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan tugas ujian tengah semester yang

berjudul”menganalisis shifing pada industri periklanan”dengan tepat waktu.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Digital di program studi Ilmu

Ekonomi Study Pembangunan Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Tanjung Pura.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak

Dra.Khairat,Msi selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Digital dan kepada segenap

pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A.

B.

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Kritik dan Saran

DAFTAR PUSAKA

B rumusan masalah, menganalisis shifting pada industri periklanan yang sedang mengalami

perubahan yang sangat signifikan dari sifat yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di

media masa menjadi upaya penentuan dan pelaksanaan keputusan yang paling efekti dan

efesien.didalam kalangan masyarakat,masalh terletak pada penerimaan masyarakat pada

tujuan atau labgkah-langkah yang sedang terjadi pada industri periklanan saat ini.

I
C.tujuan .untuk memajukan peliklanan diindonesia supaya kedepan nya lebih berkembang

pesat. Tidak tetinggal oleh negara-negara lain dalam media periklanan,oleh karena itu saat ini

industri periklanan mengalami perubahan yang sangat efektif dan efisien bagi masyarakat

sehingga masyarakat mudah dan bisa beriklan sesuai kebutuhan nya .

LATAR BELAKANG

Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat

signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa

menjadi upaya penentuan dan pelaksanaan keputusan yanjg paling efektif dan efisien untuk

berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

Kebutuhan akan periklanan seiring dengan produksi berbagai barang secara besar-

besaran yang mengharuskan pihak produsen membawa dan memperkenalkan secara aktif

kepada calon konsumen dan itu harus di lakukan melalui periklanan. Produsen tidak bisa lagi

berdiam diri menunggu datangnnya pembeli. Tanpa iklan, para konsumen yang jauh dari pusat-

I
pusat produksi tidak akan memperoleh informasi mengenai adanya sesuatu yang dibutuhan.

(Jefkins,1994:2)

Media iklan seperti majalah, tabloid, surat kabar, televisi, radio, dan lainsebagainya juga

menyajikan berbagai macam bentuk iklan masing-masing media mempunyai cara pengemasan

beragam dalam membuat iklan yang di sesuaikan sengan khalayakny, orientasi internal dari

media itu dan banyuak faktor-faktor kepentingan lain. Penggunaan media yang paling cocok

bagi iklan barang konsumen adalah media yang di minati secara luas, dibaca oleh banyak

lapisan sosial atau kelompok sosial ekonomi dalam masyarakat, atau bisa juga jurnal-jurnal

yang cakupnya lebih khusus namun merangkul banyak orang, seperti televisi khususnya yang

mencakup lebih luas dalam periklanan.

Media penyiaran yang terdiri dari televisi yang terdiri dari televisi dan radio telah menjadi

media yang sangat penting dan dominan bagi pemasang iklan. Belanja iklan di Indonesia pada

2005 tercatat sekitar RP 23 Triliun rupiah dan televisi mendominasi 70 persen

dari nilai belanja iklan tersebut. Televisi memiliki posisi penting bagi pemasar karena media ini

menyajikan bayak program populer yang di sukai banyak orang. Audiens dapat menghabiskan

waktu beberapa jam dalam sehari untuk menonton televisi. Televisi mampu menarik puluhan

juta penonton, jumlah itulah yang dijual kepada pemasang iklan yang ingin menjangkau mereka

melalui pesan iklan yang di siarkan. (Morissan 2010:235)

Strategi apapun yang di pilih pengiklan, ia harus memilih media yang cocok untuk

produknya salah satunya adalah media televisi. Selevisi sebenarnya mempunyai berbagai

acara yang punya penggemar atau khalayaknya sendiri. Pengiklan harus memilih acara yang

sekiranya paling sesuai untuk produknya. Ia harus tau bahwa penonton pria duakali lebih

banyak daripada penonton wanita untuk acara pertandingan tinju. (Wiliam 2003 : 276).

I
Sesungguhnya terdapat fungsi internal yang di sadari maupun tidak, telah mengarahkan

pemikiran, persepsi, opini, dan bahkan perilaku khalayak secara teersembunyi yaitu tidak

terlihat, halus, dan tidak sadar (sobur, 2004 : 111). Tidak sedikit orang percaya bahwa iklan

memiliki kekuatan luar biasa, melalui sebuah mekanisme yang di sebut subliminal (bawah

sadar) (Sutherland 2004:43). Dengan iklan seseorang dihibur, di beri semangat, harapan, dan

identitas diri. Dengan iklan pula seseorang di dorong atau di larang serta di ingatkan tentang

perbuatan, atau di larang berbuat sesuatu, iklan berperan sebagai pembujuk sehingga kita

benar-benar mempercayainya.

Sebuah iklan merupakan medium pesan komersial, yang secara semiotik di katakan

mengandung insur tanda dan makna. Petanda-petanda merupakan konsep mental yang di

gunakan untuk membagi realitas dan mengkategorikannya, sehingga kita dapat memahami

realitas tersebut. Aspek iklan yang terpenting mengenai iklan adalah analisis mengenai konteks

yang di tawarkan iklan pada suatu produk yang di iklankan. Melalui konteks tersebut dapat di

lihat sebagai persoalan sosisal di balik sebuah iklan seperti gender, ideologi, kekerasan simbol,

lingkungan komerisme, serta persoalan lainnya.

Wacana gender selama ini di dominasi gugatan terhadap teguhnya inferioritas

perempuan di bandingkan laki-laki. Konstruksi inferioritas perempuan ini di anggap juga

mencerminkan realitas sebenarnya dalam kehidupan seharihari, dan pemaknaan seperti ini

sudah mapan dalam budaya patriarkhi. Dalam budaya patriarkhis ini, perempuan dianggap

sebagai makhluk pasif dan subordinat laki-laki, dan media massa memiliki sumbangan besar

dalam pengukuhan stereotip ini. Media massa sebagai arena “perjuangan tanda”, media adalah

arena perebutan posisi, yaitu antara posisi „memandang‟(aktif) dan posisi “yang di pandang”

(pasif). Yang di perebutkan adalah tanda yang mencerminkan citra tertentu.

Bicara soal gender dalam periklanan, penampilan laki-laki dan perempuan sudah

menjadi hal umum. Perempuan memiliki daya tarik trsendiri dalam iklan. Sehingga

I
menimbulkan stereotip bahwa perempuan dengan kecantikan, kelembutan, kemanjaan, ke

ibuan dan lain-lain yang merupakan manipulasi tubuh perempuan. Bias gender merupakan

prasangka atas konstruksi sosial yang berupaya menundukan perempuan dalam sosk

tradisional, lebih lemah di 4 bandingkan laki-laki, hanya sebagai objek dan komoditas, serta

cenderung di eksploitasi atas potensi fisiknya saja sebaliknya laki-laki di gambarkan dengan

sosok yang lebih kuat, rasional, dominan, pandai dan berkuasa. (widyatama, 2006: vii)

Extra Joss adalah produk minuman energi yang dipasarkan oleh PT Bintang Toedjoe

mulai sejak pada tanggal 25 November 1994. Minuman energi yang sasarannya adalah

olahragawan, pelajar, dan pegawai yang ingin mempertahankan konsentrasi dalam jangka

waktu lama. Iklan – iklan tersebut sangat mewakili citra pria yang dibintani para aktor yang

memiliki tubuh ideal layaknya pria maskulin. Beroperasinya ideologi-ideologi patriaki yang

hegemonik maskulin dalam iklan – iklan tersebut terlihat dari penggunaan image-image simbolik

terutama sosok laki-laki dengan tipe pekerja keras, berotot, berkeringat dan macho.

Kehadirannya di dalam iklan selalu didukung dengan sejumlah simbol-simbol atau tanda dalam

bentuk wajah, pakaian, gesture tubuh, suara dan musik yang mengiringi kehadirannya. Hal ini

merupakan proses yang disebut oleh Danesi (Winata, 2012) sebagai mitologisasi dimana sosok

yang mencitrakan produk ditampilkan sebagai sosok yang mendekati image kesempurnaan

dalam budaya masyarakat. Musik yang bersemangat, suara yang macho dan gesture tubuh

yang penuh optimism adalah simbolsimboldalam penggunaan kata “Laki!”, kata yang sangat

seksis dan “menghilangkan” perempuan.

Dalam komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya,

tetapi juga alat komunikasi lainnyua seperti gambar, warna, dan bunyi. Iklan di sampaikan

melalui dua saluran media massa yaitu, (1) media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dan

papan iklan atau billboard dan (2) media elektronika (radio, 5 televisi, film). Pengirim pesan

misalnya, penjual produk, sedangkan penerimaanya adalah khalayak ramai yang menjadi

I
sasaran. Dari fenomena diatas peneiliti tertarik untuk meneliti dengan judul “citra pria dalam

iklan minuman energi di televisi”.

Sebuah proses komunikasi yang terjadi ketika sebuah elemen yang ada didalam iklan

tersampaikan kepada komunikator sampai kepada komunikannya dengan menimbulkan suatu

sikap yang positif dan negatif. Fenomena sikap ini timbul karena adanya keterlibatan dalam

interaksi sosial, membentuk pandangan, mengevaluasi, reaksi rasa suka dan tidak suka, dan

menentukan kecenderungan perilaku terhadap manusia atau sesuatu yang sedang dihadapi

(Azwar, 1995:3). Proses ini dapat dikaitkan dengan iklan yang sebagai proses komunikasi yang

ada dalam elemen iklan tersebut dilihat penonton televisi dan menyampaikan kepada

komunikan disini akan menimbulkan sikap yang postif dan negatif maupun baik dan buruk. Dari

berbagai jenis iklan yang tak henti-hentinya beredar di media massa di sekitar kita, maka

terpaan media menjadi hal yang semakin penting untuk dikaji dari masa ke masa dalam

membedakan iklan manakah yang ideal maupun tidak.

“Periklanan adalah proses pembuatan dan penyampaian pesan yang dibayar dan

disampaikan melalui sarana media massa yang bertujuan membujuk konsumen untuk

melakukan tindakan membeli atau mengubah perilakunya” (Jaiz, 2014:2). Ditambahkan pula

oleh Durianto dalam Jaiz (2014:3), bahwa “Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang

bertujuan untuk membujuk dan menggiring orang untuk mengambil tindakan yang

menguntungkan bagi pihak pembuat iklan”.Dari kedua penjabaran diatas dapat disimpulkan

bahwa disetiap iklan yang meliputi elemen-elemen iklan dapat menimbulkan perhatian,

pemahaman, emosi, hingga tindakan nyata.

Hal ini penting untuk memperkuat iklan sebagai salah satu elemen bauran komunikasi

pemasaran sebuah perusahaan. Berbagai macam jenis produk dan mereknya, seakan-akan

“membanjiri” kita sebagai konsumen dengan berbagai inovasi dan penawarannya.Mulai dari

produk dalam hingga luar negeri, semua berlomba-lomba menarik perhatian masyarakat demi

I
menjangkau konsumen-konsumen baru maupun konsumen yang beralih ke produknya.Sadar

tidak sadar, kita terus-menerus diterpa oleh pemberitaan maupun promosi dari berbagai merek

tersebut seperti menonton televisi, berkendara di jalan, maupun ketika berjalanjalan di mall.

Semakin tinggi persaingan semakin mengharuskan setiap perusahaan untuk mencapai

keunggulan kompetitif agar mampu bertahan dan dapat memenangkan persaingan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di

dunia, sehingga Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi berbagai sektor industri, baik

industri barang konsumen maupun industri barang jasa.Aksi-aksi untuk menarik para calon

pelanggan ini dikualifikasikan sebagai bentuk komunikasi pemasaran. Secara terpisah,

komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian sebuah pernyataan dari satu orang ke orang

yang lain (Effendy, 2003:28). Dalam mencapai keunggulan tersebut, elemen-elemen yang

terdapat dalam iklan melalui tanggapan atau reaksi dari audiens.Tanggapan ini terjadi ketika

audiens sedang melihat, mendengar, atau berpikir tentang suatu iklan.

Kreativitas dalam membuat sebuah iklan memang sangat luas atau rangsangan

rangsangan seperti semua elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam iklan dapat

mempengaruhi emosi audiensnya.Seperti katakata yang terucap atau dalam penekanan suara,

musik, gambaran yang menggambarkan alur cerita yang mempunyai arti tersendiri, warna, dan

setiap gerakan yang ingin disampaikan kepada audiens (Rossiter dan Percy, 1987).Maka

kesimpulan dari konsep elemen-elemen disini yaitu iklan pasti didalamnya terdapat elemen-

elemen iklan yang menerpa pada penontonnya sehingga secara tidak langsung dapat

menimbulkan sikap atau tindakan nyata yang berubah baik maupun buruk.

Dengan banyaknya berbagai iklan yang tersebar di kalangan masayarakat, hal ini

membuat semakin banyaknya industri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.Maka

perusahaan harus lebih cermat dalam mengemas isi pesan maupun semua elemen-elemen

yang terdapat dalam iklan dapat disampaikan melalui iklan.Jika tidak, iklan yang dimaksud

I
dapat tenggelam di antara tumpukan iklan-iklan lain yang tersebar.Peneliti memilih iklan televisi

karena melihat semakin banyaknya stasiun TV swasta yang diikuti dengan semakin banyaknya

iklan-iklan memenuhi setiap acara di stasiun TV swasta tersebut. Apalagi menurut data dari

Nielsen belanja iklan di kuartal pertama tahun 2014 secara total mengalami pertumbuhan

sebesar 15% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2013, dari Rp 23,3 Triliun menjadi Rp

26,7 Triliun (Data Nielsen 2014).

Pertumbuhan belanja iklan pada kuartal pertama 2014 tersebut lebih kecil bila

dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal pertama 2013 (23%) maupun kuartal pertama

2012 (20%). Bila dilihat pertumbuhan menurut jenis media, di kuartal pertama tahun ini belanja

iklan televisi tumbuh sebesar 9% dengan kontribusi terbesar juga dari organisasi politik dan

pemerintahan sementara majalah dan tabloid justru mengalami penurunan sebesar 1% (Data

Nielsen 2014).

Dengan pesatnya pertumbuhan belanja iklan atau perusahaan dari tahun ke tahun

berlomba-lomba untuk kreatif menciptakan sebuah ide dalam membuat iklan yang tidak sekedar

bertujuan untuk memberitahu audiens tetapi juga mengajak audiens untuk mengerti apa yang

disampaikan dan sekaligus merangsang tindakan nyata.

Iklan dapat diartikan sebagai segala kegiatan untuk menyampaikan pesan tentang suatu

produk atau jasa dengan berbagai cara pemasaran kreatif melalui suatu media kepada target

pasar yang dituju agar masyarakat tertarik untuk membeli atau menggunakannya. Industri

periklanan Indonesia merupakan salah satu subsektor penyumbang dalam pertumbuhan

ekonomi kreatif tertinggi ke tiga setelah sektor fesyen dan kerajinan.

Pemetaan kontribusi ekonomi dari periklanan sebagai bagian dari ekonomi kreatif

menekankan pada pengukuran berdasarkan produk domestik bruto (PDB), 2 ketenagakerjaan,

aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan ekspor nasional. Karya – karya yang

I
dihasilkan oleh para kreator iklan dalam negeri juga menjadi salah satu nilai lebih karena

mereka mampu mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai ajang kompetisi periklanan

baik nasional hingga internasional.

Dalam perkembangannya, periklanan di Indonesia tidak hanya terbatas pada kegiatan

untuk memasarkan produk dan pemasaran sosial saja, namun juga digunakan untuk

membangun citra perusahaan atau individu, kepentingan politik, serta kepentingan pemerintah

dalam membangun relasi dengan masyarakat. Industri periklanan di Indonesia saat ini sedang

bergerak ke arah industri komunikasi pemasaran strategis yang melakukan berbagai peran

sekaligus, dilihat dari cakupan bisnis periklanan di Indonesia saat ini yang sangat luas mulai

dari jasa kreatif untuk menghasilkan konten, aplikasi digital, sampai pengadaan acara

(http://indonesiakreatif.bekraf.go.id diakses pada hari Selasa 1 Mei 2018, pukul 18:43 wib)

Melihat perkembangan periklanan Indonesia yang semakin mengikuti perkembangan

jaman tersebut membuat tingkat pertumbuhan belanja iklan yang akhirnya mengalami pasang

surut. Menurut hasil riset Nielsen Indonesia, pertumbuhan belanja iklan tahun 2017 mengalami

kenaikan 8% lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong dengan

adanya tahun politik dan banyaknya acara berskala internasional yang akhirnya menyentuh

angka belanja hingga Rp 145 triliun (http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2018/ diakses

pada hari Minggu 29 April 2018 pukul 20:09).

Akibat pertumbuhan belanja iklan Indonesia yang meningkat tersebut, membuat

Indonesia menjadi incaran pasar periklanan bagi pemilik biro iklan multinasional yang akhirnya

tertarik untuk berbisnis di Indonesia. Akibat banyaknya pertumbuhan biro iklan multinasional di

era perdagangan bebas ini, membuat biro iklan lokal semakin terpuruk, seperti mulai membuka

diri untuk diakusisi hingga mengalami kebangkrutan akibat tidak mampu bersaing dengan biro

iklan multinasional.

I
Tidak heran jika saat ini banyak biro iklan lokal yang hadir namun tidak mampu bertahan

lama akibat kalah persaingan dengan biro iklan multinasional sebagai penguasa pasar, seperti

Dwi Sapta Group yang sempat berjaya pada masanya itu akhirnya melakukan merger dengan

biro iklan multinasional Dentsu. Menurut President Director Artek n Partner sekaligus CEO

Artek Group, Maya Dewi AR mengatakan bahwa sudah saatnya pemerintah bergerak nyata

melindungi agensi periklanan lokal. Salah satunya, dengan mengeluarkan regulasi yang dapat

membuat agensi nasional mendapat tempat di negeri sendiri. Jika tidak, bukan tidak mungkin

jika ke depannya semua agensi nasional akan tergantikan oleh agensi multinasional

(http://mix.co.id/mix-magazine/ diakses pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 20:08 wib).

Salah satu penyebab ringkihnya biro iklan lokal saat ini diakibatkan oleh perubahan pola

konsumsi media masyarakat yang beralih ke digital. Perubahan tersebut mendorong para

pemilik brand juga kreator iklan untuk terus siap mengikuti segala perubahan perilaku

konsumen agar selalu bisa memenuhi segala kebutuhan pasar. Seperti yang dikatakan oleh

Spurgeon (2008: 26)

Biro iklan lokal harus semakin kreatif dan inovatif serta selalu siap untuk mengikuti

perubahan yang terjadi. Tidak hanya memperkuat tim internal saja dalam melakukan perubahan

namun juga memberikan pelayanan yang berbeda dengan biro iklan lainnya untuk dapat

menarik klien. Biro iklan yang tidak memiliki strategi komunikasi pemasaran yang baik tentunya

tidak akan mampu bertahan lama seperti yang banyak terjadi sekarang ini.

Menurut Kotler (2002:34), dalam meningkatkan persaingan masing-masing perusahaan

harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan

dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berubah. Setiap perusahan harus mampu

mengembankan strategi komunikaasi pemasaran yang tepat dan dapat meningkatkan

pendapatan perusahan serta membangun citra dan respon dari khalayak.

I
Melihat situasi persaingan antar biro iklan di Indonesia juga banyaknya masalah yang

belum dapat dipecahkan oleh banyak agensi nasional yang ada membuat Flock Company hadir

sebagai jawaban atas permasalahan praktik pengelolaan perusahaan periklanan di Indonesia.

Pendapat lainnya menurut Kotler dan Keller (2012:95) menjelaskan bahwa: Dewasa ini,

periklanan sudah tidak asing didengar oleh masyarakat Indonesia. Seperti yang dikutip dalam

buku Periklanan (Muktaf, 2015:4) menyatakan bahwa menurut Institute of Practitioners in

Advertising (IPA), periklanan adalah mengupayakan suatu pesan penjualan yang sepersuasif

mungkin kepada calon pembeli yang paling tepat atas suatu produk berupa barang atau jasa

tertentu dengan biaya yang semurah - murahnya. Sedangkan menurut pakar di bidang

periklanan, bahwa periklanan dapat membuat masyarakat membeli sesuatu yang tidak anda

butuhkan atau inginkan bahkan tidak sedikit masyarakat yang rela membayar dengan harga

yang sangat mahal (Santosa, 2002:64).

Periklanan adalah bentuk berbayar nonpersonal persentasi dan promosi tentang ide,

barang, atau jasa yang diidentifikasi sebagai kegiatan promosi melalui media cetak (koran atau

majalah), media penyiaran (radio dan televisi), media jaringan (telepon, kabel, satelit, nirkabel),

elektronik media (audiotape, videotape, videodisk, CDROM, halaman web), dan media display

(billboard, sistem tanda, poster)

Dalam perkembangannya, periklanan di Indonesia tidak hanya terbatas pada kegiatan

untuk memasarkan produk dan pemasaran sosial. Saat ini iklan juga digunakan untuk

membangun citra perusahaan atau individu, kepentingan politik, dan kepentingan pemerintah

dalam membangun relasi dengan masyarakat. Periklanan yang ada di Indoensia tidak bisa

brgerak tanpa adanya biro iklan di belakangnya.

Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Istilah Periklanan Indonesia (1996:4), biro iklan

merupakan sebuah perusahaan yang merencanakan dan menyelenggarakan kampanye serta

I
yang bertindak atas nama kliennya. Menurut Jefkins (1997:60), biro iklan merupakan suatu

lembaga pelaku jasa yang menjalankan fungsi serta peran pelayanan terhadap pihak pengiklan

untuk mewujudkan kampanye iklan sesuai kehendak pengiklan dengan menjalankan fungsi

sebagai perantara peranan biro iklan. Bedasarkan hal tersebut, secara umum dapat diringkas

menjadi dua, yaitu :

1) Biro iklan menawarkan kepada klien berupa jasa sebuah tim profesional terlatih, yang dapat

dimanfaatkan bersama klien untuk merancang sebuah bentuk komunikasi pemasaran.

2) Di dalam lembaga periklanan hampir semua pekerja di biro iklan bekerja atas nama kontrak

bagi organisasi atau perusahaan lain. Hal ini berarti bahwa setiap biro iklan harus mencari klien

sebanyak mungkin untuk mendapatkan income guna memajukan perusahaan yang mereka

jalankan.

Biro iklan memegang peranan penting dalam perekonomian dunia karena

keberadaannya juga ikut menggerakan perekonomian sehingga tetap berjalan dan

berkembang. Menurut Widyatama (2005:171), secara umum biro iklan yang memberikan jasa

full service advertising dapat di bagi beberapa fungsi, yaitu :

1) Merancang Iklan

Biro iklan yang memberikan jasa full service akan merencanakan bagaimana isi

dan strategi penyampaian pesan yang akan disampaikan, dari bagaimana ide

cerita, ilustrasi dan bentuk iklan yang akan dibuat, 16 kepada siapa iklan tersebut

ditunjukan, dan menggunakan media apa saja iklan tersebut akan dipasang.

Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan iklan yaitu :

a. Pembuatan strategi iklan, dimana pada tahap ini peran dari klien sangat

dibutuhkan karena marketing brief yang dibuat oleh klien yang berisi informasi

dan situasi pasar harus lengkap dan dapat dipahami oleh agency sehingga pihak

I
biro iklan dapat mengolahnya ke dalam job brief sebagai acuan bagi tim kreatif

dalam menentukan dan mengolah kreatifitas sesuai yang diharapkan dalam brief

tersebut.

b. Menentukan pesan periklanan. Sebagai pihak biro iklan harus dapat berdalih

bahwa komunikasi yang bagus adalah komunikasi yang single message, ini

dikarenakan banyak terjadi dari pihak klien di lapangan yang ingin memasukkan

banyak pesan ke dalam iklan yang sedang di garap. Jika keinginan kilen tersebut

di lakukan, dikhawatirkan target audience akan susah menangkap pesan dari

iklan yang dibuat.

c. Menentukan kreatif periklanan. Dalam tahap ini, biro iklan merencanakan serta

mengkonsep bagaimana isi dan strategi dalam penyampaian iklan tersebut juga

bagaimana ilustrasi selanjutnya yang akan diproduksi dan bentuk iklan yang

akan dibuat, siapa saja 17 target audience yang ingin dicapai dan dengan media

apa saja iklan tersebut akan dipasang.

2) Memproduksi Iklan

Sebagai kelanjutan dari fungsi perencanaan, fungsi ini mewujudkan

perencanaan iklan tersebut dalam bentuk nyata. Walaupun bisa saja terjadi

perencanaan yang disusun oleh pihak lain sementara biro iklan hanya

memproduksi saja bedasarkan perencanaan yang telah dibuat. Memproduksi

suatu iklan adalah keahlian tersendiri bagi biro iklan karena mereka tahu segala

proses dari awal ide iklan tersebut direncanakan, bagaimana strategi komunikasi

yang efektif hingga akhirnya pada tahap eksekusi iklan tersebut.

3)Menyeleksi Media

Di dalam fungsi ini, pihak biro iklan menyeleksi media apa saja yang akan

digunakan untuk suatu iklan yang sedang dibuat. Media merupakan faktor yang

I
cukup vital dimana dengan menggunakan media yang tepat akan membantu

menyumbang keberhasilan suatu iklan. Sekarang ini, media yang digunakan

pada setiap iklan sudah sangatlah beragam. Walaupun suatu iklan

menggunakan kategori media yang sama, namun pada umumnya tiap media

memiliki segmen pembaca tersendiri. Di dalam biro iklan terdapat pihak yang

bertugas mengurus media yaitu media planner, dimana devisi media planner

mengetahui keberadaan setiap media yang ada juga mengetahui

4) Media Placement

Setiap media yang digunakan harus sesuai dengan karakter audience yang

dituju agar pesan dalam iklan tersebut dapat disampaikan tepat sasaran. Setelah

alternatif media yang dipilih, langkah selanjutnya adalah proses penempatan iklan.

Penempatan iklan yang dimaksud adalah penyerahan materi iklan pada media yang

telah dipilih untuk disampaikan pada audience.

Untuk itu, sebuah biro iklan harus memiliki internal yang kuat juga selalu

mengikuti perubahan yang ada sebagai bekal untuk terus dapat melayani permintaan

klien juga memberikan ide - ide yang kreatif agar dapat selalu tepat sasaran kepada

target audience yang akan dicapai.

PEMBAHASAN

Dalam era persaingan global sekarang ini, perkembangan IPTEK sangat pesat. Dampak

kemajuan IPTEK ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dunia. Kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen akan membantu perusahaan dalam

mengembangkan usahanya.

Hal ini menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin tajam sehingga

menyebabkan masalah bagi perusahaan. Agar produk yang dihasilkan perusahaan dapat

I
terjual di pasar maka perusahaan harus mampu menyusun strategi pemasarannya untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Sejalan dengan hal ini maka akan timbul persaingan yang kompetitif bagi setiap

pengusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam usaha memaksimumkan laba

dengan meningkatkan hasil penjualan yang didukung oleh kegiatan pemasaran.

Ada empat elemen pokok yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pemasaran, yaitu

produk, harga, distribu,, si, dan promosi yang dikenal dengan istilah Marketing Mix. Sebagai

salah satu variabel dalam marketing mix, promosi berperan sebagai pemberi informasi. Hal

tersebut disebabkan promosi dapat 2 menimbulkan serangkaian kegiatan lanjutan dari

perusahaan sesuai dengan tujuan penyampaian informasi yang akan diberikan, yaitu

mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan menciptakan pertukaran.

Promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk

mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam

pemasaran (Basu Swastha, 1996 : 237). Kegiatan promosi adalah salah satu strategi

pemasaran yang meliputi periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan serta hubungan

masyarakat.

Menurut Marwan Asri (1986 : 332) tujuan kegiatan promosi adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi selengkapnya kepada calon pembeli tentang barang yang

ditawarkan.

2. Membujuk calon konsumen agar mau membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

3. Mengingatkan konsumen pada produk tertentu dengan harga tertentu dan dijual di

tempat tertentu pula.

I
Dengan kegiatan promosi ini diharapkan pengusaha dapat mempengaruhi konsumen

untuk dapat membentuk image dan kemudian dapat memberikan dorongan agar konsumen

mau membeli produk yang ditawarkan.

Menurut Buchari Alma (2000 : 99) suatu tantangan paling besar yang dihadapi oleh

setiap perusahaan adalah masalah pengembangan produk. Perusahaan yang tidak

mengadakan atau tidak mampu mengembangkan produk ataupun menciptakan produk baru

akan menghadapi resiko seperti penurunan nilai 3 penjualan, karena munculnya pesaing yang

lebih kreatif, adanya perubahan selera konsumen, munculnya teknologi baru dalam proses

produksi.

Oleh karena itu pengembangan produk perlu disertai informasi yang memberitahukan

masyarakat akan produk tersebut. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari timbul suatu

kenyataan bahwa betapa besarnya manfaat produk bagi para pembeli sasaran, namun produk

tidak dapat mencari sendiri pembelinya. Oleh sebab itu produsen harus dapat mencari dan

menciptakan permintaan terhadap produknya. Agar permintaan tersebut terjadi maka produsen

harus memberitahu, mengenalkan, mempengaruhi dan memberi informasi bahwa produk

tersebut memberi manfaat tertentu dan bagi para konsumen disarankan untuk memilikinya dan

mau membeli produknya. Kegiatan inilah yang disebut kegiatan promosi.

Keberhasilan kegiatan promosi yang akan dilakukan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh program serta strategi promosi yang dilakukannya. Ada delapan tahap yang

harus dilakukan suatu perusahaan dalam menetapkan program promosinya. Pertama adalah

komunikator, yaitu perusahaan harus mampu mengidentifikasi khayalak sasaran dan ciri-

cirinya, termasuk citra mereka terhadap produk. Kedua adalah menentukan tujuan komunikasi,

apakah untuk menciptakan perkenalan, pengetahuan, kesukaan, pilihan, keyakinan, atau

pembelian. Ketiga adalah pesan yang harus dirancang, meliputi isi yang efektif, struktur, format,

dan sumber. Keempat adalah menyeleksi saluran-saluran komunikasi personal maupun non

I
personal. Kelima adalah menetapkan anggaran promosi yang menyeluruh. Keenam adalah

biaya promosi harus didistribusikan menurut alat-alat utama 4 promosi yang digunakan. Ketujuh

adalah perusahaan harus menelusuri seberapa banyak pasar yang mengenal produk itu,

mencoba, serta puas terhadap produknya selama proses komunikasi. Dan yang kedelapan

adalah semua komunikasi harus dikelola dan dikoordinasi agar konsisten, tepat, dan efektif

(Philip Kotler, 1993 : 275-276).

Jadi, suatu strategi promosi harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan antara lain

harus diperhitungkan jumlah dana yang tersedia untuk melaksanakan strategi tersebut. Strategi

promosi harus disesuaikan juga dengan jenis produk yang dihasilkan perusahaan serta sifat

pasar target yang dihadapi oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat menentukan jenis

kegiatan promosi apa yang cocok untuk memasarkan produk yang dihasilkannya tersebut.

Media digital saat ini berkembang semakin pesat, hal ini disertai dengan infrasturkur

digital dan mobile yang semakin matang. Tidak heran jika semakin banyak perusahaan yang

menekuni kemampuannya dalam ranah digital untuk semua aktivitas penjualan dan

pemasarannya. Selain biaya atau operasional yang relatif rendah, perusahaan tentunya

mengharapkan bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Menurut Smart Insights tahun

2016 lalu industri ritel sudah mengeluarkan US$15 miliar untuk keperluan promosi dan iklan

digital, industri ritel menghabiskan lebih besar untuk iklan digital dibandingkan industri lainnya,

bahkan melebihi otomotif, travel, layanan finansial, farmasi, dan media (Mulyadi, 2017).

Mengutip dari halaman Wikipedia, inovasi disruptif (disruptive innovation) disebut sebagai

inovasi yang menciptakan pasar baru, mengganggu keberadaan pasar yang sudah ada, dan

pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu. Inonvasi ini menciptakan jenis konsumen

berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama. Sadar atau

tidak, era disruptif memberikan tantangan tersendiri bagi banyak perusahaan. Pada era ini akan

banyak perubahan terjadi. Tidak menutup kemungkinan, beberapa perusahaan terganggu,

I
namun banyak juga yang mampu bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut

hingga dapat eksis hingga kini. Di industri periklanan, perkembangan internet mempengaruhi

cara berkomunikasi dan menyampaikan informasi. Perkembangan ini memberikan efek disrupsi

bagi mendia konvensional seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Ketika platform

berubah, konsumen secara tidak langsung juga berpindah. Dahulu pembuatan iklan televisi

menghabiskan dana ratusan hingga miliaran rupiah. Kini tidak hanya biro periklanan saja yang

bisa membuat iklan, akan tetapi masyarakat umum pun bisa membuat iklan dengan

bermodalkan smartphone dan aplikasi. Tidak perlu menggunakan peralatan yang rumit, tenaga

yang banyak, dan pegawai tetap. Riset dan cara melakukan pengukuran dampaknya pun

berubah, demikian pula medianya (Kasali, 2018).

PERIKLANAN BERBASIS ONLINE

Menurut Kotler dan Keller dalam Dinda dkk. (2018) iklan merupakan bentuk presentasi

non personal dan promosi dalam bentuk ide, barang, ataupun jasa dari sponsor yang telah

ditentukan. Iklan dapat dikatakan efektif jika tujuan dari periklanan tercapai. Tujuan dari

pembuatan iklan antara lain membujuk, menginformasikan, dan meningkatkan pembelian

terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Purnama, 2001). Kemajuan dibidang

teknologi dan informasi menyebabkan munculnya new media atau yang sering disebut dengan

media berbasis online. Dimana setiap individu diseluruh dunia dapat berinteraksi sesuai dengan

apa yang mereka inginkan. Hidayat dalam Irma (2017) berpendapat bahwa banyak manfaat

yang didapat dari penggunaan media sosial ini, antara lain sebagai sarana interaktif, sumber

informsi, media komunikasi, hingga digunakan sebagai alat untuk promosi dan penjualan

produk kepada konsumen.

KEMUDAHAN PERIKLANAN BERBASIS ONLINE

I
Jangkauan internet yang semakin luas dan diiringin dengan kehadiran telepon pintar,

mempengaruhi perilaku konsumen untuk menggunakan internet. Menurut riset yang dilakukan

oleh Nielsen dalam Priyandana (2018), menunjukan bahwa perilaku konsumen dalam

mengakses internet pada tahun 2017 meningkat hampir disemua parameter. Dari sisi waktu

akses mereka mengakses internet pagi, siang, dan malam hari, pada hari kerja ataupun hari

libur, saat bekerja maupun saat santai; baik dirumah maupun di kantor. Akan tetapi disekolah,

kampus, dan perpustakaan waktu akses internet sedikit menurun. Dari sisi lokasi, konsumen

Indonesia masih mengakses internet dalam perjalanan, di restoran dan kafe, di rumah teman, di

area umum, pusat perbelanjaan, maupun di tempat konser. Satu-satunya tempat umum yang

mengalami penurunan akses internet adalah kafe interenet atau yang biasa disebut dengan

warnet.

Perubahan juga terjadi dengan media untuk mengakses Internet, yaitu dengan

penggunaan telepon pintar yang meningkat mengalahkan laptop, komputer desktop, dan

peranti lainnya seperti tablet, game console, dan smart TV. Khusus tablet ada hal menarik yang

ditemukan oleh Nielsen karena menjadi satu satunya peranti keras yang menurut

penggunaannya per tahun 2017 dibandingkan dengan peranti keras lainnya. Berdasarkan

penjelasan sebelumnya penggunaan internet didominasi dengan masyarakat usia 16-29 tahun

yang memiliki mobilitas tinggi, yang bisa mengakses internet sejak bangun tidur hingga kembali

tidur.

Mengutip dari laporan Hootsuite (2018), pertumbuhan penjualan e-commerce untuk

produk kecantikan dan fashion mengalami kenaikan sebesar US$ 2.4 miliar atau 25%. Lalu

untuk produk elektronik naik sebesar US$ 1.2 miliar atau 18%. Musik digital sebesar USD 4

juta. Era teknologi informasi dan mudahnya akses membuat masyarakat semakin berubah.

Bahkan, kini siapa pun dapat beriklan, entah melalui facebook, maupun kanal YouTube. Di

YouTube (dengan 1.3 miliar pemirsa di seluruh dunia dan lima miliar video yang bisa

I
disaksikan, 2018) iklan bisa muncul beberapa detik sebelum video diputar. Pesan-pesan iklan

pun muncul pre-roll diseluruh semua video popular, seperti online lecture, video music, vlog,

video lucu, dan sebagainya. Bahkan, beberapa video tidak menyertakan fitur “skip ad” sehingga

penonton dipaksa mengikutinya sampai selesai. Akibatnya pada 2016, perputaran uang dalam

bisnis periklanan platform digital melampaui nilai iklan yang biasa dinikmati media konvensional.

Kehadiran dunia digital menimbulkan banyak profesi baru antara lain content creator,

content writer dan copywriter, specialis media social, special media strategist, SEO Specialist,

Cyber Security, Digital Public Relations, Manajer Pemasaran Digital, Digital Marketing,

Developer Software, Aplikasi, dan Web Developer (Aisyah, 2018). Hal yang berbeda saat ini

ialah menggunakan jasa-jasa mereka, baik untuk memperluas jangkauan maupun untuk

memperdalam kekuatan bisnis melalui para endorser digital ini. Dengan kata lain, kesuksesan

produk dalam periklanan berbasis online sejauh mana profesi tersebut memiliki hubungan

dengan konsumennya.

Dari basis teknologi muncul platform yang mempengaruhi cara perusahaan dalam

melakukan bisnis. Platform tersebut tentu saja menjerumuskan perusahaan untuk melakukan

perubahan dengan menggunakan iklan berbasis online. Selain dapat diakses oleh semua

orang, (1) penggunaan iklan secara online memiliki pemasaran statistik yang lebih tinggi, (2)

Facebook dan Google merupakan platform iklan yang paling sering dimanfaatkan, (3)

Kampanye menggunakan media sosial lebih mudah, dan (4) Aplikasi berbasis chat merupakan

masa depan bagi perusahaan untuk mengiklankan produknya.

Pertama, pengeluaran terhadap iklan pada media konvensional menurun dibandingkan

menggunakan internet. Di sisilain, perusahaan periklanan menghabiskan uangn untuk kegiatan

pemasaran menggunakan internet dibandingkan dengan televisi atau radio. Anggaran untuk

iklan berbasis internet tercatat mencapai US$ 60 miliar. Lebih rendah dari iklan untuk berbasis

televisi yang mencapai US$ 24 miliar.

I
Kedua, Facebook dan Google akan memperkuat posisinya sebagai pemain utama yang

menyedot pendapatan iklan tertinggi dalam internet advertising. Mereka sudah menjadi pemain

utama dengan presentase pertumbuhan pendapatan dari iklan internet di Amerika sebesar

76%. Angka pertumbuhan pendapatan iklan Facebook bahkan meningkat sebesar 59% melalui

iklan berbasis mobile web. Di sisi lainnya, Google sebagai penguasa pasar internet advertising

juga mengalami kenaikan pendapatan hingga 18%. Hanya sedikit lebih besar bila dibandingkan

dengan kenaikan perusahaan digital advertising lainnya yang membukukan pertumbuhan

sebesar 13%.

Ketiga, pemasaran dengan menggunakan media social dengan konten yang singkat

dinilai lebih efektif. Dalam laporan Meeker terlihat efektifitas kampanye di Snapchat seperti

Spotify dan (Kasali, 2018). Snapchat menggunakan istilah 3V Advertising dengan

mengunggulkan konten dengan rotasi Vertikal (yang dipertuntukan untuk dilihat dari telepon

pintar), Video (media yang baik untuk bercerita), dan Viewing (konten yang dilihat full screen).

Iklan yang dipromosikan menggunakan 3V di Snapchat dengan durasi selama 10 detik sudah

menarik penonton sejumlah 26 juta lebih penonton untuk kasus iklan spotify, dan 14 juta lebih

untuk kasus iklan Furious 7.

Keempat, aplikasi berbasis chat merupakan media masa depan bagi dunia marketing

digital. Ini dilihat dari tingginya penggunaan media sosial yang menggunakan fitur chat seperti

WhatsApp, Facebook Messenger, dan Wechat daripada aplikasi media social lainnya.

Instagram merupakan sosial media keempat yang paling aktif digunakan untuk

networking, karena pengguna sosial media ini cukup banyak, hal tersebut menjadi ladang hijau

bagi selebgram yang ingin mencari pendapatan dari postingan Instagramnya. Tarif yang dibayar

oleh pengguna jasa selebgram tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan menggunakan biro

iklan dan biasanya produk atau perusahaan yang diiklankan merupakan produk bisnis Usaha

Menengah Kecil dan Micro (UMKM). Pada Tabel 1 tarif para influencer di Instagram yang

I
memiliki followers di atas satu juta bisa mendapatkan penghasilan sebesar sepuluh juta rupiah

per sekali posting. Selebgram yang memiliki folowers sebanyak lima ratus ribu, tarifnya sekitar

delaman hingga Sembilan juta rupiah sekali posting. Bagi yang memiliki folowers dibawah lima

ratus ribu rupiah menarik tarif sebesar lima hingga enam juta rupiah per posting. Tarif feed

Instagram dengan Instagram Story berbeda. Instagram story merupakan postingan video

singkat yang bertahan selama 24 jam, tarif yang ditawarkan oleh selebgram dengan jumlah

folowers lebih dari lima ratus ribu sebesar dua juta rupiah.

Selebgram Indonesia yang paling terkenal adalah Rachel Vennya (@rachelvennya)

yang memanfaatkan Instagram untuk memperkenalkan produk keluarga bersama suami dan

anak pertamanya. Total pendapatan perbulan dari mengiklankan produk dari Instagram sebesar

Rp 150.000.000 per bulan. Beragam produk diiklankan oleh selebgram ini, dari produk

kecantikan, kesehatan, pakaian, makanan, minuman dan produk consumer good. Produk

consumer good seperti Jhonson Baby dan Royco pada Gambar 7, biasanya menggunakan biro

periklanan untuk mengiklankan produknya. Tetapi karena terjadi perubahan yang disebabkan

oleh munculnya teknologi digital, maka produk-produk tersebut memanfaatkan selebgram untuk

menyampaikan pesan lebih personal dan dekat dengan konsumen.

Konektivitas yang terjalin melalui media sosial dan aplikasi texting mengubah cara

pandang terhadap media periklanan. Menurut cara pandang baru ini, iklan menjadi efektif jika

membuka ruang bagi publik atau audiens potensial untuk menyebarluaskan secara sukarela.

Apakah karena merasa penting untuk disaksikan komunitas, menghibur, atau mendidik. Akan

lebih baik lagi kalau menggunakan partisipasi positif.

Keterlibatan publik atau konsumen telah menjadi ciri pemasaran dalam era disrupsi

yang ditandai dengan kemunculan teknologi yang memudahkan kreativitas publik. Biaya

membuat video menjadi sangat murah, demikian pula penyebarannya. Di lain pihak, bisnis biro

periklanan pun mengalami perubahan yang sangat besar, terutama dengan hadirnya tenaga-

I
tenaga kerja kreatif yang bekerja sebagai konsultan yang terkoneksi secara virtual, serta proses

produksi yang mata rantainya jauh lebih pendek dan efisien. Evolusi dalam industri periklanan

pun tidak terhindarkan karena industri ini begitu erat kaitannya dengan aspek kehidupan

manusia.

Komunikasi sosial mengalami perubahan mendasar di era revolusi industri 4.0.

Perubahan ditandai pergeseran dari media massa ke media sosial. Revolusi industri  juga

memunculkan dan membuka ruang digital kompetitif baru yang membutuhkan keahlian khusus

bidang komersial teknologi terutama dalam penempatan iklan.

''Menurut John Sinclair, ini menjadi area baru praktik periklanan yang sekarang dianut

oleh agensi global, terlebih dalam situasi wabah korona sekarang,'' tutur Director of Sales Hotel

Platinum Yogyakarta, Retnaningsih Eni Nendyo yang mencermati adanya perubahan perilaku

periklanan secara global.

Akibat globalisasi dan perkembangan teknologi, media digital berkembang pesat,

ditandai dengan semakin pesatnya industri digital dan mobile. Tak heran banyak perusahaan

menekuni kemampuannya dalam ranah digital untuk semua aktivitas penjualan dan

pemasarannnya. Media digital dipilih sekarang ini dikarenakan berbiaya murah, perusahaan

juga menginginkan hasil yang lebih besar dan maksimal.

Perkembangan teknologi memberi efek disrupsi bagi media konvensional seperti surat

kabar, majalah, radio, dan televisi. Ketika platform berubah, konsumen secara tidak langsung

juga berubah. Dahulu pembuatan iklan televisi menghabiskan dana ratusan hingga miliaran

rupiah. Kini tidak hanya biro periklanan yang bisa membuat iklan, awam pun bisa membuat

iklan dengan bermodalkan smartphone dan aplikasi.

disrupsi diberbagai lini yang semuanya telah masuk pada era digitalisasi secara penuh

dan dinamis (Uncertainty). Industri 4.0 adalah interaksi antara Cyber Physical System (CPS)

I
dengan Inter of Things and Service (IoT dan IoS) (Dalenogare et al., 2018). Terjadinya perang

dagang antara negara Amerika Serikat (Amerika) dengan negara Cina (Asia). Ketegangan

politik dan militer antara Amerika Serikat dan Iran (Timur Tengah). Berimbas kepada

perekonomian global seperti naiknya harga minyak dunia dan mata uang dollar AS, kejadian

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian setiap negera

Kondisi ini diperparah dengan adanya Pandemi yang dialami. Coronavirus 2019

menjangkit manusia yang menyebar keseluruh dunia. Akibat dari perubahan-perubahan

tersebut telah memberikan kompleksitas masalah yang dihadapi seluruh negara. Dunia

sekarang sedang mengalami masa perubahan yang tidak menentu, kondisi lingkungan yang

dinamis dan saling ketergantungan (Complexity). Banyak upaya dan solusi yang dicari untuk

mengatasi segala aspek, baik kemunduran ekonomi, kesehatan, pendidikan, kemiskinan,

pengangguran dan lain-lain. Kondisi yang luar biasa dan ambigu (Ambiguity) ini akan membuat

negara harus berhati-hati mencari jalan keluar atas segala permasalahan yang ada. Jika upaya

dan solusi yang dijalankan tidak tepat sasaran maka akan mudah suatu negara tersebut

terjerumus dalam ambang resesi dan kehancuran.

Kondisi yang sedang dihadapi sekarang, telah sampai pada kondisi yang sudah

dipopulerkan oleh US Army War Collage, lebih dikenal dengan akronim VUCA. Vuca

menjelaskan lebih volatil, tidak pasti, kompleks dan ambigu keadaan dunia multilateral pada

akhir perang dingin. Akronim ini diadopsi oleh para pemimpin strategis untuk menggambarkan

keadaan lingkungan bisnis yang semakin tidak pasti, kompleks dan ambigu serta berubah

dengan cepat (Potsangbam, 2018). Pertama sekali akronim ini digunakan pada tahun 1987

berdasarkan teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus untuk menggambarkan

perubahan yang semakin cepat (Volatility), ketidakpastian masa depan (Uncertainty), faktor

lingkungan yang dinamis dan saling ketergantungan (Complexity), keadaan yang tidak biasa

dan diluar dari harapan dan satu keadaan saling berhubungan satu sama lain (Ambiguity).

I
Era Vuca yang sedang kita alami saat ini memberikan efek terhadap disrupsi yang

sangat cepat terhadap berbagai aspek khususnya ekonomi. Ekonomi adalah salah satu aspek

utama yang selalu menghadapi efek langsung atas segala aktivitas perubahan. Seperti yang

dijelaskan sebelumnya pada perubahan globalisasi, revolusi industri, perang dagang dan

kondisi pandemi. Setiap regulasi yang dimunculkan selalu mengutamakan kepentingan

ekonomi daripada aspek lainnya. Hal ini dilakukan karena ekonomi adalah bagian terpenting

yang harus dibenahi dan selanjutnya dengan harapan akan berpengaruh langsung terhadap

aspek lain.

Aspek ekonomi khususnya pada bidang konsumsi sangat memberikan kontribusi yang

penting dalam meningkatkan perekonomian. Upaya tersebut dilakukan agar kemiskinan,

pengangguran dapat menurun. Dengan harapan tingkat konsumsi masyarakat semakin

meningkat yang bertujuan untuk menyelamatkan GDP (Gross Profit Bruto). Maka dalam usaha

tersebut tingkat konsumsi masyarakat harus diproritaskan agar jumlah uang beredar semakin

memberikan kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi. Stimulus konsumsi

masyarakat yang diberikan oleh pemerintah melalui beberapa paket kebijakan dalam bentuk

bantuan tunai adalah suatu solusi efektif agar masyarakat mampu membelanjakan uangnya

secara tunai dimasa krisis dan pandemi ini.

Peran pemasar dalam hal ini juga harus mampu memasarkan produknya menyesuaikan

keadaan saat ini. Keadaan dimana konsumen dalam mengkonsumsi kebutuhannya harus

menyesuaikan dengan kondisi ekonomi, pandemi dan perkembangan teknologi digital. Dalam

kondisi pandemi misalnya, konsumen harus menjaga jarak dan tidak berhubungan langsung

dengan produsen dalam bertransaksi. Sejalan dengan itu, era digital merupakan solusi dalam

menjembatani kondisi tersebut dengan memberikan solusi yang efektif. Salah satunya dengan

belanja secara online, hadirnya aplikasi zoom, hangout sebagai media belajar, meeting dan alat

pertemuan online lainnya. Peran teknologi digital mempermudah masyarakat memperoleh

I
segala kebutuhan yang diinginkan. Namun disisi lain kondisi ekonomi yang sedang dialami

melemahkan tingkat keinginan masyarakat untuk berbelanja dan memperoleh kebutuhan. Inilah

tantangan yang dimiliki oleh pemasar, tapi dengan adanya era digital saat ini akan bisa

dimanfaatkan sebagai peluang.

Dari fenomena bisnis di atas, marketing juga telah mengalami disrupsi searah dengan

perubahan-perubahan yang sedang terjadi. Implementasi teori-teori yang sebelumnya

digunakan tentunya akan mengalami disrupsi. Karena ilmu pemasaran adalah ilmu yang

dinamis. Ilmu yang dapat berkembang menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Teoriteori

ilmiah yang digunakan sebelumnya harus didefenisikan ulang dan atau diberikan penambahan

terbaharukan agar penerapannya sesuai dengan harapan yang dialami masa kini yang dinamis.

Konsep pemasaran harus dapat berevolusi dan menyamai revolusi pada industri. Lanskap

bisnis harus berubah dan bergerak ke ekonomi digital yang menciptakan ragam kemudahan

yang tidak dapat dinikmati oleh generasi sebelumnya (Kartajaya, 2019)

Disrupsi pada pemasaran adalah akibat dari revolusi industri 4.0 seperti yang

dikemukakan diatas. Menurut (Darwin, 2020) terjadinya disrupsi pada marketing adalah sejalan

dengan terjadinya revolusi industri 4.0. Sesuai dengan buku yang ditulis oleh Kotler dan

Hermawan K. (Kotler et al., 2019) dengan sebutan Marketing 4.0. Selanjutnya menurut Rhenald

Kasali dengan sebutan Mobilisasi dan Orkestrasi (M#O) (Kasali, 2019).

Dari konsep-konsep marketing yang telah disusun ulang dan diperkenalkan oleh kedua

pakar tersebut, merupakan representative dari bagaimana memahami disrupsi marketing di era

industri 4.0 saat ini. Hermawan Kartajaya adalah seorang pakar pemasaran yang bukan hanya

dikenal di taraf Nasional tetapi juga Internasional. Bukunya telah diterjemahkan ke berbagai

bahasa di dunia. Serta telah memiliki konektivitas keilmuan dengan berbagai pakar-pakar

pemasaran dunia seperti Philip Kotler, keduanya sudah beberapa kali menulis buku bersama,

yang terbaru kita kenal dengan buku Marketing 4.0 : Bergerak dari Taradisional ke Digital.

I
Rhenald Kasali adalah guru besar manajemen di Universitas Indonesia. Secara

Nasional Rhenald Kasali sudah sangat dikenal sebagai pelopor rumah perubahan dan dalam

bidang bisnis Rhenald Kasali telah beberapa kali menerbitkan buku, yang terbaru berjudul buku

Series on Disruption : Mobilisasi dan Orkestrasi M#O. Secara Internasional, Rhenald Kasali

juga sudah sering mengisi seminar di berbagai Universitas terkemuka di dunia. Renald Kasali

sangat berkontribusi terhadap penyebaran ide dan gagasan untuk perubahan dan kemajuan

negara. Maka tak jarang Rhenald Kasali diundang sebagai pembicara di Media TV. Buku-

bukunya telah banyak digunakan oleh praktisi bisnis dan akademisi sebagai referensi. Rhenald

Kasali bukan hanya sebagai akademisi tetapi juga praktisi bisnis. Tentunya dengan

pengalaman bisnis yang ditekuni, akademisi yang dijalani akan membuahkan teori yang matang

dalam menjawab segala permasalah bisnis.

Maka untuk memahami lebih dalam teori terbaharukan tentang marketing. Penulis akan

melakukan studi literatur yang telah ditulis oleh Hermawan Kartajaya dan Rhenald Kasali serta

penelitian-penelitian lain yang telah mengembangkan teori keduanya. Batasan penelitian adalah

pada literatur yang membahas tentang disrupsi marketing. Penulis akan membandingkan

pemikiran keduanya dengan meneliti pandangan, teori dan penelitian yang sudah dilakukan.

Disruption menurut Hermawan, Kotler dan Huan dalam bukunya Marketing for

Competitivenes menyebutnya dengan Marketing 4.0. Era transisi dan adaptasi pada ekonomi

digital serta pendekatan pemasaran baru untuk penyeimbang dari gangguan teknologi

(disruptive technology). Sehingga muncul konsep pemasaran baru (Marketing 4.0) sebagai

pengembangan marketing 3.0 sebelumnya yang berkonsep manusia-sentris (Kotler et al., 2017,

p. 54).

Berikut ini adalah perkembangan dan perubahan marketing menurut (Kartajaya, 2019, p.

75) yang dibagi kedalam empat tahap. Marketing 1.0 adalah mengutamakan produk sebagai

andalan untuk diiklankan product-driven . Akibatnya, pengetahuan tentang produk menjadi

I
modal utama dari para penjual. Pada tahap ini, penjual tidak peduli dengan kondisi yang dialami

konsumen. Penjual hanya fokus pada produk yang dipasarkan dan menyakinkan konsumen

untuk membeli. Konsep pada tahap ini tidak memiliki konsep pemasaran yang istimewa.

Marketing 2.0 adalah merupakan tahap pendekatan customer-centric. Pada tahap ini penjual

sudah berubah dengan tidak lagi berfokus pada produk saja. Tetapi konsumen menjadi pusat

perhatian utama sebelum menentukan produk yang cocok. Pemasar mulai melakukan research

terhadap perilaku konsumen mulai dari keinginan dan kebutuhan yang akan dipenuhi.

Marketing 3.0 adalah customer-centric bisa saja akan sia-sia jika pemasarannya tidak

dilakukan secara human spirit. Pada tahap ini, konsep pemasaran ditantang melahirkan sebuah

produk yang sesuai dengan konsumen berdasarkan human spirit (semangat kemanusiaan).

Maknanya adalah konsumen harus dipandang sebagai yang memiliki pikiran, hati dan

semangat. Menyesuaikan digitalisasi dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang dimiliki

konseumen. Tidak memaksakan konsep pemasaran yang membuat konsumen semakin sulit

dan kebingungan. Marketing 4.0 adalah tahapan kosep marketing baru yang mengombinasikan

interaksi online dengan offline antara perusahaan dengan pelanggan.

Meski ekonomi digital saat ini sedang berkembang, bukan berarti pemasaran offline

tidak berperan. Kedauanya harus saling berhubungan dan saling mengombinasi satu sama lain.

Menurut Hermawan pemasaran offline justru menjadi differensiasi ditengah pasar yang

competitive saat ini. Keduanya berperan dalam customer path dalam konsumen memutuskan

membeli. Pada konsep marketing 4.0 konsep loyalitas konsumen telah diidentifikasi berubah

dari yang sebelumnya customer path yang terakhir adalah membeli lagi (4A) bertambah

menjadi (5A) dimana ada tambahan baru advocate sebagai customer path baru (Kartajaya,

2019, p. 320).

Anda mungkin juga menyukai