Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Dasar-Dasar Periklanan tentang “Iklan Dalam Pengaruh Ekonomi, Pengaruh Psikologi,
Pengaruh Sosial, Budaya, dan Agama.”
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Indira Fatra Deni P, M.A selaku dosen
mata kuliah Industri Periklanan yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Iklan
Dalam Pengaruh Ekonomi, Pengaruh Psikologi, Pengaruh Sosial, Budaya, dan Agama”
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Aryo Bimo,“ DAMPAK IKLAN TERHADAP KELAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT”, HUMANIORA
Vol.2 No.1 April 2011, hal.2.
4
kepada setiap agen iklan. Perkembangan iklan ini dapat membuka banyak lapangan
pekerjaan dan membuat industri periklanan menjadi salah satu pilihan pekerjaan yang
menjanjikan dan juga bergengsi. Selain itu iklan dapat memunculkan multiplier effect,
iklan tidak hanya menjadi lahan pekerjaan baru yang memberikan keuntungan, tapi
juga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat dan juga negara. Iklan ikut memberi
andil meningkatkan pembelian masyarakat serta menghidupkan industri barang dan
jasa yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak.2
2
www.docplayer.info/30958469-Iklan-lingkungan-sosial (diakses pada 27 April 2021, pukul 15.27 )
3
www.id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_persuasif (diakses pada 27 April 2021, pukul 15. 27)
5
• Memiliki keyakinan lebih terhadap kualitas produk negara tertentu. Ex:
motor jepang dengan motor cina.
4
www.ruangdosen.wordpress.com/2010/04/04/iklan-dan-lingkungan-sosial (diakses pada 27 April
2021, pukul 15. 35)
6
2.3 Pengaruh Iklan Dalam Sosial Budaya
Iklan sebenarnya juga menjadi cermin kehidupan sosial-budaya suatu bangsa.
Kemajuan industri periklanan juga merupakan gambaran majunya tingkat sosial
budaya masyarakat dimana iklan itu berada dan diproduksi. Meski demikian, kemajuan
industri periklanan ini harus memiliki sasaran dan pijakan yang sejalan dengan norma
sosial-budaya yang berlaku dalam masyarakat. Maksudnya, pesan-pesan iklan harus
merujuk pada norma budaya (kemasyarakatan) yang berlaku ataupun aspek disiplin
dari masyarakat dimana iklan itu dipulikasikan.
Sadar atau tidak pesan-pesan iklan saat ini menjejali masyarakat kita dengan begitu
dasyatnya. Sesuai dengan segmentasi pasar produk-produk yang dipasarkan, pesan-
pesan iklan memang ditujukan hanya kepada sebagian anggota masyarakat. Iklan
makanan anak-anak misalnya sesungguhnya ditujukan hanya untuk anak-anak namun
iklan ini juga dikonsumsi oleh orang dewasa. Sebaliknya, iklan untuk orang dewasa
sering juga dikonsumsi oleh anak-anak meski dalam media elektronik (TV) telah
diplot pada jam dan hari tertentu. Akibatnya, sering terjadi perbedaan persepsi dari
kelompok masyarakat lainnya yang sebenarnya tidak ditujui oleh iklan tersebut.
Kesenjangan persepsi iklan ini bukan hanya disebabkan subtansi pesan iklan,
namun dapat pula terjadi karena pola pikir masyarakat, tingkat pendidikan, tekanan
ekonomi, birokrasi dan pengawasan / sanksi, maupun kepentingan bisnis. Akibatnya,
pesan-pesan iklan ini dalam konteks sosial budaya dapat membawa implikasi yang
positif (konstruktif) tapi bisa juga negatif (destruktif).
Dampak positifnya antara lain, tingkat pengetahuan masyarakat diperkaya dengan
hadirnya beragam iklan dan pesan-pesannya, tentu termasuk produk-produk baru yang
ditampilkan dalam iklan tersebut. Ini penting artinya untuk memajukan peradaban
manusia (dari tidak tahu menjadi tahu tentang produk tertentu).
Namun, pesan-pesan iklan ini dapat juga berdampak negatif. Secara sengaja atau
tidak pesan-pesan iklan akan menjadikan masyarakat bersifat konsumeristis terutama
mereka yang secara ekonomi diagap cukup mampu. Beberapa ibu rumah tangga bisa
menjadi shopaholic (gila belanja) lantaran ingin mencoba setiap produk yang
diiklankan di TV atau di media massa lainnya.5
Berikut satu contoh kasus dari iklan yang mengubah pola pikir masyarakat :
5
www.kompasiana.com/kaniskami/5510c0dea333117c39ba8bf1/generasi-konsumeristis-dampak-
sosial-budaya-pesan-iklan?page=all (diakses pada 27 April 2021, pukul 16.05)
7
• Kasus kecantikan
Pada era 60-70an, perempuan cantik memiliki tubuh kurus, kulit hitam dan
rambut berombak. Pada tahun 80-an dipelopori iklan, standar kecantikan berubah
menjadi perempuan yang memiliki kulit halus dan lembut. Atas rayuan iklan itu,
masyarakat kemudian memiliki standar baru. Tahun 90-an, iklan mengkonstruksi
standar baru bahwa seseorang yang cantik yang memiliki tubuh ideal (dengan
lekuk tubuh yang jelas), kulit putih, tidak sekadar halus dan lembut. Sekarang
ditambah lagi dengan kulit bersinar. Sehingga standar kecantikan menjadi lebih
rumit dan kompleks. Standar kulit cantik tidak cukup dengaan perubahan warna
secara fisik (hitam/coklat > putih), tetapi dari putih biasa menjadi bersinar.
Kesimpulan:
Kecantikan yang terjadi di tengah masyarakat dikonstruksi oleh iklan:
Standar kecantikan versi iklan menjadi patokan standar masyarakat: Standar
kecantikan masyarakat diarahkan oleh iklan. Lebih dari itu, iklan juga
mempengaruhi mode pakaian. Bahkan berulang setiap tahun melalui perancang
mode yang kemudian dikomunikasikan melalui iklan. Perubahan demikian seperti
ritual yang berulang sepanjang masa. Pengendalian iklan juga merambah norma,
gaya hidup, standar etis, dan estetika lainnya yang mampu dibentuk oleh iklan.
Standar2 baru yang dibentuk oleh iklan cenderung seragam. Sehingga di tengah
masyarakat cenderung terjdi penyeragaman budaya. Penyeragaman budaya
muncul tenggelam sesuai perubahan iklan. Hal ini menjadikan budaya masyarakat
cenderung dinamis.6
6
www.docplayer.info/30958469-Iklan-lingkungan-sosial (diakses pada 27 April 2021, pukul 15.27 )
8
ajaran-ajaranNya. Contohnya iklan yang menawarkan suatu produk orang dewasa
dengan menggunakan jasa agensi yang berani memamerkan tubuh sensual artis hanya
untuk menawarkan sebuah iklan supaya produk tersebut laku dipasaran. Namun pihak
tersebut tidak memikirkan dampak negatif yang terjadi di masyarakat bisa saja diantara
audien tersebut masih dibawah umur yang seharusnya tidak boleh menyaksikan iklan
orang dewasa, karena bisa mengakibatkan rusaknya akhlak bagi generasi kedepannya.
BAB III
PENUTUP
9
Kesimpulan
Adanya iklan di media massa maupun media iklan lainnya memang tidak dapat
dihindari. Namun, iklan-iklan yang ditayangkan hendaknya tidak saja bersifat komersial
(commercial mission), tapi juga bersifat mendidik (education mission). Hal ini tidak
mungkin terjadi tanpa peran aktif dari insan media sendiri. Jadi diharapkan media lebih
memperhatikan publikasi publikasi iklan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Karena
merekalah palang pintu paling menentukan lahirnya generasi baru yang konsumeristis atau
tidak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Aryo,“ DAMPAK IKLAN TERHADAP KELAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT”, HUMANIORA Vol.2 No.1
April 2011, hal.2.