Anda di halaman 1dari 10

MELIPUT PERISTIWA TAK TERDUGA

TUGAS MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Reportase


Dosen Pengampu :
Lukman Hakim, S.I.Kom, M.Sos

Disusun oleh :

DEFANI FAUZIA RUSULI 933506017


MEILITA ELAINE 933505817

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2019 – 2020
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas ini berjudul “MELIPUT BERITA TAK TERDUGA”.
Penyusun juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami mengharap ada saran dan kritik yang sifatntya membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesainya tugas ini. Dengan segala doa dan harapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Kediri, 1 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia tidak akan pernah lepas dari informasi. karena merupakan


sumber pengetahuan. Zaman modern ini semua serba cepat. Termasuk
informasi seperti berita dan sebagainya dengan mudah bisa diakses
melalui internet.
Berita adalah suatu laporan atau informasi yang didapatkan melalui
reportase oleh seorang jurnalis atau wartawan di lapangan.
Selain datanya yang harus akurat, hangat, menguat fakta-fakta juga
harus cepat dalam meliput dan menyebarkan berita tersebut. Namun tidak
semua berita bisa kita ketahui kapan terjadinya. Banyak peristiwa-
peristiwa yang tak terduga terjadi namun sebagai jurnalis kita harus bisa
melaporkan berita tersebut tanpa melupakan nilai dari berita tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian sebuah berita ?


2. Apa penjelasan dan ragam reportase ?
3. Siapa yang bertugas meliput atau memburu sebuah berita & seperti apa ciri-
cirinya?
4. Apa saja persiapan yang harus dilakukan ketika akan meliput peristiwa tak
terduga ?
5. Bagaimana etika jurnalistik yang dipakai sebagai pedoman dalam meliput
berita tak terduga ?
6. Bagaimana contoh-contoh peliutan peristiwa tak terduga ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEBUAH BERITA

Berita adalah laporan atas opini atau peristiwa yang penting bagi
sejumlah besar orang/khalayak. Berita yang besar adalah berita yang
dibutuhkan oleh banyak orang. 1
Berita berasal dari bahasa sansekerta, yakni vrit yang dalam bahasa
Inggris disebut Write yang artinya ada atau terjadi. Sebagian ada yang
menyebutnya Vritta artinya kejadian atau telah terjadi. Yang kemudian
dalam bahasa Indonesia disebut Warta yang merupakan laporan atau
peristiwa yang hangat. Menurut Tuchman dalam bukunya Making News,
mengatakan berita adalah jendela dunia, sebab melalui berita kita dapat
mengerti apa yang terjadi di dunia.2

B. REPORTASE DAN RAGAMNYA

Reportase adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh


wartawan/jurnalis/reporter denagn menceritakan peristiwa secara ringkas
dari lokasi kejadian dan menggunakan durasi waktu tertentu. Untuk
beberapa jenis reportase bisa terlebih dahulu untuk melakukan observasi
atau pengamatan langsung juga mencari fakta-fakta terkait berita.
Ragam reportase yaitu :
B.1. Reportase Langsung (Running Report)
Reportase yang menggiring pemirsa ke suatu tempat terjadinya
peristiwa. Dimana reporter memposisikan dirinya sebagai saksi mata yang

1
Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hal. 17.

2
Syahputra, Op.Cit., 17-18.
mewakili pemirsa. Yaitu harus mampu melihat, merasakan kondidi sekitar,
serta berpikir untuk kepentingan pemirsanya.3
Reportase langsung terdiri dari 2 :
- Reportase yang direncanakan
Reportase yang direncanakan untuk peristiwa-peristiwa khusus yang
waktunya sudah diketahui, misal peringatan hari kemerdekaan RI.
- Reportase yang tidak direncanakan
Reportase atau liputan suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba
atau tak terduga. Misalnya banjir, longsor, hujan deras serta angin
kencang yang belum bisa diprediksi jauh-jauh hari. Atau juga
demonstrasi.4
B.2. Reportase Tunda (laporan kemudian)
B.3. Reportase Bersambung/Beranting (reportase secara estafet yaitu
menyebarkan reporter di titik-titik berbeda)
B.4. Reportase Melalui Rekaman (Penayangan berita saat peristiwa itu
belum selesai. Melalui perekaman di OB Van disalurkan ke studio siaran.
B.5. Reportase Melalui Wawancara

C. YANG BERTUGAS MELIPUT BERITA

Reporter adalah orang yang bertugas mencari atau memburu


berita, kemudian melaporkannya secara langsung dari tempat
peristiwa. Yang memiliki kemampuan :
1. Mampu berbicara (cepat, tepat, mengalir seperti air)
2. Teliti dalam menyampaikan informasi kepada pendengar
atau pemirsa (tidak asal bicara, tidak menggunakan kalimat gidak
senonoh)

3
Lala Hozilah, Reportase Radio & Televis (Jakarta: Indeks, 2013), hal.30.
4
Ibid., hal. 31.
3. Mengetahui teknik pelaporan dan memiliki suara yang baik,
menguasai penggunaan peralatan teknik, terutama alat abntu apa yang
digunakan saat suara rendah, dan sebagainya.5

D. PERSIAPAN UNTUK MELIPUT PERISTIWA TAK


TERDUGA

D.1. Reporter harus :


1. Mahir luar biasa dari reporter
2. Mampu memberikan gambaran jelas kepada pendengar, sehingga mereka
seolah-olah ada di lokasi kejadian dan ikut bersimpati (jika ada korban)
atau ikut tergugah
3. Harus cakap menggunakan bahasa secara lancar
4. Peka gterhadap situasi
5. Melukiskan keadaan secara tepat
6. Mengetahui berbagai hal sekitar peristiwa (apakah ada keterkaitan dengan
peristiwa lain)
7. Jik ada keterkaitan, reporter harus mampu mengungkap memori yang
berkaitan dengan peristiwa itu
8. Menggunakan suaranya secara reaktif
9. Unsur reaktif dpat terlukiskan dalam suaranya.6
D.2. Persyaratan Reporter Siaran Langsung :
1. menyiapkan narasumber yang akan diwawancara
2. melakukan riset sebelum wawancara dilakukan
3. menyusun pertanyaan denagn baik
4. ada persiapan saat wawancara dijawab tak sesuai harapan
5. persiapan peralatan yang baik
6. berani mengambil keputusan

5
Ibid., hal. 102.
6
Ibid., hal. 31-32.
7. menjalin komunikasi dengan narasumber yang akan diwawancarai sebelum
wawancara7
8. memiliki kemampuan kepekaan sosial. Mampu memilih peliputan berita apa
yang harus didahulukan.8
D.3. Berpatokan Pada SOP Reportase
1. perencanaan (sebelum datang ke tempat peristiwa
2. pelaksanaan (kerjasama antara juru kamera dengan reporter)
3. pengolahan (reporter membuat naskah diserahkan ke produser untuk proses
penyuntingan. Juru kamera membuat urutan hasil shooting. Semua bagian
diserahkan pada bagian editing)
4. penayangan (5W+1H sangat penting)
5. evauasi (menganalisis kekurangan dan mengetahui keberhasilan penayangan)9
D.4. sebelum terjun ke lokasi ada beberapa hal yang bisa dilakukan reporter :
1. memahami peta konflik yang terjadi (jika misalnya peristiwa yang terjadi
adalah perang)
2. memegang prinsip cover bith side
3. sikap waspada yang tinggi karena biasanya peristiwa-peristiwa tidak terduga
mengandung unsur bahaya
4. menghindari kata-kata yang sensitif terhadap pihak yang terlibat dalam konflik
5. berusaha menghindari perspektif yang difokuskan pada perbedaan kedua belah
pihak yang terlibat dalam sebuah konflik

7
Fajar Junaedi, Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi (Jakarta: Kencana, 2013), hal.
54-56.
8
Ibid., hal.51.
9
E. ETIKA JURNALISTIK SEBAGAI PEDOMAN MELIPUT
BERITA TIDAK TERDUGA

E.1. Peliputan Bencana


Dalam Pedoman Perilaku (PPP) dan Standar Program Siaran (SPS) 2009 yang
dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah diatur dalam Bab XXIV
Pasal 34 tentang Peliputan Bencana Alam. Wajib mengikuti ketentuan :
1. Melakukan peliputan subjek yang tertimpa musibah harus memeprtimbangkan
proses pemulihan korban dan keluarganya
2. Tidak menambah penderitaan dan trauma keluarga pada kondisi gawat,
kecelakaan, kejahatan, atau berduka dengan memaksa untuk diwawancarai,
diambil gambar , dan menyiarkan gambar korban hanya untuk dukungan
tayangan.
E.2. Peliputan Wilayah Konflik (Perang)
1. Siaran langsung di wilayah konflik harus memerlukan alat yang canggih namun
ringkas. Agar mobilitas reporter dan juru kamera yang terjun di medan lebih mudah.
Liputan kejadian wilayah harus berpindah-pindah tidak bisa diprediksi sebelumnya.
2. Keamanan reporter perlu diperhatikan. Karena biasanya pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik selalu berusaha mencari perhatian agar diberitakan maka bisa saja
melakukan apapun yang tidak terduga.
3. Tekanan untuk melakukan reportase langsung (durasi atau deadline). Karena para
reporter harus berkompetisi untuk menjadi yang pertama dalam memberitakan
peristiwa tersebut. Karena siapa yang menyiarkan berita tercepat akan menaikkan
reputasi stasiun televisi tersebut. Namun jika hanya memperhatikan kecepatan, maka
tingkat akurasi, kedalaman berita bisa hilang. 10

10
Ibid., 129-130.
F. CONTOH PELIPUTAN PERISTIWA TAK TERDUGA

1. Peliputan bencana alam meletusnya Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah


dan Yogyakarta yang tidak mendapatkan data akurasi karena mengejar kebaruan
atau kecepatan dalam penayangan berita sehingga menyebarkan informasi yang
salah, kepanikan juga sempat melanda warga di lereng dan kaki Gunung Merapi
setelah mereka melihat pemberitaan di TVOne yang memberitakan terjadi
guguran awan panas. Kepanikan ini kemudian menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas, karena memang jalanan yang tertutup abu vulkanis
Gunung Merapi. Padahal, ternyata yang terjadi bukanlah awan panas atau yang
biasa disebut wedus gembel namun hujan abu vulkanis.
Tak lama setelah berita ini terkonfirmasi sebagai informasi salah,
berbagai hujatan di situs jejaring sosial ditujukan kepada salah satu stasiun
televisi ini.
2. Kasus serupa pada pemberitaan Mbah Maridjan, sosok yang dituakan di Gunung
Merapi, pasca erupsi Merapi. Awalnya ada salah satu stasiun televisi
memberitakan jika juru kunci ini masih hidup dan selamat. Kemudian ada juga
yang memberitakan bahwa abdi dalem keraton ini tidak diketahui rimbanya.
Berita akurat baru muncul setelah kesimpangsiuran, di mana juru kunci Mbah
Maridjan ternyata ditemukan meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
Hozilah, Lala. 2013. “Reportase Radio & Televisi”. Jakarta. Indeks.

Gazali, Effendi. 2006. “Jurnalistik Infotainment”. Yogyakarta. Pilar Media.

Prayitno, Budi. 2006. “Jurnalisme Debat Global”. Jakarta. Institut Studi Arus
Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Junaedi, Fajar. 2013. “Jurnalisme Pneyiaran dan Reportase Televisi”. Jakarta.


Kencana Prenada Meia Group.

Anda mungkin juga menyukai