Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Massa
Disusun Oleh :
4. Mugni 1941010575
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Kultivasi”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima Kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
A. Rumusan Masalah.........................................................................................2
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang Teori Kultivasi.....................................................................3
B. Tokoh Teori Kultivasi...................................................................................5
C. Definisi Teori Kultivasi................................................................................6
D. Analisis dan Asumsi Teori Kultivasi............................................................8
E. Konsep Teori Kultivasi...............................................................................12
F. Keunggulan dan Kelemahan Teori Kultivasi..............................................13
1. Kelebihan teori kultivasi.........................................................................13
1. Kekurangan teori kultivasi......................................................................13
G. Kritik Teori Kultivasi..................................................................................13
H. Contoh Kasus dari Teori Kultivasi dan Analis Kasus Tersebut
Menggunakan Teori Kultivasi............................................................................15
1. Analisis Contoh Kasus Teori Kultivasi...................................................15
2. Analisis Kasus menggunkan Teori Kultivasi..........................................19
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
A. Kesimpulan.................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................22
iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PENDAHULUAN
3
proses kumulatif di mana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas
sosial kepada khalayaknya.
4
mengubah keyakinan orang tentang relasi antara televisi dan khalayaknya berikut
berbagai efek yang menyertainya.
5
Gerbner juga bergabung untuk melakukan riset-riset dan juga bergabung
dengan badan-badan atau komisi-kominsi diantaranya adalah riset internasional
yang didukung oleh lembaga Ilmu pengetahuan nasional, Institut Kesehatan
Mental nasional, Riset internasional dan Pertukaran (IREX), Komisi pengawas
Presiden atas Penyebab Dan Pencegahan terhadap kekerasan, Ahli badan
penasehat Umum Ilmiah atas Televisi dan Perilaku Sosial, Serikat sekerja Para
aktor Layar. Komisi pengawas Hak Sipil, lembaga Robert Kayu Johnson , dan
organisasi lainnya.
Selain disebutkan seperti diatas George Gerbner juga aktif sebagai editor
eksekutif Jurnal Komunikasi yang triwulanan dan editorial dewan Encyclopedia
Komunikasi internasional.Jurnal, Buku, Serta Analisis dari George Gerbner
Sampai sekarang sudah bayak sekali jurnal dan buku yang sudah dibuat oleh
Gerbner, judul jurnal dan buku dari Gerbner yang terkenal diantaranya adalah :
6
khalayak media agar tidak dirugikan dengan kehadiran media industri. Yang
paling terkenal dari karya Gerbner adalah analisisnya tentang Kultivasi. Analisis
ini menganggap bahwa Televisi membuat suatu pandangan dunia, walaupun tidak
akurat tetapi kebanyakan orang mempercayainya. Gerbner meneliti televisi karena
dia menggap televisi berbeda dengan media yang lain karena memiliki
karakteristik dan keunikan tersendiri.
7
penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.Televisi mampu mempengaruhi
penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai
sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas yang tampil di
media dipandang sebagai sebuah realitas objektif.
Saat ini, televisi merupakan salah satu bagian yang penting dalam sebuah
rumah tangga, di mana setiap anggota keluarga mempunyai akses yang tidak
terbatas terhadap televisi. Dalam hal ini, televisi mampu mempengaruhi
lingkungan melalui penggunaan berbagai simbol, mampu menyampaikan lebih
banyak kisah sepanjang waktu. Gebrner menyatakan bahwa masyarakat
memperhatikan televisi sebagaimana mereka memperhatikan tempat ibadah
(gereja). Lalu apa yang dilihat di televisi? Menurut Gerbner adalah kekerasan,
karena ia merupakan cara yang paling sederhana dan paling murah untuk
menunjukkan bagiamana seseorang berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
Televisi memberikan pelajaran berharga bagi para penontonnya tentang berbagai
‘kenyataan hidup’, yang cenderung dipenuhi berbagai tindakan kekerasan.
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa bahwa pada dasarnya
ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu
8
membandingkan sikap penonton televisi. Dalam hal ini, ia membagi ada 4 sikap
yang akan muncul berkaitan dengan keberadaan heavy viewers, yaitu:
Yaitu mereka yang pada akhirnya terlibat dan menjadi bagian dari
berbagai peristiwa kekerasan
Yaitu mereka yang sudah apatis tidak percaya lagi dengan kemampuan
hukum dan aparat yang ada dalam mengatasi berbagai tindakan
kekerasan. bagaimana orang memandang dunia mereka. Dalam
Masyarakat masa kini,kebanyakan orang mendapatkan informasi mereka
dari sumber-sumber yangbermediasi dibandingkan dari pengalaman
langsung.Karenanya, sumber-sumberyang bermediasi dapat membentuk
kenyataan sesorang. Hal ini terjadi dalam hal kekerasan. Kegiatan
menonton Televisi kelas berat mengultivasi suatu anggapan bahwa dunia
adalah tempat yang penuh dengan kekerasan dan para penonton.
9
D. Analisis dan Asumsi Teori Kultivasi
10
media cetak. Tidak seperti film, televisi pada dasarnya gratis (selain biaya yang
dikeluarkan pertama kali untuk pesawat televisi dan biaya iklan yang ditambahkan
para produk-produk yang kita beli). Tidak seperti radio, televisi mengombinasikan
gambar dan suara. Televisi tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi
ketempat ibadah misalnya, atau pergi ke bioskop atau teater. Televisi adalah satu-
satunya medium yang pernah diciptakan yang tidak memiliki batasan usai-
maksudnya, orang dapat menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir dari
kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun di antaranya. Oleh karena itu, televisi
mudah diakses dan tersedia bagi siapa saja, televisi merupakan “senjata budaya
utama” dari budaya kita.
Asumsi yang Kedua, berkaitan dengan dampak dari televisi. Gerbner dan
Gross (1972) menyatakan bahwa “Substansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh
TV tidak merupakan sikap dan opini yang lebih spesifik dibandingkan asumsi-
asumsi yang lebih mendasar mengenai fakta-fakta kehidupan dan standart-standart
penilaian yang mendasari penarikan kesimpulan”. Maksudnya, televisi tidak lebih
berusaha untuk mempengaruhi kita melainkan melukiskan gambaran yang lebih
kurang meyakinkan mengenai seperti apa dunia sebenarnya. Gerbner dalam
mengamati bahwa televisi mencapai orang, rata-rata, lebih dari tujuh jam sehari.
Selama kurun waktu ini, televisi menawarkan “sistem penceritaan kisah yang
terpusat”. Gerbner sepakat dengan Walter Fisher bahwa orang hidup di dalam
kisah. Gerbner, sebaliknya menyatakan bahwa kebanyakan kisah di dalam
masyarakat modern sekarang berasal dari televisi. Fungsi kebudayaan utama dari
televisi adalah untuk menstabilisasi pola-pola sosial, untuk memperkuat resistensi
terhadap perubahan.
11
dilakukan- dan televisi menceritakan semua kisah tersebut melalui berita, drama,
dan iklan kepada hampir semua orang Gebner,dalam Analisis Kultivasi
memberikan cara pemikirn alternative mengenai kekerasan dalam TV. Beberapa
teori seperti pembelajaran sosial (Social Learning Theory) Bandura, 1977 dalam
(mengasumsikan bahwa kita cenderung melakukan kekerasan setelah terpapar
kekerasan itu sendiri.
Asumsi Ketiga, menyatakan bahwa dampak dari televisi terbatas. Hal ini
mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa televisi tersebar sangat luas.
Tetapi, kontribusi kepada budaya yang dapat diamati, diukur, dan independen
relatif kecil. Gerbner menggunakan anologi zaman es untuk membedakan Analisis
Kultivasi dari pendekatan dampak terbatas. Analogi zaman es (ice age analogy)
menyatakan bahwa “sebagaimana pergeseran temperature rata-rata sebanyak
beberapa derajat dapat mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum
dapat ditentukan dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif kecil
namun tersebar luas dapat membuat perbedaan besar. ‘Ukuran” dari “dampak’
jauh lebih tidak penting dibandingkan dengan arah dari kontribusinya yang
berkelanjutan” Gerbner, dkk.
Argument ini tidak menyatakan bahwa dampak dari televisi tidak memiliki
konsekuensi. Sebaliknya, walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat
diukur, diamati dan independen pada satu titik waktu tertentu mungkin terlihat
kecil, dampak ini tetap saja ada dan signifikan. Lebih jauh lagi Gerbner dan
koleganya dalam menyatakan bahwa ini bukan merupakan kasus dimana
menonton tayangan program televisi tertentu akan menyebabkan suatu perilaku
tertentu (misalnya menonton Without a trace akan menyebabkan seseorang
menculik orang lain) tetapi menonton televisi secara umum memiliki dampak
yang kumulatif dan menyebar luas terhadap pandangan kita mengenai dunia.
12
2. Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi,
semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi
dengan realitas sosial.
3. Light Viewers (penonton ringan) cenderung menggunakan jenis media dan
sumber informasi yang lebih bervariasi (baik komunikasi bermedia
maupun sumber personal), sementara heavy viewer (penonton berat)
cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka.
4. Terpaan pesan televisi yang terus menerus menyebabkan pesan tersebut
diterima khalayak sebagai pandangan konsenseus masyarakat.
5. Televisi membentuk mainstreaming dan resonance
6. Perkembangan teknologi baru memperkuat pengaruh televisi
13
Dalam proses ini televisi pertama kali akan mengaburkan (bluring),
kemudian membaurkan (blending) dan melenturkan (bending) perbedaan
realitas yang beragam menjadi pandangan mainstream
tersebut.Mainstreaming terjadi ketika, terutama bagi penonton kelas berat
(heavy viewer), symbol-simbol televisi mendominasi sumber informasinya
lainnya dan ide mengenai dunia. Karena menonton terlalu banyak,
konstruksi realitas sosial seseorang bergerak ke arah mainstream
14
d. Mendefinisikan kembali efek sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar
perubahan perilaku yang dapat diamati.
e. Menerapkan beragam isu-isu secara lebih luas.
f. Menyediakan dasar-dasar bagi perubahan sosial.
15
Menurut Doob dan Macdonald orang yang tinggal dalam lingkungan kriminalitas
tinggi mungkin secara alami takut menjadi korban kriminal, dan banyak orang
berpikir mungkin juga cenderung untuk tinggal di dalam rumah dan menonton
televisi. Sehingga apa yang ditampilkan dalam televisi bisa dipersepsi sebagai
realitas nyata.
Teori kultivasi menganggap bahwa pemirsa televisi itu pasif, dan hanya
memusatkan pada kuantitas menonton televisi (terpaan) dan tidak mengantisipasi
perbedaan yang mungkin muncul ketika pemirsa menginterpretasi tayangan
televisi. Pemirsa tidak pasif menerima ‘kenyataan’ apa yang mereka lihat di
televisi.Dinamika sosial dalam memanfaatkan televisi cenderung diabaikan dalam
teori kultivasi. Terdapat faktor seperti pengalaman, pengetahuan, usia, sikap dan
kondisi sosial keluarga yang punya andil dalam mempengaruhi interpretasi
seseorang dalam mengurangi efek kultivasi. Program televisi terbuka untuk
diinterpretasikan oleh pemirsa.Ingat teks adalah milik pemirsa, bukan sutradara
atau produser.Dalam kritik yang lainnya, bahwa program televisi yang berbeda
akan memberikan kontribusi yang berbeda dalam membentuk realitas. Maka letak
16
kelemahan teori kultivasi adalah teori ini menganggap setiap tayangan televisi
adalah homogen.
yang diangkat dari novel berjudul sama ini bercerita tentang Hannah
Baker, seorang siswa SMA yang mengalami depresi yang tinggi sehingga
17
akhirnya Hannah memutuskan untuk melakukan bunuh diri.Sebelum Hannah
melakukan bunuh diri, Hannah membuat rekaman kaset sebanyak tujuh buah yang
ditujukan kepada orang-orang yang dia anggap menjadi penyebab dirinya bunuh
diri. Di dalam ketujuh kaset itu Hannah menjelaskan 13 alasan dirinya bunuh diri.
Yaitu karena Intimidasi, perundungan, bahkan kekerasan seksual remaja sarat
dalam serial itu.
Penjelasan
Serial TV ini di duga mempersepsi para remaja bahwa kegiatan bunuh diri
adalah kegiatan yang di perbolehkan untuk dilakukan sampai dengan anggapan
bahwa serial TV ini menjadi inspriasi bagi para remaja untuk melakukan bunuh
diri. Hal ini di dukung oleh pemberitaan yang mengatakan untuk memperketat
tayangan serial TV 13 Reason Why ini agar tidak menginspirasi dalam melakukan
bunuh diri.
18
Sumber :https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170503125333-220-
211893/13-reasons-why-diperketat-agar-tak-inspirasi-bunuh-diri
Sehingga hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua yang
memiliki anak remaja dan sedang menonton serial TV 13 reasons why. Seperti
yang pemberitaan tentang kasus bunuh diri setelah usai menonton tayangan serial
TV ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan orang tua terkait dampak serial
TV ini terhadap persepsi kepada anak mereka bahwa melakukan bunuh diri di
perbolehkan dan merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan
depresi. Beberapa berita terkait kasus bunuh diri seperti di bawah ini.
19
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/17/07/02/osfyk7-13-
reasons-why-kembali-buat-remaja-bunuh-diri
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170703160127-220-225451/dua-
remaja-diduga-bunuh-diri-usai-menonton-13-reasons-why
20
Pemberitaan seperti di atas lah yang mendukung dalam pembentukan
persepsi di kalangan remaja sehingga berfikiran bahwa bunuh diri adalah hal yang
tidak apa-apa untuk dilakukan sedangkan bagi orang tua pemberitaan di atas
memberikan rasa cemas dan khawatir dengan dampak yang di timbulkan dalam
menonton serial tv tersebut. Bahkan dalam berita tersebut terdapat kutipan
wawancara dari pihak orang tua korban yang menegaskan bahwa anaknya yang
melakukan bunuh diri telah menonton tayangan serial tv 13 reasons why. Bahkan
sebuah lembaga kesehatan mental di Australia memberikan peringatan bahwa 13
Reasons Why mengandung konten berbahaya. Sekolah-sekolah di New Jersey,
Amerika Serikat juga mengirimi orang tua murid surat peringatan terkait tayangan
13 Reasons Why.
Dalam hal ini para remaja yang menonton tayangan seria TV ini dan
sedang mengalami hal yang sama seperti yang di alami oleh Hannah yaitu depresi
dan juga pembullyan di sekolahnya akan sedikit demi sedikit membentuk persepsi
21
bahwa jika seorang sedang depresi dan mengalami pembullyan di sekolah untuk
menyelesaikan masalah jalan satu-satunya adalah dengan bunuh diri, sehingga hal
ini membentuk persepsi di kalangan remaja bahwa tindakan bunuh diri adalah
kegiatan yang benar untuk di lakukan bahwa realitas televisi yaitu melakukan
bunuh diri sama dengan realitas sosial yang ada di kehidupan nyata. Tidak hanya
itu, efek dari menonton secara terus-menerus tayangan serial TV 13 reasons why
akan membentuk persepsi bahwa kehidupan remaja pada realitasnya sama dengan
apa yang di tonton di televisi sehingga membentuk persepsi ketakutan untuk
bergaul dengan teman-temannya karena memiliki kecemasan akan di bully
sehingga remaja menjadi introvert.
22
khawatir di kalangan Orangtua akibat tayangan serial TV 13 Reasons why terlihat
pada banyaknya pemberitaan terkait adanya kasus bunuh diri pada remaja setelah
menonton tayangan serial TV 13 Reasons why dimana apa yang terjadi di televisi
yaitu kasus bunuh diri beresonansi dengan realitas keseharian penonton.
Sehingga hal ini membentuk persepsi bahwa bunuh diri adalah hal yang
benar dilakukan dan banyaknya remaja yang mengalami depresi melakukan bunuh
diri sebagai penyelesaian masalah sehingga hal ini menyebabkan rasa kecemasaan
dan kekhawatiran yang berlebih bagi orang tua yang memiliki anak remaja.
Sedangkan bagi remaja sendiri yang mengkonsumsi tayanagan serial TV 13
reasons why secara tersu menerus semakin merasa apa yang di lihat seperti contoh
kasus pembullyan, pelecehan seksual memebntuk pemikiran dan keyakinan bahwa
kehidupan realitas remaja yang sebenarnya sama seperti apa yang di lihat di
televisi sehingga bagi remaja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah
mengalami kecemasaan dan ketakutan untuk bergaul di kehidupan nyata sehingga
semakin membuat remaja itu menajdi introvert.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori kultivasi lahir ketika terjadinya kekhawatiran pada orang tua, guru
dan pengkritik Televisi terkait efek tayangan kekerasan yang cukup tinggi. Teori
24
kultivasi (Cultivation Theory) pertama kali dikenalkan oleh professor George
Gerbner. Televisi merupakan media yang unik, Semakin banyak seseorang
menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan
seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial, Light Viewers
(penonton ringan) cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi
yang lebih bervariasi (baik komunikasi bermedia maupun sumber personal),
sementara heavy viewer (penonton berat) cenderung mengandalkan televisi
sebagai sumber informasi mereka, Terpaan pesan televisi yang terus menerus
menyebabkan pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan konsenseus
masyarakat, Televisi membentuk mainstreaming dan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
25
Junaidi. (2018). Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi Cultivation
Theory in Communication Science
West, Richard & Turner H. Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. Jakarta.Salemba Humanika
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170503125333-220-211893/13-reasons-why-
diperketat-agar-tak-inspirasi-bunuh-diri
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170703160127-220-225451/dua-remaja-
diduga-bunuh-diri-usai-menonton-13-reasons-why
http://g341100009.blogspot.com/2016/05/teori-kultivasi.html
https://medium.com/@tekomfikomuntar/apa-itu-teori-kultivasi-fd0a44488fe7
http://mydistra.blogspot.com/2009/01/kultivasi-gerbner.html
https://pakarkomunikasi.com/teori-kultivasi
https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/17/07/02/osfyk7-13-reasons-why-
kembali-buat-remaja-bunuh-diri
https://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/09/teori-kultivasi/
26