Anda di halaman 1dari 30

TEORI KULTIVASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Massa

Dosen Pengampu : Ade Nur Istiani

Disusun Oleh :

1. Aldi Firiansyah 1941010586

2. Dian Puspita Sari 1941010559

3. Lukman Hakim 1941010569

4. Mugni 1941010575

5. Trisna Dikky Saputra 1941010541

Komunikasi Penyiaran Islam


Kelas J

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Kultivasi”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima Kasih.

Lampung Utara,29 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
A. Rumusan Masalah.........................................................................................2
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang Teori Kultivasi.....................................................................3
B. Tokoh Teori Kultivasi...................................................................................5
C. Definisi Teori Kultivasi................................................................................6
D. Analisis dan Asumsi Teori Kultivasi............................................................8
E. Konsep Teori Kultivasi...............................................................................12
F. Keunggulan dan Kelemahan Teori Kultivasi..............................................13
1. Kelebihan teori kultivasi.........................................................................13
1. Kekurangan teori kultivasi......................................................................13
G. Kritik Teori Kultivasi..................................................................................13
H. Contoh Kasus dari Teori Kultivasi dan Analis Kasus Tersebut
Menggunakan Teori Kultivasi............................................................................15
1. Analisis Contoh Kasus Teori Kultivasi...................................................15
2. Analisis Kasus menggunkan Teori Kultivasi..........................................19
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
A. Kesimpulan.................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................22

iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia komunikasi saat ini telahmendapatbanyakperkembangan,


komunikasi menjadisuatuhal yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Akhir-
akhir ini komunikasi massamenjadibahanperbincangan yang hangat. Komunikasi
massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, yaitusebagai
singkatan dari mass media communication.Artinya, komunikasi yang
menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated.Massa
mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi
tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi dalam
waktu yang sama atau hampir bersamaan sehinggadapat memperoleh pesan-pesan
komunikasi yang sama.

Dalam perkembangannya ada banyak teori yang membahas tentang


komunikasi massa,dan salah satunya adalah Teori Kultivasi yang dikemukakan
pertama kali oleh George Gerbner pada tahun 1969.Teori kultivasi ini diawal
perkembangannya lebih memfokuskan kajian pada studi televisi dan audience
khususnya pada tema-tema kekerasan. Tetapi dalam perkembangannya, teoriini
juga bisa digunakan untuk kajian beberapa tema lainnya.

Menurut Teori Kultivasi, media, khususnya televisi merupakan sarana


utama untuk belajar tentang masyarakat dan kulturnya. Melalui kontak dengan
televisi, kita mempelajari tentang dunia, orang – orang , nilai, serta adat
kebiasannya.

1
A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang munculnya teori kultivasi ?


2. Siapa tokoh teori kultivasi ?
3. Apa definisi teori kultivasi ?
4. Bagaimana analisis dan esensi teori kultivasi ?
5. Bagaimana konsep teori kultivasi ?
6. Apa saja keunggulan dan kelemahan teori kultivasi ?
7. Bagaimana kritik teori kultivasi ?
8. Bagaimana contoh kasus dari teori kultivasi dan bagaimana cara
menganalis kasus tersebut menggunakan teori kultivasi ?

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui latar belakang munculnya teori kultivasi


2. Mengetahui tokoh teori kultivasi
3. Mengetahui definisi teori kultivasi
4. Mengetahu analisis dan asumsi teori kultivasi
5. Mengetahui konsep teori kultivasi
6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan teori kultivasi
7. Mengetahui kritik teori kultivasi
8. Mengetahui contoh kasus dari teori kultivasi dan bagaimana cara
menganalis kasus tersebut menggunakan teori kultivasi

2
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori Kultivasi

George Gerbner adalah yang pertama kali menggagas teori kultivasi


(cultivation theory). Ide Gerbner bersamaan rekan-rekannya di Annenberg School
of Communication di Universitas Pansylvania tahun 1969 itu dituangkan dalam
sebuah artikel berjudul the televition World of Violence. Artikel tersebut
merupakan tulisan dalam buku bertajuk Mass Media and Violence yang disunting
D. Lange, R. baker dan S. Ball (eds).

Awalnya, Gerbner melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya”


dipertengahan tahun 60-an, untuk mempelajari pengaruh menonton televisi.
Gerbner ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan,
dipersepsikan oleh penonton televisi itu? Itu juga bias dikatakan bahwa penelitian
kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada “dampak” (Nurudin,
2004:157). Menurut Wood (2000:245) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada

3
proses kumulatif di mana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas
sosial kepada khalayaknya.

Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara


kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa
(powerfull effects model) dengan kelompok yang mempercayai keterbatasan efek
media (limited effects model), dan juga perdebatan antara kelompok yang
menganggap efek media massa bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori
kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa
lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social-budaya
ketimbang individual.

Menurut Signorielli dan Morgan (1990 dalam Griffin, 2004) analisis


kultivasi merupakan tahap lanjutan dari paradigm penelitian tentang efek media,
yang sebelumnya dilakukan oleh George Gerbner yaitu ‘cultural indicator’ yang
menyelidiki proses institusional dalam produksi isi media, image (kesan) isi
media, dan hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku
khalayak.

Teori kultivasi ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan


kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya pada tema-tema kekerasan
di televisi. Tetapi dalam perkembangannya, ia juga bias digunakan untuk kajian di
luar tema kekerasan. Misalnya, seorang mahasiswa Amerika di sebuah unversitas
pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun (heavy soap
opera). Mereka, lebih memungkinkan melakukan affairs (menyeleweng), bercerai
dan menggugurkan kandungan dari pada mereka yang bukan termasuk kecanduan
opera sabun (Dominick, 1990).

Gerbner bersama beberapa rekannya kemudian melanjutkan penelitian


media massa tersebut dengn memfokuskan pada dampak media massa dalam
kehidupan sehari-hari melalui Cultivation Analysis. Dari analisis tersebut
diperoleh berbagai temuan yang menarik dan orisional yang kemudian banyak

4
mengubah keyakinan orang tentang relasi antara televisi dan khalayaknya berikut
berbagai efek yang menyertainya.

Karena konteks penelitian ini dilakukan dalam kaitan merebaknya acara


kekerasan di televisi dan meningkatnya angka kejahatan di masyarakat, maka
temuan penelitian ini lebih terkait efek kekerasan di media televisi terhadap
persepsi khalayaknya tentang dunia tempat mereka tinggal. Salah satu temuan
terpenting adalah bahwa penonton televisi dalam kategori berat (heavy viewer)
mengembangkan keyakinan yang berlebihan tentang dunia sebagai tempat yang
berbahaya dan menakutkan. Sementara kekerasan yang mereka saksikan di
televisi menanamkan ketakutan sosial (social paranoia) yang membangkitkan
pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat
dipercaya.

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai


tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai
tersebut antar anggota masyarakat, kemudian mengikatnya bersama-sama pula.
Media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu meyakini. Jadi,
para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap sama satu sama lain.

B. Tokoh Teori Kultivasi

Gagasan teori kultivasi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh George


Gerbner bersama rekan-rekannya,ia dilahirkan di Hungary, kemudian pindah ke
Amerika Serikat tahun 1939, menerima B.A nya. dari Universitas California dan
nya M.S. dan Ph.D. dari Universitas California Selatan.Sebelum bergabung di
Universitas Pennsylvania, ia mengajar dan menjadi ahli di berbagi universitas
diantaranya adalah : di Institut Riset Komunikasi, Universitas Illinois; Universitas
California Selatan; El Camino Perguruan tinggi, Torrance, Cal.; dan Yohanes
Muir Perguruan tinggi, Pasadena, Cal. Nya U.S.

5
Gerbner juga bergabung untuk melakukan riset-riset dan juga bergabung
dengan badan-badan atau komisi-kominsi diantaranya adalah riset internasional
yang didukung oleh lembaga Ilmu pengetahuan nasional, Institut Kesehatan
Mental nasional, Riset internasional dan Pertukaran (IREX), Komisi pengawas
Presiden atas Penyebab Dan Pencegahan terhadap kekerasan, Ahli badan
penasehat Umum Ilmiah atas Televisi dan Perilaku Sosial, Serikat sekerja Para
aktor Layar. Komisi pengawas Hak Sipil, lembaga Robert Kayu Johnson , dan
organisasi lainnya.

George Gerbner adalah Profesor Dan Dekan Annenberg School for


Communication, Universitas Pennsylvania dari 1964 sampai 1989. Ia kemudian
menjadi suatu peneliti dan guru yang mandiri, dan dia mengunjungi Tokoh-tokoh
dan Profesor di banyak negara. diantara yang dia kunjungi adalah: dosen di
Universitas Athens, Yunani; Profesor Universitas Amerika ,Washington, D.C.,
;Profesor Universitas Budapest, Hungary; Profesor Universitas Salesian Italia; dll.

Selain disebutkan seperti diatas George Gerbner juga aktif sebagai editor
eksekutif Jurnal Komunikasi yang triwulanan dan editorial dewan Encyclopedia
Komunikasi internasional.Jurnal, Buku, Serta Analisis dari George Gerbner
Sampai sekarang sudah bayak sekali jurnal dan buku yang sudah dibuat oleh
Gerbner, judul jurnal dan buku dari Gerbner yang terkenal diantaranya adalah :

Mass Media Policies in Changing Cultures. A Cross-Cultural Study.


Letter to the Communication Initiative Violence Profile No. 11. Culture Wars and
the Liberating Alternative. What Conglomerate Media Control Means for
America and the World The Global Media Debate Violence and Terror in the
Media International Encyclopedia of Communications.

World Communications: Communications in the Twenty-First Century


Mass Media Policies in Changing Cultures. Communications Technology and
Social Policy.Analisis Kultivasi dll ini Gerbner juga tampak aktif dalam gerakan
media literacy yang bertujuan untuk melakukan penyadaran dan pemberdayaan

6
khalayak media agar tidak dirugikan dengan kehadiran media industri. Yang
paling terkenal dari karya Gerbner adalah analisisnya tentang Kultivasi. Analisis
ini menganggap bahwa Televisi membuat suatu pandangan dunia, walaupun tidak
akurat tetapi kebanyakan orang mempercayainya. Gerbner meneliti televisi karena
dia menggap televisi berbeda dengan media yang lain karena memiliki
karakteristik dan keunikan tersendiri.

C. Definisi Teori Kultivasi

Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang


mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini
televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner,
mantan Dekan dari Fakultas (Sekolah Tinggi) Komunikasi Annenberg Universitas
Pennsylvania,yang juga pendiri Cultural Environment Movement, berdasarkan
penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi
berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat.

Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton


berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa
“dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka
bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan
acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan
sehari-hari”.

Dalam hal ini, seperti Marshall McLuhan, Gerbner menyatakan bahwa


televisi merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi
masyarakat modern. Kekuatan tersebut berasal dari kemampuan televisi melalui
berbagai simbol untuk memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan

7
penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.Televisi mampu mempengaruhi
penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai
sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas yang tampil di
media dipandang sebagai sebuah realitas objektif.

Saat ini, televisi merupakan salah satu bagian yang penting dalam sebuah
rumah tangga, di mana setiap anggota keluarga mempunyai akses yang tidak
terbatas terhadap televisi. Dalam hal ini, televisi mampu mempengaruhi
lingkungan melalui penggunaan berbagai simbol, mampu menyampaikan lebih
banyak kisah sepanjang waktu. Gebrner menyatakan bahwa masyarakat
memperhatikan televisi sebagaimana mereka memperhatikan tempat ibadah
(gereja). Lalu apa yang dilihat di televisi? Menurut Gerbner adalah kekerasan,
karena ia merupakan cara yang paling sederhana dan paling murah untuk
menunjukkan bagiamana seseorang berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
Televisi memberikan pelajaran berharga bagi para penontonnya tentang berbagai
‘kenyataan hidup’, yang cenderung dipenuhi berbagai tindakan kekerasan.

Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa bahwa pada dasarnya
ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu

1. Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang


menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya.
Kelompokpenontonini sering juga disebut sebagai kahalayak ‘the
television type”
2. penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2
jam atau kurang dalam setiap harinya.

Dalam penelitian yang dilakukannya, Gerbner juga menyatakan bahwa


cultivation differential dari media effect untuk dijadikan rujukan untuk

8
membandingkan sikap penonton televisi. Dalam hal ini, ia membagi ada 4 sikap
yang akan muncul berkaitan dengan keberadaan heavy viewers, yaitu:

1. Mereka yang memilih melibatkan diri dengan kekerasan

Yaitu mereka yang pada akhirnya terlibat dan menjadi bagian dari
berbagai peristiwa kekerasan

2. Mereka yang ketakutan berjalan sendiri di malam hari

Yaitu merekayang percaya bahwa kehidupan nyata juga penuh dengan


kekerasan, sehingga memunculkan ketakutan terhadap berbagai situasi
yang memungkinkan terjadinya tindak kekerasan. Beberapa kajian
menunjukkan bahwa untuk tipe ini lebih banyak perempuan daripada
laki-laki.

3. Mereka yang terlibat dalam pelaksanaan hukum


Yaitu mereka yang percaya bahwa masih cukup banyak orang yang tidak
mau terlibat dalam tindakan kekerasan.
4. Mereka yang sudah kehilangan kepercayaan

Yaitu mereka yang sudah apatis tidak percaya lagi dengan kemampuan
hukum dan aparat yang ada dalam mengatasi berbagai tindakan
kekerasan. bagaimana orang memandang dunia mereka. Dalam
Masyarakat masa kini,kebanyakan orang mendapatkan informasi mereka
dari sumber-sumber yangbermediasi dibandingkan dari pengalaman
langsung.Karenanya, sumber-sumberyang bermediasi dapat membentuk
kenyataan sesorang. Hal ini terjadi dalam hal kekerasan. Kegiatan
menonton Televisi kelas berat mengultivasi suatu anggapan bahwa dunia
adalah tempat yang penuh dengan kekerasan dan para penonton.

9
D. Analisis dan Asumsi Teori Kultivasi

Analisis kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksikan dan


menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman
dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi akan pesan-pesan
media. Garis pemikiran Gerbner dalam Analisis Kultivasi menunjukkan bahwa
komunikasi massa, terutama televisi mengkultivasi keyakinan tertentu mengenai
kenyataan yang dianggap suatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa.
Sebagaimana diamati oleh Gerbner “Kebanyakan dari apa yang kita ketahui, atau
kita pikir kita ketahui, sebenarnya tidak pernah kita alami sendiri secara pribadi,
kita mengetahui hal-hal ini karena adanya cerita-cerita yang kita lihat dan dengar
di media.Menurut Wood, kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif
dimana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial.

Menurut Ricard West & Lyn H.dalam bukunya mengemukakan posisi


bahwa realitas yang dimediasi menyebabkan konsumen memperkuat realitassosial
media mereka.Analisis kultivasi membuat beberapa asumsi. Karena teori ini dari
dulu hingga kini merupakan teori yang didasarkan pada televise, ketiga asumsi ini
menyatakan hubungan antara media dan budaya:

 Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk-bentuk


media massa lainnya.
 Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat
kita.
 Pengaruh dari televisi terbatas.

Asumsi yang pertama, Analisis Kultivasi menggaris bawahi keunikan


dari televisi. Televisi berada di dalam lebih dari 98 persen rumah di Amerika
Serikat. Televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca, sebagaimana dengan

10
media cetak. Tidak seperti film, televisi pada dasarnya gratis (selain biaya yang
dikeluarkan pertama kali untuk pesawat televisi dan biaya iklan yang ditambahkan
para produk-produk yang kita beli). Tidak seperti radio, televisi mengombinasikan
gambar dan suara. Televisi tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi
ketempat ibadah misalnya, atau pergi ke bioskop atau teater. Televisi adalah satu-
satunya medium yang pernah diciptakan yang tidak memiliki batasan usai-
maksudnya, orang dapat menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir dari
kehidupan mereka, dan juga tahun-tahun di antaranya. Oleh karena itu, televisi
mudah diakses dan tersedia bagi siapa saja, televisi merupakan “senjata budaya
utama” dari budaya kita.

Asumsi yang Kedua, berkaitan dengan dampak dari televisi. Gerbner dan
Gross (1972) menyatakan bahwa “Substansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh
TV tidak merupakan sikap dan opini yang lebih spesifik dibandingkan asumsi-
asumsi yang lebih mendasar mengenai fakta-fakta kehidupan dan standart-standart
penilaian yang mendasari penarikan kesimpulan”. Maksudnya, televisi tidak lebih
berusaha untuk mempengaruhi kita melainkan melukiskan gambaran yang lebih
kurang meyakinkan mengenai seperti apa dunia sebenarnya. Gerbner dalam
mengamati bahwa televisi mencapai orang, rata-rata, lebih dari tujuh jam sehari.
Selama kurun waktu ini, televisi menawarkan “sistem penceritaan kisah yang
terpusat”. Gerbner sepakat dengan Walter Fisher bahwa orang hidup di dalam
kisah. Gerbner, sebaliknya menyatakan bahwa kebanyakan kisah di dalam
masyarakat modern sekarang berasal dari televisi. Fungsi kebudayaan utama dari
televisi adalah untuk menstabilisasi pola-pola sosial, untuk memperkuat resistensi
terhadap perubahan.

Televisi adalah medium sosialisasi dan enkulturasi. Gerbner dan


koleganya menyatakan bahwa Pola berulang dari pesan dan gambar televisi yang
dihasilkan secara massal membentuk mainstream dari lingkungan simbolis umum
yang memperkuat konsepsi realitas yang paling banyak dipegang. Kita hidup
dalam hal kisah-kisah yang kita ceritakan- kisah-kisah mengenai hal apa yang ada,
kisah mengenai bagaimana sesuatu bekerja, dan kisah mengenai apa yang harus

11
dilakukan- dan televisi menceritakan semua kisah tersebut melalui berita, drama,
dan iklan kepada hampir semua orang Gebner,dalam Analisis Kultivasi
memberikan cara pemikirn alternative mengenai kekerasan dalam TV. Beberapa
teori seperti pembelajaran sosial (Social Learning Theory) Bandura, 1977 dalam
(mengasumsikan bahwa kita cenderung melakukan kekerasan setelah terpapar
kekerasan itu sendiri.

Asumsi Ketiga, menyatakan bahwa dampak dari televisi terbatas. Hal ini
mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa televisi tersebar sangat luas.
Tetapi, kontribusi kepada budaya yang dapat diamati, diukur, dan independen
relatif kecil. Gerbner menggunakan anologi zaman es untuk membedakan Analisis
Kultivasi dari pendekatan dampak terbatas. Analogi zaman es (ice age analogy)
menyatakan bahwa “sebagaimana pergeseran temperature rata-rata sebanyak
beberapa derajat dapat mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum
dapat ditentukan dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif kecil
namun tersebar luas dapat membuat perbedaan besar. ‘Ukuran” dari “dampak’
jauh lebih tidak penting dibandingkan dengan arah dari kontribusinya yang
berkelanjutan” Gerbner, dkk.

Argument ini tidak menyatakan bahwa dampak dari televisi tidak memiliki
konsekuensi. Sebaliknya, walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat
diukur, diamati dan independen pada satu titik waktu tertentu mungkin terlihat
kecil, dampak ini tetap saja ada dan signifikan. Lebih jauh lagi Gerbner dan
koleganya dalam menyatakan bahwa ini bukan merupakan kasus dimana
menonton tayangan program televisi tertentu akan menyebabkan suatu perilaku
tertentu (misalnya menonton Without a trace akan menyebabkan seseorang
menculik orang lain) tetapi menonton televisi secara umum memiliki dampak
yang kumulatif dan menyebar luas terhadap pandangan kita mengenai dunia.

Sedangkan dalam asumsi dasar teori kultivasi adalah sebagai berikut:

1. Televisi merupakan media yang unik.

12
2. Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi,
semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi
dengan realitas sosial.
3. Light Viewers (penonton ringan) cenderung menggunakan jenis media dan
sumber informasi yang lebih bervariasi (baik komunikasi bermedia
maupun sumber personal), sementara heavy viewer (penonton berat)
cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka.
4. Terpaan pesan televisi yang terus menerus menyebabkan pesan tersebut
diterima khalayak sebagai pandangan konsenseus masyarakat.
5. Televisi membentuk mainstreaming dan resonance
6. Perkembangan teknologi baru memperkuat pengaruh televisi

E. Konsep Teori Kultivasi

Konsep-konsep penting pada teori kultivasi terdiri dari :

1. yang pertama adalah Diferensial kultivasi, yang kedua adalah


mainstreaming dan yang ketiga adalah resonansi. Diferensial kultivasi
merupakan presentase perbedaan dalam respons antara penonton televisi,
yang dibagi menjadi dua yaitu penonton televisi kelas berat (heavy viewer)
dan juga penonton televisi kelas ringan (light viewer) .Light viewer
(penonton ringan dalam arti menonton rata-rata dua jam perhari atau
kurang dan hanya tayangan tertentu) dan heavy viewer (penonton berat),
menonton rata-rata empat jam perhari atau lebih dan tidak hanya tayangan
tertentu.

2. Konsep penting yang kedua teori kultivasi adalah mainstreaming.


Mainstreaming diartikan sebagai kemampuan memantapkan dan
menyeragamkan berbagai pandangan di masyarakat tentang dunia di
sekitar mereka (TV stabilize and homogenize views within a society).

13
Dalam proses ini televisi pertama kali akan mengaburkan (bluring),
kemudian membaurkan (blending) dan melenturkan (bending) perbedaan
realitas yang beragam menjadi pandangan mainstream
tersebut.Mainstreaming terjadi ketika, terutama bagi penonton kelas berat
(heavy viewer), symbol-simbol televisi mendominasi sumber informasinya
lainnya dan ide mengenai dunia. Karena menonton terlalu banyak,
konstruksi realitas sosial seseorang bergerak ke arah mainstream

3. Sedangkan konsep penting yang ketiga adalah resonance. Resonance


memiliki pengertian yaitu mengimplikasikan pengaruh pesan media dalam
persepsi realita dikuatkan ketika apa yang dilihat orang di televisi adalah
apa yang mereka lihat dalam kehidupan nyata (Junaidi, 2018, p. 46).
Resonasi (resonance) terjadi kerika hal-hal di dalam televisi, dalam
kenyataannya, kongruen dengan realitas keseharian para

penonton. Dengan kata lain, realitas eksternal objektif dari penonton


beresonansi dengan realitas televisi

F. Keunggulan dan Kelemahan Teori Kultivasi

Teori kultivasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu :

1. Kelebihan teori kultivasi

a. Mengkombinasikan teori-teori makro dan mikro.


b. Menyediakan penjelasan yang rinci tentang peran unik televisi.
c. Menerapkan studi empiris untuk asumsi humanistik yang dimiliki secara
luas.

14
d. Mendefinisikan kembali efek sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar
perubahan perilaku yang dapat diamati.
e. Menerapkan beragam isu-isu secara lebih luas.
f. Menyediakan dasar-dasar bagi perubahan sosial.

1. Kekurangan teori kultivasi

a. Secara metodologi bermasalah.


b. Mengasumsikan homogenitas isi pesan televisi.
c. Menekankan pada pemirsa kelas berat televisi.
d. Sangat sulit diterapkan pada media selain televisi.

G. Kritik Teori Kultivasi

Para peneliti kultivasi menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan antara


pecandu “berat” dan “ringan” televisi muncul pada sejumlah variabel penting,
termasuk usia, pendidikan, membaca berita, dan jenis kelamin.Dengan kata lain,
para peneliti menyadari bahwa hubungan antara menyaksikan televisi dan
pendapat yang berbeda mengenai dunia, mungkin bisa disebabkan oleh variabel‐
variabel lain, dan peneliti berusaha untuk mengontrol variabel‐variabel tersebut
(Severin dan Tankard: 2001: 269).Gerbner terlalu menyederhanakan
permasalahan. Persepsi, sikap dan nilai seseorang bisa jadi tidak hanya
dipengaruhi oleh televisi, tetapi oleh banyak media lain, pengalaman langsung,
orang lain yang berhubungan dengan kita,peergroup, dan sebagainya.

Anthony Doob dan Glenn Macdonald (dalam, Sparks, 2002:134‐135)


melakukan sebuah survey di kota Toronto. Ketika menguji data, mereka
menemukan hubungan signifikan secara statistik antara terpaan televisi dan takut
akan menjadi korban kriminal seperti yang ditulis Gerbner.Tetapi dalam
mempelajari tema kekerasan, kontrol lingkungan lebih cocok dibandingkan
dengan kontrol pendapatan seperti yang pernah dikemukakan oleh Gerbner.

15
Menurut Doob dan Macdonald orang yang tinggal dalam lingkungan kriminalitas
tinggi mungkin secara alami takut menjadi korban kriminal, dan banyak orang
berpikir mungkin juga cenderung untuk tinggal di dalam rumah dan menonton
televisi. Sehingga apa yang ditampilkan dalam televisi bisa dipersepsi sebagai
realitas nyata.

Selanjutnya, Doob and MacDonald menyebutkan bahwa hubungan


tayangan kekerasan di televisi dan rasa takut dapat dijelaskan melalui hubungan
bertetangga dimana khalayak tinggal. Mereka yang tinggal di daerah yang tingkat
kriminalitasnya tinggi cenderung untuk tetap tinggal di rumah dan meyakini
bahwa ada kemungkinan besar dirinya akan diserang dibanding dengan mereka
yang tinggal di daerah yang tingkat kriminalitasnya rendah.

Sedangkan, McQuail (2001) berpendapat bahwa simbol–simbol struktur,


prilaku khalayak dan apa yang dilihat khalayak pasti banyak dipengaruhi oleh
latar belakang sosial budaya. Sikap kita tidak hanya dipengaruhi oleh televisi saja,
tetapi juga oleh media lain, pengalaman langsung orang lain, dan lain–lain. Teori
lain menekankan bahwa sebenarnya pemirsa itu aktif (menginterpretasi,
memaknai, mencari sumber informasi dari media lain, dsb.dalam usaha menekan
kekuatan pengaruh televisi seperti diasumsikan teori kultivasi.

Teori kultivasi menganggap bahwa pemirsa televisi itu pasif, dan hanya
memusatkan pada kuantitas menonton televisi (terpaan) dan tidak mengantisipasi
perbedaan yang mungkin muncul ketika pemirsa menginterpretasi tayangan
televisi. Pemirsa tidak pasif menerima ‘kenyataan’ apa yang mereka lihat di
televisi.Dinamika sosial dalam memanfaatkan televisi cenderung diabaikan dalam
teori kultivasi. Terdapat faktor seperti pengalaman, pengetahuan, usia, sikap dan
kondisi sosial keluarga yang punya andil dalam mempengaruhi interpretasi
seseorang dalam mengurangi efek kultivasi. Program televisi terbuka untuk
diinterpretasikan oleh pemirsa.Ingat teks adalah milik pemirsa, bukan sutradara
atau produser.Dalam kritik yang lainnya, bahwa program televisi yang berbeda
akan memberikan kontribusi yang berbeda dalam membentuk realitas. Maka letak

16
kelemahan teori kultivasi adalah teori ini menganggap setiap tayangan televisi
adalah homogen.

Dalam kenyataannya ada banyak hal yang harus diperhatikan.Misalnya


saja para heavy viewers seharusnya lebih memper-hatikan penampilannya. Hal ini
disebabkan biasanya aktor dan aktris di televisi kelihatan muda, langsing dan
menarik. Tetapi kenyataannya para heavy viewers ini sama sekali tidak menaruh
perhatian pada kesehatan dan berat badan.

H. Contoh Kasus dari Teori Kultivasi dan Analis Kasus Tersebut


Menggunakan Teori Kultivasi

1. Analisis Contoh Kasus Teori Kultivasi

Pembentukan Persepsi di Perbolehkannya Melakukan Bunuh Diri,


Pembully-an di kalangan Remaja dan Timbulnya perasaan khawatir di
kalangan Orangtua akibat tayangan serial TV 13 Reasons why’Serial TV 13
Reasons Why

yang diangkat dari novel berjudul sama ini bercerita tentang Hannah
Baker, seorang siswa SMA yang mengalami depresi yang tinggi sehingga

17
akhirnya Hannah memutuskan untuk melakukan bunuh diri.Sebelum Hannah
melakukan bunuh diri, Hannah membuat rekaman kaset sebanyak tujuh buah yang
ditujukan kepada orang-orang yang dia anggap menjadi penyebab dirinya bunuh
diri. Di dalam ketujuh kaset itu Hannah menjelaskan 13 alasan dirinya bunuh diri.
Yaitu karena Intimidasi, perundungan, bahkan kekerasan seksual remaja sarat
dalam serial itu.

Penjelasan

Serial TV 13 reasons why merupakan serial TV yang mendapatkan rating


tinggi yaitu 8 serial yang berkisah tentang seoarang gadis remaja yang melakukan
bunuh diri akibat depresi karena sering di bully sampai dengan pelecehan seksual.
Dalam serial ini diceritakan bagaiman Hannah pemeran utama melakukan bunuh
diri dengan mengiris pergelangan tanggannya yang digambarkan dengan sangat
jelas. Serial TV ini menjadi kontroversi dan menjadi perdebatan di Amerika
karena penayangan dan jalan cerita yang di angkat.

Serial TV ini di duga mempersepsi para remaja bahwa kegiatan bunuh diri
adalah kegiatan yang di perbolehkan untuk dilakukan sampai dengan anggapan
bahwa serial TV ini menjadi inspriasi bagi para remaja untuk melakukan bunuh
diri. Hal ini di dukung oleh pemberitaan yang mengatakan untuk memperketat
tayangan serial TV 13 Reason Why ini agar tidak menginspirasi dalam melakukan
bunuh diri.

18
Sumber :https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170503125333-220-
211893/13-reasons-why-diperketat-agar-tak-inspirasi-bunuh-diri

Sehingga hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua yang
memiliki anak remaja dan sedang menonton serial TV 13 reasons why. Seperti
yang pemberitaan tentang kasus bunuh diri setelah usai menonton tayangan serial
TV ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan orang tua terkait dampak serial
TV ini terhadap persepsi kepada anak mereka bahwa melakukan bunuh diri di
perbolehkan dan merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan
depresi. Beberapa berita terkait kasus bunuh diri seperti di bawah ini.

19
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/17/07/02/osfyk7-13-
reasons-why-kembali-buat-remaja-bunuh-diri

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170703160127-220-225451/dua-
remaja-diduga-bunuh-diri-usai-menonton-13-reasons-why

20
Pemberitaan seperti di atas lah yang mendukung dalam pembentukan
persepsi di kalangan remaja sehingga berfikiran bahwa bunuh diri adalah hal yang
tidak apa-apa untuk dilakukan sedangkan bagi orang tua pemberitaan di atas
memberikan rasa cemas dan khawatir dengan dampak yang di timbulkan dalam
menonton serial tv tersebut. Bahkan dalam berita tersebut terdapat kutipan
wawancara dari pihak orang tua korban yang menegaskan bahwa anaknya yang
melakukan bunuh diri telah menonton tayangan serial tv 13 reasons why. Bahkan
sebuah lembaga kesehatan mental di Australia memberikan peringatan bahwa 13
Reasons Why mengandung konten berbahaya. Sekolah-sekolah di New Jersey,
Amerika Serikat juga mengirimi orang tua murid surat peringatan terkait tayangan
13 Reasons Why.

2. Analisis Kasus menggunkan Teori Kultivasi

Menurut Wood, kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif


dimana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada
khalayaknya.Dalam kasus Pembnetukan Persepsi di Perbolehkannya Melakukan
Bunuh Diri, Pembully-an di kalangan Remaja dan Timbulnya perasaan khawatir
di kalangan Orangtua akibat tayangan serial TV 13 Reasons why, para remaja
tergolong heavy viewer yang menonton tayangan serial TV 13 reasons why lebih
dari 4 jam yang merupakan tayangan berseri. Pembentukan persepsi pada
kalangan remaja ini terbentuk sesuai dengan Asumsi ke dua dari teori kultivasi
menurut (Saefudin & Venus, 2005) yang mengatakan “Semakin banyak
seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat
kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas
sosial”.

Dalam hal ini para remaja yang menonton tayangan seria TV ini dan
sedang mengalami hal yang sama seperti yang di alami oleh Hannah yaitu depresi
dan juga pembullyan di sekolahnya akan sedikit demi sedikit membentuk persepsi

21
bahwa jika seorang sedang depresi dan mengalami pembullyan di sekolah untuk
menyelesaikan masalah jalan satu-satunya adalah dengan bunuh diri, sehingga hal
ini membentuk persepsi di kalangan remaja bahwa tindakan bunuh diri adalah
kegiatan yang benar untuk di lakukan bahwa realitas televisi yaitu melakukan
bunuh diri sama dengan realitas sosial yang ada di kehidupan nyata. Tidak hanya
itu, efek dari menonton secara terus-menerus tayangan serial TV 13 reasons why
akan membentuk persepsi bahwa kehidupan remaja pada realitasnya sama dengan
apa yang di tonton di televisi sehingga membentuk persepsi ketakutan untuk
bergaul dengan teman-temannya karena memiliki kecemasan akan di bully
sehingga remaja menjadi introvert.

Kemudian analisis kasus berdasarkan asumsi ke lima menurut


(Saefudin & Venus, 2005) yang mengatakan bahwa “Televisi membentuk
Mainstreaming dan Resonance”

Mainstreaming terjadi ketika, terutama bagi penonton kelas berat (heavy


viewer), symbol-simbol televisi mendominasi sumber informasinya lainnya dan
ide mengenai dunia. Karena menonton terlalu banyak, konstruksi realitas sosial
seseorang bergerak ke arah mainstream (Ricard West & Lyn H, 2013, p. 88). Bagi
kalangan remaja yang tergolong heavy viewer dimana mengandalkan televisi
sebagai sumber utama dalam mencari dan mendapatkan informasi maka akan
menangkap pesan dari tayangan serial TV 13 reasons why terkait tindakan
melakukan bunuh diri jika mengalami depresi adalah hal yang benar dilakukan
sehingga hal ini membentuk persepsi serta keyakinan dan kepercayaan para
remaja bahwa bunuh diri adalah satu-satunya cara dalam menyelesaikan masalah
dan merupakan suatu hal yang benar untuk dilakukan.

Resonasi (resonance) terjadi kerika hal-hal di dalam televisi, dalam


kenyataannya, kongruen dengan realitas keseharian para penonton. Dengan kata
lain, realitas eksternal objektif dari penonton beresonansi dengan realitas
televisi .Dalam contoh kasus Pembentukan Persepsi diPerbolehkannya Melakukan
Bunuh Diri dan Pembully-an di kalangan Remaja dan Timbulnya perasaan

22
khawatir di kalangan Orangtua akibat tayangan serial TV 13 Reasons why terlihat
pada banyaknya pemberitaan terkait adanya kasus bunuh diri pada remaja setelah
menonton tayangan serial TV 13 Reasons why dimana apa yang terjadi di televisi
yaitu kasus bunuh diri beresonansi dengan realitas keseharian penonton.

Sehingga hal ini membentuk persepsi bahwa bunuh diri adalah hal yang
benar dilakukan dan banyaknya remaja yang mengalami depresi melakukan bunuh
diri sebagai penyelesaian masalah sehingga hal ini menyebabkan rasa kecemasaan
dan kekhawatiran yang berlebih bagi orang tua yang memiliki anak remaja.
Sedangkan bagi remaja sendiri yang mengkonsumsi tayanagan serial TV 13
reasons why secara tersu menerus semakin merasa apa yang di lihat seperti contoh
kasus pembullyan, pelecehan seksual memebntuk pemikiran dan keyakinan bahwa
kehidupan realitas remaja yang sebenarnya sama seperti apa yang di lihat di
televisi sehingga bagi remaja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah
mengalami kecemasaan dan ketakutan untuk bergaul di kehidupan nyata sehingga
semakin membuat remaja itu menajdi introvert.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kultivasi lahir ketika terjadinya kekhawatiran pada orang tua, guru
dan pengkritik Televisi terkait efek tayangan kekerasan yang cukup tinggi. Teori

24
kultivasi (Cultivation Theory) pertama kali dikenalkan oleh professor George
Gerbner. Televisi merupakan media yang unik, Semakin banyak seseorang
menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan
seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial, Light Viewers
(penonton ringan) cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi
yang lebih bervariasi (baik komunikasi bermedia maupun sumber personal),
sementara heavy viewer (penonton berat) cenderung mengandalkan televisi
sebagai sumber informasi mereka, Terpaan pesan televisi yang terus menerus
menyebabkan pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan konsenseus
masyarakat, Televisi membentuk mainstreaming dan

resonance, Perkembangan teknologi baru memperkuat pengaruh televisi.


Sedangkan konsep penting yang ada pada teori kultivasi yaitu Ligth viewer dan
heavy viewer, resonansi dan juga mainstreaming.

Kepada insane televisi penting juga untuk menyadari bahwa program


televisi terbuka untuk diinterpretasikan oleh pemirsa. Ingat teks adalah milik
pemirsa, bukan sutradara atau produser. Artinya dengan mengatur penayangan
televisi, dapat mengurangi adanya interpretasi yang salah dari pemirsa/khalayak.

B. Saran

Sebagai penulis makalah ini merasa banyak kekurangan dan kesalahan, di


mohon bagi pembaca dan penyaji dapat menghargai dengan baik. Selanjutnya
bagi penyaji kami butuh bimbingan dan arahan bila ada kekurangan dan kesalahan
dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

25
Junaidi. (2018). Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi Cultivation
Theory in Communication Science

Siregar, Ashadi. 2006. Etika Komunikasi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka

Nurudin,Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),

Santoso, Edi & Setiansah, Mite. 2010.Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Siregar, Ashadi. 2006. Etika Komunikasi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka

West, Richard & Turner H. Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. Jakarta.Salemba Humanika

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170503125333-220-211893/13-reasons-why-
diperketat-agar-tak-inspirasi-bunuh-diri

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170703160127-220-225451/dua-remaja-
diduga-bunuh-diri-usai-menonton-13-reasons-why

http://g341100009.blogspot.com/2016/05/teori-kultivasi.html

https://medium.com/@tekomfikomuntar/apa-itu-teori-kultivasi-fd0a44488fe7

http://mydistra.blogspot.com/2009/01/kultivasi-gerbner.html

https://pakarkomunikasi.com/teori-kultivasi

https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/17/07/02/osfyk7-13-reasons-why-
kembali-buat-remaja-bunuh-diri

https://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/09/teori-kultivasi/

26

Anda mungkin juga menyukai