Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL KOMUNIKASI KELUARGA

Tingkat Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak

(Usia Bayi, Kanak-kanak hingga Remaja di Lingkungan Keluarga Besar Kami)

Mata Kuliah

METODE PENELITIHAN KUANTITATIF

Dosen Pengampu

Dr. Iwan Joko Prasetyo, M.Si.

Disusun Oleh

Mochamad Rizky Syawaludin

202031700001 (P)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan

banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Tingkat Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak (Usia Bayi, Kanak-kanak

hingga Remaja di Lingkungan Keluarga Besar Kami)” dengan baik tanpa adanya halangan.

Proposal disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitihan Kuantitatif yang di

ampuh dosen Bpk. Dr. Iwan Joko Prasetyo, M.Si. Selain itu, proposal ini bertujuan untuk

menambah wawasan tentang pentingnya berkomunikasi dalam tingkat segala usia bayi,

kanak-kanak, hingga remaja nanti bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bpk. Dr. Iwan Joko Prasetyo, M.Si

selaku dosen Mata Kuliah Metode Penelitihan Kuantitatif yang telah memberikan tugas

proposal ini dengan penjelasan yang detail. Saya menyadari proposal ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan

proposal ini.

Selain itu, saya hanyalah seorang manusia biasa yang menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam penulisan proposal ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun

isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima segala

kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga proposal ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat untuk pembaca.

Mojokerto, 15 Mei 2022

Mochamad Rizky Syawaludin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

..................................................................................................................................................

DAFTAR ISI

..................................................................................................................................................

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

..................................................................................................................................................

B. Perumusan Masalah

..................................................................................................................................................

C. Tujuan Umum Penelitian

..................................................................................................................................................

D. Alur Berfikir

..................................................................................................................................................

E. Kerangka Teori

..................................................................................................................................................

ii
F. Hipotesis

................................................................................................................................................

11

BAB 2 METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

................................................................................................................................................

12

B. Definisi Konseptual

................................................................................................................................................

12

C. Operasionalisasi Konsep

................................................................................................................................................

17

D. Tipe atau Metode Penelitian

................................................................................................................................................

21

E. Populasi

................................................................................................................................................

21

F. Ukuran Sampel

................................................................................................................................................

21

ii
G. Teknik Penarikan Sampel

................................................................................................................................................

22

H. Teknik Pengumpulan Data

................................................................................................................................................

23

I. Teknik Pengolahan Data

..........................................................................................................................................................

24

J. Teknik Analisa Data

................................................................................................................................................

24

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

................................................................................................................................................

25

B. Saran

................................................................................................................................................

25

DAFTAR PUSTAKA

................................................................................................................................................

26

ii
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang dekat dengan keseharian setiap individu

yaitu komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai proses

pertukaran makna diantara dua pihak, terdiri dari pihak yang mempengaruhi dan pihak

lainnya sebagai pihak yang memahami, menurut “Ruesch, 1963”. Komunikasi interpersonal

dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan lingkungan. Lingkungan keluarga menjadi salah satu

unsur yang dan terdapat di dalamnya komunikasi interpersonal. Keluarga sebagai lingkungan

hidup primer dari seorang individu memiliki karakteristik hubungan antarpersonal yang

mendalam sebagai jalan untuk menjaga keharmonisan hubungan internal keluarga, menurut

“Cervantes, 1996”. Proses interaksi yang terjadi dalam komunikasi interpersonal di keluarga

dilihat sebagai sebuah cara untuk mempertukarkan nilai-nilai terkait kehidupan, menurut

“Scherz , 1962”.

Beberapa bentuk interaksi yang terjadi dalam keluarga yaitu saling berbagi

pengalaman, bertukar pendapat, dan bahkan dapat menjadi wadah untuk menceritakan

masalah. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika, menemukan fakta bahwa beberapa

anak remaja dalam keluarga terbiasa untuk menceritakan kesulitan yang dihadapi kepada

orangtuanya. Namun sebagian besar anak remaja lainnya masih mengalami masalah untuk

memberi kepercayaan terhadap orang tua, menurut “Duvall, 1967”. Penelitian ini kemudian

dikembangkan oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh Millard J Bienvenu pada tahun

1969. Penelitian itu untuk mengukur tingkat komunikasi yang terjalin diantara orang tua dan

anak remaja melalui dua hal yang dikategorikan. Dua kategori itu adalah melihat tingkat

1
komunikasi yang lebih tinggi (higher degree of communication) dan tingkat komunikasi yang

lebih rendah (lower degree of communication).

Tingkat komunikasi yang lebih tinggi merujuk kepada kebiasaan mendengarkan

dengan baik, kebebasan berekspresi, pengertian dan penerimaan satu sama lain. Sedangkan

tingkat komunikasi yang lebih rendah merujuk kepada mengkritisi, respon dengan sarkasme,

dan kurangnya kepercayaan serta penerimaan satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, komunikasi interpersonal antara orang tua, remaja bahkan dewasa menjadi hal yang

menarik bagi peneliti untuk disesuaikan dengan konteks keluarga di Indonesia. Usia dini,

remaja, hingga remaja tetap dinamakan anak-anak bagi orang tua masing-masing. Hanya saja

yang jadi pembeda ialah hanya usia-nya saja.

Keluarga juga merupakan unit kecil dalam tatanan masyarakat yang bertanggung

jawab atas perawatan dan pengasuhan anak serta membesarkannya sehingga menjadi dewasa

yang nantinya mampu membentuk keluarga baru. Melalui keluarga, anak belajar menanggapi

orang lain, mengenal dirinya, dan sekaigus belajar mengelola emosinya. Bagi kebanyakan

anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan

kemudian masyarakat Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, senantiasa

berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Karena setiap orang yang hidup dalam

masyarakat sejak ia bangun tidur dan tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam

komunikasi.

B. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana tingkat komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak usia bayi,

kanak-kanak, hingga beranjak remaja ?

C. TUJUAN UMUM PENELITIAN

2
Untuk melihat tingkat komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak saat usia

bayi, kanak-kanak, hingga beranjak remaja nanti.

D. ALUR BERFIKIR

Berdasarkan definisi konsep dan referensi jurnal penelitian yang ditulis oleh Millard

J. Bienvenu, Sr. berjudul “Measurement of Parent-Adolescent Communication”. Penelitian

ini dipublikasikan pada tahun 1969 di Lousiana, Amerika Serikat. Penelitian ini meneliti

mengenai pengukuran derajat komunikasi antara hubungan anak dan orang tua dari 376

subjek penelitian yang terdiri dari anak usia remaja berusia 13-18 tahun dimana pada

penelitian tersebut terdapat beberapa instrumen untuk mengukur tingkat hubungan orang tua

dan anak usia remaja. Instrumen tersebut berupa kebiasaan yang baik dalam mendengarkan,

kebebasan dalam berpendapat serta pemahamaan dan penerimaan diindikasikan sebagai

derajat komunikasi yang lebih tinggi (Higher degree of communication). Sedangkan,

sarkasme, kritik, krisis kepercayaan dan penerimaan diindikasikan Millerd sebagai derajat

komunikasi yang lebih rendah (Lower degree of communication).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa anak remaja dalam

rentang usia remaja awal yaitu 13-15 tahun memiliki tingkat komunikasi yang lebih tinggi

dan bersifat positif dengan orangtua dibandingkan dengan anak remaja dalam rentang usia

remaja akhir yaitu 16-18 tahun yang memiliki tingkat komunikasi lebih rendah dengan orang

tuanya.

Penelitian ini menggunakan konsep komunikasi interpersonal yang terjadi antara

orangtua dan anak yang berusia bayi, kanak-kanak hingga remaja dalam konteks komunikasi

keluarga. Bagian lainnya yang menjadi dasar untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat

komunikasi yaitu melalui terminologi higher and lower degree of communication.

3
E. KERANGKA TEORI

Teori merupakan komponen yang penting dalam suatu penelitian. Untuk memahami

dan menerangkan fenomena sosial yang menjadi pusat perhatian peneliti, maka teori

dijadikan kerangka berfikir. Disamping itu teori juga digunakan untuk menentukan jalannya

pemecahan masalah. Dengan demikian teori dapat menjadi dasar teoritik guna memperkuat

kerangka teori dan hipotesis yang dibuat. Penelitian ini berusaha mengkaji tingkat

komunikasi orang tua dengan anak.

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication,

yang berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000, hal. 60).

Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat

menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan melakukan

komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Menurut (Widjaya, 1987. hal.27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan

atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau diartikan pula saling tukar-

menukar pendapat.

Komunikasi dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik

individu atau kelompok. Menurut Edward Depari (Onong, 2000. hal. 62) komunikasi adalah

proses penyampaikan gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti

dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara terminologis

4
komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang

menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang

dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain komunikasi

adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi

tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun

tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu

atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).

Di dalam komunikasi terjadi hubungan interpersonal. Melalui komunikasi

interpersonal manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Dengan

melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan, berinteraksi satu dengan yang

lain.Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian komunikasi

adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, dengan

mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Menurut Rakhmat, 1999. Hal.129 faktor-faktor yang menumbuhkan Hubungan

Interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah:

a. Percaya (trust)

Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya

kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan

adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka

hubungan komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.

b. Sikap suportif

5
Sikap suportif adalah adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak

empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal.

c. Sikap terbuka (open mindedness)

Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya

saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling

mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Dapat dikatakan bahwa

komunikasi orang tua dan anak bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman

bersama terhadap suatu hal dan setiap pihak berhak menyampaikan pendapat

perasaan, pikiran, informasi ataupun nasehat, sehingga menimbulkan pengertian,

kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang lebih baik.

Monks, dkk (1994, hal. 269-271) mengatakan bahwa kualitas hubungan dengan orang

tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara orang tua dan anak pada

masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Hubungan antara ibu dan anak lebih dekat dari

pada antara ayah dan anak. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari,

sedangkan komunikasi dengan ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam masyarakat.

2. FAKTOR MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Menurut Lunandi (1994. hal. 35), faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Citra diri

Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang lain di

lingkungan. Melalui komunikasi dengan orang lain seseorang akan mengetahui

apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan, dihargai atau direndahkan.

6
b. Lingkungan fisik

Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang dilakukan cara

untuk menyampaikan pesan, isi, informasi disesuaikan dengan tempat dimana

komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai aturan, norma atau

nilainilai sendiri.

c. Lingkungan sosial

Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial. Lingkungan sosial

dapat berupa lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, dan lingkungan keluarga.

3. CIRI-CIRI KOMUNIKASI

Menurut Kumar (Wijaya,1987, hal. 39) ciri-ciri komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Keterbukaan (openess)

Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan

orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan

perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan

yang diungkapkannya.

b. Empati (Empathy)

Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan

orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang

tersebut.

c. Dukungan

7
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan

aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang

terdekat yaitu, keluarga.

d. Perasaan Positif (Positiveness)

Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah

dikatakan orang lain terhadap dirinya.

e. Kesamaan (Equality)

Kesamaan adalah sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan dengan

pendengar sebagai penerima pesan mencapai kesamaan dalam arti dan pesan komunikasi.

Dengan kata lain kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang

lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.

4. BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam Prasetyo, dkk.

2000. Hal. 22)

a. Komunikasi Orang Tua Yaitu Suami-Istri

Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran penting

suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga

(ayah, ibu, anak).

b. Komunikasi Orang Tua Dan Anak

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di

mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara

orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap

sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran,

informasi atau nasehat.

8
Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan yang

berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin

karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang

tua dan anak.

c. Komunikasi Ayah Dan Anak

Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah

dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang

peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah.

Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan

dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

d. Komunikasi Anak Dan Anak Yang Lainnya

Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih

tua lebih berperan sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda. Biasanya

dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu keluarga yang harmonis,

dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis, semua anggota keluarga harus didorong

untuk ambil bagian dalam percakapan mengemukakan pendapat, gagasan, serta menceritakan

pengalaman-pengalaman.

Komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orang tua yaitu

ibu dan ayah dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak

melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga

adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi masalah. Komunikasi antara orang tua

9
dan anak dalam keluarga merupakan interaksi yang terjadi antara anggota keluarga dan

merupakan dasar dari perkembangan anak.

5. PENGERTIAN KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJA PUTRI

Keluarga merupakan organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial,

keluarga juga merupakan pusat pembentukan kepribadian manusia sebagian besar dari anak

manusia tumbuh, berkembang dan didewasakan dalam lingkungan keluarga. Keluarga

memberi ruang kepada wanita (remaja putri) untuk melaksanakan fungsi- fungsi kewanitaan.

Selanjutnya semakin mantap wanita memerankan peranan sosial maka semakin positif dan

semakin produktif dirinya.

Kesuksesan dalam memainkan peranan tersebut memberikan rasa puas, bahagia, dan

kestabilan jiwa dalam hidupnya. Maka perlu adanya kedewasaan psikis pada wanita agar

mampu melaksanakan peranannya. Kedewasaan psikis mengandung pengertian: memiliki

emosi yang stabil, bisa mandiri, menyadari tanggung jawab pada dirinya, memiliki tujuan dan

arah hidupnya.

Menurut Sarlito Wirawan, 1989. Hal. 113, kaitannya dengan hal ini komunikasi

antara orang tua dan remaja putri bahwa remaja sebagai anggota keluarga. Bahwa keluarga

merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya

meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga. Sebagai lingkungan primer, hubungan

antarmanusia yang paling intensif dan paling awal terjadi adalah keluarga.

10
Dengan demikian komunikasi yang terjalin antara orang tua dan remaja putri

dilandasi perasaan aman dan bahagia yang timbul pada remaja dalam kehidupan keluarga

yang harmonis tentang berbagai hal akan bisa mempengaruhi daya penyesuaian sosial pada

diri remaja dimasa depan.

F. HIPOTESIS

Anak usia bayi, kanak-kanak hingga remaja yang berada di keluarga besar kami

secara signifikan ialah usia remaja. Usia remaja memiliki kecenderungan tingkat komunikasi

yang lebih tinggi dengan orang tua dibandingkan dengan anak usia bayi ataupun kanak-kanak

yang berada di keluarga besar kami.

Kemungkinan hal ini disebabkan karena pola emosi yang bisa labil, wajar saja usia

bayi dan kanak-kanak sangat labil apabila berkomunikasi dengan orang tua karena gampang

emosi tidak mempentingkan perkataan orang tua. Lambat laun akan bisa mengontrol

emosinya itu sendiri (Bayi > Kanak-kanak >Remaja).

11
BAB II

METODE PENELITIHAN

A. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual merupakan sebuah alur pemikiran terhadap suatu hubungan

antar konsep satu dengan konsep yang lainnya untuk dapat memberikan gambaran dan

mengarahkan asumsi terkait dengan variable-variable yang akan diteliti. Melakukan sebuah

penelitian diperlukan langkah-langkah yang baik dan sistematis guna menyusun data yang

diperlukan untuk penelitian tersebut. Langkah-langkah yang tepat pada penelitian akan

menghasilkan penelitian yang baik, terararh dan dapat di terapkan untuk penelitian

selanjutnya. Oleh karena itu di perlukan sebuah kajian konseptual yang baik guna

mendukung penelitian agar lebih terarah dan lebih baik lagi. Sehingga penelitian yang

dilakukan dapat di pertahankan kebenaranya.

B DEFINISI KONSEPTUAL

1.1 KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpesonal (antar pribadi) adalah komunikasi antara orang-orang secara

tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

12
langsung, baik verbal maupun non verbal (Mulyana, 2004). Komunikasi interpersonal di

definisikan juga sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan

yang terlihat jelas diantara mereka, contohnya yaitu percakapan orang tua dan anak, suami

dan istri, rekan kerja, dan lainnya. Setiap komunikasi baru dijelaskan sebagai bahan-bahan

yang merupakan kesatuan dalam tindakan komunikasi interpersonal (DeVito, 1997).

1.2 KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM TINGKAT KELUARGA

Komunikasi interpersonal dalam keluarga merupakan hubungan timbal balik antar

anggota keluarga untuk berbagi hal dan makna dalam keluarga. Selain itu dalam konteks

hubungan dengan anak dalam usia remaja, mereka diartikan sebagai masa sedang tumbuh dan

berkembang, sehingga membutuhkan kehadiran orang dewasa (orang tua) yang dapat

memahami dan bersikap secara bijaksana (Santrock, 2007). Hal ini dimaksudkan agar

terdapat proses transfer nilai dan pemahaman moral yang baik melalui komunikasi keluarga

terhadap diri anak remaja.

1.3 USIA DINI, KANAK-KANAK, HINGGA REMAJA

Bayi yang tumbuh menjadi kanak-kanak yang seiring waktu berjalan hingga menjadi

remaja disebut merupakan bagian dari tahapan pertumbuhan manusia. Berikut adalah tahapan

pertumbuhan manusia yang terjadi dari bayi, kanak-kanak hingga remaja.

1. Fase Bayi

Fase bayi dibagi berdasarkan usianya

Newborn  : 0 hari – 1bulan

13
Infant : 1 bulan – 1 tahun

Toddler : 1 – 3 tahun

Pada tahapan pertumbuhan manusia ini, bayi sangat bergantung pada orang tua

apalagi ketika berkomunikasi, hal yang paling pertama dilakukan bayi ialah berkomunikasi

dengan orang tua mulai dari ucapan yang keluar dari mulut si bayi yang ingin meminta susu

ataupun hal lain. Pada tahap ini komunikasi yang dilakukan si bayi tidak betul-betul

terdengar kosakata yang jelas namun dalam ucapan si bayi pasti ada maksud tetentu. Entah

ingin susu, lapar ingin makan ataupun ingin bercanda gurau.

Fase bayi sangat bergantung pada orang tua, bayi juga baru mempelajari bahasa,

berjalan, koordinasi sensorik dan motorik, maupun sosialisasi. Bayi umumnya akan

berkomunikasi melalui tangisan. Ia akan menangis saat lapar, mengantuk, popoknya penuh,

hingga kepanasan atau kedinginan. Semakin bertambahnya usia, maka anak akan semakin

pandai bicara, bernyanyi hingga gerakan motorik seperti menendang bola

2. Fase kanak-kanak

Fase kanak-kanak terdiri dari 3 jenis yakni fase kanak-kanak awal, fase kanak-kanak

tengah dan fase kanak-kanak akhir. Berikut penjelasannya.

 Fase kanak-kanak awal

Fase kanak-kanak awal disebut juga sebagai pra sekolah yaitu usia 5-6 tahun. Dalam

tahap pertumbuhan manusia ini, anak belajar melakukan banyak hal sendiri, seperti makan,

buang air di toilet, dan bermain bersama teman. Kanak-kanak juga mulai mengembangkan

keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan sekolah, seperti belajar membaca

dan menulis. 

 Fase kanak-kanak tengah dan akhir

14
Anak sudah terlibat dalam kegiatan

akademis di fase kanak-kanak.

Fase kanak-kanak tengah dan akhir

adalah masa pertumbuhan manusia yang

berlangsung sejak umur 6-11 tahun. Pada

tahapan ini, anak umumnya sudah

menguasai keterampilan dalam

membaca, menulis, dan berhitung.

Ia juga terlibat dalam kegiatan akademis, interaksi sosial dengan teman di sekolah,

dan mulai memerhatikan pencapaian prestasi. Ketika dipuji, Si Kecil akan mengembangkan

rasa bangga dan kompeten. Namun, ketika gagal, ia akan merasa rendah diri.

3. Fase Remaja

Fase remaja adalah tahapan pertumbuhan manusia yang merupakan masa transisi dari

masa kanak-kanak ke dewasa. Sebenarnya pre pubertas sudah terjadi pada usia pada usia 7-8

tahun dan sudah masa pubertas akan selesai pada usia 14-15 tahun lalu masa remaja akan

berakhir pada usia 18 tahu

15
Dalam fase ini, terjadi proses yang disebut sebagai pubertas. Proses ini mendorong

perubahan fisik yang sangat cepat, misalnya tinggi dan berat badan bertambah, membesarnya

alat kelamin dan payudara, tumbuhnya rambut pada area tertentu, menstruasi atau mimpi

basah, hingga perubahan pada suara. Remaja juga mulai mandiri dan mencari jati dirinya

sendiri. Ia akan berpikir secara lebih logis, tapi memiliki perasaan yang sensitif. Selain itu,

remaja umumnya lebih senang menghabiskan waktunya bersama teman.

1.4 PENJELASAN MENURUT AHLI

Usia bayi, kanak-kanak, hingga remaja merupakan masa transisi dalam rentang

kehidupan manusia yang menghubungkan masa anak-anak dan masa remaja. (Santrock,

2003). Tingkatan masa anak yang paling tertinggi ialah masa remaja yang merupakan

peralihan ketika individu tumbuh dari anak-anak menuju kematangan. Dalam prosesnya,

terdapat dua hal yang mempengaruhi diri seorang remaja yaitu perubahan lingkungan dan

perubahan internal dalam diri remaja yang disebut sebagai masa storm and stress period

(Gunarsa, 2004). Karena itu, seseorang di masa usia remaja membutuhkan arahan,

16
pengertian serta sikap yang mendukung dari lingkungan terdekatnya, salah satunya yang

cukup kuat berpengaruh yaitu keluarga .

Adapun batasan usia remaja adalah terdiri dari 5 tiga bagian : masa remaja awal yaitu

usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan dalam rentang usia 15-18 tahun, dan masa remaja

akhir yang terdiri dari usia 18-21 tahun. (Desmita, 2007). Mengenai karakeristik remaja di

masa pertengahan, salah satunya yang berkaitan dengan konteks penelitian ini, ialah

mengenai sisi moralitas. Bahwa terdapat adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari

dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua (Makmun, 2003).

1.5 TINGKAT KOMUNIKASI

Tingkat komunikasi yang terjadi dalam keluarga dibagi menjadi dua kategori. Dua

kategori itu adalah melihat tingkat komunikasi yang lebih tinggi (higher degree of

communication) dan tingkat komunikasi yang lebih rendah (lower degree of

communication). Tingkat komunikasi yang lebih tinggi merujuk kepada kebiasaan

mendengarkan dengan baik, kebebasan berekspresi, pengertian dan penerimaan satu sama

lain. Sedangkan tingkat komunikasi yang lebih rendah merujuk kepada mengkritisi, respon

dengan sarkasme, dan kurangnya kepercayaan serta penerimaan satu sama lain (Bienvenu,

1969).

C. OPERASIONALISASI KONSEP

Pengertian Definisi Operasional

Data yang dikumpulkan akan salah jika mereka yang menyelesaikan pemeriksaan

memiliki pandangan berbeda, sehingga saat mengumpulkan data, semua orang dalam sistem

17
harus memiliki pemahaman yang sama dan mengumpulkan data dengan cara yang sama.

Oleh karena itu, definisi operasional harus dibuat sebelum pengumpulan data dimulai.

Pengertian Operasional menurut Para Ahli

Berikut ini pengertia operasional menurut para ahli, antara lain:

1. Sugiono

Menurut Sugiono (2015), Pengertian definisi operasional dalam variabel penelitian

adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

2. Hoover

Pengertian operasional menurut Hoover adalah memuat identifikasi sesuatu hal yang

bersifat (variabel) sehingga dapat digunakan untuk penelitian (observasi).

3. Asep Hermawan

Pengertian operasional menurut Asep Hermawan adalah penjelasan bagaimana kita

dapat mengukur variabel. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan angka-angka maupun

atribut-atribut tertentu.

4. Widjono Hs

Pengertian operasional menurut Widjono Hs adalah batasan pengertian yang

dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaan.

5. Singarimbun (1997)

18
Pengertian operasional menurut Singarimbun adalah sebagai suatu unsur penelitian

yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur dalam rangka

memudahkan pelaksanaa penelitian di lapangan, sehingga memerlukan operasionalisasi dari

masing-masing konsep yang digunakan dalam menggambarkan perilaku atau gejala yang

dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya.

Tujuan Definisi Operasional

Salah satu kunci keberhasilan penelitian, selain perencanaan yang matang, adalah

penggunaan definisi operasional dalam mengukur konsep dan variabel penelitian yang kita

pelajari atau istilah yang kita gunakan dalam dokumen penelitian. Menentukan variabel

secara operasional menjadi hal yang sangat penting dalam penelitian karena bertujuan untuk

memberikan kredibilitas pada metodologi dan untuk memastikan reproduktifitas hasil studi.

Studi lain mungkin mengidentifikasi variabel yang sama secara berbeda, sehingga sulit untuk

membandingkan hasil dari kedua studi tersebut.

Secara terperinci definisi operasional memiliki empat tujuan, yaitu:

 Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur variabel.

 Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk istilah/variabel yang jika tidak

dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda.

 Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien.

 Memandu jenis data dan informasi apa yang dicari oleh peneliti.

Manfaat Definisi Operasional

Secara khusus, definisi operasional merupakan penjabaran interpretasi dari variabel

yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dalam implementasinya definisi operasional dari satu

19
peneliti dengan peneliti lain bisa sangat berbeda. Ini bisa dilihat pada definisi operasional

skripsi ataupun thesis yang berdasar pada daftar pustaka.

Menguraikan definisi operasional variabel pada sebuah penelitian adalah sesuatu yang

esensial. Ini dikarenakan agar ketika pengumpulan data peneliti tidak melakukan kekeliruan.

Kekeliruan yang terjadi biasanya adalah data akan menjadi bias atau berbelok arah.

Kekeliruan bisa dikarenakan dalam penentuan instrumen penelitian yang tidak tepat serta

pembuatan pertanyaan penelitian yang tidak konsisten.

LANGKAH PERTAMA

1. Identifikasi Karakteristik

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pada Identifikasi karakteristik yang akan

diukur atau jenis masalah yang menjadi perhatian. Masalah yang diambil untuk proposal ini

yakni masalah tentang tingkat komunikasi keluarga yang meliputi komunikasi orang tua

dengan anak. Anak juga mempunyai jenis usia masing-masing. Contoh pada proposal

mengangkat anak usia bayi, kanak-kanak, hingga remaja nanti.

2. Tentukan Alat atau Instrumen Pengukur

Alat ukur yang bisa dan sering dipakai biasanya adalah alat ukur fisik seperti jam,

timbangan, mikrometer dsb. Pada pengamatan visual atau fisik diperlukan penglihatan

normal atau membutuhkan alat seperti kaca pembesar untuk memudahkan pengamatan.

Tetapi pada penelitian saat ini alat ukur yang digunakan ialah secara lisan. Seperti

wawancara dengan yang bersangkutan secara langsung.

20
3. Jelaskan Metode Pengujian

Metode pengujian adalah prosedur paling baru untuk digunakan dalam aktivitas

pengukuran. Misalnya ketika mengukur waktu, maka titik awal mulai dan titik akhir harus

ditentukan. Ini juga berlaku pada pengukuran apa saja, tingkat presisi atau ketepatan harus

ditentukan dan disebutkan.

Contohnya adalah ketika orang tua berkomunikasi dengan anaknya secara terus

menerus atau lama-kelamaan ini termasuk dalam metode penelitan waktu, waktu akan diukur

dalam bentuk detik, menit atau jam. Jadi berkomunikasi secara terus menerus atau dalam

rentang waktu panjang ketika orang tua dengan anak hal ini akan menyebabkan rasa malas

yang berlebihan dan bisa topik yang dibicarakan berganti-ganti (wawancara dengan adik

kandung ibu saya). Ia mengatakan ini karena semakin lama ia berbicara dengan yang lebih

tua semakin mengarah ke arah yang ia pasti dimarahi atau di nasehati. Menurut saya sih di

nasehati justru itu point yang penting karena yang tua lebih berpengalaman tidak ingin yang

lebih muda terkena hal yang tidak di inginkan nantinya.

4. Uji Definisi Operasional

Menguji definisi operasional sebelum mengaplikasikannya adalah hal yang sangat

krusial dan penting. Definisi operasional harus membuat tugas yang akan dilakukan menjadi

jelas dan mudah. Cara terbaik untuk menguji definisi operasional adalah dengan meminta

seseorang yang berbeda untuk mengamatinya. Apakah hasilnya konsisten? Apakah hasilnya

benar?

D. TIPE/METODE PENELITIAN

21
Dalam tipe atau metode penelitian tepatnya bagian pengukuran terdapat empat tingkat

yakni nominal, ordinal, interval serta rasio. Metode yang dipakai untuk penelitian ini ialah

dengan cara metode wawancara.

E. POPULASI

Dalam sebuah anggota keluarga besar kami khusunya keluarga dari ibu saya (nenek)

yang memiliki anak sejumlah 9 orang. Jadi ibu saya mempunyai saudara kandung sebanyak

8, yang 1 ibu sendiri total 9 bersaudara. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

anak usia kanak-kanak dan remaja.

F. UKURAN SAMPEL

Kemudian di ambil sampel masing-masing dari saudara kandung ke 1 sampai ke 9 di

ambil 2 anak untuk dijadikan penelitian. Jadi penelitan ini untuk wawancara bagaimana

tingkat komunikasi si anak kepada orang tua masing-masing. Apakah tingkat komunikasi itu

pengaruh penting bagi etika dan moral ke depannya.

Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh tingkat komunikasi orang tua dengan

anak di Keluarga Besar Kami. Jumlah seluruhnya 18 orang. Dengan tingkat

pengambilan sampel sebesar 5% dengan rincian sebagai berikut:

- Anak usia Dini =3

- Anak usia Kanak-kanak =5

- Anak usia Remaja = 10

Berapa jumlah sampel dari penelitian tersebut ?


2 22
n= N = 18 / 1 + { 18 x (0,05) }

1+Ne 2 = 18 / 1 + { 18 x (0,0025) }

= 18 / (1 + 1,125)

= 18 / 2,125

= 8,47

= 8,5

- Anak usia Dini = (3/18) x 8,5

= 0,16 x 8,5

= 1,36

- Anak usia Kanak-kanak = (5/18) x 8,5

= 0,27 x 8,5

= 2,29

- Anak usia Remaja = (10/18) x 8,5

= 0,55 x 8,5

= 4,67

G. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability

Sampling. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

(Sugiyono, 2001). Teknik probability sampling yang digunakan yaitu proportionate stratified

random sampling. Proportionate stratified random sampling biasa digunakan pada populasi

yang memiliki susunan bertingkat atau berlapis-lapis (Margono, 2004). Teknik ini digunakan

bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara

proporsional (Sugiyono, 2001).

23
Untuk melakukan penelitian ini, kami memilih angggota keluarga besar kami, anggota

di keluarga besar ibu yang terdiri dari 9 anak dari nenek ibu saya yang tinggal di daerah Kab.

Mojokerto Jawa Timur. Kami memilih 9 anak dari saudara kandung ibu saya yang tinggal di

Kab. Mojokerto sebagai wilayah untuk mengambil sampel karena salah satu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian ini dan memudahkan untuk melakukan penelitian karena masih

merupakan keluarga besar kami sehingga sudah memiliki relasi yang terjalin dengan pihak-

pihak yang ada.

Dari 9 saudara kandung ibu akan diambil 2 orang yang merupakan anak dari saudara

kandung ibu. Jadi saudara kandung ibu yang (nomor 1 di ambil sebanyak 2 anak), (nomor 1

di ambil sebanyak 2 anak), saudara kandung


16 ibu (nomor 2 di ambil sebanyak 2 anak),

sampai pada saudara kandung ibu nomor 9. Jadi 9 saudara kandung di ambil 2 anak total

ada 18 anak untuk sampel ini, 9 kuesioner diperuntukan untuk responden perempuan dan 9

kuesioner untuk responden laki-laki

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui metode angket atau

kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (self-administered

questionnaire). Alasan memilih menggunakan metode kuesioner karena penelitian ini bersifat

kuantitatif. Instrument atau alat pengumpulan data disebut angket, yaitu berisi sejumlah

pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Bentuk kuesioner yang dipilih

dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup atau memberikan pertanyaan serta beberapa

pilihan jawaban (menggunakan variable A B C). Kuesioner tertutup dipilih karena

menghindari jawaban yang terlalu representatif atau normatif sehingga dapat menyulitkan

pengolahan data, maka diberikan pilihan-pilihan jawaban agar memudahkan responden.

24
Dalam pengaplikasian metode ini angket yang telah dibuat, diberikan secara langsung

kepada responden dan pengisiannya diselesaikan di tempat dan waktu yang sama . Kriteria

responden yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah usia kanak-kanak (pertanyaan dibantu

dibicarakan orang tua) sama remaja berusia 15-18 tahun atau dalam jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tinggal bersama kedua orang tuanya.

I. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Pada tahap pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan proses Coding

Tahap ini merupakan tahap dimana menyederhanakan data menjadi simbol atau kode angka.

Contoh tentang apakah di berbagai tingkat umur anakm, itu sangat mempengaruhi ketika

sedang berkomunikasi dengan orang tua secara baik dan benar (sopan santun). Disini di

kelompokkan data-data tersebut menjadi sebuah simbol atau kode angka. Berapa jumlah anak

yang menjadi responden? Berapa jenis responden? Berapa banyak anak yang menjawab skor

1: usually (biasanya) 2 : sometimes ( terkadang ) 3 : seldom ( jarang ) 4 : never (tidak pernah)

saat menjawab pertanyaan?

J. TEKNIK ANALISA DATA

Untuk memberikan penjelesaan mengenai bagaimana tingkat komunikasi antara orang

tua dan anak remaja maka digunakan nilai mean (rata-rata) untuk mengetahui kecenderungan

responden dalam menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan. Semakin tinggi nilai mean

maka akan semakin rendah tingkat komunikasinya.

25
BAB PENUTUP

KESIMPULAN

Terjadi kecenderungan yang berbeda antara tingkat komunikasi anak dengan orang

tua yang berumur usia dini hingga kanak-kanak. Dari hasil analisis deskriptif, rata-rata

tingkat komunikasi usia dini dan kanak-kanak dengan orang tua tidak terlalu terjadi karena

disebabkan adanya emsoi bagi si anak usia dini dan kanak-kanak. Kenapa emosi karena

setiap kali terjadi komunikasi orang tua dengan anak si anak usia dini dan kanak-kanak

mengganggap perkataan orang tua adalah entah nasehat atau perkataan memaharinya bagi si

dia. Wajar saja anak-anak usia begitu emosi labil tidak bisa diajak berbicara dengan baik.

SARAN

Komunikasi antara orang tua dan anak yang terjalin dengan baik akan menimbulkan

rasa percaya diri kepada sang anak. Saran dari penulis, pihak keluarga terutama orang tua

untuk meningkatkan rasa percaya diri kepada sang anak dimulai sejak dini. Orang tua dapat

mengantisipasinya dengan cara lebih meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak

yang baik dalam keluarga, misal dengan memperbanyak membina keterbukaan, bertukar

pikiran, dengan baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Crevantes, L. I. (1966). The Dropout. Ann Arbor: University of Michigan Press.

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

DeVito, J. (2002). The Interpersonal Communication Book. New York: Pearson Education.

Duvall, E. M. (1967). Family Development. New York: J.B Lipincott.

Guilford, J. (1956). Fundamental Statistic in Psychology And Education. New York:

McGraw Hill.

Gunarsa, S. D. (2004). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia

Lanjut. Jakarta: BPK.

Irwanto. (2002). Psikologi Umum (Buku Panduan Mahasiswa). Jakarta: PT Prehalindo.

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyana, D. (Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar). 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ruesch, J. (1963). The Role of Communication in Theurapic Transactions.

Santrock, J. W. (2002). Live-Span Development. New York: Mc-raw Hill.

Santrock, J. W. (2003). Adolescent. Jakarta: Erlangga.

Scherz, F. H. (1962). Multiple Client-Interviewing : Treatments Implications. Social

Casework.

Sugiyono. (2001). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

27
i

Anda mungkin juga menyukai