Mata Kuliah
Dosen Pengampu
Disusun Oleh
202031700001 (P)
Puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Tingkat Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak (Usia Bayi, Kanak-kanak
hingga Remaja di Lingkungan Keluarga Besar Kami)” dengan baik tanpa adanya halangan.
Proposal disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitihan Kuantitatif yang di
ampuh dosen Bpk. Dr. Iwan Joko Prasetyo, M.Si. Selain itu, proposal ini bertujuan untuk
kanak-kanak, hingga remaja nanti bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bpk. Dr. Iwan Joko Prasetyo, M.Si
selaku dosen Mata Kuliah Metode Penelitihan Kuantitatif yang telah memberikan tugas
proposal ini dengan penjelasan yang detail. Saya menyadari proposal ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
proposal ini.
Selain itu, saya hanyalah seorang manusia biasa yang menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan proposal ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima segala
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga proposal ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................................................................................
DAFTAR ISI
..................................................................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
..................................................................................................................................................
B. Perumusan Masalah
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
D. Alur Berfikir
..................................................................................................................................................
E. Kerangka Teori
..................................................................................................................................................
ii
F. Hipotesis
................................................................................................................................................
11
A. Kerangka Konseptual
................................................................................................................................................
12
B. Definisi Konseptual
................................................................................................................................................
12
C. Operasionalisasi Konsep
................................................................................................................................................
17
................................................................................................................................................
21
E. Populasi
................................................................................................................................................
21
F. Ukuran Sampel
................................................................................................................................................
21
ii
G. Teknik Penarikan Sampel
................................................................................................................................................
22
................................................................................................................................................
23
..........................................................................................................................................................
24
................................................................................................................................................
24
A. Simpulan
................................................................................................................................................
25
B. Saran
................................................................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................................................................
26
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang dekat dengan keseharian setiap individu
pertukaran makna diantara dua pihak, terdiri dari pihak yang mempengaruhi dan pihak
lainnya sebagai pihak yang memahami, menurut “Ruesch, 1963”. Komunikasi interpersonal
dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan lingkungan. Lingkungan keluarga menjadi salah satu
unsur yang dan terdapat di dalamnya komunikasi interpersonal. Keluarga sebagai lingkungan
hidup primer dari seorang individu memiliki karakteristik hubungan antarpersonal yang
mendalam sebagai jalan untuk menjaga keharmonisan hubungan internal keluarga, menurut
“Cervantes, 1996”. Proses interaksi yang terjadi dalam komunikasi interpersonal di keluarga
dilihat sebagai sebuah cara untuk mempertukarkan nilai-nilai terkait kehidupan, menurut
“Scherz , 1962”.
Beberapa bentuk interaksi yang terjadi dalam keluarga yaitu saling berbagi
pengalaman, bertukar pendapat, dan bahkan dapat menjadi wadah untuk menceritakan
masalah. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika, menemukan fakta bahwa beberapa
anak remaja dalam keluarga terbiasa untuk menceritakan kesulitan yang dihadapi kepada
orangtuanya. Namun sebagian besar anak remaja lainnya masih mengalami masalah untuk
memberi kepercayaan terhadap orang tua, menurut “Duvall, 1967”. Penelitian ini kemudian
dikembangkan oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh Millard J Bienvenu pada tahun
1969. Penelitian itu untuk mengukur tingkat komunikasi yang terjalin diantara orang tua dan
anak remaja melalui dua hal yang dikategorikan. Dua kategori itu adalah melihat tingkat
1
komunikasi yang lebih tinggi (higher degree of communication) dan tingkat komunikasi yang
dengan baik, kebebasan berekspresi, pengertian dan penerimaan satu sama lain. Sedangkan
tingkat komunikasi yang lebih rendah merujuk kepada mengkritisi, respon dengan sarkasme,
dan kurangnya kepercayaan serta penerimaan satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, komunikasi interpersonal antara orang tua, remaja bahkan dewasa menjadi hal yang
menarik bagi peneliti untuk disesuaikan dengan konteks keluarga di Indonesia. Usia dini,
remaja, hingga remaja tetap dinamakan anak-anak bagi orang tua masing-masing. Hanya saja
Keluarga juga merupakan unit kecil dalam tatanan masyarakat yang bertanggung
jawab atas perawatan dan pengasuhan anak serta membesarkannya sehingga menjadi dewasa
yang nantinya mampu membentuk keluarga baru. Melalui keluarga, anak belajar menanggapi
orang lain, mengenal dirinya, dan sekaigus belajar mengelola emosinya. Bagi kebanyakan
anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan
kemudian masyarakat Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, senantiasa
berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Karena setiap orang yang hidup dalam
masyarakat sejak ia bangun tidur dan tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam
komunikasi.
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana tingkat komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak usia bayi,
2
Untuk melihat tingkat komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak saat usia
D. ALUR BERFIKIR
Berdasarkan definisi konsep dan referensi jurnal penelitian yang ditulis oleh Millard
ini dipublikasikan pada tahun 1969 di Lousiana, Amerika Serikat. Penelitian ini meneliti
mengenai pengukuran derajat komunikasi antara hubungan anak dan orang tua dari 376
subjek penelitian yang terdiri dari anak usia remaja berusia 13-18 tahun dimana pada
penelitian tersebut terdapat beberapa instrumen untuk mengukur tingkat hubungan orang tua
dan anak usia remaja. Instrumen tersebut berupa kebiasaan yang baik dalam mendengarkan,
sarkasme, kritik, krisis kepercayaan dan penerimaan diindikasikan Millerd sebagai derajat
rentang usia remaja awal yaitu 13-15 tahun memiliki tingkat komunikasi yang lebih tinggi
dan bersifat positif dengan orangtua dibandingkan dengan anak remaja dalam rentang usia
remaja akhir yaitu 16-18 tahun yang memiliki tingkat komunikasi lebih rendah dengan orang
tuanya.
orangtua dan anak yang berusia bayi, kanak-kanak hingga remaja dalam konteks komunikasi
keluarga. Bagian lainnya yang menjadi dasar untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat
3
E. KERANGKA TEORI
Teori merupakan komponen yang penting dalam suatu penelitian. Untuk memahami
dan menerangkan fenomena sosial yang menjadi pusat perhatian peneliti, maka teori
dijadikan kerangka berfikir. Disamping itu teori juga digunakan untuk menentukan jalannya
pemecahan masalah. Dengan demikian teori dapat menjadi dasar teoritik guna memperkuat
kerangka teori dan hipotesis yang dibuat. Penelitian ini berusaha mengkaji tingkat
1. PENGERTIAN KOMUNIKASI
yang berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000, hal. 60).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan melakukan
komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Menurut (Widjaya, 1987. hal.27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan
atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau diartikan pula saling tukar-
menukar pendapat.
Komunikasi dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik
individu atau kelompok. Menurut Edward Depari (Onong, 2000. hal. 62) komunikasi adalah
proses penyampaikan gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara terminologis
4
komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang
dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun
tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu
interpersonal manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Dengan
adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, dengan
mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.
a. Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya
kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan
b. Sikap suportif
5
Sikap suportif adalah adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak
Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya
saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling
komunikasi orang tua dan anak bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman
bersama terhadap suatu hal dan setiap pihak berhak menyampaikan pendapat
Monks, dkk (1994, hal. 269-271) mengatakan bahwa kualitas hubungan dengan orang
tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara orang tua dan anak pada
masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Hubungan antara ibu dan anak lebih dekat dari
pada antara ayah dan anak. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari,
sedangkan komunikasi dengan ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam masyarakat.
a. Citra diri
Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang lain di
6
b. Lingkungan fisik
komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai aturan, norma atau
nilainilai sendiri.
c. Lingkungan sosial
3. CIRI-CIRI KOMUNIKASI
Menurut Kumar (Wijaya,1987, hal. 39) ciri-ciri komunikasi adalah sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan
orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan
perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan
yang diungkapkannya.
b. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan
orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang
tersebut.
c. Dukungan
7
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan
aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah
e. Kesamaan (Equality)
Kesamaan adalah sejauh mana antara pembicara sebagai pengirim pesan dengan
pendengar sebagai penerima pesan mencapai kesamaan dalam arti dan pesan komunikasi.
Dengan kata lain kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang
Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam Prasetyo, dkk.
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran penting
suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di
mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara
orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap
sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran,
8
Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan yang
berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin
karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah
dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang
Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan
dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih
tua lebih berperan sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda. Biasanya
dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis, semua anggota keluarga harus didorong
untuk ambil bagian dalam percakapan mengemukakan pendapat, gagasan, serta menceritakan
pengalaman-pengalaman.
Komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orang tua yaitu
ibu dan ayah dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak
melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga
adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi masalah. Komunikasi antara orang tua
9
dan anak dalam keluarga merupakan interaksi yang terjadi antara anggota keluarga dan
Keluarga merupakan organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial,
keluarga juga merupakan pusat pembentukan kepribadian manusia sebagian besar dari anak
memberi ruang kepada wanita (remaja putri) untuk melaksanakan fungsi- fungsi kewanitaan.
Selanjutnya semakin mantap wanita memerankan peranan sosial maka semakin positif dan
Kesuksesan dalam memainkan peranan tersebut memberikan rasa puas, bahagia, dan
kestabilan jiwa dalam hidupnya. Maka perlu adanya kedewasaan psikis pada wanita agar
emosi yang stabil, bisa mandiri, menyadari tanggung jawab pada dirinya, memiliki tujuan dan
arah hidupnya.
Menurut Sarlito Wirawan, 1989. Hal. 113, kaitannya dengan hal ini komunikasi
antara orang tua dan remaja putri bahwa remaja sebagai anggota keluarga. Bahwa keluarga
merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya
antarmanusia yang paling intensif dan paling awal terjadi adalah keluarga.
10
Dengan demikian komunikasi yang terjalin antara orang tua dan remaja putri
dilandasi perasaan aman dan bahagia yang timbul pada remaja dalam kehidupan keluarga
yang harmonis tentang berbagai hal akan bisa mempengaruhi daya penyesuaian sosial pada
F. HIPOTESIS
Anak usia bayi, kanak-kanak hingga remaja yang berada di keluarga besar kami
secara signifikan ialah usia remaja. Usia remaja memiliki kecenderungan tingkat komunikasi
yang lebih tinggi dengan orang tua dibandingkan dengan anak usia bayi ataupun kanak-kanak
Kemungkinan hal ini disebabkan karena pola emosi yang bisa labil, wajar saja usia
bayi dan kanak-kanak sangat labil apabila berkomunikasi dengan orang tua karena gampang
emosi tidak mempentingkan perkataan orang tua. Lambat laun akan bisa mengontrol
11
BAB II
METODE PENELITIHAN
A. KERANGKA KONSEPTUAL
antar konsep satu dengan konsep yang lainnya untuk dapat memberikan gambaran dan
mengarahkan asumsi terkait dengan variable-variable yang akan diteliti. Melakukan sebuah
penelitian diperlukan langkah-langkah yang baik dan sistematis guna menyusun data yang
diperlukan untuk penelitian tersebut. Langkah-langkah yang tepat pada penelitian akan
menghasilkan penelitian yang baik, terararh dan dapat di terapkan untuk penelitian
selanjutnya. Oleh karena itu di perlukan sebuah kajian konseptual yang baik guna
mendukung penelitian agar lebih terarah dan lebih baik lagi. Sehingga penelitian yang
B DEFINISI KONSEPTUAL
tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
12
langsung, baik verbal maupun non verbal (Mulyana, 2004). Komunikasi interpersonal di
definisikan juga sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan
yang terlihat jelas diantara mereka, contohnya yaitu percakapan orang tua dan anak, suami
dan istri, rekan kerja, dan lainnya. Setiap komunikasi baru dijelaskan sebagai bahan-bahan
anggota keluarga untuk berbagi hal dan makna dalam keluarga. Selain itu dalam konteks
hubungan dengan anak dalam usia remaja, mereka diartikan sebagai masa sedang tumbuh dan
berkembang, sehingga membutuhkan kehadiran orang dewasa (orang tua) yang dapat
memahami dan bersikap secara bijaksana (Santrock, 2007). Hal ini dimaksudkan agar
terdapat proses transfer nilai dan pemahaman moral yang baik melalui komunikasi keluarga
Bayi yang tumbuh menjadi kanak-kanak yang seiring waktu berjalan hingga menjadi
remaja disebut merupakan bagian dari tahapan pertumbuhan manusia. Berikut adalah tahapan
1. Fase Bayi
13
Infant : 1 bulan – 1 tahun
Toddler : 1 – 3 tahun
Pada tahapan pertumbuhan manusia ini, bayi sangat bergantung pada orang tua
apalagi ketika berkomunikasi, hal yang paling pertama dilakukan bayi ialah berkomunikasi
dengan orang tua mulai dari ucapan yang keluar dari mulut si bayi yang ingin meminta susu
ataupun hal lain. Pada tahap ini komunikasi yang dilakukan si bayi tidak betul-betul
terdengar kosakata yang jelas namun dalam ucapan si bayi pasti ada maksud tetentu. Entah
Fase bayi sangat bergantung pada orang tua, bayi juga baru mempelajari bahasa,
berkomunikasi melalui tangisan. Ia akan menangis saat lapar, mengantuk, popoknya penuh,
hingga kepanasan atau kedinginan. Semakin bertambahnya usia, maka anak akan semakin
2. Fase kanak-kanak
Fase kanak-kanak terdiri dari 3 jenis yakni fase kanak-kanak awal, fase kanak-kanak
Fase kanak-kanak awal disebut juga sebagai pra sekolah yaitu usia 5-6 tahun. Dalam
tahap pertumbuhan manusia ini, anak belajar melakukan banyak hal sendiri, seperti makan,
buang air di toilet, dan bermain bersama teman. Kanak-kanak juga mulai mengembangkan
dan menulis.
14
Anak sudah terlibat dalam kegiatan
Ia juga terlibat dalam kegiatan akademis, interaksi sosial dengan teman di sekolah,
dan mulai memerhatikan pencapaian prestasi. Ketika dipuji, Si Kecil akan mengembangkan
rasa bangga dan kompeten. Namun, ketika gagal, ia akan merasa rendah diri.
3. Fase Remaja
Fase remaja adalah tahapan pertumbuhan manusia yang merupakan masa transisi dari
masa kanak-kanak ke dewasa. Sebenarnya pre pubertas sudah terjadi pada usia pada usia 7-8
tahun dan sudah masa pubertas akan selesai pada usia 14-15 tahun lalu masa remaja akan
15
Dalam fase ini, terjadi proses yang disebut sebagai pubertas. Proses ini mendorong
perubahan fisik yang sangat cepat, misalnya tinggi dan berat badan bertambah, membesarnya
alat kelamin dan payudara, tumbuhnya rambut pada area tertentu, menstruasi atau mimpi
basah, hingga perubahan pada suara. Remaja juga mulai mandiri dan mencari jati dirinya
sendiri. Ia akan berpikir secara lebih logis, tapi memiliki perasaan yang sensitif. Selain itu,
Usia bayi, kanak-kanak, hingga remaja merupakan masa transisi dalam rentang
kehidupan manusia yang menghubungkan masa anak-anak dan masa remaja. (Santrock,
2003). Tingkatan masa anak yang paling tertinggi ialah masa remaja yang merupakan
peralihan ketika individu tumbuh dari anak-anak menuju kematangan. Dalam prosesnya,
terdapat dua hal yang mempengaruhi diri seorang remaja yaitu perubahan lingkungan dan
perubahan internal dalam diri remaja yang disebut sebagai masa storm and stress period
(Gunarsa, 2004). Karena itu, seseorang di masa usia remaja membutuhkan arahan,
16
pengertian serta sikap yang mendukung dari lingkungan terdekatnya, salah satunya yang
Adapun batasan usia remaja adalah terdiri dari 5 tiga bagian : masa remaja awal yaitu
usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan dalam rentang usia 15-18 tahun, dan masa remaja
akhir yang terdiri dari usia 18-21 tahun. (Desmita, 2007). Mengenai karakeristik remaja di
masa pertengahan, salah satunya yang berkaitan dengan konteks penelitian ini, ialah
mengenai sisi moralitas. Bahwa terdapat adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari
dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua (Makmun, 2003).
Tingkat komunikasi yang terjadi dalam keluarga dibagi menjadi dua kategori. Dua
kategori itu adalah melihat tingkat komunikasi yang lebih tinggi (higher degree of
mendengarkan dengan baik, kebebasan berekspresi, pengertian dan penerimaan satu sama
lain. Sedangkan tingkat komunikasi yang lebih rendah merujuk kepada mengkritisi, respon
dengan sarkasme, dan kurangnya kepercayaan serta penerimaan satu sama lain (Bienvenu,
1969).
C. OPERASIONALISASI KONSEP
Data yang dikumpulkan akan salah jika mereka yang menyelesaikan pemeriksaan
memiliki pandangan berbeda, sehingga saat mengumpulkan data, semua orang dalam sistem
17
harus memiliki pemahaman yang sama dan mengumpulkan data dengan cara yang sama.
Oleh karena itu, definisi operasional harus dibuat sebelum pengumpulan data dimulai.
1. Sugiono
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2. Hoover
Pengertian operasional menurut Hoover adalah memuat identifikasi sesuatu hal yang
3. Asep Hermawan
dapat mengukur variabel. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan angka-angka maupun
atribut-atribut tertentu.
4. Widjono Hs
5. Singarimbun (1997)
18
Pengertian operasional menurut Singarimbun adalah sebagai suatu unsur penelitian
yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur dalam rangka
masing-masing konsep yang digunakan dalam menggambarkan perilaku atau gejala yang
dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya.
Salah satu kunci keberhasilan penelitian, selain perencanaan yang matang, adalah
pelajari atau istilah yang kita gunakan dalam dokumen penelitian. Menentukan variabel
secara operasional menjadi hal yang sangat penting dalam penelitian karena bertujuan untuk
memberikan kredibilitas pada metodologi dan untuk memastikan reproduktifitas hasil studi.
Studi lain mungkin mengidentifikasi variabel yang sama secara berbeda, sehingga sulit untuk
Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur variabel.
Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk istilah/variabel yang jika tidak
dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda.
Memandu jenis data dan informasi apa yang dicari oleh peneliti.
yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dalam implementasinya definisi operasional dari satu
19
peneliti dengan peneliti lain bisa sangat berbeda. Ini bisa dilihat pada definisi operasional
Menguraikan definisi operasional variabel pada sebuah penelitian adalah sesuatu yang
esensial. Ini dikarenakan agar ketika pengumpulan data peneliti tidak melakukan kekeliruan.
Kekeliruan yang terjadi biasanya adalah data akan menjadi bias atau berbelok arah.
Kekeliruan bisa dikarenakan dalam penentuan instrumen penelitian yang tidak tepat serta
LANGKAH PERTAMA
1. Identifikasi Karakteristik
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pada Identifikasi karakteristik yang akan
diukur atau jenis masalah yang menjadi perhatian. Masalah yang diambil untuk proposal ini
yakni masalah tentang tingkat komunikasi keluarga yang meliputi komunikasi orang tua
dengan anak. Anak juga mempunyai jenis usia masing-masing. Contoh pada proposal
Alat ukur yang bisa dan sering dipakai biasanya adalah alat ukur fisik seperti jam,
timbangan, mikrometer dsb. Pada pengamatan visual atau fisik diperlukan penglihatan
normal atau membutuhkan alat seperti kaca pembesar untuk memudahkan pengamatan.
Tetapi pada penelitian saat ini alat ukur yang digunakan ialah secara lisan. Seperti
20
3. Jelaskan Metode Pengujian
Metode pengujian adalah prosedur paling baru untuk digunakan dalam aktivitas
pengukuran. Misalnya ketika mengukur waktu, maka titik awal mulai dan titik akhir harus
ditentukan. Ini juga berlaku pada pengukuran apa saja, tingkat presisi atau ketepatan harus
Contohnya adalah ketika orang tua berkomunikasi dengan anaknya secara terus
menerus atau lama-kelamaan ini termasuk dalam metode penelitan waktu, waktu akan diukur
dalam bentuk detik, menit atau jam. Jadi berkomunikasi secara terus menerus atau dalam
rentang waktu panjang ketika orang tua dengan anak hal ini akan menyebabkan rasa malas
yang berlebihan dan bisa topik yang dibicarakan berganti-ganti (wawancara dengan adik
kandung ibu saya). Ia mengatakan ini karena semakin lama ia berbicara dengan yang lebih
tua semakin mengarah ke arah yang ia pasti dimarahi atau di nasehati. Menurut saya sih di
nasehati justru itu point yang penting karena yang tua lebih berpengalaman tidak ingin yang
krusial dan penting. Definisi operasional harus membuat tugas yang akan dilakukan menjadi
jelas dan mudah. Cara terbaik untuk menguji definisi operasional adalah dengan meminta
seseorang yang berbeda untuk mengamatinya. Apakah hasilnya konsisten? Apakah hasilnya
benar?
D. TIPE/METODE PENELITIAN
21
Dalam tipe atau metode penelitian tepatnya bagian pengukuran terdapat empat tingkat
yakni nominal, ordinal, interval serta rasio. Metode yang dipakai untuk penelitian ini ialah
E. POPULASI
Dalam sebuah anggota keluarga besar kami khusunya keluarga dari ibu saya (nenek)
yang memiliki anak sejumlah 9 orang. Jadi ibu saya mempunyai saudara kandung sebanyak
8, yang 1 ibu sendiri total 9 bersaudara. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
F. UKURAN SAMPEL
ambil 2 anak untuk dijadikan penelitian. Jadi penelitan ini untuk wawancara bagaimana
tingkat komunikasi si anak kepada orang tua masing-masing. Apakah tingkat komunikasi itu
Seorang peneliti ingin meneliti pengaruh tingkat komunikasi orang tua dengan
1+Ne 2 = 18 / 1 + { 18 x (0,0025) }
= 18 / (1 + 1,125)
= 18 / 2,125
= 8,47
= 8,5
= 0,16 x 8,5
= 1,36
= 0,27 x 8,5
= 2,29
= 0,55 x 8,5
= 4,67
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability
peluang yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Sugiyono, 2001). Teknik probability sampling yang digunakan yaitu proportionate stratified
random sampling. Proportionate stratified random sampling biasa digunakan pada populasi
yang memiliki susunan bertingkat atau berlapis-lapis (Margono, 2004). Teknik ini digunakan
bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
23
Untuk melakukan penelitian ini, kami memilih angggota keluarga besar kami, anggota
di keluarga besar ibu yang terdiri dari 9 anak dari nenek ibu saya yang tinggal di daerah Kab.
Mojokerto Jawa Timur. Kami memilih 9 anak dari saudara kandung ibu saya yang tinggal di
Kab. Mojokerto sebagai wilayah untuk mengambil sampel karena salah satu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ini dan memudahkan untuk melakukan penelitian karena masih
merupakan keluarga besar kami sehingga sudah memiliki relasi yang terjalin dengan pihak-
Dari 9 saudara kandung ibu akan diambil 2 orang yang merupakan anak dari saudara
kandung ibu. Jadi saudara kandung ibu yang (nomor 1 di ambil sebanyak 2 anak), (nomor 1
sampai pada saudara kandung ibu nomor 9. Jadi 9 saudara kandung di ambil 2 anak total
ada 18 anak untuk sampel ini, 9 kuesioner diperuntukan untuk responden perempuan dan 9
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui metode angket atau
questionnaire). Alasan memilih menggunakan metode kuesioner karena penelitian ini bersifat
kuantitatif. Instrument atau alat pengumpulan data disebut angket, yaitu berisi sejumlah
pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Bentuk kuesioner yang dipilih
dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup atau memberikan pertanyaan serta beberapa
menghindari jawaban yang terlalu representatif atau normatif sehingga dapat menyulitkan
24
Dalam pengaplikasian metode ini angket yang telah dibuat, diberikan secara langsung
kepada responden dan pengisiannya diselesaikan di tempat dan waktu yang sama . Kriteria
responden yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah usia kanak-kanak (pertanyaan dibantu
dibicarakan orang tua) sama remaja berusia 15-18 tahun atau dalam jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tinggal bersama kedua orang tuanya.
Tahap ini merupakan tahap dimana menyederhanakan data menjadi simbol atau kode angka.
Contoh tentang apakah di berbagai tingkat umur anakm, itu sangat mempengaruhi ketika
sedang berkomunikasi dengan orang tua secara baik dan benar (sopan santun). Disini di
kelompokkan data-data tersebut menjadi sebuah simbol atau kode angka. Berapa jumlah anak
yang menjadi responden? Berapa jenis responden? Berapa banyak anak yang menjawab skor
tua dan anak remaja maka digunakan nilai mean (rata-rata) untuk mengetahui kecenderungan
responden dalam menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan. Semakin tinggi nilai mean
25
BAB PENUTUP
KESIMPULAN
Terjadi kecenderungan yang berbeda antara tingkat komunikasi anak dengan orang
tua yang berumur usia dini hingga kanak-kanak. Dari hasil analisis deskriptif, rata-rata
tingkat komunikasi usia dini dan kanak-kanak dengan orang tua tidak terlalu terjadi karena
disebabkan adanya emsoi bagi si anak usia dini dan kanak-kanak. Kenapa emosi karena
setiap kali terjadi komunikasi orang tua dengan anak si anak usia dini dan kanak-kanak
mengganggap perkataan orang tua adalah entah nasehat atau perkataan memaharinya bagi si
dia. Wajar saja anak-anak usia begitu emosi labil tidak bisa diajak berbicara dengan baik.
SARAN
Komunikasi antara orang tua dan anak yang terjalin dengan baik akan menimbulkan
rasa percaya diri kepada sang anak. Saran dari penulis, pihak keluarga terutama orang tua
untuk meningkatkan rasa percaya diri kepada sang anak dimulai sejak dini. Orang tua dapat
mengantisipasinya dengan cara lebih meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak
yang baik dalam keluarga, misal dengan memperbanyak membina keterbukaan, bertukar
26
DAFTAR PUSTAKA
DeVito, J. (2002). The Interpersonal Communication Book. New York: Pearson Education.
McGraw Hill.
Gunarsa, S. D. (2004). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak sampai Usia
Casework.
27
i