Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

REFERENSI “PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI”

Disusun Oleh:
Mochamad Rizky Syawaludin
202031700001 (P)
Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS DR. SOETOMO

SURABAYA
Judul Buku : Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Penulis : Marwan Mas
Penerbit : Ghalia Indonesia
Tahun Terbit: 2014
RESENSI
Perilaku menyimpang yang sangat sulit untuk dibenahi saat ini adalah
korupsi. Penyimpangan ini ibarat penyakit yang mengrogoti hampir semua bidang
maupun sektor pembangunan tertentu yang tidak ada penyembuhannya. Korupsi ini
tentunya sudah lama ada terutama sejak manusia pertama kali mengenal tata kelola
administrasi. Korupsi yang paling banyak terjadi yakni di kalangan kelas menengah
ke atas. Biasanya di dalam suatu pemerintahan seperti Lembaga DPR,DPD,
maupun KPK. Makna korupsi juga sering dikaitkan dengan politik sebagai tindakan
yang melanggar hukum. Dasar atau landasan untuk memberantas dan
menanggulangi korupsi adalah memahami pengertian korupsi itu sendiri. Berikut
pengertian korupsi berdasarkan definisi-definisi umum dan pendapat para pakar.
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin "corruptio" yang berarti busuk, rusak,
memutar balik, ataupun menyogok. Menurut (WJS Poerwadarminta: 1976) korupsi
adalah "Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya".
a. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap atau sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.
b. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya.
c. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak. Menurut “Subekti dan Tjitrosoedibjo :1973” dalam kamus hukum, yang
berarti perbuatan curang atau tindak pidana yang merugikan keuangan negara.

B. Bentuk - Bentuk Korupsi


Berdasarkan buku SAKU yang dikeluarkan oleh KPK (2006):
1. Kerugian Keuangan Negara: Dengan maksud tujuan melakukan perbuatan
menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi.
2. Suap Menyuap: Memberi sesuatu kepada pihak tertentu dengan maksud
supaya berbuat sesuatu yang sudah direncanakan (Kongkalikong).
3. Penggelapan Dalam Jabatan: Dengan sengaja menggelapkan uang atau
surat berharga yang disimpan karena jabatannya.
4. Pemerasan: Bermaksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
hukum atau menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu atau membayar bagi dirinya sendiri.
5. Perbuatan Curang: Melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan.
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan: Dengan sengaja turut serta
dalam pengadaan pada saat perbuatan.
7. Gratifikasi: Setiap grafitikasi kepada sesorang dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan tugasnya.
C. Faktor Penyebab Korupsi
Adapun 3 Pilar yang menyebabkan korupsi itu terjadi:

 GREEDS (KESERAKAHAN)
Sifat keserakahan seseorang inilah yang membuat penyebab korupsi itu
terjadi. Arti dari kata serakah itu sendiri keinginan yang sangat besar untuk
memiliki kekayaan lebih dan tidak ada batasan melainkan kurang puas.

 OPPORTUNITIES (KESEMPATAN)
Ada pepatah yang bilang “Kesempatan dalam kesempitan” makna dari
kalimat tersebut adalah ketika seseorang sedang mencari keuntungan dari
situasi kesulitan orang lain.

 NEEDS (KEBUTUHAN)
Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk diri sendiri untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Adapun faktor penyebab lain korupsi yakni:
 Faktor Internal
Aspek Perilaku Individu
- Sifat Tamak atau Rakus: Korupsi adalah kejahatan seseorang yang rakus
yang merasa dirinya seolah kurang dengan apa yang sudah ada.
Bagaimanapun tindakan korupsi akan ditindak tegas dan diberi hukuman.
- Moral yang Kurang Kuat: Seseorang yang moralnya tidak kuat akan
cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan tersebut
berasal dari atasan yang lebih mapan ataupun teman setingkat.
- Gaya Hidup yang Konsumtif: Perilaku konsumsif apabila tidak diimbangi
dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang untuk
melakukan tindakan yang menyimpang.
Aspek Sosial
- Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan lingkungan sekitar seperti
keluarga atau teman sebaya yang mengakibatkan akan terjadinya korupsi.
 Faktor Eksternal
- Pada umumnya korupsi ditimbulkan karena adanya budaya masyarakat
yang melekat. Misalnya pada jajaran manajemen selalu menutupi tindak
korupsi yang dilakukan oleh oknum segelintir. Contoh anggaran bantuan
desa untuk pembangunan jalan sekitar 1 Miliar. Dari pemerintah utuh
nomilnya 1 Miliar kemudian turun ke berbagai tangan akhirnya sampai ke
tangan Lurah menjadi 400jt. Hal ini dinamakan korupsi.
D. Jenis – Jenis Korupsi
Menurut (M. Amien Rais) menyatakan ada 4 jenis korupsi, yakni:
a. Korupsi Ekstortif: Korupsi ini berupa sogokan atau suap yang dilakukan
pengusaha kepada penguasa.
b. Korupsi Manipulatif: Korupsi seperti permintaan seseorang yang
memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk
membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha
ekonominya.
c. Korupsi Nepotistik: Korupsi karena ada ikatan kekeluargaan,
pertemanan, dan sebagainya.
d. Korupsi Subversif: Korupsi yang merampok kekayaan negara secara
sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah
keuntungan diri sendiri.
E. Dampak Korupsi
a. Dampak Ekonomi.
b. Dampak Sosial dan Kemisikinan Masyarakat.
c. Dampak Birokrasi Pemerintahan
d. Dampak Terhadap Politik dan Birokrasi.
e. Dampak Terhadap Penegeakan Hukum
f. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan.
g. Dampak Terhadap Kerusakan Lingkungan.
F. Landasan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas di seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hampir tidak ada institusi suatu negara yang
bersih dari korupsi. Menurut pimpinan KPK, setidaknya ada 4 yang membuat orang
nekat berbuat korupsi. Pertama, ada semacam mitos bahwa jujur akan hancur.
Kedua, kesempatan. Jika ada kesempatan mengapa tidak diambil sekarang.
Ketiga, mumpung. Misal menjadi penjabat tidaklah hal yang mudah. Belum tentu
akan terulang lagi. Mumpung punya kekuasaan. Keempat, untuk memuaskan
dahaga kehormatan. Karena harta adalah kehormatan.
G. Pemberantasan Korupsi Merupakan Fokus Utama
Pemberantasan korupsi berjalan dengan seiringnya waktu dan merupakan
salah satu tindakan yang harus dicegah. Mencegah biasanya secara serentak oleh
pemegang kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Presiden juga telah
menertibkan sejumlah instruksi dan arahan untuk mencegah dan memberantas
korupsi.
Seperti Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang
“Percepatan Pemberantasan Korupsi”; Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang “Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011”; Inpres Nomor 17 Tahun
2013 tentang ”Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012”. Selain
itu, Presiden juga telah mengeluarkan Perpres Nomor 55 Tahun 2012 tentang
“Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun
2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2010-2014”.
G. Upaya Pencegahan
Mencegah korupsi adalah salah satu pekerjaan yang berat untuk dilakukan.
Pekerjaan memberantas korupsi harus dilakukan secara bersama-sama dan
membutuhkan komitmen nyata dari pimpinan tertinggi. Selain itu, strategi
pencegahan korupsi diperlukan agar bahaya korupsi dapat ditanggulangi dan
celahnya dapat ditutup.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Lili
Pintauli Siregar saat melakukan Sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di
Lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan, Selasa (11/2) di Kantor Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemenaker), Jakarta. Ia mengatakan bahwa ada 3 cara untuk
memberantas korupsi. Pertama, strategi jangka pendek dengan memberikan arahan
dalam upaya pencegahan. Kedua, strategi menengah berupa perbaikan sistem
untuk menutup celah korupsi. Ketiga, strategi jangka panjang dengan mengubah
budaya.

KATA KUNCI
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis yang artinya menyebar
secara vertikal dan horizontal. Prakteknya bisa berlangsung dimanapun dan
kapanpun. Baik di Lembaga Negara maupun Lembaga privat hingga kehidupan
sehari-hari. Dalam perspektif budaya (pandangan budaya) korupsi menjadi sesuatu
yang dianggap biasa karena telah dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar.
Korupsi juga sebuah kejahatan yang luar biasa. Ia ada dan tumbuh seiring
berjalannya waktu. Korupsi muncul karena perilaku manusia yang menyimpang
akibat materi yang tidak pernah terpuaskan. Kemudian menyebabkan korupsi susah
untuk diberantas. Mengapa demikian? Karena manusia dan korupsi adalah dua
senyawa yang sulit dipisahkan. Berasal dari satu sifat kekal manusia yaitu
keserakahan.
Buku ini hadir untuk mengetahui perkembangan korupsi di Indonesia yang
seharusnya diberantas secara luar biasa. Konsep keadilan dengan cara
penyelesaian secara damai di luar pengadilan tidak tepat diterapkan pada kasus
korupsi. Karena ini kejahatan yang luar biasa, serius, dan bahkan melanggar hak
sosial ekonomi rakyat. Institusi yang melakukan penyelidikan dan penyidikan
perkara korupsi dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan, serta Komisi
Pemberantasan Korupsi yang disebut dengan KPK. Hanya lembaga itu yang diberi
kewenangan untuk mengurus adanya tindak korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang


“Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang ”Komisi
Pemberantasan Korupsi”
Andi Hamzah, Korupsi Di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya Cetakan II, PT
Gramedia Pustaka Utama, Bndung
Baharudin Lopa dan Moch. Yamin, Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Alumni, Bandung, 2001

Anda mungkin juga menyukai