Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap


warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan terhadap sarana
dan prasarana yang diperlukan guna menopang pembangunan di bidang hukum.
Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan pembangunan bidang hukum perlu
didukung adanya peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan
pendayagunaannya, pemantapan, kedudukan dan peranana badan-badan penegak
hukum merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan proses penegak
hukumnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa antara pembangunan dan
kejahatan atau pelanggaran hukum ada hubungan yang erat. Oleh karena itu,
perencanaan pembangunan harus meliputi juga perencanaan perlindungan
masyarakat terhadap pelanggaran hukum.

Dalam hukum pidana itu terkandung aturan-aturan yang menentukan


perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa
pidana (nestapa) dan menentukan syarat-syarat pidana dapat dijatuhkan. Sifat
publik yang dimiliki hukum pidana menjadikan konsekuensi bahwa hukum
pidana itu bersifat nasional. Dengan demikian, maka hukum pidana Indonesia
diberlakukan ke seluruh wilayah negara Indonesia.

Di samping itu, mengingat materi hukum pidana yang sarat dengan nilai-
nilai kemanusian mengakibatkan hukum pidana seringkali
digambarkan sebagai pedang yang bermata dua. Satu sisi hukum pidana
bertujuan menegakkan nilai kemanusiaan, namun di sisi yang lain
penegakan hukum pidana justru memberikan sanksi kenestapaan bagi
manusia yang melanggarnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah upaya penanganan korupsi di Indonesia ?

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS

Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam


suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini
terjadi karena beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.

Korupsi di Indonesia pada saat ini populasinya semakin bertambah. Dari golongan
kelas atas maupun kelas bawah sudah banyak yang menjadi koruptor. Faktor
penyebab korupsi itu ada dua yaitu melalui faktor internal dan eksternal. Yang
melalui faktor internal adalah dari perilaku diri kita sendiri, lingkungan, dan keluarga.
Yang melalui faktor eksternal adalah kesenjangan sosial, politik, budaya dan
organisasi organisasi yang sistemnya kurang akurat.

Dalam teori yang dikemukakan oleh jack bologne atau sering disebut GONE
theory, bahwa faktor faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi:

1. Greeds (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada didalam diri setiap orang.

2. Opportunities (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi


atau masyarakat yang sedemikian rupa,sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.

3. Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor faktor yang dibutuhkan oleh individu
untuk menunjang hidupnya yang wajar.

4. Exposures (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang


dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.Faktor faktor greeds dan needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)
korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar
organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor
faktor opportunities dan exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi
(victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.

2
B. PEMBAHASAN

Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu Negara
ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus,
maka akan terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap
mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan
menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi
perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab. Ada beberapa
upaya penanggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-
masing memandang dari berbagai segi dan pandangan.
Menurut pendapat H. Ismail Susanto, terdapat enam langkah yang
harus dilakukan agar korupsi tidak hilang dan tidak dilakukan oleh
masyarakat. Didalam sebuah essay-nya yang dimuat di Harian Republika
mengatakan bahwa berdasarkan kajian terhadap berbagai sumber,
didapatkan sejumlah cara sebagaimana ditunjukkan oleh Syariat Islam.
Pertama, sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja
dengan sebaik-baiknya. Dan itu sulit berjalan dengan baik apabila gaji
mereka tidak mencukupi, karena para birokrat juga manusia biasa. Kedua,
larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan
kepada aparatur pemerintah pasti mengandung maksud tertentu, karena
buat apa seseorang memberikan sesuatu kalau tidak ada maksud tertentu.
Ketiga, perhitungan kekayaan. Orang yang melakukan korupsi tentu
kekayaannya akan bertambah dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang
cepat kaya itu melakukan tindakan korupsi. Bisa saja dia mendapatkan
kekayaan itu dari warisan, keberhasilan bisnis atau dengan cara lain yang
halal. Keempat, teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan
bisa dilakukan jika para pemimpin, terlebih pemimpin tertinggi, dalam
sebuah Negara bersih dari korupsi. Dengan takwa, seorang pemimpin
melakukan tugasnya dangan penuh amanah.

Karena dengan taqwa pula ia takut untuk melakukan penyimpangan,


karena meski ia bisa melakukan kolusi dengan pejabat lain untuk menutup
kejahatannya, Allah SWT pasti melihat semuanya dan di akhirat nanti pasti
akan dimintai pertanggung jawaban. Kelima, hukuman yang setimpal. Pada
dasarnya, orang akan takut menerima resiko yang akan mencelakakan

3
dirinya, termasuk bila ditetapkan hukuman setimpal bagi para koruptor.
Berfungsi sebagai pencegah, hukuman setimpal atas koruptor membuat
orang jera dan kapok melakukan korupsi. Keenam, Pengawasan
Masyarakat. Masyarakat dapat berperan menyuburkan atau menghilangkan
korupsi. Dari point-point tersebut dapat dieksplisitkan bahwa
pemberantasan korupsi harus melibatkan semua pilar masyarakat. Pilar
masyarakat adalah manusia (individu), budaya (yaitu berupa persepsi baik
pemikiran maupun perasaan kolektif), dan sistem aturan yang berlaku.
Karena itu, korupsi akan lebih efektif diberantas bila pada tiga pilar tersebut
dilakukan langkah-langkah yang terpadu. Bahwa ada individu yang
memang bejat, ingin kaya secara instant, atau setidaknya dengan harta
dengan jalan pintas, itu memang kenyataan di dunia ini. Tapi, individu yang
baik sebenarnya banyak. Andaikan di dunia ini lebih banyak yang tidak
baik, tentu kehidupan tidak bisa lagi berjalan dengan normal. Orang selalu
dalam ketakutan karena tidak ingin ditipu, atau semangat untuk menipu.
Kalau sudah begitu tidak ada lagi hubungan dengan manusia, baik
berdagang maupun menikah.
Jadi kita harus meyakini bahwa sebagian besar individu pada
dasarnya adalah baik, karena Allah telah meniupkan sifat-sifat agungnya
dalam diri manusia sejak masih didalam rahim. Didalam surat Qs. 15- al
hijr; 29, yang artinya, maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka
tunduk kamu kepadanya dengan bersujud. Dapat disimpulkan bahwa pada
awalnya manusia semuanya memiliki sifat yang baik, akan tetapi sebagian
orang yang menjadi koruptor itu tentu karena pengaruh eksternal yang telah
mengaburkan sifat-sifat baik tersebut. Yang paling utama adalah
pendidikan, kedua lingkungan dan ketiga media. Tiga hal ini akan
membangun suatu budaya, yakni suatu persepsi kolektif dalam masyarakat,
apakah suatu hal itu akan dianggap normal atau tidak.

Pada masyarakat yang budaya “uang pelicin” sudah dianggap wajar,


maka orang tidak akan lagi peka dan merasa itu adalah korupsi. Demikian
juga budaya “titip saudara” agar lolos ujian sekolah atau dapat pekerjaan.
Andaikata dua hal ini dicoba pada masyarakat yang memilki persepsi

4
sebaliknya, bahwa uang pelicin itu haram, dan nepotisme itu awal
kehancuran, tentu akan terjadi sasuatu yang berbeda. Budaya adalah
sesuatu yang dapat dibentuk peran pendidikan sangat besar. Para guru
itulah yang menanamkan nilai-nilai sejak dini. Tentu saja mereka pula yang
berhak memberikan sikap keteladanan yang baik. Kalau sang guru sendiri
dulu mendapatkan pekerjaan dengan menggunakan uang pelicin atau lulus
ujian guru dengan mencontek, ya susah. Mereka merupakan bagian dari
masalah dan bukan merupakan sebuah solusi. Budaya anti korupsi akan
menghasilkan individu- individu anti-korupsi, yang akhirnya akan menjadi
aktor-aktor pencegahan atau pemberantasan korupsi. Pada masyarakat
yang sarat dengan korupsi, tentu saja sulit untuk mendapatkan individu-
individu semacam ini. Namun dalam level mikro, seperti pada suatu
sekolah, kantor atau suatu organisasi, budaya ini bisa ditumbuhkan melalui
pendidikan, keteladanan pemimpin dan lewat kampanya yang massif,
misalnya dengan pemasangan poster-poster yang akan mengingatkan
orang akan dampak mengerikan dari korupsi, atau azab Allah yang
dijanjikan pada koruptor. Namun juga strategi individual dan kultural
terkadang masih belum cukup juga. Korupsi juga terjadi dengan adanya
aturan-aturan main yang salah. Sebagai contoh; aturan biaya mutasi
kendaraan yang lumayan tinggi (10% harga kendaraan), membuat
sebagian orang enggan untuk melakukan balik nama setelah membeli
kendaraan bekas. Hasilnya, di beberapa daerah cukup sulit menemukan
mobil dengan nama pemilik sebenarnya pada STNK. Ketika ada PNS untuk
datang ke daerah itu dan akan menyewa mobil, yang ada hanyalah mobil
seperti itu. Padahal di aturan sewa kendaraan dalam pekerjaan
pemerintah, diwajibkan nama pemilik mobil seperti dalam KTP harus sama
dalam nama STNK. Lalu solusinya apa? Solusi jangka pendeknya adalah
bisa menggunakan fotocopy STNK palsu atau menyuap agar petugas
kantor kas Negara dan auditor pura-pura tidak melihat. Cara yang lebih
elegan adalah dengan membuat klausul tambahan pada aturan yang formal
berlaku, yang kalau tetap dalam bentuk sekarang ini, akan menimbulkan
akses yang rumit di lapangan.

Perubahan aturan-aturan ini dapat berupa aturan sewanya atau aturan

5
balik nama kendaraannya. Misalnya biayanya diturunkan, agar pemilik
kendaraan tertarik untuk balik nama. Contoh lainnya adalah hubungan kerja
yang kabur, sehingga tidak jelas apakah seorang direktur BUMN/BUMD itu
perlu dibayar tinggi meskipun perusahaan merugi atau dia sebenarnya
hanya perlu digaji secukupnya, sedang penghasilan yang tinggi tergantung
prestasinya. Dari beberapa contoh diatas adalah contoh untuk merubah
aturan dalam mencegah korupsi. Contoh yang lain adalah aturan yang
dapat memberantas korupsi setelah terjadi. Perhitungan kekayaan pejabat
setelah menjabat untuk dibandingkan dengan sebelumnya adalah salah
satu ide yang baik. Kalau ada peningkatan yang tidak wajar dan tidak bisa
dijelaskan, harta itu dapat disita untuk Negara, atau yang bersangkutan
dipidana.
Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk
menanggulangi korupsi sebagai berikut :
1. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan
sejumlah pembayaran tertentu.
2. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.
3. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah
pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi
penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama,
birokrasi yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas
adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi
kesempatan korupsi.

Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized)


tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan
yang legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang
membuka untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya
dengan struktur organisasi haruslah membantu kearah pencegahan
korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan
pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman
kepada pelaku-pelakunya. Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987)
memberi saran penanggulangan korupsi yaitu agar pengaturan dan
prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang menyangkut orang

6
perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas,
pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam
menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai
yang rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki,
lebih terjamin, satuan-satuan pengamanan termasuk Polisi harus diperkuat,
hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih
cepat diambil. Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak
pula. Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu
cara pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup
ditinjau dari segi deduktif saja, melainkan perlu ditinjau dari segi induktifnya
yaitu mulai melihat masalah praktisnya (practical problems), juga harus
dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi. Kartono (1983)
menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna
melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial dengan bersifat acuh tak
acuh.
2. Menanamkan aspirasi Nasional yang positif, yaitu mengutamakan
kepentingan Nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan
menindak korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan
menghukum tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah,
melalui penyederhanaan jumlah Kementerian beserta jawatan
dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement”
dan bukan berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan Pegawai Negeri yang non-politik demi
kelancaran administrasi pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung
jawab etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang
mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi.

7
C. NILAI-NILAI PANCASILA

Dalam Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu memiliki
arti yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan dan
mewujudkan cita-cita negara Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
korupsi merupakan salah 1 penyelewangan yang marak terjadi di Indonesia.
Tindakan tersebut bukan hanya melanggar aturan negara tetapi hal itu juga
telah melanggar ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Dengan
menyelewengnya tindakan terhadap Pancasila hal tersebut akan membuat
cita-cita yang didambakan oleh negara dan bangsa lama kelamaan akan
menjadi hancur. Maka dari itu terdapat hal penting dalam tindakan korupsi
terhadap Pancasila yaitu dengan kita melakukan tindakan korupsi kita sama
saja telah menghancurkan Pancasila yang telah susah payah dibuat oleh
pendiri bangsa kita yang berjuang mati-matian.
Sila-Sila pertama yang berbunyi “Ke-Tuhanan  Yang Masa Esa” jika kita
melakukan tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi Tuhan.
Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” sila ini
memiliki makna untuk memperlakukan sesama manusia sebagai mana
mestinya dan melakukan tindakan yang benar, bermartabat, adil terhadap
sesama manusia sebagaimana mestinya. Dengan  melakukan korupsi, berarti
sama saja telah melangggar sila kedua ini karena telah melakukan tindakan
yang memperlakukan kekuasaan dan kedudukan sebagai tempat untuk
mendapatkan hal yang diinginkan demi kebahagiaan diri sendiri dan juga
membuat orang lain menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut .
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna
bahwa kedudukan masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa
membeda-bedakan serta mendapat perlakuan yang sama di depan hukum
sehingga, dengan melakukan korupsi berarti sama saja telah melanggar sila
ini. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan
masyarakat sehingga hal tersebut akan membuat rakyat merasa menjadi
terintimidasi dan tidak peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Lama kelamaan, hal ini akan membuat Indonesia menjadi tidak

8
harmonis.
Sila-Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Dan Perwakilan” dengan melakukan tindakan
korupsi berarti kita juga telah melanggar sila keempat ini karena sila ini
mengandung makna untuk bermusyawarah dalam melakukan dan
menentukan segala sesuatu agar tercapainya keputusan bersama yang
berdampak baik bagi Indonesia. Tetapi, dengan korupsi itu sama saja telah
melakukan tindakan dengan keputusan sendiri dan hal itu tidak baik karena
dalam menentukan dan melakukan segala sesuatu haruslah berdasarkan
keputusan bersama karena Indonesia sangat menjunjung tinggi musyawarah.
Jika melakukan tindakan korupsi berarti sama saja telah meremehkan
kekuatan musyawarah dan hal itu akan membuat negara menjadi terpecah
belah.
Sila-Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” dengan adanya korupsi berarti telah melakukan tindakan yang
melenceng dari sila ini karena sila ini memiliki makna yaitu adil terhadap
sesama dan menghormati setiap hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia. Dengan tindakan korupsi menunjukan ketidakadilan antar
pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu juga ketidakadilan terhadap
negara sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang bukan haknya untuk
dijadikan kenikmatan bagi diri sendiri tanpa memikirkan tujuan awalnya hal
tersebut dilakukan.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui bahwa tindakan korupsi
merupakan tindakan yang sangat fatal bagi negara, terutama tindakan korupsi
juga telah melanggar dan menyeleweng dari nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan korupsi terhadap nilai-
nilai luhur Pancasila itu menyebabkan kondisi negara kita semakin bertambah
buruk dan banyaknya terjadi kegaduhan-kegaduhan yang sangat parah. Maka
dari itu, kita haruslah melakukan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang
terdapat dalam Pancasila, terutama bagi para pejabat agar ketika melakukan
sesuatu tidak menimbulkan penyelewengan-penyelewengan yang berdampak
buruk bagi negara.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan didalam makalah ini adalah
hendaknya pemerintah lebih meningkatkan kontrol terhadap lembaga-lembaga
yang ada dan lebih menekankan sifat yang independen, kemudian ikut
sertakan masyarakat untuk mengontrol jalannya pemerintahan, bisa
diwakilkan dengan pembuatan kelompok atau organisasi yang sifatnya
independen yang anggotanya berasal dari masyarakat, para aktivis dan
mahasiswa. Hendaknya juga agar pemerintah melakukan penegakan hukum
secara konsisten dan sesuai dengan tingkat pidana yang dilakukan oleh
pelaku serta pemerintah juga harus berlaku secara independen tidak memihak
siapapun dan tidak pandang bulu. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus
melihat kedepannya agar sifat-sifat korup ini tidak menurun ke anak cucu,
maka bentuklah watak bangsa mulai dari sekarang menjadi mental yang baik
dan bertanggung jawab dalam segala hal baik secara moral maupun kelakuan.
Tentunya melalui pendidikan dan sikap keteladanan dari pada pemimpin yang
menjadi tombak utama sebagai cerminan dari pemerintah terhadap
generasipenerus.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/
amp/ulfiatussaleha/faktorfaktor-penyebab-
korupsi_57f64d2b2bb0bd1e2eed61c0?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16034705821952&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Famp%2Fulfiatussaleha%2Ffaktorfaktor-
penyebab-korupsi_57f64d2b2bb0bd1e2eed61c0%23aoh
%3D16034705821952%26csi%3D1%26referrer%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.google.com%26amp_tf%3DDari%2520%25251%2524s

https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/
amp/dzikriramadhan/pengertian-korupsi-dan-faktor-penyebab-
korupsi_57f693238823bd2d1a4c749e?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16034958682843&amp_ct=1603495885135&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fdzikriramadhan%2Fpengertian-korupsi-
dan-faktor-penyebab-korupsi_57f693238823bd2d1a4c749e

https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/
amp/adelinewibawa/5c027841ab12ae4e5359c39c/korupsi-di-indonesia-dan-
upaya-pemberantasannya?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16038910514777&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Fadelinewibawa
%2F5c027841ab12ae4e5359c39c%2Fkorupsi-di-indonesia-dan-upaya-
pemberantasannya

11

Anda mungkin juga menyukai