MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Andi Nurlaela, M, Pd.
Disusun oleh:
Juone Zuhryan (1231030157)
Zamzam Muhamad Ramdan (1231030145)
Asep Muhammad Fauzi (1231030128)
Nazwa Alvani Rizaki (1231030139)
Meisyaroh Muth’mainah (1231030151)
Elendi Maulana (1231030160)
FAKULTAS USHULUDDIN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk
kepentingan pribadi yang sangat merugikan. Indonesia merupakan negara yang
identik dengan tindakan korupsi, hal ini disebabkan karena buruknya moral para
pemimpin bangsa yang melakukan penyimpangan terhadap kepercayaan masyarakat.
Tindakan korupsi dirasakan semakin buruk di negara kita ini, maka dari itu banyak
dilakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi faktanya masih banyak
ditemukan para pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang
memang sedang gencar-gencarnya dilakukan adalah melalui pendidikan, hal ini
mengarah pada pokok pembahasan kita yaitu “Pendidikan Antikorupsi”.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi dan antikorupsi?
2. Apa faktor penyebab terjadinya korupsi?
3. Apa nilai dan prinsip anti korupsi?
4. Bagaimana upaya pemberantasan korupsi dan penanganannya?
5. Bagaimana tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia?
6. Bagaimana peranan mahasiswa dalam pencegahan korupsi?
3. Tujuan Penulisan
Dengan adanya rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini untuk:
PEMBAHASAN
1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya (Sugono, 2008).
2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan
dan menghiraukan (Sugono, 2008).
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya
dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya dan orang-orang yang
berada di bawah tanggungjawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat
mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain.
Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut untuk mengerjakan
semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi,
2004).
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (Sugono, 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik
maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus
hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin bagi mahasiswa
adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun
sosial kampus.
5. Tanggungjawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono, 2008).
6. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata “kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas,
daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur.
7. Sederhana
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan
masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan
sejak mahasiswa mengenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana,
setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan
kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
8. Keberanian
Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak perlu, karena mahasiswa harus
memelihara rasa percaya kepada diri sendiri secara terus menerus, supaya bisa
memperkuat sifat-sifat lainnya. Jika mahasiswa percaya kepada diri sendiri, maka
hal ini akan terwujud dalam segala tingkah laku mahasiswa. Seorang mahasiswa
perlu mengenali perilakunya, sikap, dan sistem nilai yang membentuk
kepribadiannya. Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan sendiri perlu
dikaitkan dengan pengetahuan mengenai lingkungan karena mahasiswa senantiasa
berada dalam lingkungan kampus yang merupakan tempat berinteraksi dengan
mahasiswa lainnya. Di lingkungan tersebut mahasiswa akan mendapat sentuhan
kreativitas dan inovasi yang akan menghasilkan akan menghasilkan nilai tambah
dalam masa perkuliahannya (Sjaifudin, 2002).
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan mengambil
Keputusan secara adil dan benar.
3. UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
KKN
Undang-undang ini dibentuk di era Presiden BJ Habibie pada tahun 1999
sebagai komitmen pemberantasan korupsi pasca tergulingnya rezim Orde Baru.
Dalam UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas KKN ini dijelaskan definisi soal korupsi, kolusi dan nepotisme, yang ke
semuanya adalah tindakan tercela bagi penyelenggara negara. Dalam UU juga
diatur pembentukan Komisi Pemeriksa, lembaga independen yang bertugas
memeriksa kekayaan penyelenggara negara dan mantan penyelenggara negara
untuk mencegah praktik korupsi. Bersamaan pula ketika itu dibentuk Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Ombudsman.
5. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Melalui peraturan ini, pemerintah ingin mengajak masyarakat turut membantu
pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat yang diatur dalam
peraturan ini adalah mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi
tentang tindak pidana korupsi. Masyarakat juga didorong untuk menyampaikan
saran dan pendapat untuk mencegah dan memberantas korupsi. Hak-hak
masyarakat tersebut dilindungi dan ditindaklanjuti dalam penyelidikan perkara
oleh penegak hukum. Atas peran sertanya, masyarakat juga akan mendapatkan
penghargaan dari pemerintah yang juga diatur dalam PP ini.
PENUTUP
A. Kesimpulan
korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Berdasarkan
kenyataan tersebut, perbuatan korupsi menyangkut sesuatu yang bersifat amoral, sifat
dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di
bawah kekuasaan jabatan.
Adapun faktor penyebab terjadinya korupsi terdapat pada dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, diantaranya; sifat serakah dan
tamak, gaya hidup konsumtif, dan moral yang lemah. Faktor eksternal, diantaranya;
aspek sosial, politik, hukum, ekonomi, dan organisasi.
Nilai dan prinsip antikorupsi meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.
Pemberantasan korupsi dan penanganannya melibatkan pendekatan multifaset yang
mencakup reformasi hukum, etika, dan kelembagaan.
Pemberantasan korupsi bukan sekadar penindakan, namun juga pendidikan
dan pencegahan. Oleh karena itu Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
mengeluarkan peraturan untuk menyelenggarakan pendidikan antikorupsi (PAK) di
perguruan tinggi. Melalui Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang
Kewajiban Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi,
perguruan tinggi negeri dan swasta harus menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
antikorupsi di setiap jenjang, baik diploma maupun sarjana.
Mahasiswa mempunyai potensi besar untuk melakukan perubahan positif
dalam pencegahan korupsi. Dengan partisipasi aktif dan inisiatif, mereka dapat
membantu dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan bebas dari korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Koruptif, Perilaku Anti, dan Generasi Muda. "No Title". 201 (2018): 17-25
Wati, Sri. Pentingnya Pendidikan Tentang Antikorupsi kepada Mahasiswa, no. 6, (2022):
1827-34
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220407-kenapa-masih-banyak-yang-
korupsi-ini-penyebabnya