Dosen pengampu:
Zainuddin Hasan,SH,MH.
NIDN:0226068405
Di susun oleh:
Puji Syukur saya hanturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena berkat
rahmat saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Pendidikan Anti Korupsi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami
Pendidikan Anti Korupsi terutama dalam lingkungan mahasiswa.
Abu sofyan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?
3. Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi ?
Tujuan Pembahasan.
1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .
2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.
3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi.
Metode Penulisan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan menggonakan metode
kepustakaan dimana materi yang kami ambil berasal dari buku-buka selain itu
juga kami menggunakan internet untuk memperluat materi yang kami tuliskan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Korupsi
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah
sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang
telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.
Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi
Bentuk-Bentuk Korupsi
Penyuapan
Pemerasan (Extorion)
Nepotisme (nepotism)
Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew”
(keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan
pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.
Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang
dapat dirinci menjadi:
Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk
itu.
Aspek Sosial :
Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar
diri pelaku.
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi :
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas
bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada
umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung
jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa
diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.
Aspek ekonomi :
Aspek Politis :
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan
harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan
berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu
lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang
dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih
dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi :
Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi :
Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat
untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah
sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan
hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan
keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya secara
transparan.Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau
diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.
Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para siswa sejak
usia dini sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktek korupsi sekaligus
konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku. Yang kedua, juga
memberikan proses pembelajaran tentang kepakaan terhadap praktek-praktek
korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga, mendidik para siswa dari usia dini
tentang akhlak atau moral yang sesuai dengan ajaran-ajaran sosial keagamaan.
Keempat, menciptakan generasi penerus yang bersih dari perilaku
penyimpangan, dan Kelima, membantu seluruh cita-cita warga bangsa dalam
menciptakan clean and good-goverment demi masa depan yang lebih baik dan
beradab.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Dari berbagai penjelasan diatas kami menarik kesimpulan bahwa korupsi adalah
kejahatan yang sangat merugikan public. Korupsi adalah penghianatan, dalam
hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah
dalam mengemban tugas tertentu.
Hasil wawancara.
DAFTAR ISI
BAB I…………………………………………………….....1.1
A. Kata pengantar………………………………………..1.2
B. Pendahuluan…...…………………………………….1.3
C. Latar belakang ………………………………………..1.4
.
BAB II……………………………………………………....1.5
D. Pembahasan ……………………………………….....2.1
E. Pengertian korupsi….……………………………….....2.2
F. Bentuk dan faktor penyebab korupsi………………......2.3
G. Berbagai upaya pemberantasan korupsi……………….2.4
H. Pertanyaan hasil wawancara…………………………...2.5
BAB III……………………………………………………...3.1
i.Penutup…………………………………………….......3.2
j.Kesimpulan……………………………………………...3.3
k.Saran…………………………………………………....3.4