Anda di halaman 1dari 19

Pendidikan Anti Korupsi 

Dosen pengampu:

Zainuddin Hasan,SH,MH.

NIDN:0226068405

Di susun oleh:

Abu sofyan (21011091).

Universitas Bandar Lampung


2022/2023
KATA PENGANTAR 

Puji Syukur saya hanturkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena berkat
rahmat saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Pendidikan Anti Korupsi.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami
Pendidikan Anti Korupsi terutama dalam lingkungan mahasiswa.

                                                         Bandar Lampung,17 Oktober 2022

                                                                                            Abu sofyan
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia,


citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini
menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan
kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada
birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-negara
tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi seperti ini
merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini. Pemerintah
Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara.
KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani tindak
korupsi, menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana. Korupsi
dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena
itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan
dan pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu
tidaklah berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat terlibat
aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada


upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran
aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi
dengan ikut membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak
gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa
perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi
dalam kehidupan sehari-hari.Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh
dengan berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye,
seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan dipandang perlu
membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar mata kuliah
Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa . Pendidikan Antikorupsi bagi
mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk
beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi.
Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya antikorupsi di
kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta
aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?
3. Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi ?

Tujuan Pembahasan.
1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .
2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.
3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi.

Metode Penulisan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan menggonakan metode
kepustakaan dimana materi yang kami ambil berasal dari buku-buka selain itu
juga kami menggunakan internet untuk memperluat materi yang kami tuliskan.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Korupsi 

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” .


Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum;


2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);


2. Penggelapan dalam jabatan;
3. Pemerasan dalam jabatan;
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara). 

Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah
sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang
telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu. 
Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi

Bentuk-Bentuk Korupsi

 Penyuapan 

Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah


pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan
dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak
harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa,
keuntungan ataupun janji tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah
jabatan public.

 Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau penggelembungan


(froud).

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang,


properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk
menjaga dan mengurus uang, properti atau barang berharga tersebut.
Penggelembungan menyatu kepada praktik penggunaan informasi agar mau
mengalihkan harta atau barang secara suka rela.

 Pemerasan (Extorion)

Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi


yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam
hal ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.

 Nepotisme (nepotism)

Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew”
(keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan
pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.

Faktor Penyebab Korupsi

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI

Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor-


faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga
bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk
melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar penyebab korupsi
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang
dapat dirinci menjadi:

Aspek Perilaku Individu :

Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena


mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang
rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari
dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa
kompromi, wajib hukumnya. 

Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk
itu.

Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong


gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan
itu adalah dengan korupsi.

Aspek Sosial :

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris


mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang
sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan
dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.

Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar
diri pelaku. 
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi :

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang


dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena
itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi
karena : 

Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa


ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat
masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu
didapatkan.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat


sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang
paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang
paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa
berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.

Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan


korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh
masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan
korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas
bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada
umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung
jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa
diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.

Aspek ekonomi :

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada


kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.

Aspek Politis :
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan
harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan
berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu
lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang
dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih
dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.

Aspek Organisasi :

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan. Posisi pemimpin dalam suatu


lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.

Tidak adanya kultur organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya punya


pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola
dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi
memiliki peluang untuk terjadi.

Kurang memadainya sistem akuntabilitas. Institusi pemerintahan umumnya


pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya,
dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode
tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah
sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya
atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi
penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi
organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.

Kelemahan sistim pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen


merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah
organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi
akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di
dalamnya.

Lemahnya pengawasan. Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu


pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh
pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan
masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor,
diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi,
kurangnya profesional pengawas. 

Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi : 

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi 

1. Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk


lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai
contoh di beberapa negara di-dirikan lembaga yang dinamakan
Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia
dengan nama Justitieombudsmannen pada tahun 1809. Peran lembaga
ombudsman --yang kemudian berkembang pula di negara lain--antara lain
menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa
yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya. Selain itu
lembaga ini juga memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat
serta mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi
lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan. Salah
satu peran dari ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta
pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat
perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai pemerintah
(UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga anti korupsi yang
bernama Independent Commission against Corruption (ICAC); di
Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA). Kita sudah
memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk memberantas
korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga
peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan
Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya penegakan
hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur dan adil.
Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja
lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak
mampu (unable), mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti
pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum harus ditingkatkan.
Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau
tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political will) untuk
memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi.
Tentunya akan menjadi malapetaka bagi bangsa ini bukan? Dimana lagi
kita mencari keadilan ?

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

1. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan


pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan
yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan demikian
masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah
kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan jumlah
kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan
yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya
kepada orang lain misalnya anggota keluarga. 
2. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan
pusat, daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi
korupsi adalah dengan melakukan lelang atau penawaran secara terbuka.
Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan
memonitor hasil dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus
dikembangkan sistem yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat
untuk ikut memantau ataupun memonitor hal ini
3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan
anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam
kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal
perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga perlu dikembangkan.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat
untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah
sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan
hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan
keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya secara
transparan.Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau
diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.

4. Pencegahan dengan memasukan pendidikan anti korupsi di sekolah /


perguruan tinggi.
Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan nilai, yaitu nilai-
nilai kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa pendidikan
yang mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang membuat orang merasa
malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia
menyaksikannya. Menurut Suseno, ada tiga sikap moral fundamental yang akan
membuat orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi. Ketiga sikap moral
fundamental tersebut adalah kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.

Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para siswa sejak
usia dini sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktek korupsi sekaligus
konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku. Yang kedua, juga
memberikan proses pembelajaran tentang kepakaan terhadap praktek-praktek
korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga, mendidik para siswa dari usia dini
tentang akhlak atau moral yang sesuai dengan ajaran-ajaran sosial keagamaan.
Keempat, menciptakan generasi penerus yang bersih dari perilaku
penyimpangan, dan Kelima, membantu seluruh cita-cita warga bangsa dalam
menciptakan clean and good-goverment demi masa depan yang lebih baik dan
beradab.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.

Dari berbagai penjelasan diatas kami menarik kesimpulan bahwa korupsi adalah
kejahatan yang sangat merugikan public. Korupsi adalah penghianatan, dalam
hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah
dalam mengemban tugas tertentu. 

Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum


yang berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai
kejahatan luar biasa. Melihat realita tersebut timbul public judgement bahwa
korupsi adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan
untuk memberantas korupsi. Namun walaupun begitu dengan upaya apapun
memang harus terus dilakukan untuk memberantas korupsi .
Seperti yang sekarang ini kita lakukan di lingkungan mahasiswa ,memasukan
Pendidikan Anti korupsi guna mengoptimalkan intelektual, sifat kritis dan etika
integritas mahasiswa agar kedepannya bisa menghasilkan sosok sosok
pembangun bangsa yang berjiwa anti korupsi tentunya.
Saran

Sebagai mahasiswa fakultas Manajemen bisnis, kita hendaknya lebih


memahami tentang pendidikan anti korupsi dan dapat menerapkan kepada
peserta didik kitananti. Tentu saja dimulai dari hal-hal kecil, seperti selalu
menanamkan sikap kejujurankepada peserta didik. Tidak hanya memerintah
tetapi dengan mencontohkan perilaku kitakepada peserta didik.Pemerintah
sebaiknya lebih serius dalam menangani korupsi yang terjadi di Indonesiaini.
Karena tanpa kita sadari, korupsi akan menghancurkan Negara kita secara
perlahan. Dan Negara kita akan di anggap rendah oleh Negara lain.
Biodata Narasumber
Pertanyaan:
1. Upaya apa yang akan dilakukan untuk memberantas korupsi?
2. Lembaga mana yang akan menangani kasus korupsi?
3. Untuk bentuk-bentuk korupsi apa saja?
4. Apa yang menjadi factor penyebab terjadinya korupsi dari sisi eksternal
dan sisi internal,contohnya seperti apa?
5. Upaya penanggulangan korupsi jalur penal dan non penal itu seperti apa?
6. Apakah korupsi sangat sulit diberantas?
7. Langkah-Langkah apa yang ibu ambil jika anda menjadi pimpinan pada
suatu instansi/kantor terhadap pemberantasan korupsi?
8. Kunci dalam pemberantasan korupsi sendiri apa ya bu?
9. Unsur-unsur yang dilihat dari sudut pandang kepolisian tindak pidana
korupsi secara garis besar seperti apa?
10.Apa pesan yang dapat ibu sampaikan untuk seseorang yang memiliki
jabatan agar tidak terjerat dalam kasus korupsi?

Hasil wawancara.

1. Upaya untuk memberantas korupsi salah satu nya menanamkan semangat


nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada bangsa dan
negara melalui Pendidikan formal,informal dan agama. Melakukan
penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis,para
penjabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap jabatan yang dimilikinya.
2. Lembaga yang menangani korupsi adalah Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002
yang bersifat indenpenden dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.
3. Bentuk-bentuk korupsi contohnya seperti kerugian uang negara,suap-
menyuap,pengelapan dana.
4. Factor yang menyebabkan korupsi dari sisi internal yaitu dari pribadi
sendiri,karena adanya sifat serakah,sifat tamak dari oknum tersebut,gaya
hidup yang sangat konsumtif. Eksternalnya yaitu dari aspek
ekonomi,aspek politik,aspek organisasi dan aspek pemahaman dari
masyarakat.
5. Upaya penagulanggan tindak pidana korupsi dari jalur penal adalah
penanganan kasus tindak pidana (represif) dilakukan maupun diberantas
dengan penegakan hukum dengan arti dilakukan penyelidikan dari
kepolisian dimana orang yang bersangkutan dijatukan hukuman sesuai
dengan berat ringan nya yang dilakukan oleh orang tersebut.
Untuk jalur non penal (preventif) lebih ke upaya pencegahan,yang
dimana anggota maupun personal yang ada di instasi tersebut diberikan
wawasan terkait tindak pidana korupsi,memberikan ceramah
agama,pembinaan baik dari mental maupun moral kepada personil.
6. Korupsi sulit untuk di berantas karena ditinjau dari sisi historisnya para
penjajah dan pendahulu sudah mengajarkan kita perilaku koruptif.
Birokrasi (tipe organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk
pelaksanaan berbagai tugas yang bersifat spesialisasi,dilaksanakan dalam
system administrasi yang khusus nya oleh aparatur pemerintahan) yang
lambat dan berbelit-belit menciptakan celah bagi para oknum untuk
meraup keuntungan dengan meminta imbalan kepada masyarakat dalam
upaya mempercepat urusan.
7. Untuk instansi kepolisian Langkah-Langkah yang dapat diambil yaitu
adanya kerja sama dengan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang
dimana setiap personil kepolisian merasa sudah di awasi dan disetiap
tahun nya diadakan pemeriksaan dari BPK tersebut,dengan pengawasan
tersebut dapat meminimalisir tindakan atau perbuatan korupsi.
8. Kunci dalam pemberantasan korupsi adalah Kerjasama dari instansi
kepolisian dan instansi BPK.
9. Unsur-unsur dalam pemberantasan korupsi dari kepolisian itu harus
melihat aspek undang-undang untuk tindak pidana korupsi masuk
kedalam undang-undang no 20 tahun 2001 yaitu:

 Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi,


 Tidak memberi keterangan yang tidak benar,
 Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka,
 Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan palsu,
 Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan palsu, dan
 Saksi yang membuka identitas pelapor.

10.Beberapa pesan dari Kepolisian untuk seseorang yang memilki jabatan


agar tidak terjun dalam tindak korupsi yaitu :
 Saling terbuka dengan anggota,
 Harus berkerjasama dengan instansi BPK dan anggota,
 Bertanggung jawab penuh atas jabatan dan tugas yang diemban,
yang terakhir
 Fokus terhadap tanggung jawab bukan kepada materi atau
keuntungan semata.

DAFTAR ISI

BAB I…………………………………………………….....1.1
A. Kata pengantar………………………………………..1.2
B. Pendahuluan…...…………………………………….1.3
C. Latar belakang ………………………………………..1.4
.
BAB II……………………………………………………....1.5
D. Pembahasan ……………………………………….....2.1
E. Pengertian korupsi….……………………………….....2.2
F. Bentuk dan faktor penyebab korupsi………………......2.3
G. Berbagai upaya pemberantasan korupsi……………….2.4
H. Pertanyaan hasil wawancara…………………………...2.5

BAB III……………………………………………………...3.1
i.Penutup…………………………………………….......3.2
j.Kesimpulan……………………………………………...3.3
k.Saran…………………………………………………....3.4

Anda mungkin juga menyukai