Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PBAK

PERANAN MAHASISWA DALAM UPAYA PEMBERANTASAN


KORUPSI DI INDONESIA

Dibuat Oleh :

DWI OKTOVERA
NIM : 2015302306

UNIVERSITAS FORD DE KOCK BUKITTINGGI


TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka saya
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PERANAN MAHASISWA DALAM UPAYA
PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA” dengan harapan semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehinga lebih mengenal tentang
apa itu KORUPSI dan lebih peduli untuk mencegah,mengawasi KORUPSI baik
dilingkungan Masyarakat maupun Instansi pemerintahan. Kami Mengucapkan Terima
Kasih Kepada Dosen Yang Telah Memberikan Kesempatan Untuk Menyusun Makalah
Ini Kemudian Mempresentasikannya Untuk Bahan Diskusi Kelas. Karena Keterbatasan
Pengetahuan Maupun Pengalaman Kami, Kami Yakin Masih Banyak Kekurangan
Dalam Makalah Ini, Oleh Karena Itu Kami Sangat Mengharapkan Saran Dan Kritik Yang
Membangun Dari Pembaca. Atas Kekurangan Tersebut, Kami mohon maaf, dan Kami
Juga Sampaikan Terima Kasih Kepada Teman-Teman Yang Telah Berperan Serta
Dalam Penyusunan Makalah Ini, Semoga Allah Swt Senantiasa Meridhoi Segala Usaha
Kita.
Mahasiswa dan sejarah perjuangannya mahasiswa merupakan suatu elemen
masyarakat yang unik jumlahnya tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa
dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman terus bergerak
dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa,yaitu semangat dan
idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatridalam diri mahasiswa, semangat
yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang
dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya
akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk
masyarakat, bangsa dan negaranya. Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan
mahasiswa dalam memerangi ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan
bangsa indonesia tidak bisa lepas dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa
akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa.
Di masa sekarang ini, mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah
besar dibandingkan dengan kondisi masa lampau. Kondisi yang membuat bangsa
indonesia terpuruk, yaitu masalah korupsi yang merebak di seluruh bangsa Ini.

i
Mahasiswa harus berpandangan bahwa korupsi adalah musuh utama bangsa
Indonesia dan harus diperangi.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………..             i


Dafta Isi……………………………………………………………….             iii

BAB I   : PENDAHULUAN…………………...………………........................             1


-          Latar Belakang…………………………………………….............................              1
-          Maksud dan Tujuan……………………………………….............................              2

BAB II : LANDASAN TEORI………………………………..........................              3


A.   Pengertian Korupsi secara Teoritis…………………………………......             3
B.   Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang…………………….            4
I.      Korupsi Aktif………………………….……………………………..….....              4
II.     Korupsi Pasif………………………………….……………..……….......              7
C.   Teori Budaya Korupsi………………………………..………….……..............             8
D.   Faktor Penyebab Korupsi………………………………………..………….....             9
E.   Gerakan Anti Korupsi……………………………………….…..……..............            12

BAB III : PEMBAHASAN……..…………………………….………………....           14


A.   Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi…….…………............           14
B.   Keterlibatan Mahasiswa……………………..…………………...............          15
C.   Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi…………………………...............................          16
D.  Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di Lingkungan
Kampus…………………………..……………………….………...................      17

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN………………..…………………..........      19


Kesimpulan……………………………………….…..…………………..........      19
Saran-Saran…………………………………………………...…………........      20

DAFTAR PUSTAKA……………………..…………………………………….......     21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

      I.        Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan politik,
juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional,
kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di tanah air kita ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat.
Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah
faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri
aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor eksternal dilacak dari
aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum dan
lemahnya penegakkan hukum,  serta aspek social yaitu lingkungan atau masyarakat
kurang mendukung perilaku anti korupsi.   Korupsi tidak hanya berdampak terhadap
satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap
eksistensi bangsa dan negara. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang
hebat, khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan
masyarakat.
Pada keadaan ini, inefisiensi terjadi, yait u ketika pemerintah mengeluarkan lebih
banyak kebijakan namum disertai dengan maraknya praktek korupsi, bukannya
memberikan nilai positif  yang semakin tertata, namun memberikan efek negative bagi
perekonomian secara umum.  Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi
korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan
generasi muda sekarang khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena
mahasiswa adalah generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para
penjabat terdahulu. Juga karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi

1
muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu
dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

    II.        Maksud dan Tujuan


II.I        Maksud
Maksud dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
perilaku korupsi di Indonesia yang sangat meprihatinkan, dan sebagai mahasiswa tentu
saya ingin memberikan kontribusi untuk mencegah terjadinya korupsi, karena
mahasiswa adalah lapisan masyarakat yang mempunyai ideologi tinggi dan mampu
memberikan pengawasan terhadap kinerja instansi pemerintahan.

II.II        Tujuan
Adapun tujuan dapi penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a)    Mengetahui pengertian dari korupsi.
b)    Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.
c)     Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.
d)    Mengetahui peran serta Mahasiswa mencegah korupsi
e)    Mengetahui dampak dari korupsi
f)      Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
g)     Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.
h)    Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington(1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan
dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi
merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan
berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan
kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam
Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan
korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar
ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-
kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam
korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang
diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau

3
partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi
dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas
bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang
melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

B.     Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang


Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang Nomor
20 tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi
Aktif dan Korupsi Pasif.
      I.        Korupsi Aktif
 Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999)
 Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal
4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
 Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana
Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena
atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya

4
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b
Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001)
 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal
6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
 Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang
atau keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal (1) huruf a Undang-
undang Nomor 20 tahun 2001)
 Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam
huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara nasional
Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang
(Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c (pasal 7 ayat
(1) huruf d Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
 Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yyang di tugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu,dengan
sengaja menggelapkan uang atau mebiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut (Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Pegawai negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu,dengan sengaja
memalsu buku-buku atau daftar-daftar khusus pemeriksaan administrasi (Pasal 9
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)

5
 Pegawai negeri atau orang selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu dengan
sengaja menggelapkan menghancurkan,merusakkan,atau mebuat tidak dapat
dipakai barang,akta,surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya
atau membiarkan orang lain menghilangkan,menghancurkan,merusakkan,attau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar tersebut (Pasal 10
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
 Pegawai negeri atau Penyelenggara Negara yang  Dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu
atau menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri (pasal 12 e undang-undang Nomor 20 tahun 2001) Pada waktu
menjalankan tugas meminta,menerima atau memotong pembayaran kepada
pegawai Negeri atau Penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut
mempunyai hutang kepadanya.padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan hutang (huruf f) Pada waktu menjalankan tugas meminta atau
menerima pekerjaan atau penyerahan barang seplah-olah merupakan hutang
pada dirinya,padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan hutang
(huruf g) Pada waktu menjalankan tugas telah menggunakan tanah negara yang
di atasnya terdapat hak pakai,seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan,telah merugikan orang yang berhak,apadahal diketahuinya bahwa
perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau
baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan,pengadaan,atau persewaan yang pada saat dilakukan
perbuatan,untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya (huruf i)
 Memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu (Pasal 13
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999).

6
    II.        Korupsi Pasif
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentanga.
 Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk
mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 6 ayat (2) Undang-
undang nomor 20 Tahun 2001)
 Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara nasional
indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang mebiarkan perbuatan
curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau c Undang-undang
nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2) Undang-undang nomor 20 tahun 2001.
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,atau sebaga
akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (pasal 12 huruf a
dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
 Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara
yang diserahkan kepadanya untuk diadili (pasal 12 huruf c Undang-undang
nomor 20 tahun 2001)
 Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga,bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat uang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili (pasal 12 huruf d Undang-undang nomor 20 tahun 2001)
 Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya (pasal 12 Undang-undang nomor 20  tahun 2001).

7
C.    Teori Budaya Korupsi
Di Indonesia, korupsi telah menjadi kebiasaan zaman lampau. Korupsi menjadi
budaya dalam sistem tersebut, dimana kekuasaan menjadi harga mati bagi kalangan
ningrat dan golongannya.
Korupsi merupakan tindakan penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya,
kemasyarakatan, dan kenegaraan. Perilaku korupsi sudah terjadi dimana-mana. Antara
pengusaha dan pejabat birokrat yang mempunyai kekuasaan atau antara warga
bertaraf ekonomi menengah ke bawah. Sepertinya dalam berbagai perbincangan, kata
korupsi merupakan kata yang sudah tidak aneh lagi. Seolah telah menjadi bahasa
lumrah dalam perbincangan.
Korupsi sudah tidak dianggap lagi sebagai pelanggaran etika individual
melainkan dianggap sebagai pelanggaran etika sosial sebagai kesepakatan umum.
Para anggota dewan, birokrasi, dan penegak hukum masih menganggap bahwa korupsi
merupakan tindakan pelanggaran etika individual yang harus dihindari. Berkembangnya
sikapsemacam ini justru membahayakan. Jika terjadi di kalangan anggota dewan dan
berkaitan erat dengan penegak hukum. Hal ini disebabkan karena korupsi di DPR
dilakukan dalam peraturan perundang-undangan yang sah sebagai kebijakan negara
(corruption by policy).Hal ini tentu akan merusak cita-cita dan tujuan bangsa.
Terungkapnya berbagai kasus korupsi di lingkungan DPR, telah membuktikan
bahwa korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia. DPR adalah lembaga yang
memegang kedaulatan rakyat.  Dimana rakyat menaruh harapan banyak kepada para
DPR. Namun tidak semua DPR melakukan korupsi, tetapi dengan adanya DPR yng
melakukan korupsi akan mengubah persepsi masyarakat sehingga menjadi tidak
percaya lagi terhadap kinerja DPR.
Masalah lain yaitu korupsi di tingkat pegawai negeri. Dalam hal ini salah satu
pemicunya adalah gaji pegawai yang rendah. Dengan gaji pegawai yang rendah
danbanyaknya kepentingan partai politik maka semua ini akan mendorong pada
tindakan korupsi dalam birokrasi dan dalam masyarakat.
Selain itu, pada masyarakat menengah ke bawah tanpa sadar juga sering
melakukan tindakan korupsi. Misalnya saja pada pemilihan kepala desa, para calon

8
memberikan uang kepada para warga dengan maksud agar warga memilih calon
kepala desa tersebut. hal ini juga termasuk dalam tidakan suap. Perilaku korupsi juga
tak hanya berlaku pada siapa yang menerima uang pelicin, tetapi juga pada siapa yang
memberikan uang pelicin tersebut. (Semma, 2008:36). Jadi, terhadap pemberi suap
maupun penerima suap sama-sama telah melakukan perilaku korupsi.
Di lingkup pendidikan misalnya saja seorang guru yang membocorkan
kuncijawaban UNAS kepada murid-muridnya agar bisa lulus semua dengan nilai yang
memuaskan. Tentu hal ini juga terbilang korupsi dalam tingkat yang kecil. Murid sudah
diajarkan terlebih dahulu untuk berbuat kecurangan yaitu seperti tidak jujur dalam
mengerjakan soal UNAS. Semestinya dalam lingkup pendidikan anak sudah mulai
diajarkan sejak dini untuk selalu berperilaku jujur.
Melihat hal di atas memang sangat mengkhawatirkan. Hampir semua orang di
negeri ini sudah mulai melakukan perilaku korupsi mulai dari taraf yang rendah hingga
sampai taraf tinggi. Korupsi memang sudah menjadi budaya di negeri ini. suatu upaya
untuk menghilangkan korupsi tersebut dari masyarakat sama saja memusnahkan
kebudayaan masyarakat yang merupakan warisan. Salah satu cara yang bisa dilakukan
yaitu dengan cara mengubah budaya pada masyarakat yang masih mengagungkan
kebudayaan lama yang dianut. Seberapa kuat kebudayaan lama, jika kita lama-lama
mampu mengikis secara terus menerus akan terlihat dampak dengan mulai
berkurangnya perilaku korupsi.

D.   Faktor Penyebab Korupsi


Menurut Yamamah, ketika perilaku konsumtif dan materialistic masyarakat serta
sistem politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya
permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah: 2009).
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang
melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan
yang tidak mampu ditahannya. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan
menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.  Secara umum faktor
penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum, ekonomi, sebagaimana
dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW: 2000) yang

9
mengidentifikasikan empat factor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum,
faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.

1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika  terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan ketika
meraih dan mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto (2002) korupsi level
pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian
perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk kepentingan pribadi,
disebabkan suatu hal yang disebut konstelasi politik.  Sementara menurut De
Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan
anggota legislatif atau pejabat-pejabat eksekutif, dana illegal untuk pembiayaan
kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara illegal dan teknik
lobi yang menyimpang (De Asis: 2000). Dapat dikatakan bahwa korupsi adalah
hasil dari adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang
begitu besar tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban.

2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek  perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil,
rumusan yang tidak jelas-tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi dan
overlapping dengan peraturan lain, sanksi yang tidak equivalen dengan
perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran, dan sebagainya,
memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa mendatang
akan mengalami resistensi.  Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan
legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan
mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009)
mengatakan lima hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya
korupsi.

10
Pertama, sistem politik; kedua, intensitas moral seseorang atau kelompok;
ketiga, remunerasi (pendapatan) yang minim; keempat, pengawasan baik
bersifat internal-eksternal; kelima, budaya taat aturan.  Hal senada juga
dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang menyatakan bahwa
lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Di samping itu, praktik penegakan hukum juga
masih dililiy berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya

3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal 
itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.
Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi
seharusnya dilakukan orang untuk memenuhi  dua kebutuhan yang paling bawah
dan hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan
hidup. Namun di saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan
tinggi (Sulistyantoro: 2004).  Pendapat lain menyatakan kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai  negeri merupakan faktor paling menonjol menyebabkan
meluasnya korupsi di Indonesia. Dari keinginan pribadi  untuk keuntungan yang
tidak adil, ketidakpercayaan sistem peradilan, banyak faktor motivasi orang
kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga biasa, terlibat dalam perilaku
korup.
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi  dari
sudut pandang organisasi meliputi: (a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b)
tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) system akuntabilitas di instansi
pemerintah kurang memadai, (d) manajemen cenderung menutupi korupsi di
dalam organisasinya. Melalui tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah
yang jelas tentang segala kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa
yang dikerjakan dalam kerangka organisasi.   Tujuan organisasi  dapat berfungsi
menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi anggotanya. Tujuan organisasi
menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Standar

11
tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur dalam menilai bobot
tindakan. Sebuah organisasi  berfungsi baik, bila  anggotanya bersedia
mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah laku (yang normatif),
sehingga dapat dikatakan kehidupan bersama mungkin apabila anggota-anggota
bersedia memenuhi aturan yang telah ditentukan.  

E.     Gerakan Anti Korupsi


Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum dapat
menunjukkan hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya angka
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia. Berdasarkan UU No.30 Tahun 2002,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dirumuskan sebagai rangkaian tindakan untuk
mencegah dan memberanas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi,
monitor, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran
serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur


utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat.  Salah satu upaya
pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan Anti-Korupsi di
masyarakat.  Dengan tumbuhnya budaya anti-korupsi di masyarakat diharapkan dapat
mencegah munculnya perilaku koruptip. Gerakan anti-korupsi adalah suatu gerakan
jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait,
yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat.  Pada dasarnya korupsi yang terjadi jika ada
pertemuan antara tiga factor utama, yaitu: niat, kesempatan, dan kewenangan. 
Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan
atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut. Karena, gerakan anti korupsi
adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu dan sistem untuk mencegah
terjadinya perilaku koruptif, sehingga dapat memperkecil peluang berkembang luasnya
korupsi di negeri ini. Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai
dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya  perilaku anti-koruptif.
Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kerja keras,
kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kesederhanaan, keberanian dan keadilan.

12
Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan 
kepada mahasiswa.  

13
BAB III
PEMBAHASAN

A.   Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak [1].

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:

         perbuatan melawan hukum,


         penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
         memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
         merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

         memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


         penggelapan dalam jabatan,
         pemerasan dalam jabatan,
         ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
         menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)

Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman


tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan pemuda. Belajar
dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak lepas dari
peran kaum muda yang menjadi bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh Sumpah
Pemuda 1928 telah memberikan semangat nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air
yang satu yaitu Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan inspirasi tanpa
batas terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Peranan
tokoh-tokoh pemuda lainnya adalag Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, lahirnya

14
Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
peristiwa-peristiwa  besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor
penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki dan
jalankan. Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang akan dating yang
menjadi musuh bersama masyarakat adalah praktek bernama Korupsi. Peran penting
mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu:
intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi,
jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni terlah terbukti bahwa
mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa
berperan penting sebagai agen perubahan (agent of change). Mahasiswa didukung
oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, ide-ide kreatif,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mereka mampu menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi
kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga
negara dan penegak hukum.

B.   Keterlibatan Mahasiswa


a. Lingkungan keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.
Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena
haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa
yang diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena
anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di
dalam keluarga seringkali menjadi bias.

15
b. Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan
untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan
tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan
dapat mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.

c. Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.

d. Tingkat Lokal dan Nasional


Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin
(leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun
nasional. Kegiatan-kegiatan anti korupsi  yang dirancang dan dilaksanakan secara
bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang
terjadi di suatu Negara.

C.   Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup
setiap orang. Disini ‘murid’ belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus ditaati
dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam mempelajari
nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan tersebut dan apa
akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah
bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik yang harus dimiliki oleh
setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta

16
lingkungannya. Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab, berani, sopan,
mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi.
Pendidikan adalah salah satu penuntun generasi muda untuk ke jalan yang
benar. Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi perilaku generasi muda ke
depannya. Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini. Pendidikan, sebagai awal
pencetak pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang
dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah
satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya
mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi
gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan
karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada
dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.
Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak
pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapi para
koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor.
Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan moral. Pelajaran akhlak penting guna
mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan anti korupsi memiliki nilai
penting guna mencegah aksi korupsi.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang. Seperti
yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan pembudayaan
antikorupsi akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai
tahun 2012. Pemerintah akan memulai proyek percontohan pendidikan antikorupsi di
pendidikan tinggi. Jika hal tersebut dapat terealisasi dengan lancar maka masyarakat
Indonesia bisa optimis di masa depan kasus korupsi bisa diminimalisir.

D.     Hambatan dalam Penerapan Pendidikan Anti Korupsui di Lingkungan Kampus


a. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan
kurangnya    political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.
b. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.
c. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.

17
d. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasiyang
cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi strukturdan kultur.
e. Peraturan perundang-undangan  hanya sekedar menjadi huruf mati yang tidak
pernah memiliki roh sama sekali.
f. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas ataupengontrol,
sehingga tidak ada check and balance.
g. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsipada sistem
politik dan sistem administrasi Indonesia.
h. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga daricontoh-
contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari
tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
i. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang
semakin canggih.
j. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan
amanah yang diemban.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan kasus
korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu
melaksanakan Undang-Undang Dasar ’45 demi terwujudnya good goverment.
3. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru
terhadap generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme).
4. Pendidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi.
Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah
penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya
ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan
bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.
5. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change).

19
Saran-Saran
1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi  dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling
awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga. 
2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan
anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai  salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide
inovatif, kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen
perubahan pembelajaran kehidupan kebangsaan.
4. Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan
pembelajaran lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas
sosial, masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll.
Sehingga termotivasi untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga
dan lingkungannya untuk proaktif memberantas korupsi.
5. Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. 
6. Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis
untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di
segala aspek kehidupan.
7. Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.

20
DAFTAR PUSTAKA
Indah wahyu utami : http://library.stmikdb.ac.id/files/disk1/1/--indahwahyu-46-1--
indahw-i.pdf
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html (24/11/2014)
http://nurulayuislam.blogspot.com/2014/01/budaya-korupsi-di-indonesia.html
Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia;
Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara.
http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-dalampemberantasan.html

Khoiri, Mishad : 2013. Pendidikan Anti Korupsi.


http://kualitaindonesia.blogspot.com/2012/03/pendidikan-antikorupsi.html

http://ridwanmuslim.wordpress.com/2013/04/03/makalah-korupsi-indonesia/

Rizani, Ahmad. 2013. Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan


Korupsi.http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peran-sertapemuda-sebagai-
agen-pemberantasan-korupsi/

http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html
(diakses tanggal 24 November 2014 )

21

Anda mungkin juga menyukai