Anda di halaman 1dari 21

SISTEM ANTI KORUPSI DAN PERAN MAHASISWA

DALAM PENCEGAHAN KORUPSI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Sifaul Amin, S.H., M.H., C.M.

Disusun oleh :

1. Ismatul Munaya 33030210108


2. Dwi Ria Kusuma Ningsih 33030210112

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat


dan hidayah Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Sistem Anti Korupsi dan Peran Mahasiswa Dalam
Pencegahannya.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan mengenai Sistem Anti Korupsi dan peran Mahasiswa
Dalam Pencegahannya bagi para pembaca dan juga bagi kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sifaul Amin,


S.H., M.H., C.M. selaku dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh


sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 3 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................2
C. Tujuan Masalah...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................3

A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi......................................3


B. Faktor Penyebab dan Dampak Korupsi.............................5
C. Cara Pemberantasan Korupsi di Indonesia......................12
D. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi.............13

BAB III PENUTUP..........................................................................16

A. Simpulan........................................................................................ 16
B. Saran .............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Korupsi merupakan pokok permasalahan yang serius bagi


bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan masalah yang timbul dari tindak
pidana korupsi dapat menghambat pembangunan di Indonesia. Di
Indonesia, kasus tindak pidana korupsi sudah menjalar hebat bahkan
menjadi tradisi yang membudaya, dimana korupsi sudah bukan barang
tabu lagi, sehingga pada tahun 2017 korupsi telah menjalar hingga tidak
terbendung. Terbukti dari 2015 hingga pada tahun 2017 sudah terdapat
277 kasus korupsi yang dirilis oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
berdasarkan Instansi yang tertangkap KPK akibat tindak pidana korupsi,
angka ini terus menunjukkan ke arah mengerikan, terbukti angka angka
tersebut terus naik sejak tahun 2015 ada 57 kasus, 2016 naik menjadi 99
kasus dan yang terakhir tahun 2017 terdapat 121 kasus korupsi
berdasarkan instansi yang tertangkap KPK.
Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat
penuntutan korupsi, padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran
setiap orang untuk taat pada undang-undang korupsi. 1Bangsa Indonesia
sekarang butuh penerus bangsa yang berakhlak mulia, dalam artian
mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Kesadaran tersebut membuat
pemerintah memutar otak untuk bagaimana menciptakan hal tersebut.
Lebih khusus kepada penanaman nilai antikorupsi pada setiap individu
putra bangsa. Gerakan mahasiswa berperan penting dalam menentukan
perjalanan bangsa Indonesia karena diyakini mahasiswa adalah sosok yang
berjiwa bersih, idealism, semangat muda dan mampunyai kemampuan
intelektual yang tinggi.

1
La Sina, Dampak dan Upaya Pemberatasan serta Pengawasan Korupsi di Indonesia (Jurnal
Hukum Pro Justicia,2008), Vol.26,No 1.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Tindak Pidana Korupsi ?
2. Bagaimana upaya dalam memberantas Korupsi di Indonesia?
3. Apa faktor terjadinya Korupsi? dan apa saja dampaknya?
4. Bagaimana Peran Mahasiswa dalam gerakan anti Korupsi ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Tindak Pidana Korupsi.
2. Untuk Mengetahui Apa Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi dan Apa
Saja Dampaknya yang ditimbulkan.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana upaya dalam memberantas Korupsi di
Indonesia.

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Mahasiswa dalam gerakan anti


Korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Dilihat dari segi terminologi, arti korupsi berasal dari bahasa latin “
Corruptio” yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Dan digunakan pula
dalam menunjuk suatu keadaan atau perbuatan busuk. Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah ini mewarnai perbendaharaan kata dalam
bahasa berbagai Negara, termasuk bahasa Indonesia. Istilah korupsi sering
dikaitkan dengan ketidakjujuran dan kecurangan seseorang dalam bidang
keuangan. Dengan demikian, korupsi berarti melakukan kecurangan atau
penyimpangan mengenai keuangan.2

Pengertian dan definisi korupsi menurut pakar adalah sebagai berikut:


1.Menurut Black’s Law Dictionart, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi
denga hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau
karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk diri sendiri atau
orang lain, berlawanan dengan kewajiban dan hak-hak dari pihak lain.

2.Menurut Wikipedia dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politik
adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua
bentuk pemerintah/pemerintahan renta korupsi dalam prakteknya.

3.Menurut UU No 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2021 tentang


pemberantasan tindak pidana korupsi, korupsi adalah perbuatan setiap
orang baik pemerintah maupun swasta yang melanggar hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang
dapat merugikan keuangan Negara.
Perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi,yaitu:

2
Prof.Dr.H. Elwi Danil, S.H.,M.H., Korupsi: Konsep, Tindak Pidana Dan Pemberantasannya,( Jakarta:
Raja Grafindo,2011), hlm 3.

3
1. Bribery of national public official (suap dalam pejabat negara).

2. Bribery of foreign public official and Official of Public Interntional


Organizations (suap dalam pejabat luar negeri dan organisasi
internasional); 3. Emblezzlement (penggelapan).

4. Missapropriation or other diversion of property by a public official


(penyalahgunaan barang atau bentuk penyim pangan lainnya oleh
pejabat publik).

5. Trading in Influence (jual beli pengaruh); 6. Illicit encrihment


(memperkaya diri sendiri).

7. Bribery in Private Sectors (suap dalam sektor swasta);.

8. Emblezzlement of property in the private sector (penggelapan barang


dalam sektor swasta).

Menurut Transparance Internasional, korupsi adalah perilaku pejabat


public, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar
dan tindak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercaya
kepada mereka.3 Korupsi dalam sejarah manusia bukanlah hal baru. Ia lahir
bebarengan dengan umat manusia itu sendiri. Ketika manusia mulai hidup
bermasyarakat, disanalah awal mula terjadinya korupsi. Penguasaan atas
suatu wilayah dan sumber daya alam oleh segelintir kalangan mendorong
manusia untuk saling berebut dan menguasai. Berbagai taktik dan satrategi
pun dilaksanakan. Perebutan manusia atas sumber daya alam dan politik
inilah awal mula terjadinya ketidakadilan.4

3
Syahroni, korupsi bukan budaya tetapi penyakit, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm.5-10

4
M. Jusuf Kalla, korupsi mengoperasi Indonesia, Surabaya, 1998. Hlm 3

4
B. Faktor Penyebab dan Dampak Korupsi

1. Faktor Penyebab Korupsi

Terdapat berbagai teori yang menyatakan sebab dari tindak pidana


korupsi, diantaranya adalah:

a. G-O-N-E teori

Menurut Jack Bologne, penyebab dari Korupsi adalah


Greeds(keserahakan), Opportunity (kesempatan), Needs (kebutuhan) dan
Exposure (pengungkapan). Menurut teori ini, penyebab utama korupsi
adalah keserakahan manusia, bahwa serakah merupakan sifat dasar manusia
yang harus dikendalikan. Kegagalan dalam mengendali-kan keserakahan
dapat berakibat munculnya niat-niat jahat. Keserakahan yang didukung oleh
kesempatan yang baik akan semakin memicu munculnya tindak pidana.
Faktor ketiga adalah kebutuhan, bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan
yang harus terpenuhi, dan kebutuhan tersebut tidak akan pernah terpuaskan.
Selain itu, pengungkapan kasus korupsi yang lemah, tidak konsisten, sanksi
yang ringan membuat orang tidak jera untuk melakukan korupsi.

b. C-D+M-A teori

Menurut Robert Klitgaard, korupsi terjadi karena adanya Discretion


(diskresi) ditambah dengan Monopoly (mono-poli) dan kurangnya
Accountability (keterbukaan)

c. S-B teori

Menurut Ali Mubarok, korupsi terjadi karena Struktural dan Budaya.


Adanya struktur birokrasi yang panjang dan berbelit, sistem pengawasan
yang terkadang tumpang tindih dan tidak konsisten serta adanya diskresi-
diskresi kebijakan menyebabkan peluang korupsi di dalam biro-krasi
semakin tinggi. Selain itu kultur atau budaya di masyarakat yang berorientasi

5
pada jabatan untuk menumpuk kekuasaan dan kekayaan menyebabkan
banyak-nya pejabat yang melakukan korupsi.

d. S-E-R-A teori

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, ditemukan


terdapat korelasi yang konkrit antara korupsi dengan System (Sistem),
Education (pendidikan), Regula-tion (pengaturan perundangan) dan
Accountability (keterbukaan). Seperti halnya teori C=D+M-A dan S-B teori,
sistem membawa pengaruh yang buruk terhadap berlangsungnya korupsi,
terdapat diskresi diskresi dalam sistem membuat peluang korupsi yang
tinggi.

Sistem pendidikan juga membawa pengaruh yang signifikan dalam


hal perilaku koruptif sejak dini sebagai pewajaran korupsi di masa yang akan
datang. Pengaturan perun-dangan yang tidak konsisten dan saling tumpang
tindih dan mudah disimpangi merupakan alasan lain dalam tindak pidana
korupsi serta yang terakhir adalah keter-bukaan menjadi penyebab korupsi.
Sistem tertutup dalam pelaporan yang tidak transparan atau bahkan tidak
adannya laporan yang bersifat terbuka mengindikasikan adanya hal yang
harus ditutupi dan diupayakan untuk disimpangi.5

Beberapa hal yang dapat menjadi motivasi untuk melakukan korupsi


antara lain adalah: adanya ketimpangan pendapatan atau gaji antara sektor
publik dan swasta, adanya ketimpangan pendapatan atau gaji antar sektor
publik, gaya hidup atau pola konsumsi yang berlebihan, standar
pengeluaran pemerintah yang tidak mencukupi, dan faktor sistemik atau
struktural. Standar pengeluaran pemerintah yang tidak mencukupi dapat
memotivasi pegawai pemerintah untuk melakukan korupsi demi memenuhi
standar pengeluaran pemerintah yang ingin dicapai. Pada modul ini, yang
dimaksud faktor struktural adalah ketika struktur dan sistem dalam

5
Effendi, Buku Ajar Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, ( Surabaya: Scopindo Media Pustaka,2019),
hlm, 8-9.

6
pemerintahan masih belum ideal dan memungkinkan korupsi untuk terjadi.
Faktor sistemik berupa sebuah sistem yang dapat menyebabkan terjadinya
pembiaran korupsi sehingga korupsi terus berlangsung/merajalela dalam
sebuah sistem. Dengan adanya berbagai macam motivasi untuk melakukan
korupsi, beberapa penelitian berupaya mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab terjadinya korupsi.6
a. Perilaku individu

Jika dilihat dari sudut pandang pelaku korupsi, karena koruptor


melakukan tindakan korupsi dapat berupa dorongan internal dalam bentuk
keinginan atau niat dan melakukannya dengan kesadaran penuh. Seseorang
termotivasi untuk melakukan korupsi, antara lain karena sifat rakus
manusia, gaya hidup konsumtif, kurangnya agama, lemahnya moralitas
dalam menghadapi godaan korupsi, dan kurangnya etika sebagai pejabat. 7
b. Faktor keluarga

Masalah korupsi biasanya dari keluarga. Biasanya itu terjadi karena


tuntutan isteri yang dikarenakan berkurangnya perekonomian atau
memang keinginan pribadi yang berlebihan. Hal yang menjadikan posisi dia
duduk sebagai ladang untuk memuaskan kepentingan pribadi keluarganya.
Keluarga harus menjadi benteng tindakan korupsi, tetapi kadang-kadang
penyebab korupsi sebenarnya berasal dari keluarga. Jadi, keluarga
sebenarnya bertanggung jawab atas tindakan korupsi yang dilakukan oleh
suami atau kepala rumah tangga. Karena itu, keluarga sebenarnya ada di
dua sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positif. Jika keluarga adalah pendorong
korupsi, keluarga berada di sisi negatif, sedangkan jika keluarga menjadi
benteng tindakan korupsi, keluarga berada di sisi positif dan ini merupakan
faktor yang sangat penting dalam mencegah korupsi.

6
Rimawan Pradiptyo, Dampak Sosial Korupsi,( Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat Gedung Dwiwarna KPK,2016), hlm. 9

7
Moh Yamin, Pendidikan Anti Korupsi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2016), hlm. 46.

7
c. Faktor Sejarah
Sejarah yang berhubungan dengan penjajahan kolonial suatu negara
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat korupsi.
Kolonialisme dalam sebuah negara memberikan efek pembentukan sistem
kelembagaan di negara tersebut. Sebagai contoh misalnya, negara yang
pernah dijajah oleh kolonial Inggris biasanya memiliki tingkat korupsi yang
rendah dan ditandai dengan IPK (Indeks Persepsi Korupsi) tinggi. Juga
menganggap bahwa kelembagaan dipengaruhi oleh sejarah yang
berhubungan dengan sistem kolonial. Pendapat ini didasari oleh literatur
sebelumnya (Acemoglu, Johnson dan Robinson, 2001) yang menyatakan
bahwa suatu kelembagaan pada masa kolonial seringkali dibentuk untuk
kepentingan penjajah. Dalam upaya memuluskan kekuasaannya sistem
kolonial membuat sebuah sistem kelembagaan yang menjaga dan
melindungi kepentingan kolonial.

d. Faktor Ekonomi

Negara dengan tingkat korupsi yang tinggi memiliki karakteristik


sebagai negara berkembang dan negara transisi, negara dengan tingkat
pendapatan yang rendah, dan negara yang memiliki sistem perekonomian
tertutup. Sistem perekonomian tertutup menyebabkan tingkat entry pasar
yang semakin rendah sehingga kompetisi sangat sulit terjadi. Akibatnya
muncul penyuapan dan pungli untuk dapat masuk dalam sebuah pasar. Oleh
karena itu perekonomian tertutup cenderung untuk memiliki tingkat
korupsi yang tinggi. Negara maju biasanya memiliki sistem pengaturan
entry pasar yang baik dan stabil sehingga tingkat korupsinya juga rendah.

Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi masyarakat dalam melakukan


korupsi. Dalam sebuah sistem pemerintahan, banyaknya proporsi birokrat
korup dan gaji pegawai pemerintah yang rendah dapat meningkatkan
tingkat korupsi suatu pemerintahan atau negara. Sehingga suap yang
ditawarkan menjadi semakin tinggi ketika gaji pegawai publik rendah.
Namun, selanjutnya pendapat ini menjadi tidak relevan karena terdapat

8
pula pegawai pemerintah dengan gaji tinggi juga masih melakukan korupsi.
Maka faktor yang muncul bukan hanya pendapatan yang rendah tetapi juga
sifat tamak (greedy).8
e. Hukum dan peraturan
Tindakan korupsi akan dengan mudah muncul karena undang-undang
dan peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi sanksi yang terlalu
ringan, penerapan sanksi yang tidak konsisten dan sembarangan, lemahnya
bidang revisi dan evaluasi legislasi. Untuk mengatasi kelemahan ini di
bidang revisi dan evaluasi, pemerintah mendorong para pembuat undang-
undang untuk sebelumnya mengevaluasi efektivitas undang-undang
sebelum undang-undang dibuat. Sikap solidaritas dan kebiasaan memberi
hadiah juga merupakan faktor penyebab korupsi.

Dalam birokrasi, pemberian hadiah bahkan telah dilembaga kan,


meskipun pada awalnya itu tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi
keputusan. Lembaga eksekutif seperti bupati/ walikota dan jajarannya
dalam melakukan tindak korupsi tidak melakukannya sendiri, tetapi ada
persekongkolan dengan pengusaha atau kelompok kepentingan lain, seperti
dalam menentukan tender pengembangan wirausaha ini. Walikota, setelah
terpilih kemudian mereka bersama dengan DPRD, bupati/walikota
membuat kebijakan yang hanya mengun-tungkan kolega, keluarga atau
kelompok mereka. Kelompok kepentingan atau pengusaha dengan
kemampuan melobi pejabat pemerintah dengan memberikan hadiah hibah,
suap, atau berbagai bentuk hadiah yang memiliki motif korup dengan
maksud meluncurkan kegiatan bisnis yang bertentangan dengan kehendak
rakyat. Sehingga terjadinya kasus korupsi dalam APBD dapat disimpulkan
salah satu alasannya adalah lemahnya aspek legislasi. Salah satu faktor
lemah lainnya yaitu sanksi pidana dalam Undang-Undang No. 31 Tahun

8
Svensson, J. (2005). “Eight Questions about Corruption”, The Journal of Economic Perspectives
19(3): 19-42.

9
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diperbarui
dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.
Salah satu kelemahan mendasar adalah perumusan sanksi pidana yang
minimal tidak khusus. sebanding dengan sanksi pidana maksimal. Sangat
tidak logis dan tidak sesuai dengan rasa keadilan jika bentuk pidana
maksimal penjara seumur hidup dan hukuman minimum adalah penjara 1
tahun sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Korupsi.9
f. Faktor politik
Praktik korupsi di Indonesia dilakukan di semua bidang, tetapi yang
paling umum adalah korupsi di bidang politik dan pemerintahan. Menurut
Daniel S. Lev, politik tidak berjalan sesuai dengan aturan hukum, tetapi
terjadi sesuai dengan pengaruh uang, keluarga, status sosial, dan kekuatan
militer. Pendapat ini menunjukkan korelasi antara faktor-faktor yang tidak
berfungsi dari aturan hukum, permainan politik, dan tekanan dari kelompok
korupsi yang dominan.10
Penyalahgunaan kekuasaan publik juga tidak selalu untuk keuntungan
pribadi, tetapi juga untuk kepentingan kelas, etnis, teman, dan sebagainya.
Bahkan, di banyak negara beberapa hasil korupsi digunakan untuk
membiayai kegiatan partai politik perlakuan tersebut berdampak sangat
besar terhadap perkembangan dalam sebuah negara.

2. Dampak Korupsi
a. Dampak Korupsi Terhadap Perekonomian
• Penurunan Produktivitas
Produktivitas pada setiap industri dan produksi akan menurun
karena dampak dari korupsi ini. Produktivitas dari perusahaan-

9
Benny K. Harman, Langkah-Langkah Strategis Memberantas Korupsi di Indonesia, Jurnal
MasalahMasalah Hukum, Vol, 40, No. 4, October 2011, hlm. 434.
10
Iza Rumesten, Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung, Jurnal
Dinamika Hukum, Vol, 14, No.2, May 2014, hlm. 353.

10
perusahaan akan terhambat dan tidak bisa berkembang lebih maju lagi.
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah karyawan atau PHK,
lalu aku banyak pengangguran yang menyebabkan angka kemiskinan
meningkat.
• Menurunnya Pendapatan Negara dari Pajak
Penurunan pendapatan ini karena kenyataan bahwa banyak oknum
pegawai pajak yang memanfaatkan kesempatan buruk ini untuk
memperkaya dirinya sendiri. Hal ini juga mengakibatkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap pegawai pajak, dan tentunya
akan menghambat proses pembangunan dan merugikan masyarakat.
• Meningkatkan Utang Negara
Korupsi tentunya akan memperburuk keuangan negara. Selain
sebelumnya negara memang sudah punya hutang dengan negara lain,
dengan adanya korupsi justru hutang itu akan semakin bertambah. Para
maling uang rakyat ini tidak sadar diri bahwa apa yang ia lakukan dapat
memperburuk keadaan negara. Mereka hanya memikirkan keuntungan
pribadi.11
b.Dampak korupsi dalam penegak hukum
Korupsi dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penegakan
hukum, diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, menimbulkan fungsi pemerintahan mandul. Pada dasarnya,


isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya
yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga
dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada
tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial.
Kedua, hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara. Korupsi
yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi di

11
Ricky Atthariq,” Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi, Politik, Pemerintahan & Hukum”,
https://www.gramedia.com/literasi/dampak-korupsi/.com ( diakses pada, 26 Juni 2022 19:49 WIB).

11
Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang.12

C. Cara Memberantas Korupsi Di Indonesia

Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan


untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, telah dan sedang
dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Mendesain ulang pelayanan publik,
Terutama pada bidang-bidang yang berhubungan langsung dengan
kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah untuk
memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang
profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/
pungutan liar. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
1. Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik
2. Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik
3. Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik
4. Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik,
dengan kegiatankegiatan prioritas sebagaimana terlampir
dalam matriks.
b. Memperkuat transparansi,

Pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah yang


berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya negara dan sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap

12
Amalia Fadhila Rachmawati, Dampak Korupsi dalam Perkembangan Ekonomi dan Penegakan Hukum
di Indonesia, Jurnal Hukum, Vol. 1 No.1(2021),16

12
informasi dan berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan masyarakat
luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi. Langkah-langkah prioritas
ditujukan pada:
1. Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara
2. Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah.
3. Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara,
dengan kegiatan-kegiatan prioritas.
4. Meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat
pendukung dalam pencegahan korupsi. Tujuannya adalah
untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat
budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam
proses pemberantasan korupsi. Langkah-langkah prioritas
ditujukan pada:
5. Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat;
6. Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.13
D. Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi

Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi


zaman tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan
pemuda. Belajar dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa
perjalanan bangsa ini tidak lepas dari peran kaum muda yang menjadi
bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda 1928 telah
memberikan semangat nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu
yaitu Indonesia. Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang
akan datang yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah praktek
bernama Korupsi. Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan
dari karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan
idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang
penuh semangat, dan idealisme yang murni terlah terbukti bahwa

13
Wicipto Setiadi, Korupsi di Indonesia, 1 (september 2018 ), hlm,253.

13
mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan
bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah
terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent of
change).

Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:


intelegensia, ide-ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian
untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki
tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mereka
mampu menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga
negara dan penegak hukum. Keterlibatan Mahasiswa dalam anti korupsi
yaitu:

a) Di Lingkungan Keluarga Internalisasi karakter anti korupsi di


dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari lingkungan keluarga.
Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib
yang berlaku. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib
adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam
diri mahasiswa yang diawali dari lingkungan keluarga yang
sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota keluarga adalah
orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku
korupsi yang dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi
biasa.
b) Di Lingkungan Kampus Keterlibatan mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke
dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya
sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks

14
individu, seseorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah
agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak
korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah rekan- rekannya sesama mahasiswa
dan organisasi kemahasiswaan kampus untuk tidak berperilaku
koruptif dan tidak korupsi.
c) Di Masyarakat Sekitar Hal yang sama dapat dilakukan
mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk mengamati
lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.

Di Tingkat Lokal dan Nasional Mahasiswa dengan kompetensi yang


dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti
korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional. Kegiatan- kegiatan anti
korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan
mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi
yang terjadi di suatu Negara.14

BAB III

PENUTUP
14
Razib, Rizal, 2013, Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia; Internalisasi Tiga
Ajaran Ki Hajar Dewantara, http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-
dalampemberantasan.html.com (diakses tanggal 06 maret 2022)

15
A. Kesimpulan

Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk


memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi denga hak-hak dari pihak
lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk
mendapatkan suatu keuntungan untuk diri sendiri atau orang lain,
berlawanan dengan kewajiban dan hak-hak dari pihak lain.

Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan


untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelemahan
sebuah sistem dan rendahnya transparansi menimbulkan kesempatan yang
luas untuk melakukan korupsi.Sehingga korupsi dapat menimbulkan
berbagai dampak diantaranya adalah dampak korupsi personal melainkan
juga dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja.

Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi


di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang. Peran penting
mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka
miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan kemampuan
intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang
murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting
dalam sejarah perjalanan bangsa ini.

B. Saran

16
Makalah ini hanyalah membahas sedikit dari pembahasan mengenai
tindak pidana korupsi. Maka kita sebagai Mahasiswa menjadi Agent of
change bagu Negara Indonesia. Dan sudah menjadi kewajiban untuk
memberantas serta mencegah terjadinya tindak pidana korupsi baik
dlingkungan keluarga, masyakarat, bahkan dalam kehidupan bernegara.
Semoga pembaca dapat memahami dan mengamalkan apa yang telah
disampaikan pada makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

17
Sina La, Dampak dan Upaya Pemberantasan serta Pengawasan Korupsi
di Indonesia, Jurnal Hukum Pro Justitia, tkp: January 2008.

Danil Elwi, Korupsi: Konsep, Tindak Pidana Dan Pemberantasannya,


Jakarta: Raja Grafindo, 2011.

Syahroni, korupsi bukan budaya tetapi penyakit, Yogyakarta: Deepublish,


2018.

Kalla M. Jusuf, korupsi mengoperasi Indonesia, Surabaya : 1998.


Effendi, Buku Ajar Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, Surabaya:
Scopindo Media Pustaka,2019.
Pradiptyo Rimawan, Dampak Sosial Korupsi,Jakarta: Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Gedung Dwiwarna KPK,2016.

Moh Yamin, Pendidikan Anti Korupsi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,


2016.
J Svensson, “Eight Questions about Corruption”, The Journal of Economic
Perspectives,2005.
K. Harman Benny, Langkah-Langkah Strategis Memberantas Korupsi di
Indonesia, Jurnal MasalahMasalah Hukum, Oktober 2011.
Rumesten Iza, Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan
Pilkada Langsung, Jurnal Dinamika Hukum, May 2014.

Gramedia.com,” Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi, Politik, Pemerintahan &


Hukum”,, https://www.gramedia.com/literasi/dampak-korupsi/.com , Di
akses pada 27 Juni 2022.

Fadhila Rachmawati, Amalia, Dampak Korupsi dalam Perkembangan Ekonomi


dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Hukum, tkp : 2021.

Setiadi Wicipto, Korupsi di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia, tkp :


September 2018.

Razib Rizal, Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia;


Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara,
http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peran-pemuda-
dalampemberantasan.html.com, Diakses 6 maret 2022.

18

Anda mungkin juga menyukai