Disusun oleh:
Afifah Syahidah P3.73.24.1.18.002
Faqiha Muflihah P3.73.24.1.18.018
Frana Ningrum P3.73.24.1.18.021
Lila Animah Paneja P3.73.24.1.18.026
Mukhnur Rabiatul P3.73.24.1.18.028
Putri Dwiyanti P3.73.24.1.18.033
Queen Irma Meylinda P3.73.24.1.18.034
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mari
kita panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, sehingga makalah ini telah diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Selain itu, kami menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Ibu Hetty Astri, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Penulis dalam melakukan
penulisan makalah ini.
2. Teman-teman yang berkontribusi dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi susuna, kalimat, tata Bahasa maupun isi dari makalah ini. Semoga makalah ini
dapatditerima dan bermanfaat di kemudian hari.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................. 3
SUMMARY REPORT ............................................................................................................ 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
10. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan tindakan korupsi?
2
BAB II
SUMMARY REPORT
3
c. Pressure (Tekanan)
Dorongan dari lingkungan dan gaya hidup yang tinggi dan juga keserakahan
menyebabkan pelaku melakukan korupsi. Contohnya hutang yang disebabkan gaya
hidup yang mewah diluar kemampuannya, narkoba, dll.
4
2.4 Dampak Korupsi
Menurut para ahli, terdapat 4 dampak utama yang ditimbulkan oleh korupsi (Sumber
KPK):
1. Worsen Income Inequality and Poverty (Gupta, Davoodi, and Alonso-Terne,1998).
Kehidupan masyarakat menjadi semakin buruk karena terjadi ketidakmerataan
penghasilan dan jumlah kemiskinan semakin besar, perbedaan penghasilan antara satu
kelompok orang (yang korupsi) dengan mereka yang tidak korupsi semakin besar.
2. Reduce Investment Rates (Mauro, 1997)
Korupsi mengurangi dana yang tersedia untuk investasi. Berkurangnya uang
investasi tersebut memperkecil kesempatan kerja yang dapat disediakan. Berkurangnya
kesempatan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi, pengangguran yang akan
menyebabkan kemiskinan. kemiskinan menimbulkan gejolak sosial ( sosial unrest )
yang akan berdampak pada keamanan dan kejahatan di masyarakat, ketidakamanan dan
menurunkan kualitas hidup masyarakat.
3. Lower Economic Growth (Tanzi and davoodi, 1998).
Tindakan korupsi berpengaruh pada kehidupan pribadi, masyarakat serta bangsa
dalam setiap aspek kehidupan. Korupsi menyebabkan ketidakpastian pelaksanaan
program bidang ekonomi karena sewaktu – waktu dana yang terkorupsi akan membuat
ketidak tersedia untuk kegiatan pembangunan ekonomi yang berakibat fatal bagi
pertumbuhan ekonomi.
4. Diminishes Democratization and Weakness Representation (Ocampo, 2001).
Kehidupan demokrasi yang paling mendasar didasarkan oleh persamaan hak dan
kewajiban yang dimiliki setiap warganegara yaitu ketika setiap warganegara memiliki
posisi yang sama dalam politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial, dan
sebagainya. Kebiasaan korupsi menimbulkan pemerintahan yang tidak transparan
karena orang membeli, membagi jabatan, dan promosi seseorang dalam jabatan melalui
tindakan korupsi (suap dan gratifikasi).
Menurut Talcott Parsons, gerakan sosial dapat terjadi apabila terpenuhinya 4
syarat:
1. Adanya tujuan tertentu yang hendak dicapai
2. Ada situasi tertentu yang membangkitkan.
3. Diatur oleh kaidah-kaidah tertentu
4. Adanya motivasi tertentu.
5
2.5 Hukuman Bagi Pelaku Korupsi
Hukuman dalam UU No 31 Tahun 1999 Pasal 2. Apabila terbukti, mereka
diberikan hukuman dipidana seumur hidup, penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun, serta denda paling rendah Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling tinggi Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
2.6 Antikorupsi
Sangat penting bagi masyarakat untuk memiliki pengetahuan mengenani tindakan
antikorupsi, seperti apa yang dimaksud dengan tindakan antikorupsi, siapa yang mendapat
tindakan antikorupsi, dan siapa yang memiliki kecenderungan dalam melakukan korupsi.
A. Pelaku Korupsi
Korupsi dibatasi pada tindakan korupsi para pejabat publik, politikus, atau
pegawai negeri. Tindakan korupsi selalu terkait dengan orang dan lembaga lain di luar
lembaga pemerintah walaupun pelaku utamanya adalah kelompok dari lembaga
pemerintah. Pelaku korupsi termasuk juga kelompok lain selain pejabat public dan
politisi jika tindakan kelompok tersebut merugikan negara.
Berdasarkan berbagai kasus korupsi yang dikumpulkan, pelaku korupsi antara
lain:
1. Pejabat negara di bidang eksekutif, seperti Menteri, walikota/bupat, gubernur,
pimpinan kementrian/pejabat enselon I, II, III
2. Pejabat negara di bidang legislative, seperti anggota DPR dan DPRD
3. Duta besar
4. Pejabat Lembaga negara
5. Apatar penegak hukum, seperti hakim dan jaksa
6. Pimpinan perusahaan swasta
Perilaku korupsi tidak terbatas tempat dan waktu. Pelaku korupsi miliki
kedudukan dan kesempatan untuk melakukan korupsi. Mereka tidak memiliki
kejujuran, tidak amanah, dan tidak bertanggungjawab atas jabatan yang diberikan
rakyat. Selain itu, kelompok yang melakukan pungutan di luar ketentuan dan uang
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi dapat pula menjadi pelaku korupsi. Dapat
disimpulkan bahwa perilaku korupsi dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki
potensi dan tidak memiliki kejujuran.
6
B. Pihak yang Dapat Melakukan Tindakan Antikorupsi
Lembaga resmi yang melakukan tindakan antikorupsi antara lain KPK,
kepolisian, dan kejaksaan. KPK memiliki kemampuan dan status hukum yang kuat
dalam memberantas korupsi. Akan tetapi KPK memiliki keterbatasan yang membuat
upaya KPK tidak optimal, antara lain:
1. KPK tidak cukup mampu untuk mencegah tindakan korupsi yang dapat dilakukan
semua orang dan semua kedudukan yang berada di Indonesia.
2. KPK hanya dapat melakukan tindakan pada orang yang sudah melakukan korupsi.
3. Kerugian dan dampak korupsi yang dirasakan masyarakat sudah terjadi saat KPK
bertindak.
Melihat keterbatasan tersebut, dibutuhkan peran serta masyarakat dalam
melakukan tindakan antikorupsi seperti adanya tanggung jawab, kejujuran, dan upaya
bersama dengan lembaga penegak hukum. Pemerintah mengeluarkan PP No, 71 Tahun
2000 untuk memberikan kepastian hukum yang di dalamnya mengatur peran
masyarakat, apapun kedudukannya, jenis kelamin, dan agama untuk mencegah
terjadinya korupsi.
7
3. Laporan masyarakat mengenai sesuatu yang patut dicurigai sebagai suatu tindakan
atau hasil tindakan korupsi
Kecurigaan dapat berdasarkan ketidakwajaran dalam kekayaan yang dimiliki
seseorang dan pengetahuan tingkah laku aneh seseorang. Masyarakat yang
mengamati dan curiga adanya kemungkinan tindakan korupsi harus melaporkan ke
pihak yang berwajib (KPK) disertai dengan bukti-bukti awal hasil pengamatan.
Dalam melakukan laporan, masyarakat harus memenuhi persyaratan dan prosedur
yang perlu dipenuhi untuk menghindari kecurigaan yang berlebihan, ketidaksukaan
seseorang terhadap orang lain, serta memudahkan KPK dalam memeriksa dan
menelusuri laporan.
4. Pencegahan diri dan lingkungan
Pencegahan diri merupakan cara yang paling efektif untuk tindakan
antikorupsi dan merupakan point paling penting. Jika semua warga negara
memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi serta memiliki kesadaran akan dosa
maka korupsi tidak akan terjadi. Pendidikan dirumah merupakan pondasi untuk
mengembangkan pribadi yang jujur dan dikembangkan serta diperkuat lebih lanjut
di lembaga pendidikan serta media massa.
9
A. Pantang Terlibat dalam Tindakan Korupsi
Diri sendiri adalah pusat dari segala tindakan korupsi tetapi sebaliknya adalah
pusat dari upaya mencegah tindakan korupsi. Korupsi pada dasarnya dilakukan oleh
individu yang tidak dapat melawan keempat faktor penyebab korupsi yaitu
keserakahan, upaya untuk selalu mencari pembenaran, menggunakan kesempatan, dan
menghadapi tekanan keluarga/ teman/ masyarakat.
Langkah untuk menjadi individu yang Antikorupsi, yang bersangkutan harus
1. Selalu ingat dampak dari korupsi
Dampak yang menakutkan bukan tidak mungkin terjadi pada orang terdekat
dan yang disayangi. Kembangkan rasa tidak suka atau bahkan jijik melihat
kesengsaraan rakyat yang disebabkan korupsi untuk dapat membangun kejujuran
dan integritas dalam diri
2. Selalu jujur mengenai apa yang dilakukan
Kejujuran selalu dapat mencegah perbuatan korupsi dimana pun seseorang
berada. Dia akan jujur pada dirinya dan nuraninya akan tersiksa ketika akan
melakukan, waktu melakukan, dan sesudah melakukan sebuah perbuatan korupsi.
3. Ingat dosa melakukan korupsi berdasarkan ajaran agama yang dianutnya
4. Bergaul dengan teman-teman yang membenci tindakan korupsi
Teman-teman yang Antikorupsi membangun lingkungan Antikorupsi dan
akan menjadi pengawas yang penuh persahabatan dalam mencegah seorang
anggotanya (Anda) melakukan korupsi.
5. Mampu mengembangkan pola hidup yang wajar dan bersih.
Membangun kehidupan yang sehat dan wajar adalah bentuk yang diperlukan
untuk mencegah diri sendiri dan keluarga dari perbuatan korupsi. Pola hidup yang
sehat dan wajar adalah pola hidup yang sesuai dengan pendapatan/penghasilan halal
yang diperoleh.
11
BAB III
PETA KONSEP
1. Sadar Anti Korupsi 2. Siap Anti Korupsi
13