Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH PANCASILA

“Pencegahan Korupsi Pejabat Negara Melalui Pendeketan Fungsi


Sila Pancasila”

Dosen Pengampu: Aminsyah, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Ikhsan Abdullah

NIM : 2211102109001

Prodi : Pendidikan Matematika

Mata Kuliah : Pancasila 1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN
SELATAN TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul ‘’…….’’. Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Bapak Rangga, M.E., selaku kepala sekolah SMA 1 yang telah


memberikan bimbingan, saran, ide dan juga kesempatan untuk
menggunakan fasilitas sekolah untuk menunjang pembuatan makalah.

2. Ibu Kina, M.E., selaku guru pembimbing kami, yang memberikan


dorongan, masukan kepada penulis.

3. Ibu Sarah, M.E., selaku wali kelas kami, yang banyak memberikan materi
pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis.

4. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Tangerang, 18 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah.....................................................................................

1.2 Tujuan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi.........................................................................................

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi...................................................................

2.3 Dampak Korupsi.............................................................................................

2.4 Upaya Pencegahan Korupsi............................................................................

2.5 Nilai dan Prinsip Anti Korupsi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi dibenarkan dengan pernyataan
Komisi Pemberantasan Korupsi, yang menegaskan bahwa Pancasila
merupakan sumber nilai anti korupsi. Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar
untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik, sehingga Pancasila
dianggap sebagai ideologi yang bersifat universal karena dalam Pancasila ada
nilai-nilai sosialis, religius dan nilai-nilai etis.
Korupsi adalah realitas tindakan penyimpangan norma sosial dan hukum
yang tidak dikehendaki masyarakat dan diancam sanksi oleh negara. Korupsi
sebagai bentuk penyalahgunaan kedudukan (jabatan), kekuasaan, kesempatan
untuk memenuhi kepentingan diri sendiri ataupun kelompoknya yang
melawan kepentingan bersama. (Yustisia, 2014)
Oleh karena itu, Pancasila sangatlah penting sebagai pendidikan anti
korupsi. Mengingat pada saat ini semakin maraknya kasus-kasus korupsi yang
terjadi di negara kita ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Korupsi
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi
3. Dampak korupsi
4. Upaya pencegahan korupsi
5. Nilai dan prinsip anti korupsi

ii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi berasal dari Bahasa latin “corruption” atau “corruptus” yang berarti
kerusakan atau kebobrokan. Secara harafiah korupsi adalah kebusukan,
keburukan, kebejatan korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang dan sebagainya. Korupsi dapat pula dijelaskan sebagai korup,
artinya busuk, suka menerima suap, memakai kekuasaan untuk kepentingan
pribadi dan sebagainya. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
(Saputra, 2017)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi merupakan penyakit sosial yang menggerogoti sendi-sendi bangsa
dan merusak tatanan hidup bernegara. Korupsi di Indonesia sudah tergolong extra
ordinary crime karena telah merusak, tidak hanya keuangan negara dan juga
potensi ekonomi suatu negara, namun juga sudah merusak pilar-pilar sosial
budaya, moral, politik, dan tatanan hukum dan keamanan nasional negara. Oleh
karena itu, pemberantasannya tidak bisa hanya oleh instansi tertentu saja dan
tidak bisa dengan pendekatan parsial. Hal itu harus dilakukan secara
komprehensif dan bersama-sama, oleh lembaga penegak hukum, lembaga
pemasyarakatan, dan setiap individu sebagai anggota masyarakat. (Suroto, 2015)
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.”

ii
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan
dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri
maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau
pribadi lainnya.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi


Penyebab korupsi meliputi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor pendorong korupsi dari dalam diri
sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan pemicu perilaku korupsi yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar diri pelaku.
Faktor internal hanya memiliki satu aspek, yakni aspek perilaku individu
yang dirinci sebagai berikut:
1. Sifat Tamak atau Rakus
Korupsi adalah kehjahatan orang profesional yang rakus. Sedah
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri.

2. Moral yang Kurang Kuat


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan untuk itu.

3. Gaya Hidup Konsumtif


Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan tindakan
korupsi.

Adapun aspek-aspek dalam faktor eksternal sebagai berikut:

1. Aspek Sosial

ii
Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya,
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama
korupsi adalah masyarakat sendiri.
Perilaku korupsi juga dapat terjadi karena dorongan keluarga.
Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang
secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sikap baik seseorang.

2. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang
kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dan mengambil jalan pintas untuk melakukan korupsi.

3. Aspek Politik
Kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan
yang diharapkan. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan
politik, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi
menyebabkan perilaku korupsi.

4. Aspek Organisasi
a) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan\
b) Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas
d) Kelemahan sistem pengendalian manajemen
e) Lemahnya pengawasan

2.3 Dampak Korupsi


Beberapa dampak yang terjadi akibat tindak korupsi yang terjadi di
Indonesia, yaitu:
1. Bidang Demokrasi

ii
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di
bidang demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih
Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti
pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar” yakni
memberikan sogokan. Apapun bentuk sogokan yang diberikan
tersebut adalah salah satu bentuk korupsi.

2. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat
ekonomi negara tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan,
makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin rendahnya
tingkat korupsi negara tersebut.

3. Bidang Kesejahteraan Umum


Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah
tidak adanya kesejahteraan umum. Pembuatan peraturan-peraturan
baru oleh pemerintah justru lebih memihak pada perusahaan-
perusahaan besar yang mampu memberikan keuntungan untuk para
pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri
menengah tidak mampu bertahan.

4. Pengikisan Budaya
Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi,
lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari
luar akan membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada
materi, dan tidak takut pada hukum.

5. Terjadinya Krisis Kepercayaan


Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah
tidak adanya kepercayaan terhadap lembaga pemerintah.
Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak

ii
pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor.
Banyak koruptor yang menyelewengkan materi namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi
percaya pada proses hukum yang berlaku.
2.4 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi
yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Reformasi birokrasi dan
reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara mencegah korupsi.

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan
pejabat publik melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang
dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut
memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah
selesai menjabat.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak
kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu
dibangun sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak
meminta segala informasi sehubungan dengan kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

4. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum


Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak
cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yaitu Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai peraturan
perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu dikembangkan.
Perlu peraturan perundang-undangan yang mendukung pemberantasan
korupsi yaitu Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering atau
pencucian uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana

ii
korupsi, perlu instrumen hukum berupa Undang-Undang Perlindungan
Saksi dan Korban.

5. Pemantauan dan Evaluasi


Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah
dilakukan. Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau
program yang sukses dan gagal.

6. Kerjasama Internasional
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi
adalah melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain
maupun dengan International. Sebagai contoh di tingkat internasional,
Transparency International (TI) membuat program National Integrity
Sistem.

2.5 Nilai dan Prinsip Anti Korupsi


1. Nilai-Nilai Anti Korupsi
Ada beberapa nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas, yaitu
meliputi:
a) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang.

b) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan

c) Kemandirian

ii
Mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya.

d) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan.
Hidup disiplin adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan.

e) Tanggung Jawab
a. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya.

f) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian
dan pantang mundur.

g) Sederhana
Dengan gaya hidup sederhana, dibiasakan untuk tidak
hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya.

h) Keberanian
Berani yaitu mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya
diri besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan.

ii
i) Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari,
pemikiran-pemikiran sebagai dasar pertimbangan untuk
menghasilkan keputusan akan terus berkembang seiring dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.

2. Prinsip-prinsip Anti Korupsi


Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk
mencegah faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas
prinsip-prinsip Anti-korupsi, yakni:
a) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan
kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga.

b) Transparansi
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan
korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua
proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.

c) Kewajaran (fairness)
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark upmaupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri
dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.

ii
d) Kebijakan
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan
undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya
yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara.

e) Kontrol kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di
buat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi.

ii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dan melanggar norma
umum yang berlaku di masyarakat. Praktek korupsi yang meluas di suatu
negara akan merusak dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan bernegara.
Indonesia termasuk Negara yang tingkat korupsinya tinggi di dunia. Banyak
faktor yang menyebabkan tingginya kejahatan korupsi di Indonesia bisa faktor
internal dan juga faktor eksternal. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya
pemberantasan dan pencegahan kejahatan korupsi. Upaya pencegahan korupsi
dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada masyarakat
lewat pendidikan anti korupsi untuk menumbuhkan karakter kejujuran, dan
sikap anti korupsi.

3.2 Saran

ii
DAFTAR PUSTAKA

Putri Anania. 2019. Tugas Makalah Pancasila. Riau : Universitas Riau,


https://www.coursehero.com/file/52361447/tugas-makalah-pancasiladocx/

Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Jakarta: UNJ Press,
https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi

Yustisia. 2014. Pemahaman Masyarakat Tentang Korupsi. Yustisia Jurnal


Hukum, 3(1), 80– 88, https://doi.org/10.20961/yustisia.v3il.10124/

Saputra, I. 2017. Implementasi Nilai Pancasila dalam Mengatasi Korupsi di


Indonesia. PPKn, 2(1), 9–17.

Suroto. (2015). Terapi Penyakit Korupsi: Peran Pkn. Jurnal Pendidikan


Kewarganegaraan, 5(10), 766–772.

Aep Nurul Hidayah. 2015. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi,


https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsip-anti-korupsi/

ii

Anda mungkin juga menyukai