Disusun Oleh:
NIM : 2211102109001
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul ‘’…….’’. Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
3. Ibu Sarah, M.E., selaku wali kelas kami, yang banyak memberikan materi
pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis.
4. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ii
BAB II
PEMBAHASAN
ii
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan
dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri
maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau
pribadi lainnya.
1. Aspek Sosial
ii
Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya,
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama
korupsi adalah masyarakat sendiri.
Perilaku korupsi juga dapat terjadi karena dorongan keluarga.
Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang
secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sikap baik seseorang.
2. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang
kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak
dan mengambil jalan pintas untuk melakukan korupsi.
3. Aspek Politik
Kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan
yang diharapkan. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan
politik, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi
menyebabkan perilaku korupsi.
4. Aspek Organisasi
a) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan\
b) Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas
d) Kelemahan sistem pengendalian manajemen
e) Lemahnya pengawasan
ii
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di
bidang demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih
Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti
pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar” yakni
memberikan sogokan. Apapun bentuk sogokan yang diberikan
tersebut adalah salah satu bentuk korupsi.
2. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat
ekonomi negara tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan,
makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin rendahnya
tingkat korupsi negara tersebut.
4. Pengikisan Budaya
Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi,
lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari
luar akan membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada
materi, dan tidak takut pada hukum.
ii
pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor.
Banyak koruptor yang menyelewengkan materi namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi
percaya pada proses hukum yang berlaku.
2.4 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi
yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Reformasi birokrasi dan
reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara mencegah korupsi.
ii
korupsi, perlu instrumen hukum berupa Undang-Undang Perlindungan
Saksi dan Korban.
6. Kerjasama Internasional
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi
adalah melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain
maupun dengan International. Sebagai contoh di tingkat internasional,
Transparency International (TI) membuat program National Integrity
Sistem.
b) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan
c) Kemandirian
ii
Mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan
tugas dan tanggung jawabnya.
d) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan.
Hidup disiplin adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan.
e) Tanggung Jawab
a. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya.
f) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian
dan pantang mundur.
g) Sederhana
Dengan gaya hidup sederhana, dibiasakan untuk tidak
hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya.
h) Keberanian
Berani yaitu mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya
diri besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan.
ii
i) Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari,
pemikiran-pemikiran sebagai dasar pertimbangan untuk
menghasilkan keputusan akan terus berkembang seiring dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
b) Transparansi
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan
korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua
proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.
c) Kewajaran (fairness)
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark upmaupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri
dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
ii
d) Kebijakan
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan
undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-
undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya
yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara
oleh para pejabat negara.
e) Kontrol kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di
buat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi.
ii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dan melanggar norma
umum yang berlaku di masyarakat. Praktek korupsi yang meluas di suatu
negara akan merusak dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan bernegara.
Indonesia termasuk Negara yang tingkat korupsinya tinggi di dunia. Banyak
faktor yang menyebabkan tingginya kejahatan korupsi di Indonesia bisa faktor
internal dan juga faktor eksternal. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya
pemberantasan dan pencegahan kejahatan korupsi. Upaya pencegahan korupsi
dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada masyarakat
lewat pendidikan anti korupsi untuk menumbuhkan karakter kejujuran, dan
sikap anti korupsi.
3.2 Saran
ii
DAFTAR PUSTAKA
Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Jakarta: UNJ Press,
https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi
ii