Disusun Oleh :
1. Amanda Norma Elita
2. Anindya Prastita Ilham
3. Septi Nurhayati
4. Ratih Surya Wulandari
5. Marcella Ayu Agustina
6. Riska
7. Nabila Rizki
8. Amalia Ashari
9. Dhea Putri Amanah
Dosen Pengampu :
Ni Nyoman Murti, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayat-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya . Makalah yang dibuat
tentang “actor-faktor eksternal dan internal penyebab Korupsi” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan Pendidikan anti
Korupsi, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Pendidikan budaya
anti Korupsi, mohon maaf jika ada kesalahan penulisan didalam makalah yang kami buat. Untuk
itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaanya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….......1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………............................................3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………....4
A. Latar Belakang…………………………………………………….....................................5
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………....5
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..5
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Pengertian Korupsi………………………………………………………………………...6
B. Faktor- faktor Penyebab Korupsi………………………………………………………….7
Faktor Internal…………………………………………………………………………7
Faktor Eksternal……………………………………………………………………….7
C. Cara Upaya/ strategi Untuk Memberantas Korupsi……………………………………….9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………........16
B. Saran……………………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang tidak akan
pernah sembuh berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh media seolah olah
merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat diliat dari budaya korupsi yang telah menjadi hal
yang biasa bagi semua kalangan. Korupsi adalah ancaman penting yang dialami oleh banyak
negara, karena dampak dari Korupsi tak hanya berpengaruh pada bidang ekonomi saja.
Kehidupan masyarakat pun juga terkena imbasnya kegagalan proyek,masalah kemiskinan atau
pengangguran adalah beberapa sifat rakus para koruptor.
Apabila disederhanakan, penyebabab Korupsi meliputi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab Korupsi yang datang pada diri pribadi sedangkan
faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya Korupsi karena sebab sebab dari luar. Faktor
internal terdiri dari aspek moral,misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap
atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berprilaku korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapaan atau gaji tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik,kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan, aspek manajemen dan organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan
transparasi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang undangan dan lemahnya
penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung
perilaku anti Korupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Korupsi?
2. Apakah faktor penyebab Korupsi?
3. Bagaimana cara upaya untuk memberantas Korupsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Korupsi
2. Untuk mengatahui faktor penyebab Korupsi
3. Untuk mengetahui solusi pemberantasan Korupsi
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi pencegahan
masalah dalam pemberantasan Korupsi yang semakin meningkat diindonesia ini.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat Anda temui di hampir segala tempat.
Kata korupsi sendiri berasal dari kata latin yaitu corruptio atau corruptus yang artinya
kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, dan tidak bermoral
kesucian.
Dimana, kata tersebut kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis yaitu
“Corruption” yang artinya menyalahgunakan wewenang untuk menguntungkan dirinya
sendiri. Sedangkan berdasarkan kamus lengkap bernama Webster’s Third New
International Dictionary, bahwa pengertian korupsi merupakan ajakan dari seorang
pejabat politik dengan pertimbangan yang tidak semestinya, contohnya suap untuk
melakukan pelanggaran tugas.
Tak hanya itu saja, dikutip dari kppu.go.id berdasarkan perspektif hukum pengertian
korupsi secara gamblang sudah dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No. 31 Tahun
199 yang sudah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Menurut pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 bentuk
atau jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal ini menerangkan secara terperinci tentang
perbuatan yang dapat dikenakan sanksi pidana karena korupsi.
6
Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia Pada sifat rakus tersebut
artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Mereka
cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan
mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.
Gaya hidup yang konsumtif.
Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari
berlebihan, atau dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup
yang semacam ini akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena
apabila dari penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup
mereka yang boros.
Moral yang kurang kuat.
Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral
manusia yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang
dan mereka lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri.
Faktor eksternal
Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor diluar diri pelaku, dapat dirinci
menjadi:
b. Aspek Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik
sendiri berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti
akan berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan
tersebut. Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas politik.
c. Aspek Hukum
Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro
pada pihak-pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri.
Faktor hukum juga dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan
kepastian hukum
d. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal
tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi
juga terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.
e. Aspek Organisasi
Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi ,
diantaranya yaitu :
Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin
Posisi pemimpin dalam suatu Lembaga formal maupun informal mempunyai
pengaruh penting bagi bawahnya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan
yang baik dihadapan bawahnya, misalnya berbuatt Korupsi, maka kemungkinan
besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
8
1. Represif
Melalui strategi represif, KPK menjerat koruptor ke meja hijau, membacakan
tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan. Inilah
tahapan yang dilakukan:
b. Penyelidikan
Kegiatan yang dilakukan KPK bertujuan untuk menemukan. Alat bukti yang
cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap ada jika ditemukan sedikitnya 2
alat bukti. Jika bukti permulaan yang cukup tidak ditemukan, penyidik 2
menghentikan penyelidikan.
c. Penyidikan
Tahap ini salah satunya ditandai dengan penetapan seseorang sebagai tersangka.
Jika ada dugaan kuat bahwa ada bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat
menyita izin ketua pengadilan negeri.Pasal juga memungkinkan penyidik KPK
untuk terlebih dahulu memperoleh izin untuk memanggil tersangka atau menahan
tersangka yang pejabat publik yang menurut undang-undang, tindakan polisi
terhadap mereka harus diperoleh terlebih dahulu.
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan kepada
penyidik tentang segala harta bendanya dan harta benda pasangannya, anak-
anaknya dan harta benda orang lain atau perusahaan yang diketahui atau dicurigai
orang itu.
Terkait dengan perilaku koruptif tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan .
perintah penghentian penyidikan dan penuntutan kasus korupsi. Artinya, setelah
KPK menetapkan orang sebagai tersangka, prosesnya harus dilanjutkan hingga
penuntutan.
d. Penuntutan
Penuntutan dilakukan oleh penuntut umum setelah penyidik menerima berkas.
Dalam waktu 1 hari kerja setelah menerima berkas, berkas tersebut harus
diserahkan ke pengadilan negeri.
2. Perbaikan Sistem
Tidak dapat disangkal bahwa banyak sistem di Indonesia yang justru menyisakan
celah bagi terjadinya praktik korupsi. Misalnya, prosedur kepegawaian menjadi lebih
rumit, sehingga menimbulkan suap, dll. Tentu saja, ada banyak lagi. Tidak hanya
terkait dengan utilitas, tetapi juga terkait dengan perizinan, pembelian barang dan
jasa, dll. Tentu saja, perbaikan diperlukan. Karena sistem yang baik dapat
meminimalisir terjadinya korupsi. Misalnya, melalui layanan publik online, sistem
pemantauan terintegrasi, dll.
KPK juga telah melakukan berbagai upaya untuk membenahi sistem tersebut.
Berdasarkan berbagai kajian yang dilakukan, KPK memberikan rekomendasi kepada
kementerian/lembaga terkait untuk melakukan tindakan perbaikan. Selain itu, juga
dengan penataan pelayanan publik melalui koordinasi dan pemantauan preventif
(korsupgah), serta dengan mendorong transparansi otoritas publik (PN). Sedangkan
untuk mendorong transparansi dari Penyelenggara Negara (PN), KPK menerima
laporan dan bonus dari LHKPN. Untuk LHKPN, setiap penyelenggara negara wajib
melaporkan harta kekayaannya kepada KPK.
Untuk bonus, penerima harus melapor ke KPK dalam waktu 30 hari setelah menerima
bonus atau pejabat terkait dianggap menerima suap.
11
Tidak hanya untuk pelajar dan masyarakat umum, tetapi juga untuk kelompok usia
prasekolah, taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Dengan target usia yang luas ini,
KPK berharap negara pada akhirnya akan dipimpin oleh generasi antikorupsi.
4. Strategi Preventif
Upaya pencegahan atau preventif adalah upaya pencegahan korupsi untuk
mengurangi penyebab dan peluang seseorang melakukan perilaku korupsi. Upaya
penahanan dapat dipelopori dengan:
Penguatan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
Memperkuat Mahkamah Agung dan tingkat peradilan di bawahnya.
Mengembangkan kode etik di sektor publik.
Mengembangkan kode etik di bidang partai politik, organisasi profesi dan asosiasi
bisnis.
Terus-menerus mencari penyebab korupsi.
Meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia atau personalia dan
meningkatkan kesejahteraan PNS.
Memerlukan penyusunan rencana strategis dan pelaporan tanggung jawab kinerja
kepada instansi pemerintah.
Meningkatkan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
Pengelolaan Barang Milik Negara atau BKMN Lengkap.
Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.
Kampanye menciptakan nilai atau value dalam skala nasional.
12
5. Strategi Detektif
Upaya Pendeteksian adalah upaya untuk mendeteksi terjadinya kasus korupsi
secara cepat, tepat dan biaya rendah. Jadi bisa langsung dilacak. Berikut upaya
detektif dalam mencegah korupsi:
Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat, daerah
maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi adalah dengan
melakukan lelang atau penawaran secara terbuka.
Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil
dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang
dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor hal
ini.
Cara kedua, untuk kontrak kerja atau pembelian barang di pemerintah pusat, daerah dan
militer, salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan korupsi adalah dengan
melakukan lelang atau tender publik.
Masyarakat harus memiliki kewenangan atau akses untuk dapat melacak dan memantau
hasil lelang atau penawaran. Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat
memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pemantauan atau pengawasan.
Korupsi juga sering terjadi dalam perekrutan pegawai negeri sipil dan personel militer
baru. Situasi ini sering terjadi dengan korupsi, kolusi dan otokrasi. Sistem rekrutmen
pegawai negeri sipil dan anggota TNI yang transparan dan akuntabel juga harus
dikembangkan.
Menurut Paus, media yang bebas sama pentingnya dengan peradilan yang independen.
Selain berfungsi sebagai alat propaganda tentang bahaya korupsi, media juga memiliki
fungsi efektif untuk memantau perilaku penyelenggara negara.
Henry Grunwald, editor Time, mengatakan bahwa “bahkan pemerintah yang dipilih
secara demokratis dan taat dapat dengan mudah menjadi pemerintah yang korup jika
kekuasaannya tidak dilakukan oleh uji pers yang bebas”. Media memiliki peran khusus
dalam memerangi korupsi.
Pejabat publik mungkin lebih mudah tergoda untuk menyalahgunakan posisi mereka
untuk keuntungan pribadi jika mereka merasa tidak ada bahaya tindakan mereka diekspos
dan diekspos oleh pers (Pope: 2003). Namun media juga memiliki kelemahan. Ini terjadi
ketika media dimiliki oleh pemerintah.
15
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat Anda temui di hampir segala
tempat. Kata korupsi sendiri berasal dari kata latin yaitu corruptio atau corruptus yang
artinya kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, dan tidak
bermoral kesucian.
Apabila disederhanakan, penyebabab Korupsi meliputi 2 faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab Korupsi yang
datang pada diri pribadi sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab
terjadinya Korupsi karena sebab sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari aspek
moral,misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku
misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berprilaku korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapaan atau gaji
tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik,kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek manajemen dan organisasi
yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparasi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya
wujud perundang undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti Korupsi.
B. Saran
Adapun penjelasan kelompok kami, yang bisa kami jelaskan mengenai Faktor-
Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi. Makalah yang kami buat sangat
sederhana, kami sadar masih banyak kesalahan dari makalah yang kami buat dari segi
tulisan maupun Bahasa, oleh karena itu mohon sarannya agar makalah yang kami
buat bisa lebih baik lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.merdeka.com/jabar/faktor-penyebab-korupsi-internal-dan-eksternal-begini-
penjelasannya-kln.html
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/manokwari/id/data-publikasi/berita-terbaru/3026-tindak-
pidana-korupsi-pengertian-dan-unsur-unsurnya.html
https://www.gramedia.com/best-seller/strategi-cara-pemberantasan-korupsi/
17