Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG FAKTOR-FAKTOR

INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI

Disusun Oleh :
1. Amanda Norma Elita
2. Anindya Prastita Ilham
3. Septi Nurhayati
4. Ratih Surya Wulandari
5. Marcella Ayu Agustina
6. Riska
7. Nabila Rizki
8. Amalia Ashari
9. Dhea Putri Amanah

Dosen Pengampu :
Ni Nyoman Murti, M.Pd

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayat-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya . Makalah yang dibuat
tentang “actor-faktor eksternal dan internal penyebab Korupsi” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan Pendidikan anti
Korupsi, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Pendidikan budaya
anti Korupsi, mohon maaf jika ada kesalahan penulisan didalam makalah yang kami buat. Untuk
itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaanya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….......1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………............................................3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………....4
A. Latar Belakang…………………………………………………….....................................5
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………....5
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..5
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Pengertian Korupsi………………………………………………………………………...6
B. Faktor- faktor Penyebab Korupsi………………………………………………………….7
 Faktor Internal…………………………………………………………………………7
 Faktor Eksternal……………………………………………………………………….7
C. Cara Upaya/ strategi Untuk Memberantas Korupsi……………………………………….9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………........16
B. Saran……………………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang tidak akan
pernah sembuh berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh media seolah olah
merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat diliat dari budaya korupsi yang telah menjadi hal
yang biasa bagi semua kalangan. Korupsi adalah ancaman penting yang dialami oleh banyak
negara, karena dampak dari Korupsi tak hanya berpengaruh pada bidang ekonomi saja.
Kehidupan masyarakat pun juga terkena imbasnya kegagalan proyek,masalah kemiskinan atau
pengangguran adalah beberapa sifat rakus para koruptor.
Apabila disederhanakan, penyebabab Korupsi meliputi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab Korupsi yang datang pada diri pribadi sedangkan
faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya Korupsi karena sebab sebab dari luar. Faktor
internal terdiri dari aspek moral,misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap
atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berprilaku korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapaan atau gaji tidak
mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik,kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan, aspek manajemen dan organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan
transparasi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang undangan dan lemahnya
penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung
perilaku anti Korupsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Korupsi?
2. Apakah faktor penyebab Korupsi?
3. Bagaimana cara upaya untuk memberantas Korupsi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Korupsi
2. Untuk mengatahui faktor penyebab Korupsi
3. Untuk mengetahui solusi pemberantasan Korupsi

D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi pencegahan
masalah dalam pemberantasan Korupsi yang semakin meningkat diindonesia ini.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat Anda temui di hampir segala tempat.
Kata korupsi sendiri berasal dari kata latin yaitu corruptio atau corruptus yang artinya
kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, dan tidak bermoral
kesucian.

Dimana, kata tersebut kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis yaitu
“Corruption” yang artinya menyalahgunakan wewenang untuk menguntungkan dirinya
sendiri. Sedangkan berdasarkan kamus lengkap bernama Webster’s Third New
International Dictionary, bahwa pengertian korupsi merupakan ajakan dari seorang
pejabat politik dengan pertimbangan yang tidak semestinya, contohnya suap untuk
melakukan pelanggaran tugas.

Sedangkan, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menyatakan bahwa


pengertian korupsi merupakan penyelewengan maupun penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, yayasan, organisasi, dan sebagainya) guna keuntungan pribadi maupun
orang lain. Sementara itu, dalam arti yang luas pengertian korupsi merupakan
penyalahgunaan jabatan resmi untuk kepentingan pribadi.

Dimana, seluruh bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya.


Berat korupsi sendiri berbeda-beda dari paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan guna memberi dan menerima pertolongan, hingga dengan
korupsi berat yang diresmikan dan lain sebagainya.

Tak hanya itu saja, dikutip dari kppu.go.id berdasarkan perspektif hukum pengertian
korupsi secara gamblang sudah dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No. 31 Tahun
199 yang sudah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Menurut pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 bentuk
atau jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal ini menerangkan secara terperinci tentang
perbuatan yang dapat dikenakan sanksi pidana karena korupsi.
6

B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Korupsi


Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan faktor
eksternal, yang masing-masing faktor tersebut memiliki beberapa poin-poin .
Faktor internal
Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :

 Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia Pada sifat rakus tersebut
artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Mereka
cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan
mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.
 Gaya hidup yang konsumtif.
Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari
berlebihan, atau dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup
yang semacam ini akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena
apabila dari penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup
mereka yang boros.
 Moral yang kurang kuat.
Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral
manusia yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang
dan mereka lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri.

Faktor eksternal
Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor diluar diri pelaku, dapat dirinci
menjadi:

a. Aspek sikap masyarakat terhadap Korupsi


1. Nilai- nilai dimasyarakat kondusf untuk terjadinya Korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Mosalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat
masyarakat tidak kritis pada kondisinya.
2. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama Korupsi adalah masyakar
sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa Korupsi, sosok yang
paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, ensesninya yang
paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan
bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan Korupsi
7

3. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat Korupsi. Setiap perbuatan


Korupsi pasti melibatkan anggita masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh
masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada
kegiatan Korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
4. Masyarakat kurang menyadari bahwa Korupsi bisa dicegah dan diberantas
bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada
umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah Korupsi adalah tanggung
jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa Korupsi itu
bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.

b. Aspek Politik
Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik
sendiri berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti
akan berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan
tersebut. Faktor politik terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas politik.

c. Aspek Hukum
Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro
pada pihak-pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri.
Faktor hukum juga dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan
kepastian hukum

d. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal
tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi
juga terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.

e. Aspek Organisasi
Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi ,
diantaranya yaitu :
 Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin
Posisi pemimpin dalam suatu Lembaga formal maupun informal mempunyai
pengaruh penting bagi bawahnya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan
yang baik dihadapan bawahnya, misalnya berbuatt Korupsi, maka kemungkinan
besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
8

 Tidak adanya kultur organisasi yang benar


Kultur organisasi biasanya yang punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Apabila kultur prganisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai
situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian
perbuatan negatif, seperti Korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
 Kurang memadainya system akuntabilitas
Institusi pemerintahan pada umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan
jelas visi dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran
yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencpai hal tersebut. Akibatnya,
adalah kurangnya perhaian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki.
 Kelemahan system pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran
Korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian
manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak Korupsi
anggota atau pegawai didalamnya.
 Lemahnya pengawasan
Secara umum pengawasan dibagi menjadu dua, yaitu pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) dan
pengawasan ekternal( pengawasan dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini
kurang bisa efektif karena beberapa faktor antaranya, adanya tumpang tindih
pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya professional pengawas serta
kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun pemerintahan oleh pengawas
sendiri

C. Cara Upaya Untuk Memberantas Korupsi

Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi

1. Represif
Melalui strategi represif, KPK menjerat koruptor ke meja hijau, membacakan
tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan. Inilah
tahapan yang dilakukan:

a. Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat


Bagi KPK, pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi
terpenting. Sebagian besar kasus korupsi ditemukan melalui pengaduan
masyarakat. Sebelum memutuskan apakah suatu pengaduan dapat masuk ke tahap
penyidikan, KPK melakukan proses verifikasi dan review.
9

b. Penyelidikan
Kegiatan yang dilakukan KPK bertujuan untuk menemukan. Alat bukti yang
cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap ada jika ditemukan sedikitnya 2
alat bukti. Jika bukti permulaan yang cukup tidak ditemukan, penyidik 2
menghentikan penyelidikan.

c. Penyidikan
Tahap ini salah satunya ditandai dengan penetapan seseorang sebagai tersangka.
Jika ada dugaan kuat bahwa ada bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat
menyita izin ketua pengadilan negeri.Pasal juga memungkinkan penyidik KPK
untuk terlebih dahulu memperoleh izin untuk memanggil tersangka atau menahan
tersangka yang pejabat publik yang menurut undang-undang, tindakan polisi
terhadap mereka harus diperoleh terlebih dahulu.
Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan kepada
penyidik tentang segala harta bendanya dan harta benda pasangannya, anak-
anaknya dan harta benda orang lain atau perusahaan yang diketahui atau dicurigai
orang itu.
Terkait dengan perilaku koruptif tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan .
perintah penghentian penyidikan dan penuntutan kasus korupsi. Artinya, setelah
KPK menetapkan orang sebagai tersangka, prosesnya harus dilanjutkan hingga
penuntutan.

d. Penuntutan
Penuntutan dilakukan oleh penuntut umum setelah penyidik menerima berkas.
Dalam waktu 1 hari kerja setelah menerima berkas, berkas tersebut harus
diserahkan ke pengadilan negeri.

e. Pelaksanaan Putusan Pengadilan


Jaksa melakukan eksekusi dengan kekuatan hukum tetap. Untuk itu, panitera
mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.
Istilah Hukum dalam Penanganan Kasus Tindak Pidana Korupsi:

o Saksi: Orang yang dapat memberikan keterangan untuk kepentingan


penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu perkara pidana yang pernah
didengar, dilihat, dan dialaminya sendiri.

o Tersangka: Seseorang yang berdasarkan perbuatan atau keadaannya,


berdasarkan bukti permulaan, patut diduga telah melakukan kejahatan.
10

o Terdakwa: Seorang tersangka yang dituntut, ditanyai, dan diadili oleh


pengadilan.
o Dihukum: Seseorang yang dihukum oleh pengadilan dengan kekuatan
hukum tetap.
o Tindakan perbaikan: Kejaksaan atau terdakwa dapat mengambil tindakan
perbaikan jika mereka menganggap keputusan pengadilan tingkat pertama
di pengadilan distrik tidak memuaskan.
o Kasasi: Upaya hukum dapat dilakukan oleh Penuntut Umum atau oleh
termohon jika keputusan akhir dari pengadilan selain Mahkamah Agung
ditemukan tidak cukup.
o Inkrah: Putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
o Saksikan: Tindakan Hukum Luar Biasa Terhadap Mahkamah Agung
setelah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap

2. Perbaikan Sistem
Tidak dapat disangkal bahwa banyak sistem di Indonesia yang justru menyisakan
celah bagi terjadinya praktik korupsi. Misalnya, prosedur kepegawaian menjadi lebih
rumit, sehingga menimbulkan suap, dll. Tentu saja, ada banyak lagi. Tidak hanya
terkait dengan utilitas, tetapi juga terkait dengan perizinan, pembelian barang dan
jasa, dll. Tentu saja, perbaikan diperlukan. Karena sistem yang baik dapat
meminimalisir terjadinya korupsi. Misalnya, melalui layanan publik online, sistem
pemantauan terintegrasi, dll.

KPK juga telah melakukan berbagai upaya untuk membenahi sistem tersebut.
Berdasarkan berbagai kajian yang dilakukan, KPK memberikan rekomendasi kepada
kementerian/lembaga terkait untuk melakukan tindakan perbaikan. Selain itu, juga
dengan penataan pelayanan publik melalui koordinasi dan pemantauan preventif
(korsupgah), serta dengan mendorong transparansi otoritas publik (PN). Sedangkan
untuk mendorong transparansi dari Penyelenggara Negara (PN), KPK menerima
laporan dan bonus dari LHKPN. Untuk LHKPN, setiap penyelenggara negara wajib
melaporkan harta kekayaannya kepada KPK.

Untuk bonus, penerima harus melapor ke KPK dalam waktu 30 hari setelah menerima
bonus atau pejabat terkait dianggap menerima suap.
11

3. Edukasi dan Kampanye


Salah satu hal penting dalam pemberantasan korupsi, adalah kesamaan
pemahaman mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri. Dengan adanya persepsi
yang sama, pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara tepat dan terarah.
Sayangnya, tidak semua masyarakat memiliki pemahaman seperti itu. Contoh paling
sederhana adalah ide ucapan terima kasih kepada PNS, yang dianggap biasa saja.
Contoh lainnya adalah tidak semua orang memiliki minat yang sama terhadap
korupsi.

Dalam rangka pencegahan, pendidikan dan kampanye memiliki peran strategis


dalam pemberantasan korupsi. Melalui edukasi dan advokasi, KPK meningkatkan
kesadaran masyarakat akan dampak korupsi, mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam gerakan antikorupsi, serta membangun budaya dan perilaku
antikorupsi.

Tidak hanya untuk pelajar dan masyarakat umum, tetapi juga untuk kelompok usia
prasekolah, taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Dengan target usia yang luas ini,
KPK berharap negara pada akhirnya akan dipimpin oleh generasi antikorupsi.

4. Strategi Preventif
Upaya pencegahan atau preventif adalah upaya pencegahan korupsi untuk
mengurangi penyebab dan peluang seseorang melakukan perilaku korupsi. Upaya
penahanan dapat dipelopori dengan:
 Penguatan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
 Memperkuat Mahkamah Agung dan tingkat peradilan di bawahnya.
 Mengembangkan kode etik di sektor publik.
 Mengembangkan kode etik di bidang partai politik, organisasi profesi dan asosiasi
bisnis.
 Terus-menerus mencari penyebab korupsi.
 Meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia atau personalia dan
meningkatkan kesejahteraan PNS.
 Memerlukan penyusunan rencana strategis dan pelaporan tanggung jawab kinerja
kepada instansi pemerintah.
 Meningkatkan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
 Pengelolaan Barang Milik Negara atau BKMN Lengkap.
 Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat.
 Kampanye menciptakan nilai atau value dalam skala nasional.
12

5. Strategi Detektif
Upaya Pendeteksian adalah upaya untuk mendeteksi terjadinya kasus korupsi
secara cepat, tepat dan biaya rendah. Jadi bisa langsung dilacak. Berikut upaya
detektif dalam mencegah korupsi:

 Memperbaiki sistem dan memantau pengaduan masyarakat.


 Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
Pelaporan harta pribadi pemegang kekuasaan dan fungsi publik
 Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di kancah
internasional.
 Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah atas APFP
dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

Cara Pencegahan Korupsi


1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan mendirikan organisasi
independen yang didedikasikan untuk pemberantasan korupsi. Misalnya, di beberapa
negara telah dibentuk organisasi yang disebut ombudsman.
Organisasi ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia sebagai Justitie
ombudsman nen pada tahun 1809. Peranan ombudsman kemudian berkembang di
negara lain termasuk menyediakan fasilitas bagi ombudsman, orang-orang yang
ingin mengadukan apa yang dilakukan oleh organisasi pemerintah dan pegawainya.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian kita semua adalah peningkatan efisiensi
sistem peradilan di tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan penjara. Pengadilan
adalah jantung penegakan hukum dan harus tidak memihak, jujur dan adil. Banyak
kasus korupsi yang tidak masuk ke hukum karena sistem peradilan yang sangat buruk
berfungsi. Jika kinerjanya buruk karena dia tidak mampu (tidak mungkin) itu masih
bisa dimaklumi. Artinya, pengetahuan dan keterampilan aparat penegak hukum perlu
ditingkatkan. Persoalannya, mereka tidak memiliki kemauan atau kemauan politik
yang kuat untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai kasus
korupsi.
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk menyatakan dan mengungkapkan jumlah kekayaan mereka sebelum dan
sesudah menjabat.
Dengan demikian, masyarakat dapat memantau kewajaran peningkatan kekayaan
mereka, terutama jika terjadi peningkatan kekayaan setelah selesainya tugas.
Kesulitan muncul ketika kekayaan yang diperoleh melalui korupsi ditransfer ke orang
lain, seperti anggota keluarga.
13

Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat, daerah
maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi adalah dengan
melakukan lelang atau penawaran secara terbuka.

Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil
dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang
dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor hal
ini.

Cara kedua, untuk kontrak kerja atau pembelian barang di pemerintah pusat, daerah dan
militer, salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan korupsi adalah dengan
melakukan lelang atau tender publik.

Masyarakat harus memiliki kewenangan atau akses untuk dapat melacak dan memantau
hasil lelang atau penawaran. Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat
memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pemantauan atau pengawasan.

Korupsi juga sering terjadi dalam perekrutan pegawai negeri sipil dan personel militer
baru. Situasi ini sering terjadi dengan korupsi, kolusi dan otokrasi. Sistem rekrutmen
pegawai negeri sipil dan anggota TNI yang transparan dan akuntabel juga harus
dikembangkan.

3.Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan memberikan hak akses
informasi kepada masyarakat. Harus ada sistem agar publik (termasuk media) berhak
meminta semua informasi mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak pada
kehidupan banyak orang.
Hal ini dapat meningkatkan kemauan pemerintah untuk mengembangkan kebijakan dan
mengimplementasikannya secara transparan. Pemerintah berkewajiban mensosialisasikan
atau mensosialisasikan berbagai kebijakan yang telah dan akan dilaksanakan. Cara kedua
untuk membantu pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi adalah dengan menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus
korupsi.
Mekanisme harus dikembangkan agar masyarakat dapat dengan mudah dan
bertanggung jawab melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Mekanismenya harus
disederhanakan atau disederhanakan, misalnya melalui telepon, surat atau teleks. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, internet menjadi mekanisme yang mudah dan
murah untuk melaporkan kasus korupsi.
14
Cara yang ketiga adalah Pers yang bebas merupakan salah satu pilar demokrasi.
Semakin banyak informasi yang diterima masyarakat, semakin banyak pula masyarakat
yang memahami bahaya korupsi.

Menurut Paus, media yang bebas sama pentingnya dengan peradilan yang independen.
Selain berfungsi sebagai alat propaganda tentang bahaya korupsi, media juga memiliki
fungsi efektif untuk memantau perilaku penyelenggara negara.
Henry Grunwald, editor Time, mengatakan bahwa “bahkan pemerintah yang dipilih
secara demokratis dan taat dapat dengan mudah menjadi pemerintah yang korup jika
kekuasaannya tidak dilakukan oleh uji pers yang bebas”. Media memiliki peran khusus
dalam memerangi korupsi.
Pejabat publik mungkin lebih mudah tergoda untuk menyalahgunakan posisi mereka
untuk keuntungan pribadi jika mereka merasa tidak ada bahaya tindakan mereka diekspos
dan diekspos oleh pers (Pope: 2003). Namun media juga memiliki kelemahan. Ini terjadi
ketika media dimiliki oleh pemerintah.
15

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat Anda temui di hampir segala
tempat. Kata korupsi sendiri berasal dari kata latin yaitu corruptio atau corruptus yang
artinya kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, dan tidak
bermoral kesucian.
Apabila disederhanakan, penyebabab Korupsi meliputi 2 faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab Korupsi yang
datang pada diri pribadi sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab
terjadinya Korupsi karena sebab sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari aspek
moral,misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku
misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat
mendorong seseorang untuk berprilaku korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapaan atau gaji
tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik,kepentingan
politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek manajemen dan organisasi
yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparasi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya
wujud perundang undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu
lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti Korupsi.

B. Saran
Adapun penjelasan kelompok kami, yang bisa kami jelaskan mengenai Faktor-
Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi. Makalah yang kami buat sangat
sederhana, kami sadar masih banyak kesalahan dari makalah yang kami buat dari segi
tulisan maupun Bahasa, oleh karena itu mohon sarannya agar makalah yang kami
buat bisa lebih baik lagi.
16

DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jabar/faktor-penyebab-korupsi-internal-dan-eksternal-begini-
penjelasannya-kln.html
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/manokwari/id/data-publikasi/berita-terbaru/3026-tindak-
pidana-korupsi-pengertian-dan-unsur-unsurnya.html
https://www.gramedia.com/best-seller/strategi-cara-pemberantasan-korupsi/
17

Anda mungkin juga menyukai