Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BESAR 2B

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIKA UMB


“FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KORUPSI”
Dosen Pengampu: Paijan, SE, MM.

Disusun Oleh :
1. Syafa Meldi.C.P (43122010173)
2. Ega Defria (43122010175)
3. Fachri Abbiyu.P (43122010177)
4. Faiz Ahmad.A (43122010178)
5. ST. Muh. Saddam.A (43122010215)
6. Lutvy Adella.S (43122010216)
7. Asep Juher (43122010218)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2022
1
ABSTRAK

Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite” telah mencoreng citra Bangsa di


mata internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan
sebagai salah satu upaya memberantas korupsi.
Faktor penyebab korupsi meliputi dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
Mengutip buku Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi yang bisa diunduh di
sini, faktor internal merupakan penyebab korupsi dari diri pribadi, sedang faktor
eksternal karena sebab-sebab dari luar. 

Semua bentuk korupsi dicirikan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap


kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalah gunaan wewenang,
pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-
bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersan, penggelapan dan nepotisme

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan


hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor Penyebab
Korupsi” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar
2B.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut serta


membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Bapak Paijan,SE,MM selaku dosen pengampu Pendidikan Anti Korupsi Dan Etika
UMB

2. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu baik secara lansung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tulis
makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
membutuhkan kritik serta saran yang membangun. Semoga apa yang telah penulis
sajikan dapat bermanfaat bagi diri penulis secara khusus dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
1. PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................................5
2. PEMBAHASAN....................................................................................................................6
2.1 Pengertian Korupsi...........................................................................................................6
2.2 Bentuk – bentuk Korupsi..................................................................................................7
2.3. Faktor – faktor Penyebab Korupsi...................................................................................8
2.4 Peranan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)............................................................11
3 PENUTUP............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................14

4
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi dari bahasa latin corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka. Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak.
Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam
itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan
dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite” telah mencoreng citra Bangsa di


mata internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan
sebagai salah satu upaya memberantas korupsi. Banyak faktor penyebabterjadinya
korupsi, namun faktor tersebut berpusat pada satu hal yakni “toleransi terhadap
korupsi”. Kita lebih banyak wicara dan upacara ketimbang aksi.

Mencermati faktor penyebab korupsi sangat tepat sebagai langkah awal


bergerak menuju pemberantasan korupsi yang real. Korupsi di tanah negeri, ibarat
“warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan
hukum yang berlaku dalam tiap ordeyang datang silih berganti.Hampir semua segi
kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan, penyebab korupsi meliputi dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab
terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.Karena korupsi terkait dengan
berbagai kompleksitas masalah, antara lain masalah moral atau sikap mental, masalah

5
pola hidup serta budaya, lingkungan sosial, sistem ekonomi, politik dan sebagainya.
Dalam menghadapi karakteristik demikian maka salah satu cara memberantas tindak
pidana korupsi yang selama ini diketahui adalah melalui sarana hukum pidana sebagai
alat kebijakan kriminal dalam mencegah atau mengurangi kejahatan.

1.2. Rumusan Masalah

Agar Pembahasan dalam makalah ini tidak meluas, maka penulis mencoba
menguraikan pembahasan terhadap permasalahan sebagai berikut.

a. Apakah faktor penyebab korupsi ? 
b. Bagaimana seseorang termotivasi untuk melakukan tindakan korupsi ?
c. Bagaimanakah makna unsur memperkaya dan/atau menguntungkan dalam
tindak pidana korupsi?
d. Bagaimanakah batasan-batasan nilai kerugian negara yang masuk dalam
kategori memperkaya dan/atau menguntungkan dalam tindak pidana
korupsi?
e. Bagaimanakah penerapan unsur memperkaya dan/atau menguntungkan oleh
hakim dalam pemidanaan tindak pidana korupsi di masa yang akan datang?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pengertian Korupsi.


b. Untuk mengetahui Fakta korupsi yang terjadi di masyarakat.
c. Untuk menjelaskan makna unsur memperkaya atau menguntungkan
dalam tindak pidana korupsi.
d. Untuk menjelaskan batasan-batasan nilai kerugian negara yang masuk
dalam kategori memperkaya dan/atau menguntungkan dalam tindak pidana
korupsi.
e. Untuk menjelaskan penerapan unsur memperkaya dan/atau menguntungkan
oleh hakim dalam pemidanaan tindak pidana korupsi di masa yang akan

6
datang.

2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi merupakan suatu perbuatan yang sangat tidak terpuji dan diklasifikasi
dalam bentuk kejahatan luar biasa yang dapat merugikan kehidupan masyarakat luas.
Perilaku korupsi di Indonesia sudah membudaya sedemikian rupa dan berkembang
secara sistemik, bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran
hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan, hal tersebut menjadikan Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus korupsi yang tertinggi. Hampir di
setiap lembaga pemerintah tidak lepas dari praktik korupsi, kita melihat akhir-akhir ini
pemberitaan di media selalu didominasi dengan pemberitaan beberapa kasus korupsi
yang oknumnya kebanyakan berasal dari pejabat negara, pejabat di pemerintahan,
pegawai negeri dan tidak terkecuali aparat penegak hukum  sendiri yang seharusnya
berkhidmat untuk negara ini.

Dalam teori hukum positif yang dianut di Indonesia, setiap orang tanpa
terkecuali dianggap telah mengetahui semua hukum/undang-undang yang berlaku dan
apabila melanggarnya, akan dituntut dan dihukum berdasarkan undang-undang/hukum
yang berlaku tersebut. Hal ini didasarkan pada teori fiksi (fiktie) yang menyatakan
bahwa begitu suatu norma hukum diberlakukan, maka pada saat itu setiap orang
dianggap tahu hukum/undang-undang. Ketidaktahuan seseorang akan hukum/undang-
undang tidak dapat dijadikan alasan permaafaan atau membebaskan orang tersebut
dari tuntutan hukum. Demikian juga dalam hukum Islam, seorang Muslim wajib
mengatahui apa, bagaimana dan dari mana sumber yang ia konsumsi dan ia pakai,
apakah dari sumber yang halal ataukah dari sumber yang haram baik haram dari segi
zat-nya yang memang haram (haram-lidzatihi) maupun haram karena sebab lain yang
mengharamkannya meskipun zat-nya dalam bentuk yang halal (haram-lighairihi).

Adalah suatu kerugian yang sangat besar apabila selaku penyelenggara negara,
pejabat pemerintah maupun pegawai negeri yang disebut dalam Undang-Undang

7
merupakan subjek hukum tindak pidana korupsi, orang tersebut tidak memahami
bentuk-bentuk tindak pidana korupsi sehingga dikhawatirkan ia tidak menyadari
bahwa langkah dan kebijakan yang diambil merupakan suatu perbuatan korupsi.
Begitupula sebagai seorang muslim yang tidak mau mengetahui tentang apa,
bagaimana dan dari mana sumber yang ia konsumsi dan ia pakai maka akan
berdampak pada menurunnya kondisi spiritualitas dalam kehidupannya terlebih
pertanggungjawaban yang akan dihadapi di akhirat. Dalam tulisan ini Penulis
mencoba mengulas secara singkat agar lebih mudah memahami tentang bentuk–
bentuk perbuatan korupsi baik dalam perspektif hukum positif maupun Islam.

2.2 Bentuk – bentuk Korupsi

a. Suap – menyuap

Suap-menyuap adalah tindakan yang dilakukan pengguna jasa secara aktif memberi


atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan
maksud agar urusannya lebih cepat, walau melanggar prosedur. Suap-menyuap terjadi
terjadi jika terjadi transaksi atau kesepakatan antara kedua belah pihak.

b. Penggelapan dalam Jabatan

Penggelapan dalam jabatan adalah tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau


surat berharga, melakukan pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi, merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk
melindungi pemberi suap, dan lain-lain. Adapun, ketentuan terkait penggelapan dalam
jabatan diatur di dalam Pasal 8 UU 20/2001, Pasal 9 UU 20/2001 serta Pasal 10
huruf a, b dan c UU 20/2001.

c. Pemerasan

Pemerasan adalah perbuatan dimana petugas layanan yang secara aktif menawarkan
jasa atau meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk mempercepat layanannya,
walau melanggar prosedur. Pemerasan memiliki unsur janji atau bertujuan

8
menginginkan sesuatu dari pemberian tersebut. Pemerasan diatur dalam Pasal 12
huruf (e), (g), dan (h) UU 20/2001 

d. Perbuatan Curang

Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi yang dapat
membahayakan orang lain. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU 20/2001 seseorang yang
melakukan perbuatan curang diancam pidana penjara paling singkat 2 tahun dan
paling lama tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak
Rp350 juta. Berdasarkan pasal tersebut

e. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Contoh dari benturan kepentingan dalam pengadaan berdasarkan Pasal 12 huruf (i)


UU 20/2001 adalah ketika pegawai negeri atau penyelenggara negara secara langsung
ataupun tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan
atau persewaan padahal ia ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. Misalnya,
dalam pengadaan alat tulis kantor, seorang pegawai pemerintahan menyertakan
perusahaan keluarganya untuk terlibat proses tender dan mengupayakan
kemenangannya

2.3. Faktor – faktor Penyebab Korupsi

Jika dijabarkan lagi, faktor penyebab korupsi meliputi dua faktor, yaitu internal
dan eksternal. Mengutip buku Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi yang
bisa diunduh di sini, faktor internal merupakan penyebab korupsi dari diri pribadi,
sedang faktor eksternal karena sebab-sebab dari luar. 

Mari kita bahas penyebab korupsi faktor internal dan eksternal ini:

 Faktor Internal

1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia

9
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak
merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak,
seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya sudah
banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat
seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki.
Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para profesional,
berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.

2. Gaya hidup konsumtif


Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor pendorong
internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-barang
mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba glamor.
Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif namun
tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.

3. Moral yang lemah


Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan korupsi.
Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa malu
melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka godaan
korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.

 Faktor Eksternal

1. Aspek Sosial

Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya korupsi,


terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman, keluarga malah
justru mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka. Aspek
sosial lainnya adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi.

10
Misalnya, masyarakat hanya menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya
atau terbiasa memberikan gratifikasi kepada pejabat.

2. Aspek Politik

Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar menjadi


faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya diri pada
akhirnya menciptakan money politics. Dengan money politics, seseorang bisa
memenangkan kontestasi dengan membeli suara atau menyogok para pemilih atau
anggota-anggota partai politiknya.

Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan harta,
menggerus kewajiban utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui perhitungan
untung-rugi, pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib rakyat yang
memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana ongkos politiknya bisa
kembali dan berlipat ganda.

3. Aspek Hukum

Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari celah
di perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu, penegakan hukum
yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat koruptor semakin berani dan
korupsi terus terjadi.

Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum yang tidak
jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan hukum dibuat
untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap
pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku
korupsi tidak segan-segan menilap uang negara.

4. Aspek Ekonomi

Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di antaranya


tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Fakta juga
menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan.

11
Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan
berpendidikan tinggi. Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang
ditangkap karena korupsi. Mereka korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi karena
sifat serakah dan moral yang buruk. Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik,
kekuasaan negara dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-
kesempatan ekonomi bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan kepentingan
mereka dan sekutunya. Kebijakan ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak
partisipatif, tidak transparan dan tidak akuntabel.

2.4 Peranan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

Pemerintah Indonesia sangat memberi perhatian serius dalam upaya


pemberantasan korupsi dengan menguatkan lembaga dan peran KPK. Permasalahan
yang diteliti adalah bagaimana peran komisi pemberantasan Korupsi dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Metode yang digunakan adalah normative
empiris. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa KPK memiliki tugas dan
peran melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; supervise; penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan; melakukan tindakan pencegahan; dan melakukan
pemantauan (monitoring) penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sementara itu
kewenangan yang dimiliki oleh KPK adalah mengkoordinasikan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; meletakkan sistem pelaporan;
meminta informasi kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
terkait; melaksanakan dengar pendapat dengan instansi yang berwenang; meminta
laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Saat ini KPK juga menjalankan tiga strategi dalam pemberantasan korupsi.
Pertama, melalui pendekatan pendidikan masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk
mencapai masyarakat yang bebas dari budaya korupsi, dari adanya keinginan
melakukan korupsi menjadi tidak ingin melakukan korupsi karena mengetahui bahaya
korupsi. Kedua adalah dengan pendekatan pencegahan melalui perbaikan sistem.
“Dengan sistem yang baik, maka tidak ramah terhadap korupsi dan tidak ada celah
maupun peluang untuk korupsi sehingga orang tidak bisa melakukan korupsi,” peran
12
KPK dalam mewujudkan Indonesia bebas korupsi. Area yang menjadi fokus KPK
adalah Korupsi terkait Sumber Daya Alam, Korupsi dalam Bisnis, Korupsi dalam
Politik, Korupsi pada Penegakan Hukum, dan Korupsi pada Layanan Publik. “KPK
membuat visi bersama masyarakat menurunkan tingkat korupsi untuk mewujudkan
Indonesia maju,”. KPK menjalankan empat misi dalam mewujudkan visi tersebut,
yakni mencegah terjadinya korupsi dengan perbaikan sistem, mencegah terjadinya
korupsi dengan cara pendidikan, melakukan pemberantasan korupsi dengan cara
penindakan, serta menjaga akuntabilitas dan profesionalitas kelembagaan.

Tujuan negara yang diamanatkan pada Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-4.
Tujuan negara tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. “Tujuan negara tersebut memang tidak pernah
disebutkan siapa yang bertanggung jawab, tetapi yang pasti tidak boleh ada individu
anak bangsa yang boleh terlepas dari tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan
negara tersebut,”

13
3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas bahwa korupsi itu atau perbuatan tindak pidana korupsi itu
adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan negara dan rakyat serta melanggar
ajaran Agama dan korupsi itu atau perbuatan korupsi itu adalah suatu perbuatan
tercela, karena melanggar semua aturan yang ada dan melanggar semua aturan hukum
yang berlaku. Perbuatan korupsi itu, disamping tercela, mendapat hukuman di dunia,
juga mendapat siksaan kelak diakhirat yaitu akan masuk neraka menurut Agama
Islam.

Semua bentuk korupsi dicirikan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap


kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalah gunaan wewenang,
pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-
bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersan, penggelapan dan
nepotisme.Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan bentuk
pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan kerugian bagi
badan-badan negara dan public. Sementara Secara umum menyebutkan bahwa empat
faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan
birokrasi serta faktor trans nasional.

3.2 Saran

Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar


dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan

14
motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah
wawasan dan pemikiran yang intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.
Dan mulailah mencegah korupsi itu dari diri kita sendiri, keluarga, lingkungan
masyarakat kita, dengan memberikan contoh yang baik bagi bangsa dengan tujuan
untuk membangun Negara yang lebih baik dan lebih maju ke depan,membina bersama
lingkungan tempat kerja kita masing-masing untuk tidak melakukan korupsi.

Daftar Pustaka

Aminuddin, Drs. M.Ag – Rozak, Abd, Drs., MA. Hadist-hadist tentang tuntunan
Hidup. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010.

Bahari, Adib, SH – Umar, Khotibul, SH. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dari
A sampai Z. Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009.

Hamzah, Andi, 2014, Pemberantasan korupsi melalui hukum pidana nasional dan
internasional, Rajawali Pers, Jakarta.

Sjawie, Hasbullah F, 2015, Pertanggungjawaban pidana korporasi pada tindak pidana


korupsi, Kencana, Jakarta.

Syamsuddin, Aziz 2011, Tindak pidana khusus, Sinar Grafika, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai