Anda di halaman 1dari 12

Makalah Fiqh Antikorupsi Dalam Pandangan Islam

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Al Islam Kemuhammadiyahan II
Dosen Pengajar : Gigih Setianto, M.PdI

Disusun Oleh :
1. Sarah Nabila (18.1500.S)
2. Septiana Budi S. (18.1502.S)
3. Syafi’ul Khalim (18.1504.S)
Kelas : 2A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah Fiqh Antikorupsi Dalam
Pandangan Islam”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan
II di Universitas Muhammadiya Pekajangan Pekalongan Tahun akademik 2019/2020.
Semoga dengan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Kedungwuni, Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................1
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
A. Latar Belakang ......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................4
C. Tujuan ....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5
A. Pengertian Korupsi ...............................................................................................5
B. Bentuk-Bentuk Korupsi .......................................................................................6
C. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi ..............................................................8
D. Korupsi Menurut Pandangan Islam ...................................................................8
BAB III PENUTUP .............................................................................................................12
A. Simpulan ................................................................................................................12
B. Saran ......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini korupsi sudah menjadi hal yang biasa terjadi di masyarakat
Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa korupsi sudah menjadi budaya yang turun
temurun apalagi korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara yang sebenarnya
pejabat negara tersebut dipercaya oleh masyarakat untuk menjadikan negara Indonesia
lebih baik tetapi mereka malah menyalahgunakan kekuasaan tersebut untuk
kepentingan pribadi maupun golongan.
Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang identik dengan sanksi pidana.
Dilihat dari istilahnya hanya sifat dari perbuatan saja yang meliputi suatu tindak
pidana( Huda,2006). Korupsi juga sangat merugikan masyarakat dan juga bangsa
Indonesia.
Penyebab terjadinya korupsi antara lain adanya penyalahgunaan wewenang
pejabat dan rendahnya moral serta tingkat kejujuran dari para aparat negara yang masih
sangat minim sehingga mengakibatkan rakyat Indonesia menderita dan hidup dalam
kemiskinan serta memberikan kerugian yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan menjunjung
tinggi nilai-nilai keagamaan ini pernah menduduki peringkat pertama sebagai negara
dengan tindak pidana korupsi terbesar di Asia. Maka dari itu makalah ini berjudul “Fiqh
antikorupsi Dalam Pandangan Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu korupsi?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari korupsi?
3. Dasar hukum apa yang mendasari pemberantasan korupsi?
4. Bagaimanakah tanggapan islam tentang korupsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari korupsi serta faktor penyebabnya
2. Untuk menetahui bentuk-bentuk dari korupsi
3. Untuk mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang pemberantasan korupsi
4. Untuk mengetahui bagaimana orupsi dalam pandangan islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
4
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam
suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini
terjadi karena beberapa faktor yang terjadi baik di dalam kehidupan pribadinya maupun
keadaan di kalangan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan sebuah sifat yang berasal dari diri kita sendiri.
a. Sifat Tamak
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti
manusia meinginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang
di dapatkan. Akhirnya munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk
memiliki sesuatu yang lebih dengan cara korupsi.
b. Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana
manusia pasti memiliki kebutuhan masing-masing dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut manusia harus mengonsumsi kebutuhan tersebut, dengan
perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan pendapat yang diperoleh yang
akhirnya terjadilah tindak korupsi.
2. Faktor Eksternal
Secara umum penyebab korupsi banyak juga dari faktor eksternal, faktor faktor
tersebut antara lain :
a. Faktor Politik
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak
korupsi. Di dalam sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan
lebih tinggi, dengan berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi
tersebut. Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap menyuap dalam
mendapatkan kekuasaan.

b. Faktor Hukum
Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya
tindak korupsi. Dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang
tumpul ke atas lancip kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam
5
mengatasi suatu masalah. Sudah di terbukti bahwa banyak praktek praktek suap
menyuap lembaga hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga
dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin
terjadi karena banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum yang
mendiskriminasi sebuah masalah.
c. Faktor Ekonomi
Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak
korupsi. Manusia hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan
ekonomi itu sangatlah di pentingkan bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun
penguasa berkesempatan jika mereka memiliki kekuasaan sangat lah ingin
memenuhi kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang gajinya tidak
sesuai dengan apa yang di kerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang,
mereka di dorong untuk melakukan korupsi.
d. Faktor Organisasi
Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya
korupsi. Di suatu tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya
tindak korupsi yang terjadi dalam organisasi ini adalah kelemahan struktur
organisasi, aturan aturan yang dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya
ketegasan dalam diri seorang pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan
terjadi suatu tindak korupsi jika di dalam struktur tersebut belum adanya
kejujuran dan kesadaran diri dari setiap pengurus maupun anggota.
B. Bentuk-Bentuk Korupsi
Menurut Centre of International Crime Prevention (CILP) dari UN Office for Drug
Control and Crime Prevention (UN-ODCP), sebagaimana dikutip oleh Rocky Marbun
(2010), ada 10 bentuk “korupsi” sebagai berikut :
1. Pemberian Suap/Sogok (Bribery)
Pemberian dalam bentuk uang, barang, fasilitas, dan janji untuk melakukan atau
tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang akan berakibat
membawa untung terhadap diri sendiri atau pihak lain, yang berhubungan dengan
jabatan yang dipegangnya pada saat itu.
2. Penggelapan (Embezzlement)
Perbuatan mengambil tanpa hak oleh seseorang yang telah diberi kewenangan,
untuk mengawasi dan bertanggung jawab penuh terhadap barang milik negara, oleh
pejabat publik atau swasta.
6
3. Pemalsuan (Fraud)
Suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau organisasi, dengan
maksud untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun orang lain
4. Pemerasan (extotertion)
Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang atau barang,
atau bentuk lain, sebagai ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik dan
kekerasan.
5. Penyalahgunaan jabatan atau wewenang (Abuse of discretion)
Mempergunakan kewenangan yang dimiliki untuk melakukan tindakan yang
memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau perseorangan, sementara bersikap
diskriminatif terhadap kelompok atau perseorangan lainnya.
6. Pertentangan kepentingan/memiliki usaha sendiri (Internal trading)
Melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan milik pribadi atau
keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan dan jabatan yang dimilikinya
untuk memenangkan kontrak pemerintah.
Pilih kasih (Favoritism)
7. Memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan hubungan keluarga,
afiliasi partai politik, suku, agama, dan golongan, yang bukan alasan objektif,
seperti kemampuan, kualitas, rendahnya harga, dan profesionalisme kerja.
8. Menerima komisi (Commision)
Pejabat publik yang menerima sesuatu yang bernilai, dalam bantuan uang, saham,
fasilitas, barang, dll., sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan atau hubungan
bisnis dengan pemerintah.
9. Nepotisme (Nepotism)
Tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota partai politik
yang sepaham, dalam penunjukan atau pengangkatan staf, panitia pelelangan, atau
pemilihan pemenang lelang.
10. Kontribusi atau sumbangan ilegal (Ilegal Contribution)
Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang sedang berkuasa pada
waktu itu menerima sejumlah dana sebagai konstribusi dari hasil yang dibebankan
kepada kontrak-kontrak pemerintah.
C. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi

7
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
D. Pandangan Islam Tentang Korupsi
Agama Islam sendiri juga membagi istilah korupsi dalam beberapa dimensi yakni
risywah atau suap, saraqah atau pencurian, al gasysy atau penipuan dan juga khianat
atau penghianatan. Korupsi dalam dimensi suap atau risywah di dalam pandangan
hukum Islam adalah perbuatan yang tercela dan juga menjadi dosa besar dan Allah
sendiri juga melaknatnya. Saraqah atau pencurian dilihat dari etimologinya memiliki
arti melakukan sebuah tindakan pada orang lain dengan cara sembunyi. Namun
menurut Abdul Qadir ‘Awdah pencurian diartikan sebagai tindakan mengambil harta
orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi dalam arti tidak diketahui pemiliknya.
1. Korupsi Menurut Pandangan Islam
Dalam hukum Islam disyariatkan Allah SWT demi kemaslahatan manusia dan
diantara kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam syariat hukum tersebut adalah
harta yang terpelihara dari pemindahan hak milik yang tidak menurut dengan
prosedur hukum dan juga dari pemanfaatannya yang tidak sejalan dengan kehendak
Allah SWT. Karena itulah, larangan merampas, mencuri, mencopet dan lainnya
menjadi pemeliharaan keamanan harta dari kepemilikan yang tidak sah. Larangan
memakainya sebagai taruhan judi dan juga memberikan pada orang lain yang
diyakini akan dipakai untuk perbuatan yang maksiat, sebab penggunaan yang tidak
sesuai dengan jalan Allah SWT jadikan kemaslahatan yang dituju menjadi tidak
tercapai. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika perbuatan korupsi merupakan
haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang bertentangan dengan maqasid asy-
syariah.

2. Hukum Menggunakan Hasil Korupsi


Istilah dari penggunaan mempunyai pengartian yang luas seperti menyantap,
mengeluarkan untuk keperluan ibadah, keperluan sosial dan lain sebagainya.
Menggunakan harta kekayaan dari hasil tindak pidana korupsi sama saja dengan
hasil rampasan, hasil judi, hasil curian dan hasil haram lainnya. Dengan cara
meraihnya yang sama, maka hukum menggunakan hasilnya juga tentunya sama.
Ulama fikih dalam urusan ini juga sepakat jika menggunakan harta yang didapat
dengan cara terlarang maka hukumnya adalah haram karena prinsip harta tersebut

8
bukan menjadi milik yang sah namun milik orang lain yang didapat dengan cara
terlarang.
Dasar yang menjadi penguat pendapat ulama fikih ini diantaranya adalah
firman dari Allah SWT sendiri surah Al Baqarah Ayat 188 “Dan janganlah sebagian
kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil,
dan (janganlah) kamu membawa (urusan) hartamu itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2:188). Selain itu juga
dijelaskan dalam surah Ali Imran Ayat 130 larangan mengambil harta orang lain
yang didapat dengan cara batil seperti menipu, mencuri dan juga korupsi. Harta yang
didapat dari hasil korupsi juga bisa diartikan menjadi harta kekayaan yang didapat
dengan cara riba, sebab kedua cara ini sama – sama berbentuk ilegal. Jika memakan
harta yang diperoleh secara riba itu diharamkan
Para ulama juga menggunakan kaidah fikih yang memperlihatkan keharaman
dalam memakai harta korupsi yakni “apa yang diharamkan mengambilnya, maka
haram juga untuk memberikan atau memanfaatkannya.” Seperti yang juga sudah
ditegaskan Imam Ahmad bin Hanbal, selama sebuah perbuatan dipandang sebagai
hal yang haram, maka selama itu juga diharamkan untuk menggunakan hasil dari
cara tersebut. Namun, jika perbuatannya sudah tidak dikatakan haram, maka
hasilnya bisa digunakan. Selama hasil dari perbuatan diharamkan untuk
menggunakannya, maka selama itu juga pelaku akan diharuskan untuk
mengembalikan pada pemilik harta yang sah. Apabila ulama fikih sepakat untuk
mengharamkan menggunakan harta kekayaan yang didapat dengan cara korupsi,
maka mereka berbeda pendapat mengenai akibat hukum dari menggunakan hasil
korupsi itu.

3. Dalil Quran Tentang Korupsi Dalam Islam


a. QS An-Nisa’ 4:29
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
b. QS Al-Maidah :42

9
Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita
bohong, banyak memakan yang haram. Menurut Ibnu Mas’ud dan Ali bin Abi
Talib, makna suht adalah suap.”
c. QS Al-Maidah: 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
4. Dalil Hadist Tentang Korupsi Dalam Islam
Korupsi adalah suatu jenis perampasan terhadap harta kekayaan rakyat dan negara
dengan cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya diri. Dibantah atau tidak,
korupsi memang dirasakan keberadaannya oleh masyarakat. Ibarat penyakit, korupsi
dikatakan telah menyebar luas ke seantero negeri. Terlepas dari itu semua, korupsi
apa pun jenisnya merupakan perbuatan yang haram.
a. Nabi SAW. menegaskan: “Barang siapa yang merampok dan merampas, atau
mendorong perampasan, bukanlah dari golongan kami.” (HR Thabrani dan al-
Hakim).
b. Di samping itu, kita juga dapat menemukan hadits Rasul SAW. yang secara tegas
berbicara tentang kolusi dan korupsi, yaitu: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam-melaknat orang yang memberikan uang sogok (risywah), penerima
sogok dan perantara keduanya (calo).”
c. Lebih jauh lagi, Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari
Addiy bin ‘Umairah al-Kindy sebagai berikut, “Hai kaum muslim, siapa saja di
antara kalian yang melakukan pekerjaan untuk kami (menjadi pejabat/pegawai
negara), kemudian ia menyembunyikan sesuatu terhadap kami walaupun sekecil
jarum, berarti ia telah berbuat curang. Lalu, kecurangannya itu akan ia bawa
pada hari kiamat nanti. Siapa yang kami beri tugas hendaknya ia
menyampaikan hasilnya, sedikit atau banyak. Apa yang diberikan kepadanya
dari hasil itu hendaknya ia terima, dan apa yang tidak diberikan janganlah
diambil.” Sabdanya lagi, “Siapa saja yang mengambil harta saudaranya (tanpa
izin) dengan tangan kanannya (kekuasaan), ia akan dimasuk¬kan ke dalam
neraka, dan diharamkan masuk surga. “. Seorang sahabat bertanya, “Wahai
Rasul, bagaimana kalau hanya sedikit saja?’ Rasulullah saw. menjawab,
“Walaupun sekecil kayu siwak” (HR Muslim, an-Nasai, dan Imam Malik dalam
al-Muwwatha).

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam
suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini
terjadi karena beberapa faktor yang terjadi baik di dalam kehidupan pribadinya maupun
keadaan di kalangan masyarakat. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika perbuatan
korupsi merupakan haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang bertentangan
11
dengan maqasid asy-syariah. Allah juga melarang tindakan korupsi sebagaimana dalam
firmannya QS An-Nisa’ 4:29 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, baik penulis maupun pembaca dapat menghindari
untuk bertindak korupsi. Karena hal tersebut sudah dilarang dengan jelas di dalam Al
Quran dan Hadist. Jadi kita sebagai orang muslim hendaknya dapat melakukan apa
yang diperitahkan dan apa yang dilarang.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/57f693238823bd2d1a4c749e/pengertian-
korupsi-dan-faktor-penyebab-korupsi?page=all
http://pendidikan-antikorupsi.blogspot.com/2015/02/bentuk-bentuk-korupsi.html
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam
https://pdmjogja.org/korupsi-dan-pandangan-al-quran-hadits/

12

Anda mungkin juga menyukai