Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RUANG LINGKUP KORUPSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPKN

Dosen Pengampu: Sri Isnaini Setyaningsih, S. Ag. M. Hum.

Disusun Oleh :

1. Khoirun Nisa Alkarima 2008056070

2. Hardiani Ningsih 2008056035

3. Nadila Nur Anisa 2008056039

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN WALISONGO SEMARANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita termasuk dari golongan yang
kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Isnaini
Setyaningsih, S. Ag. M. Hum. selaku dosen bidang studi Perencanaan Pembelajaran
Matematika yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat membuka wawasan penulis.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membagikan
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan penulis semoga
makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun
pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya
penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Penulis sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyak kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik
dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan
kualitas di kemudian hari.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 16 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................1

2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................4
C. Tujuan .........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian korupsi .......................................................................................................5


B. Jenis-jenis korupsi.........................................................................................................6
C. Perilaku korupsi.............................................................................................................7

D. Ciri-ciri korupsi.............................................................................................................7

E. Sebab-sebab korupsi......................................................................................................8

F. Dampak-dampak korupsi...............................................................................................9

G. Pencegahan korupsi......................................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah
jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri) atau melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi.

Tindak pidana korupsi biasanya merupakan bentuk kejahatan yangdilakukan


secara sistematis dan terorganisir dengan baik, serta dilakukan olehorang-orang yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalamtatanan sosial masyarakat.

Adapun menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999


sebagaimana di ubah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang dimaksud dengan korupsi ialah secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja jenis-jenis korupsi?
3. Apa saja perilaku korupsi?
4. Apa ciri-ciri korupsi?
5. Apa sebab-sebab korupsi?
6. Apa dampak korupsi?
7. Bagaimana cara pencegahan tindak pidana korupsi?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa pengertian korupsi
2. Agar dapat mengetahui apa saja jenis-jenis korupsi
3. Agar dapat mengetahui apa saja perilaku korupsi
4. Agar dapat mengetahui apa ciri-ciri korupsi
5. Agar dapat mengetahui apa sebab-sebab korupsi
6. Agar dapat mengetahui apa dampak korupsi
7. Agar dapat mengetahui Bagaimana cara pencegahan tindak pidana korupsi

4
PEMBAHASAN

Ruang Lingkup Korupsi

A. Pengertian tindak pidana korupsi

Secara bahasa, kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruption atau
corruptus yang itu berasal pula dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris (corruption,
corrupt), Perancis (corruption) , Belanda (corruptie) secara istilah korupsi dapat
berupa :

▪ Korup (busuk, suka menerima uang suap uang/sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya)

▪ Korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya)

▪ Koruptor (orang yang korupsi).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi memiliki arti yang
sangat luas :

5
▪ Korupsi, penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan
sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain

▪ Korupsi: busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan
kepadanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).

Istilah “korupsi” seringkali selalu diikuti dengan istilah kolusi dan nepotisme yang
selalu dikenal dengan istilah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

B. Jenis Korupsi

Menurut Alatas (1987) dari segi tipologi, membagi korupsi ke dalam tujuh
jenis yang berlainan, yaitu:

1. Korupsi transaktif (transactive corruption), menunjuk kepada adanya kesepakatan


timbal balik antara pemberi dan penerima, demi keuntungan kedua belah pihak.

2. Korupsi yang memeras (extortive corruption), menunjuk adanya pemaksaan


kepada pihak pemberi untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang
mengancam dirinya, kepentingannya atau hal-hal yang dihargainya.

3. Korupsi investif (investive corruption), adalah pemberian barang atau jasa tanpa
ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang
dibayangkan akan diperoleh dimasa yang akan datang.

4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption), adalah penunjukan yang tidak sah


terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan,
atau tindakan yang memberikan perlakuan istimewa secara bertentangan dengan
norma dan peraturan yang berlaku.

5. Korupsi defensive (defensive corruption), adalah korban korupsi dengan


pemerasan. Korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri.

6. Korupsi otogenik (autogenic corruption), adalah korupsi yang dilakukan oleh


seseorang seorang diri.

7. Korupsi dukungan (supportive corruption), adalah korupsi yang dilakukan untuk


memperkuat korupsi yang sudah ada.

Sedangkan korupsi bila dilihat dari sifat korupsinya dibedakan menjadi dua yaitu:

6
a. Korupsi individualis, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu atau
beberapa orang dalam suatu organisasi dan berkembang suatu mekanisme muncul,
hilang dan jika ketahuan pelaku korupsi akan terkena hukuman yang bisa
disudutkan, dijauhi, dicela, dan bahkan diakhiri nasib karirnya.

b. Korupsi sistemik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar (kebanyakan)
orang dalam suatu organisasi (melibatkan banyak orang)

C. Perilaku Korupsi

Korupsi dilihat dari proses terjadinya perilaku korupsi dapat dibedakan dalam tiga
bentuk:

1. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi ini terjadi karena mereka
mempunyai kedudukan dan jabatan di kantor tersebut. Dengan wewenangnya para
bawahan tidak dapat menolak permintaan atasannya.

2. Bribery (penyogokan, penyuapan), yaitu tindakan korupsi yang melibatkan orang


lain di luar dirinya (instansinya). Tindakan ini dilakukan dengan maksud agar
dapat mempengaruhi objektivitas dalam membuat keputusan atau membuat
keputusan yang dibuat akan menguntungkan pemberi, penyuap atau penyogok.

3. Nepotism, yaitu tindakan korupsi berupa kecenderungan pengambilan keputusan


yang tidak berdasar pada pertimbangan objektif, rasional, tapi didasarkan atas
pertimbangan “nepotis” dan “kekerabatan”

D. Ciri-ciri Korupsi

Adapun ciri-ciri korupsi diantaranya yaitu:

▪ Selalu melibatkan lebih dari satu orang. Inilah yang membedakan antara korupsi
dengan pencurian atau penggelapan.

▪ Pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang melatarbelakangi


perbuatan korupsi tersebut.

▪ Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. Kewajiban dan


keuntungan tersebut tidaklah selalu berbentuk uang.

▪ Berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran hukum.

7
▪ Mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki kekuasaan atau
wewenang serta mempengaruhi keputusan-keputusan itu.

▪ Pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
pada masyarakat umum.

▪ Setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang
melakukan tindakan tersebut.

▪ Dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umum


dibawah kepentingan pribadi.

▪ Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.

▪ Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam


masyarakat

E. Sebab sebab Korupsi

Adapun sebab-sebab dari terjadinya tindak pidana korupsi yaitu:

1. Faktor Internal

a. Sifat Tamak, merupakan sifat yang dimiliki manusia, dimana manusia


tersebut menginginkan kebutuhan yang lebih dan selalu kurang akan sesuatu
yang didapatkan.

b. Gaya hidup konsumtif, merupakan perilaku manusia dalam mencapai


kebutuhan hidupnya, jika perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan
pendapatan yang diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi.

2. Faktor Eksternal:

a. Faktor Politik, dalam sebuah politik akan selalu ada persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia akan bersaing demi mendapat
kekuasaan yang lebih tinggi, berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki
posisi tersebut. Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap-menyuap dalam
mendapatkan kekuasaan.

b. Faktor Hukum, dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum
sekarang tumpul keatas lancip kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan
dalam mengatasi suatu masalah. Sudah terbukti bahwa praktek praktek
8
menyuap suatu lembaga hukum dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga
dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin
terjadi karena banyaknya kelemahan dalam sebuah hukum yang
mendeskriminasi sebuah masalah.

c. Faktor Ekonomi, dorongan manusia untuk memiliki kekayaan membuat


manusia melakukan tindak korupsi.

d. Faktor Organisasi, di dalam struktur organisasi akan terjadi suatu tindak


korupsi jika didalam struktur tersebut belum ada kejujuran dan kesadaran diri
dari setiap pengurus maupun anggota.

F. Dampak Korupsi

Dampak-dampak dari adanya pidana korupsi diantaranya yaitu:

1. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi

Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah negara. Salah satunya


pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat
investasi. Hal ini terjadi akibat investor enggan masuk ke negara dengan tingkat
korupsi yang tinggi. Ada banyak cara orang untuk tahu tingkat korupsi sebuah
negara, salah satunya lewat Indeks Persepsi Korupsi (IPK).

2. Dampak Korupsi di Bidang Kesehatan

Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi
buruknya pelayanan kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang tidak
memadai dan kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit
mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3. Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan

Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan
infrastruktur. Salah satu modus korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank,
adalah mark up yang sangat tinggi mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam
sebuah kasus korupsi infrastruktur, dari nilai kontrak 100 persen, ternyata nilai riil
infrastruktur hanya tinggal 50 persen, karena sisanya dibagi-bagi dalam proyek
bancakan para koruptor. Dampak dari korupsi ini tentu saja kualitas bangunan
yang buruk sehingga dapat mengancam keselamatan publik. Proyek infrastruktur

9
yang sarat korupsi juga tidak akan bertahan lama, cepat rusak, sehingga harus
dibuka proyek baru yang sama untuk dikorupsi lagi.

4. Korupsi meningkatkan kemiskinan

Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang banyak untuk


meningkatnya kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak korupsi melalui
pertumbuhan ekonomi adalah kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi
terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan kemiskinan relatif. Alur korupsi
yang terus menerus akan semakin memunculkan kemiskinan masyarakat. Korupsi
akan membuat masyarakat miskin semakin menderita, dengan mahalnya harga
pelayanan publik dan kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat korupsi juga tidak
akan mampu membawa masyarakat miskin lepas dari jerat korupsi

5. Dampak Korupsi Terhadap Budaya

Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika
korupsi telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai
hal lumrah dan bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi
mengakar di tengah masyarakat sehingga menjadi norma dan budaya.

G. Pencegahan

Langkah-langkah pencegahan diantaranya:

1. Strategi Preventif

Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk


meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan:

▪ Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.

▪ Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.

▪ Membangun kode etik di sektor publik.

▪ Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi
bisnis

▪ Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.

10
▪ Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan

kesejahteraan pegawai negeri.

▪ Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas


kinerja

bagi instansi pemerintah.

▪ Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.

▪ Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.

▪ Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

▪ Kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional

2. Strategi Detektif

Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-
kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera
ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif pencegahan korupsi:

▪ Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.

▪ Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.

▪ Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.

▪ Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional.

▪ Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah ata


APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

3. Strategi Represif

Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang
telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah.
Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi
adalah:

▪ Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.

11
▪ Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
dengan efek jera.

▪ Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk


diberantas.

▪ Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.

▪ Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem


peradilan pidana secara terus menerus.

▪ Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara


terpadu.

▪ Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.

▪ Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak
pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau
PPNS, dan penuntut umum.

12
13
PENUTUP

A. Kesimpulan
● Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan
dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
● Jenis-jenis korupsi diantaramya korupsi transaktif, korupsi yang memeras, korupsi
investif, korupsi perkerabatan, korupsi defensive, korupsi otogenik. Korupsi
dukungan.
● Korupsi dilihat dari proses terjadinya perilaku terdapat graf, bibery, nopotisme
● Sebab korupsi dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
meliputi faktor politik, hukum, ekonomi, organisasi. Sedangkan faktor internal
meliputi adanya sifat tamak dan gaya hidup yang konsumtif.
● Korupsi dapat dilakukan dengan pencegahan diantaranya dengan upaya preventif,
upaya detektif, upaya represif.

B. Saran

Adapun makalah yang bisa kami buat. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari
makalah kami ini, kami berharap kritik dan saran dari pembaca, guna untuk
menyempurnakan makalah ini.

Terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Karyanti, T., Prihati, Y., & Galih, S. T. (2019). Pendidikan anti korupsi berbasis multimedia.
Deepublish.

Listiyanawati, M. D. (2020). Modul Ajar Pendidikan Anti Korupsi.

Shoim, M. (2011). Interaksi antara pelayanan publik dan tingkat korupsi pada lembaga
peradilan di kota Semarang. Masalah-masalah Hukum, 40(1), 25-33.

Nugroho, S. D., & Fahmi, I. (2022). Peran Gaya Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
Dalam Pencegahan Tindak Korupsi di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 8(16), 530-538.

Shoim, M. (2011). Interaksi antara pelayanan publik dan tingkat korupsi pada lembaga
peradilan di kota Semarang. Masalah-masalah Hukum, 40(1), 25-33.

Qamrul, Z. R. (2015).  Sistem Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana Korupsi (Doctoral


dissertation, Untag 1945 Surabaya).

15

Anda mungkin juga menyukai