Disusun Oleh :
PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita termasuk dari golongan yang
kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Isnaini
Setyaningsih, S. Ag. M. Hum. selaku dosen bidang studi Perencanaan Pembelajaran
Matematika yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat membuka wawasan penulis.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membagikan
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan penulis semoga
makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun
pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya
penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyak kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritik
dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan
kualitas di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
D. Ciri-ciri korupsi.............................................................................................................7
E. Sebab-sebab korupsi......................................................................................................8
F. Dampak-dampak korupsi...............................................................................................9
G. Pencegahan korupsi......................................................................................................10
A. Kesimpulan ................................................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................................13
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah
jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri) atau melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja jenis-jenis korupsi?
3. Apa saja perilaku korupsi?
4. Apa ciri-ciri korupsi?
5. Apa sebab-sebab korupsi?
6. Apa dampak korupsi?
7. Bagaimana cara pencegahan tindak pidana korupsi?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa pengertian korupsi
2. Agar dapat mengetahui apa saja jenis-jenis korupsi
3. Agar dapat mengetahui apa saja perilaku korupsi
4. Agar dapat mengetahui apa ciri-ciri korupsi
5. Agar dapat mengetahui apa sebab-sebab korupsi
6. Agar dapat mengetahui apa dampak korupsi
7. Agar dapat mengetahui Bagaimana cara pencegahan tindak pidana korupsi
4
PEMBAHASAN
Secara bahasa, kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruption atau
corruptus yang itu berasal pula dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih
tua. Bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris (corruption,
corrupt), Perancis (corruption) , Belanda (corruptie) secara istilah korupsi dapat
berupa :
▪ Korup (busuk, suka menerima uang suap uang/sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya)
▪ Korupsi (perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi memiliki arti yang
sangat luas :
5
▪ Korupsi, penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan
sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain
▪ Korupsi: busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan
kepadanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).
Istilah “korupsi” seringkali selalu diikuti dengan istilah kolusi dan nepotisme yang
selalu dikenal dengan istilah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
B. Jenis Korupsi
Menurut Alatas (1987) dari segi tipologi, membagi korupsi ke dalam tujuh
jenis yang berlainan, yaitu:
3. Korupsi investif (investive corruption), adalah pemberian barang atau jasa tanpa
ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang
dibayangkan akan diperoleh dimasa yang akan datang.
Sedangkan korupsi bila dilihat dari sifat korupsinya dibedakan menjadi dua yaitu:
6
a. Korupsi individualis, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu atau
beberapa orang dalam suatu organisasi dan berkembang suatu mekanisme muncul,
hilang dan jika ketahuan pelaku korupsi akan terkena hukuman yang bisa
disudutkan, dijauhi, dicela, dan bahkan diakhiri nasib karirnya.
b. Korupsi sistemik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar (kebanyakan)
orang dalam suatu organisasi (melibatkan banyak orang)
C. Perilaku Korupsi
Korupsi dilihat dari proses terjadinya perilaku korupsi dapat dibedakan dalam tiga
bentuk:
1. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi ini terjadi karena mereka
mempunyai kedudukan dan jabatan di kantor tersebut. Dengan wewenangnya para
bawahan tidak dapat menolak permintaan atasannya.
D. Ciri-ciri Korupsi
▪ Selalu melibatkan lebih dari satu orang. Inilah yang membedakan antara korupsi
dengan pencurian atau penggelapan.
7
▪ Mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki kekuasaan atau
wewenang serta mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
▪ Pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
pada masyarakat umum.
▪ Setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang
melakukan tindakan tersebut.
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal:
a. Faktor Politik, dalam sebuah politik akan selalu ada persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia akan bersaing demi mendapat
kekuasaan yang lebih tinggi, berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki
posisi tersebut. Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap-menyuap dalam
mendapatkan kekuasaan.
b. Faktor Hukum, dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum
sekarang tumpul keatas lancip kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan
dalam mengatasi suatu masalah. Sudah terbukti bahwa praktek praktek
8
menyuap suatu lembaga hukum dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga
dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin
terjadi karena banyaknya kelemahan dalam sebuah hukum yang
mendeskriminasi sebuah masalah.
F. Dampak Korupsi
Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi
buruknya pelayanan kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang tidak
memadai dan kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit
mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan
infrastruktur. Salah satu modus korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank,
adalah mark up yang sangat tinggi mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam
sebuah kasus korupsi infrastruktur, dari nilai kontrak 100 persen, ternyata nilai riil
infrastruktur hanya tinggal 50 persen, karena sisanya dibagi-bagi dalam proyek
bancakan para koruptor. Dampak dari korupsi ini tentu saja kualitas bangunan
yang buruk sehingga dapat mengancam keselamatan publik. Proyek infrastruktur
9
yang sarat korupsi juga tidak akan bertahan lama, cepat rusak, sehingga harus
dibuka proyek baru yang sama untuk dikorupsi lagi.
Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika
korupsi telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai
hal lumrah dan bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi
mengakar di tengah masyarakat sehingga menjadi norma dan budaya.
G. Pencegahan
1. Strategi Preventif
▪ Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi
bisnis
10
▪ Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan
2. Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-
kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera
ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif pencegahan korupsi:
▪ Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional.
3. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang
telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah.
Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi
adalah:
11
▪ Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
dengan efek jera.
▪ Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak
pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau
PPNS, dan penuntut umum.
12
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
● Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan
dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
● Jenis-jenis korupsi diantaramya korupsi transaktif, korupsi yang memeras, korupsi
investif, korupsi perkerabatan, korupsi defensive, korupsi otogenik. Korupsi
dukungan.
● Korupsi dilihat dari proses terjadinya perilaku terdapat graf, bibery, nopotisme
● Sebab korupsi dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
meliputi faktor politik, hukum, ekonomi, organisasi. Sedangkan faktor internal
meliputi adanya sifat tamak dan gaya hidup yang konsumtif.
● Korupsi dapat dilakukan dengan pencegahan diantaranya dengan upaya preventif,
upaya detektif, upaya represif.
B. Saran
Adapun makalah yang bisa kami buat. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari
makalah kami ini, kami berharap kritik dan saran dari pembaca, guna untuk
menyempurnakan makalah ini.
Terimakasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Karyanti, T., Prihati, Y., & Galih, S. T. (2019). Pendidikan anti korupsi berbasis multimedia.
Deepublish.
Shoim, M. (2011). Interaksi antara pelayanan publik dan tingkat korupsi pada lembaga
peradilan di kota Semarang. Masalah-masalah Hukum, 40(1), 25-33.
Nugroho, S. D., & Fahmi, I. (2022). Peran Gaya Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
Dalam Pencegahan Tindak Korupsi di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 8(16), 530-538.
Shoim, M. (2011). Interaksi antara pelayanan publik dan tingkat korupsi pada lembaga
peradilan di kota Semarang. Masalah-masalah Hukum, 40(1), 25-33.
15