Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Arifin Maksum, M.Pd.
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan
judul "Merajalelanya Kasus Korupsi di Indonesia". Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas akhir semester ini dalam mata kuliah Konsep Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial. Berkat tugas yang diberikan ini saya dapat
memperdalam wawasan berkaitan dengan topik yang diberikan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan
dan penulisan masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, mohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Saya mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan
dan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................2
3.1 Bentuk-bentuk
Korupsi.......................................................................................6
BAB IV PENUTUP................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................23
3.2 Saran.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
III
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi bukan menjadi persoalan baru dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Sebab sejak zaman Belanda menjajah Indonesia, korupsi sudah
berkembang pesat sehingga menyebabkan kongsi dagang Belanda bangkrut pada
tahun 1602. Ketika Indonesia memperoleh kemerdekaan, persoalan korupsi belum
juga selesai mengingat karakter dasar manusia yang tidak pernah puas. Sehingga
meski sudah memperoleh kedudukan tinggi sekalipun, ketika ada peluang
melakukan korupsi ditambah system hukum yang lemah, menyebabkan korupsi
masih berkembang pesat. (Saputra, 2017).
Pada saat Indonesia mengalami masa Orde Baru, korupsi semakin berjalan
sistemik dan melibatkan para pejabat yang berkuasa dan mendapatkan pembiaran
dari penegak hukum. Koruptor dengan berbagai cara menguras anggaran negara
demi memperkaya kepentingan pribadi dan kelompoknya. Kondisi ini masih
berlanjut sampai sekarang ketika nafas kebebasan di era reformasi sudah
berhembus kencang.
Pasca reformasi tidak menyurutkan berbagai tindakan korupsi bahkan
semakin terasa marak korupsi yang terjadi. Melihat kondisi bangsa yang semakin
terpuruk menghadapi korupsi di Indonesia, tentunya menjadi penting untuk
melihat sejauh mana korupsi menabrak fitrah manusia sebagai makhluk yang
memiliki etika dan akhlak mulia, Seorang koruptor secara nyata telah merugikan
kepentingan masyarakat, menghambat kemajuan ekonomi, merusak moralitas dan
memperlemah perekonomian nasional. Sehingga sangat tepat jika disebut korupsi
adalah sarana yang dapat menghancurkan sebuah bangsa.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian korupsi
2. Memaparkan bentuk-bentuk korupsi
3. Menjelaskan factor pemicu terjadinya korupsi
4. Mejelaskan pencegahan korupsi
5. Memaparkan dampak dari terjadinya kasus korupsi.
6.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
penerimaan uang dan sebagainya. Korupsi dapat pula dijelaskan sebagai korup,
artinya busuk, suka menerima suap, memakai kekuasaan untuk kepentingan
pribadi dan sebagainya. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
(Saputra, 2017)
Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Suap-menyuap
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Aparatur Sipil
Negara, penyelenggara negara, hakim, atau advokat dengan maksud
supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya. Suap
menyuap bisa terjadi antarpegawai maupun pegawai dengan pihak luar.
Suap antarpegawai misalnya dilakukan untuk memudahkan kenaikan
pangkat atau jabatan. Sementara suap dengan pihak luar misalnya ketika
pihak swasta memberikan suap kepada pegawai pemerintah agar
dimenangkan dalam proses tender.
a. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan dalam
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu;
b. Dengan sengaja;
c. Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau
membiarkan orang lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan
perbuatan itu;
d. Uang atau surat berharga;
e. Yang disimpan karena jabatannya.
Menurut R. Soesilo, penggelapan memiliki kemiripan dengan arti
pencurian. Bedanya dalam pencurian, barang yang dimiliki belum ada di
tangan pencuri. Sedangkan dalam penggelapan, barang sudah berada di
tangan pencuri waktu dimilikinya barang tersebut.
4. Pemerasan
Pemerasan adalah perbuatan dimana petugas layanan yang secara aktif
menawarkan jasa atau meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk
mempercepat layanannya, walau melanggar prosedur. Pemerasan memiliki
unsur janji atau bertujuan menginginkan sesuatu dari pemberian tersebut.
5. Perbuatan curang
Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi
yang dapat membahayakan orang lain. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU
20/2001 seseorang yang melakukan perbuatan curang diancam pidana
penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama tahun dan/atau pidana
denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp350 juta.
Berdasarkan pasal tersebut, berikut adalah contoh perbuatan curang:
1. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
9
7. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya. Misalnya, seorang
pengusaha memberikan hadiah mahal kepada pejabat dengan harapan
mendapatkan proyek dari instansi pemerintahan. Jika tidak dilaporkan
kepada KPK, maka gratifikasi ini akan dianggap suap.
Berdasarkan Pasal 12B ayat (1) UU 20/2001, setiap gratifikasi kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan; Yang nilainya Rp10 juta atau
lebih, maka pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
10
dilakukan oleh penerima gratifikasi; Yang nilainya kurang dari Rp10 juta,
maka pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh penuntut
umum. Adapun sanksi pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang menerima gratifikasi sebagaimana tersebut di atas, adalah
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan
paling banyak Rp1 miliar.
Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih
ada tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang
tertuang pada UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak
pidana yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi itu adalah:
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
diunduh di sini, faktor internal merupakan penyebab korupsi dari diri pribadi,
sedang faktor eksternal karena sebab-sebab dari luar.
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak merasa
cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak, seseorang
menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya sudah banyak atau
jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi
memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki. Sifat ini menjadikan
korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para profesional, berjabatan tinggi, dan
hidup berkecukupan.
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor pendorong
internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-barang mewah
dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba glamor. Korupsi
bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan korupsi.
Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa malu
melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka godaan korupsi
yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.
1. Aspek Sosial
Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward Banfeld.
Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi dengan tekanan
keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk membantu
dan membagi sumber pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan seseorang,
seperti keluarga, sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya terjadilah
nepotisme yang bisa berujung pada korupsi.
2. Aspek Politik
akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin, pejabat yang terpilih membayar
upeti ke partai dalam jumlah besar, memaksa korupsi.
3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi perundang-
undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari celah di
perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu, penegakan hukum
yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat koruptor semakin berani
dan korupsi terus terjadi. Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak
produk hukum yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada
kecenderungan hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi
yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat
sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan menilap uang
negara.
4. Aspek Ekonomi
5. Aspek Organisasi
1. Pressure (tekanan)
2. Opportunity (kesempatan)
Adanya kesempatan membuat seseorang tergiur untuk korupsi. Ini terjadi akibat
dari lemahnya sistem pengawasan yang pada akhirnya menjerumuskan pelaku
melakukan korupsi.
3. Rationalization (rasionalisasi)
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila
belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat
pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal
nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah
berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Organisasi ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia sebagai Justitie
ombudsman nen pada tahun 1809. Peranan ombudsman kemudian berkembang
di negara lain termasuk menyediakan fasilitas bagi ombudsman, orang-orang
yang ingin mengadukan apa yang dilakukan oleh organisasi pemerintah dan
pegawainya.
Selain itu, lembaga ini juga memberikan pendidikan kepada pemerintah dan
masyarakat serta mengembangkan standar perilaku dan kode etik bagi
organisasi pemerintah dan hukum yang membutuhkan.
Salah satu peran ombudsman adalah mendidik masyarakat dan menyadarkan
mereka akan hak mereka atas perlakuan yang baik, jujur dan efektif dari
pegawai pemerintah.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian kita semua adalah peningkatan efisiensi
sistem peradilan di tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan penjara.
Pengadilan adalah jantung penegakan hukum dan harus tidak memihak, jujur
dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak masuk ke hukum karena sistem
peradilan yang sangat buruk berfungsi.
Jika kinerjanya buruk karena dia tidak mampu (tidak mungkin) itu masih bisa
dimaklumi. Artinya, pengetahuan dan keterampilan aparat penegak hukum
perlu ditingkatkan. Persoalannya, mereka tidak memiliki kemauan atau
kemauan politik yang kuat untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat
dalam berbagai kasus korupsi.
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk menyatakan dan mengungkapkan jumlah kekayaan mereka
sebelum dan sesudah menjabat.
Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan
memonitor hasil dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus
dikembangkan sistem yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk
ikut memantau ataupun memonitor hal ini.
Cara kedua, untuk kontrak kerja atau pembelian barang di pemerintah pusat,
daerah dan militer, salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan korupsi
adalah dengan melakukan lelang atau tender publik.
Masyarakat harus memiliki kewenangan atau akses untuk dapat melacak dan
memantau hasil lelang atau penawaran. Untuk itu perlu dikembangkan suatu
sistem yang dapat memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pemantauan atau
pengawasan.
Korupsi juga sering terjadi dalam perekrutan pegawai negeri sipil dan personel
militer baru. Situasi ini sering terjadi dengan korupsi, kolusi dan otokrasi.
Sistem rekrutmen pegawai negeri sipil dan anggota TNI yang transparan dan
akuntabel juga harus dikembangkan.
Lahan tersebut digarap tanpa izin oleh Grup Duta Palma sepanjang 2003-2022.
Kerugian negara dalam kasus ini mencapai Rp104,1 triliun.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengeluarkan vonis terhadap kasus ini.
Pertama terhadap Surya Darmadi, pemilik Grup Duta Palma. Perusahaan ini
memanfaatkan lahan negara secara ilegal. Melalui putusan No.
62/Pid.Sus-TPK/2022/PN Jkt.Pst, ia divonis pidana penjara selama 15 tahun dan
denda sebesar Rp1 miliar subsidair 6 bulan kurungan. Juga, pidana tambahan
berupa pembayaran uang pengganti sebesar Rp2,2 triliun dan pembayaran
kerugian perekonomian negara sebesar Rp39 triliun.
18
Selain korupsi, Surya juga ditetapkan menjadi tersangka tindak pidana pencucian
uang. Surya menyerahkan diri ke Kejaksaan Agung pada 15 Agustus 2022.
Kasus korupsi selanjutnya terjadi di sektor minyak dan gas (migas). Yaitu,
penunjukan langsung penjualan minyak mentah (kondensat) bagian negara sejak
23 Mei 2009 hingga 2 Desember 2011.
Kerugian negara dalam kasus ini mencapai US$ 2,7 miliar atau setara Rp35
triliun. Mereka yang dihukum dalam kasus ini, antara lain mantan Kepala BP
Migas Raden Priyono, mantan Deputi Finansial Ekonomi dan Pemasaran BP
Migas Djoko Harsono, dan mantan Direktur Utama PT Trans Pacific
Petrochemical Indonesia (TPPI) Honggo Wendratno.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah menetapkan Honggo dengan pidana penjara
selama 16 tahun dan denda Rp1 miliar subsidair 6 bulan kurungan, serta
pembayaran ganti rugi kepada negara sebesar Rp97 miliar.
Lalu, Raden Priyono dan Djoko Harsono divonis pidana penjara selama empat
tahun dan denda sebesar Rp200 juta subsidair 2 bulan kurungan.
Kasus korupsi ketiga terjadi di sektor finansial. Yaitu, kasus penyimpangan dana
investasi PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) yang
merugikan negara sebesar Rp22,78 triliun.
Nilai kerugian timbul sebagai akibat dari penyimpangan atau perbuatan melawan
hukum dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi PT Asabri secara tidak
sesuai ketentuan antara 2012 hingga 2019, menurut Badan Pemeriksa Keuangan
RI.
19
Mereka yang terjerat kasus ini, antara lain kakak-beradik Benny Tjokrosaputro
selaku Komisaris PT Hanson International Tbk (MYRX) dan Teddy
Tjokrosaputro selaku pemilik PT Hokindo Mediatama.
Benny sebelumnya telah dijatuhi pidana seumur hidup dalam perkara PT Asuransi
Jiwasraya, sehingga Pengadilan Tipikor Jakarta menihilkan vonisnya pada kasus
ini. Sementara itu, Teddy divonis hukuman pidana penjara selama 17 tahun dan
denda sebesar Rp750 juta subsider 6 bulan kurungan oleh Mahkamah Agung.
Jajaran PT Asabri yang terlibat dalam kasus ini, antara lain mantan Dirut PT
Asabri periode 2012-2016 Mayjen TNI (Purn) Adam Rachmat Damiri divonis 20
tahun penjara (putusan banding menjadi 15 tahun) dan Dirut PT Asabri periode
2016-2020 Letjen TNI (Purn) Sonny Widjaja divonis 20 tahun penjara (putusan
banding menjadi 18 tahun penjara).
Dikutip dari buku Modul Integritas Bisnis Seri 3: Dampak Sosial Korupsi, korupsi
juga menambah beban dalan transaksi ekonomi dan menciptakan sistem
kelembagaan yang buruk. Adanya suap dan pungli dalam sebuah perekonomian
menyebabkan biaya transaksi ekonomi menjadi semakin tinggi. Hal ini
menyebabkan inefisiensi dalam perekonomian.
Tindakan korupsi juga mampu memindahkan sumber daya publik ke tangan para
koruptor, akibatnya uang pembelanjaan pemerintah menjadi lebih sedikit. Ujung-
ujungnya rakyat miskin tidak akan mendapatkan kehidupan yang layak,
pendidikan yang baik, atau fasilitas kesehatan yang mencukupi.
Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi
buruknya pelayanan kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang tidak
memadai dan kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit
mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara langsung mengancam nyawa
masyarakat. ICW mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua
sektor paling rawan korupsi. Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi
berkualitas buruk, pelayanan purnajualnya juga jelek, serta tidak presisi. Begitu
juga dengan obat yang pembeliannya mengandung unsur korupsi, pasti
keampuhannya dipertanyakan.
Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan
infrastruktur. Salah satu modus korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank,
adalah mark up yang sangat tinggi mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam
sebuah kasus korupsi infrastruktur, dari nilai kontrak 100 persen, ternyata nilai riil
infrastruktur hanya tinggal 50 persen, karena sisanya dibagi-bagi dalam proyek
bancakan para koruptor.
Dampak dari korupsi ini tentu saja kualitas bangunan yang buruk sehingga dapat
mengancam keselamatan publik. Proyek infrastruktur yang sarat korupsi juga
tidak akan bertahan lama, cepat rusak, sehingga harus dibuka proyek baru yang
sama untuk dikorupsi lagi.
KPK mencatat, korupsi di sektor ini terjadi dari tahapan perencanaan, proses
pengadaan, hingga pelaksanaan. Di tahap perencanaan, koruptor sudah mencari
celah terkait kepastian anggaran, fee proyek, atau cara mengatur pemenang tender.
Pada pelaksanaan, terjadi manipulasi laporan pekerjaan atau pekerjaan fiktif,
menggerogoti uang negara.
Warga dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan bekerja dengan layak.
Merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor adat atau budaya yang
membelenggu sehingga tetap berada dalam kondisi miskin.
Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika
korupsi telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai
hal lumrah dan bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi
mengakar di tengah masyarakat sehingga menjadi norma dan budaya.
Beberapa dampak korupsi terhadap budaya pernah diteliti oleh Fisman dan
Miguel (2008), Barr dan Serra (2010). Hasil penelitian Fisman dan Miguel (2008)
menunjukkan bahwa diplomat di New York dari negara dengan tingkat korupsi
tinggi cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran parkir dibanding diplomat
dari negara dengan tingkat korupsi rendah. Perilaku ini dianggap sebagai indikasi
budaya. Sementara hasil penelitian Barr dan Serra (2010) menunjukkan bahwa
data di Inggris memberikan hasil serupa yaitu adanya hubungan positif antara
tingkat korupsi di negara asal dengan kecenderungan para imigran melakukan
penyogokan. Ketika masyarakat permisif terhadap korupsi, maka semakin banyak
23
individu yang melanggar norma antikorupsi atau melakukan korupsi dan semakin
rendah rasa bersalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pernyataan diatas dampak korupsi demikian besar, sehingga mampu
mengurangi kualitas kesejahteraan masyarakat dan tidak menjalankan nilai
etika pancasila sesuai amanah Pancasila, tingginya kerugian Negara akibat
korupsi akan berdampak pada kewajiban negara dalam memberikan hak
kesejahteraan masyarakat. Untuk itulah peran serta masyarakat dalam
pencegahan tindak pidana korupsi sangat dibutuhkan dan memiliki peran yang
sangat penting sebagai bentuk dari kontrol sosial, sehingga mempersepit ruang
gerak untuk melakukan tindakan pidana korupsi.
Oleh karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui
Pendidikan yang kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk
menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat dengan pendidikan formal di
sekolah maupun non-formal di luar sekolah. Di perguruan tinggi penguatan
terhadap nilai etika agar tidak terjebak oleh tindakan pidana korupsi tersebut
dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Pembaca maupun penulis sebaiknya meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang pendidikan pancasila secara utuh dan mendalam,
dengan tidak hanya sekadar menghafal pancsila, tetapi juga memahami
24
Menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempura, untuk kedepannya
saya sebagai penulis akan berusaha untuk menbuat makalah dengan ebih
baik lagi. Demikianlah makalah ini saya buat, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca sekalian. Saya memohon maaf jika ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas.
kurang dimengerti dan lugas. Dan saya juga mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sekalian demi kesempuraan makalah ini
25
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011, Pendidikan Anti Korupsi untuk
Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indoensia. Jakarta. Balai
Pustaka.
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/viewFile/2974/2509
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220520-kenali-bahayanya-
dampak-korupsi-di-berbagai-bidang-ini
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20231120-tiga-kasus-korupsi-
dengan-kerugian-negara-terbesar-di-indonesia
https://www.idntimes.com/business/economy/yogama-wisnuoktyandito/
pengertian-korupsi-menurut-para-ahli?page=all
https://www.hukumonline.com/klinik/a/bentuk-bentuk-korupsi-dan-aturannya-di-
indonesia-lt5e6247a037c3a
ACHMAD UBAILLAH.FISIP.pdf