Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

“MEMBANGUN KESADARAN MORAL ANTI KORUPSI


BERDASARKAN PANCASILA”

Disusun oleh :

1. Adeliza Laily Fitriasandy (171110002102)


2. Rana Rosidah (171110002103)
3. Khetrine Nadya Intan S. (171110002117)
4. Wahyuni (171110002119)
5. Widiyawati (171110002061)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, karena berkat rahmat, taufik,
hidayah serta inayahnya kami berhasil menyelesaikan makalah dengan tema
“Membangun Kesadaran Moral Anti Korupsi Berdasarkan Pancasila”. Shalawat serta
salam tidak lupa selalu kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas dari Dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila yaitu Bapak Miftah Arifin, SH. MH. Akhirnya kami
sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya pembaca pada umumnya.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna tercapainya makalah yang sempurna di waktu yang akan datang.

Jepara, 25 November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA ...................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

2.1. Pengertian Korupsi ............................................................................................. 3

2.2. Faktor Faktor Terjadinya Korupsi ...................................................................... 4

2.3. Dampak Korupsi ................................................................................................ 6

2.4. Upaya Pencegahan & Pemberantasan Korupsi .................................................. 8

2.5. Nilai & Prinsip Anti Korupsi ........................................................................... 12

2.6. Pendidikan Anti Korupsi .................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 17

3.2. Saran ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi dibenarkan dengan pernyataan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menegaskan bahwa Pancasila
merupakan sumber nilai anti korupsi. Persoalannya, arah ideology sekarang seperti
di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi
merebak kemana-mana.

Korupsi terjadi ketika ada pertemuan dan kesempatan. Nilai-nilai karifan


local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah
seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai
dasar filsafat Negara bersama sama dengan norma agama.

Nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh


masyarakat Indonesia berbuat baik, sehingga Pancasila dianggap sebagai ideologi
yang bersifat universal karena dalam Pancasila ada nilai-nilai sosialis religious dan
nilai-nilai etis. Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan
menyimpang. Oleh karena itu, orang orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan
nilai-nilai yang baik agar terhindar dari tindakan menyimpang.

Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai


Pancasila masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila sila dari
Pancasila namun dalam memaknainya masih kurang sehingga masih banyak
pelanggaran pelanggaran dan penyimpangan penyimpangan yang terjadi di negeri
ini. Hal hal trsebut yang menjadikan Pancasila itu diperlukan sebagai pendidikan
anti korupsi.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud dengan korupsi?
2) Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi?
3) Apakah dampak dari korupsi?
4) Bagaimana upaya pencegahan korupsi?
5) Apa nilai dan prinsip anti korupsi?
6) Apa yang dimaksud dengan pendidikan korupsi?

1
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari korupsi.
2) Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya korupsi.
3) Untuk mengetahui dampak dari korupsi.
4) Untuk mengetahui upaya pencegahan korupsi.
5) Untuk mengetahui nilai dan prinsip anti korupsi.
6) Untuk mengetahui pendidikan korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi


Kata korupsi berasal dari Bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau
corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula bahwa
corruptio berasal dari kata corrumpere satu kata dari Bahasa latin yang lebih tua.
Dari Bahasa latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).

Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruption” dalam
Bahasa latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk
menunjukkan keadaan atau perbuatan yang busuk.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan


lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa


Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian
lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).

Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang

Menurut Undang Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak


pidana korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah :

“setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan


memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
karporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara”

Menurut UU No 24 tahun 1960

“perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kehajatan


atau dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan”
3
Korupsi Menurut Ilmu Politik

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan


administrasi, ekonomi atau politik, yang baik yang disebabkan oleh diri sendiri
maupun orang lain, yang ditunjukkan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi
lainnya.

Korupsi Menurut Ahli Ekonomi

Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi


didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan
kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam diam dan
sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat
dalam bidang umum dan swasta.

2.2. Faktor Faktor Terjadinya Korupsi


Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam
diri pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan yamamah bahwa ketika
perilaku matrealistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
“mendekawan” materi maka dapat ‘memaksa” terjadinya permainan uang dan
korupsi (Ansari Yamamah : 2009) “dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan
seluruh pejabat kemudian “terpaksa” korupsi kalua sudah menjabat.

Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan


penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat
dirinci menjadi :
Aspek Perilaku Individu
 Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membuuhkan makan.
Korupsi adalah kehjahatan orang profesional yang rakus. Sedah
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri.

4
 Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya,
atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
 Gaya hidup konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seorang
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai
tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh
faktor di luar diri pelaku.
1. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
 Nilai-nilai dimasyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi : Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri : Anggapan umum terhadap peristiwa korupsi, sosok
yang paling dirgikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya
yang paling rugi adalah masyarakat juga.
 Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi : Setiap perbuatan
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kuurang disadari
oleh masyarakat.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan dicegah dan diberantas
bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan :
Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalah
tanggungjawab pemerintah semata.
2. Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sikap baik seseorang.

5
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
3. Aspek Ekonomi
Pendapatan tidak menurupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
4. Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan masyarakat.
Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
5. Aspek Organisasi
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Kurang memadainya sistem akuntabilitas
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen
 Lemahnya pengawasan

2.3. Dampak Korupsi


1. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang
demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat
pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti pernah mengetahui yang disebut
“serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan imbalan uang bagi siapa
saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki jabatan
tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan. Beberapa
memang tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya menduduki suatu
jabatan, namun ia memberikan barang tertentu kepada masyarakat.
Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah satu bentuk
korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak cukup cerdas untuk
memikirkan dampak jangka panjang jika mereka menerima sogokan tersebut.

6
Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika
menginginkan pemimpin yang baik”.
2. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara
tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara
biasanya diikuti dengan makin rendahnya tingkat korupsi negara tersebut.
Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara berkembang. Maka tidak heran
pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian yang tidak baik
dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan
perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat mampu bertahan
dan dilindungi dari segala macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-
perusahaan yang tidak efisien bertahan dan justru merugikan perekonomian
negara.
3. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia
Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara.
Masih ada kasus-kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga
menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik
yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya, kejadian tersebut diakibatkan oleh
korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk membangun insfrastruktur publik
merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat
dana tersebut melewati para pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut
mengalami pangkas sana-sini sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut
menjadi minim keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang
timbul ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada
akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya dana.
4. Bidang Kesejahteraan Umum
Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya
kesejahteraan umum. Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi tentang
pembuatan peraturan-peraturan baru oleh pemerintah. Dan tidak jarang pula,
ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut ternyata justru lebih memihak
pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu memberikan keuntungan untuk
para pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri
menengah tidak mampu bertahan dan membuat kesejahteraan masyarakat umum

7
terganggu. Tingkat pengangguran makin tinggi, diikuti dengan tingkat
kemiskinan yang juga semakin tinggi.
5. Bidang Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum.
Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan terus-
menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri sendiri sehingga lambat
laun ia akan menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat
korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat meninggalkan
budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan membentuk
kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.
6. Terjadinya Krisis Kepercayaan
Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya
kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat
Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah kasus.
Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak pernah merasa
puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya pada
proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang main
hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya
merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya
dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh

pemerintah dalam menangani kasus korupsi.

2.4. Upaya Pencegahan & Pemberantasan Korupsi


1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
 Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi. Di
Hongkong bernama Independent Commission Against Corruption (ICAC), di
Malaysia the Anti-Corruption Agency (ACA), dan di Indonesia: KPK
 Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan Lembaga Permasyarakatan.

8
 Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat
Jenderal harus ditingkatkan. Ada kesan lembaga ini sama sekali tidak punya
‘gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan pejabat tinggi
 Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara
mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk
mengurus suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan terjadinya korupsi
 Hal lain yang krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah dengan
memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum Otonomi
Daerah diberlakukan umumnya semua kebijakan diambil oleh Pemerintah
Pusat. Pada waktu itu korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota
Negara. Dengan otonomi, kantong korupsi tidak terpusat hanya di ibukota
negara tapi berkembanga ke berbagai daerah
 Dalam berbagai pemberitaan di media-media, ternyata korupsi juga banyak
dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di daerah
(DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk kepentingan
rakyat, anggota parlemen justru melakukan korupsi yang “dibungkus” rapi.
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
 Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik
melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum
dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran
peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul
ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan
kepemilikannya ke orang lain.
 Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan daerah
maupun militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara terbuka.
Masyarakat diberi akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil
pelelangan tersebut.
 Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota
TNI-Polri baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam proses
rekrutmen tersebut. Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal
perekrutan perlu dikembangkan.
 Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada proses
(process oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu dikembangkan.

9
Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya, bagi pegawai
negeri yang berprestasi perlu diber insentif.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
 Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak kepada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu dibangun
sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala
informasi sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
hajat hidup orang banyak.
 Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat merupakan salah
satu bagian penting upaya pemberantasan korupsi. Salah satu cara
meningkatkan public awareness adalah dengan melakukan kampanye tentang
bahaya korupsi.
 Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi. Misalnya melalui
telepon, surat, faksimili (fax), atau internet.
 Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’
tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi,
dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada kepentingan
individu.
 Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin banyak informasi
yang diterima masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya korupsi
 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal maupun
internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan memberantas
korupsi. Sejak era Reformasi, LSM baru yang bergerak di bidang Anti
Korupsi banyak bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk melakukan
pengawasan atas perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal adal ICS
(Indonesian Corruption Watch).
 Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan perangkat electronic surveillance. Alat ini digunakan untuk
mengetahui dan mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan
elektronik yang dipasang di tempat-tempat tertentu. Misalnya kamera video
(CCTV).

10
 Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan data
para buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah
berkekuatan hukum tetap.
4. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang Mendukung
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup
hanya mengandalkan satu instrumen hukum yaitu Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai peraturan perundang-undangan
atau instrumen hukum lain perlu dikembangkan. Perlu peraturan perundang-
undangan yang mendukung pemberantasan korupsi yaitu Undang-Undang
Tindak Pidana Money Laundering atau pencucian uang. Untuk melindungi saksi
dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen hukum berupa Undang-
Undang Perlindungan Saksi dan Korban.
5. Pemantauan dan Evaluasi
Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan
pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan. Melalui
pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan
gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan, sementara yang gagal dicari
penyebabnya.
Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal dapat dijadikan
bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya, maupun program
permberantasan korupsi di negara tertentu.

6. Kerjasama Internasional

Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi adalah


melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain maupun dengan
International NGOs. Sebagai contoh di tingkat internasional, Transparency
International (TI) membuat program National Integrity Sistem. OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development) yang didukung
oleh PBB untuk mengambil langkah baru dalam memerangi korupsi di tingkat
internasional membuat program the Ethics Infrastructure dan World Bank
membuat program A Framework for Integrity.

11
2.5. Nilai & Prinsip Anti Korupsi
Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip
anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
 Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupan mahasiswa,tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
 Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan (Sugono : 2008).
 Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu dengan
tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya, harus mengatur kehidupannya
dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin
orang yang tidak dapat mandiri mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur
hidup orang lain.
 Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik
maupun social mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus
hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan.
 Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
 Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan” menimbulkan
asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,

12
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga,
kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang
penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja
keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
 Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak me-ngenyam masa
pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, dibiasakan untuk tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata,
padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.
 Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian, dituntut untuk tetap berpegang teguh pada
tujuan. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun sering kali harus diambil
keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat pula. Salah satu
kesempatan terbaik untuk membentuk suatu pendapat atau penilaian yang
sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di mana dia bisa berpikir tanpa
diganggu. Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak dan diperlukan.
Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan sendiri perlu dikaitkan
dengan pengetahuan mengenai lingkungan.
 Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran-pemikiran sebagai dasar
pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akan terus berkembang seiring
dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam masa
perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencari pengalaman dan
pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama mahasiswa lainnya. Dengan
demikian mahasiswa diharapkan dapat semakin bijaksana dalam mengambil
keputusan dimana permasalahannya semakin lama semakin kompleks atau rumit
untuk diselesaikan.

13
Prinsip-Prinsip Anti-Korupsi

Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah


faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi
yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua
lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas : 2002).
Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik,
maupun interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik memiliki pola-pola
tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program,
akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas outcome,akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban
atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara
langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
 Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip
transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi
dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga
segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007).
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan
dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat
berharga bagi para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan
tanggungjawabnya pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).
 Kewajaran / Fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau
kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran)

14
dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark upmaupun ketidakwajaran
lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu
komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
 Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan
mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang
kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang
anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran
negara oleh para pejabat negara.
 Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi.

2.6. Pendidikan Anti Korupsi


Pendidikan anti korupsi memiliki makna yang kian penting sekarang ini
karena semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh orang-orang
berpendidikan tinggi. Pendidikan ini dengan demikian merupakan bagian
dari pendidikan berbasis karakter karena dilakukan demi tercapainya pemahaman
manusia atas etika dan norma yang unversal diakui sebagai norma yang baik.
Pada dasarnya pendidikan ini harus dilakukan semenjak dini demi
menanamkan pemahaman yang lebih mudah mengenai buruknya korupsi pada
siswa sesuai dengan tahap perkembangan psikologis mereka.
Pengenalan bahwa korupsi sepintar apapun tetap akan ditemukan merupakan
bagian dari pendidikan yang bisa sangat efektif khususnya ketika hal tersebut
disajikan dengan contoh yang tepat dan populer.
Sebenarnya pendidikan karakter kebangsaan juga merupakan langkah yang
bisa menyaran pada sikap anti korupsi. Korupsi jelas merugikan negara dan sikap
cinta tanah air yang merupakan bagian integral dari karakter kebangsaan akan
menolak tindakan korupsi.

15
Konsep-konsep jujur, religiius, dan mandiri akan sangat mendorong siswa
untuk menjauhi berlaku korupsi yang merupakan bagian dari perilaku tidak jujur
dan curang. Setiap agama juga jelas melarang melakukan tindakan korupsi karena
kerugian yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
Pendidikan anti korupsi yang dilakukan secara berjenjang dari tahap dasar
sampai tinggi pendidikan formal merupakan pilihan yang sangat cocok pada
kondisi seperti sekarang ini.
Generasi anti korupsi tentu saja bukan merupakan generasi yang muncul
secara langsung. Kebiasaan mencontek yang dianggap sepele misalnya bisa
menyaran pada tindakan korupsi juga. Karena itu penanamkan nilai-nilai luhur anti
korupsi selain melalui pendidikan formal lewat kurikulumnya juga bisa dilakukan
melalui pendidikan informal di rumah. Tugas orang tua dalam menanamkan
pendidikan semacam ini bisa jadi bahkan lebih efektif daripada pendidikan formal.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dan melanggar kaidah/norma
umum yang berlaku di masyarakat. Praktek korupsi yang meluas di suatu negara
akan merusak dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan bernegara. Indonesia
termasuk Negara yang tingkat korupsinya tinggi di dunia. Banyak faktor yang
menyebabkan tingginya kejahatan korupsi di Indonesia bisa faktor internal juga
faktor eksternal. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya pemberantasan,
pencegahan kejahatan korupsi. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada masyarakat lewat pendidikan anti korupsi

untuk menumbuhkan karakter kejujuran, dan sikap anti korupsi.

3.2. Saran
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyarankan agar para pembaca dan
seluruh masyarakat luas hendaknya memiliki kesadaran untuk tidak melakukan
korupsi, karena selain melanggar hukum, korupsi juga dapat merugikan banyak
orang. Selain itu, masyarakat, pemerintah serta instansi terkait perlu melakukan
kerja sama secara sinergis untuk dapat mengimplementasikan dan menerapkan
pendidikan anti korupsi dan sikap untuk menghindari korupsi sejak dini di segala
aspek kehidupan dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

17
DAFTAR PUSTAKA

Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Jakarta: UNJ Press.

https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi

http://otoritas-semu.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-definisi-tentang-korupsi.html

http://hasbagiilmu.blogspot.co.id/2015/08/faktor-penyebab-korupsi.html

http://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara

http://shilvystewart.blogspot.co.id/2011/09/upaya-pencegahan-korupsi-di-
indonesia.html

http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-pemberantasan.html

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsip-anti-korupsi/

http://www.infoduniapendidikan.com/2015/01/makna-dan-tujuan-pendidikan-anti-
korupsi.html

http://korupsidalampandanganpancasila.blogspot.co.id/

https://www.academia.edu/31233776/MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_PENDI
DIKAN_ANTI_KORUPSI_KELOMPOK_7_PEND_PANCASILA.docx

18

Anda mungkin juga menyukai