Anda di halaman 1dari 23

Tindak Pidana Korupsi dalam Perundang-Undangan

di Indonesia

Dosen
Rika Nurhasanah, M.Keb

Disusun Oleh
Anggi Noviyanti (AKX.16.019)
Kintan Reizani (AKX.16.062)
Niken Levia Rosa (AKX.16.079)
Rakhmat Aldy Akbar (AKX.16.100)
Selly Rizka Dewi (AKX.16.119)

D III Keperawatan Konsentrasi Anestesi


STIkes Bhakti Kencana Bandung

Jln. Soekarno Hatta No.754

Cibiru Bandung

2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah tentang Tindak Pidana Korupsi dalam Perundang-Undangan di Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Penggunaan Tanda Baca
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Sehingga
menambah wawasan para pembaca.

Bandung, 5 April 2017

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah............................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian korupsi....................................................................4
2.2 Jenis-jenis korupsi....................................................................5
2.3 Gambaran umum Korupsi di Indonesia...................................9
2.4 Peraturan Perundang- Undangan Terkait Korupsi...................10
2.5 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi..11

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan..............................................................................14
3.2 Saran........................................................................................14

Daftar Pustaka................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus
di samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan hukum pidana
khusus, seperti adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau dari materi
yang diatur maka tindak pidana korupsi secara langsung maupun tidak langsung
dimaksudkan menekan seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan
terhadap keuangan dan perekonomian negara. Dengan diantisipasi sedini dan
seminimal mungkin penyimpangan tersebut, diharapkan roda perekonomian dan
pembangunan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga lambat laun akan
membawa daampak adanya peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
pada umumnya.

Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih


dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi
mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang
ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan
masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta
dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini
seakan menjadi budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju
masyarakat adil dan makmur.

Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak daripada
memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis kejahatan
yang dapat menyentuh berbagai kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi
negara, perekonomian, keuangan negara, moral bangsa, dan sebagainya, yang
merupakan perilaku jahat yang cenderung sulit untuk ditanggulangi. Sulitnya
penanggulangan tindak pidana korupsi terlihat dari banyak diputusbebasnya terdakwa
kasus tindak pidana korupsi atau minimnya pidana yang ditanggung oleh terdakwa

1
yang tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya. Hal ini sangat merugikan
negara dan menghambat pembangunan bangsa. Jika ini terjadi secara terus-menerus
dalam waktu yang lama, dapat meniadakan rasa keadilan dan rasa kepercayaan atas
hukum dan peraturan perundang-undangan oleh warga negara. Perasaaan tersebut
memang telah terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari
banyaknya masyarakat yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada pelaku
tindak pidana di dalam kehidupan masyarakat dengan mengatasnamakan keadilan
yang tidak dapat dicapai dari hukum, peraturan perundang-undangan, dan juga para
penegak hukum di Indonesia.

Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit


social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian
materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi
adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan
secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR,
uang pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.
Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang
menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah
korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi
harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi, atau paling tidak
mengurangi sampai pada titik nadi yang paling rendah maka jangan harap negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi
sebuah negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas
dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian korupsi dari berbagai ahli dan sumber?
2. Apakah jenis-jenis korupsi?

2
3. Bagaimana tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia?
4. Bagaimana gambaran umum korupsi di Indonesia?
5. Apa dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi?

6. Bagaimana upaya memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian korupsi dari berbagai ahli dan sumber.


2. Mengetahui jenis-jenis korupsi.
3. Mengetahui tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
4. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi.
5. Mengetahui upaya memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari
kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28).
Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau
disuap (Nasir, 2006:281-282).
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar,
2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk
kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi
didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan
tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas
yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk
keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain).
Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah
korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana
mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri
dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk
melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka
ditempatkan.
Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi
secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan jabatan atau amanah, melawan
hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi atau kelompok tertentu
yang dapat merugikan kepentingan umum.

4
2.2 Jenis-Jenis korupsi
Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001, maka tindak pidana korupsi itu dapat dilihat dari dua segi
yaitu korupsi aktif dan korupsi pasif.
Adapun yang dimaksud dengan korupsi aktif adalah sebagai berikut:
a) Melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999).
b) Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi
yang menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan
keuangan Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999).
c) Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut
(Pasal 4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999).
d) Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak
pidana Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).
e) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).
f) Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena
atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b
Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001).
g) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili
(Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001).

5
h) Pemborong,ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang
atau keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf a
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001).
i) Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan,sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dalam huruf a (Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 tahun
2001).
j) Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
nasional Indonesia atau Kepolisian negara Reublik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 20 tahun
2001).
k) Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
nasional indpnesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
sengaja mebiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c
(pasal 7 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001).
l) Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang di tugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja menggelapkan uang atau mebiarkan uang atau surat berharga
tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 tahun
2001).
m) Pegawai negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu,dengan
sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar khusus pemeriksaan
administrasi (Pasal 9 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001).
Adapun yang dimaksud dengan korupsi aktif adalah sebagai berikut:

6
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau
janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya (pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor
20 tahun 2001).
b. Hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau
untuk mepengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 6 ayat (2)
Undang-undang nomor 20 Tahun 2001).
c. Orang yang menerima penyerahan bahan atau keparluan tentara nasional
indonesia, atau kepolisisan negara republik indonesia yang mebiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau c
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 (Pasal 7 ayat (2) Undang-undang
nomor 20 tahun 2001).
d. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan utnuk mengerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya,atau sebaga akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya (pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-undang nomor 20 tahun
2001).
e. Hakim yang enerima hadiah atau janji,padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (pasal 12 huruf c Undang-
undang nomor 20 tahun 2001).
f. Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga,bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat
atau pendapat uang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan

7
kepada pengadilan untuk diadili (pasal 12 huruf d Undang-undang nomor 20
tahun 2001).
g. Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya (pasal 12 Undang-undang nomor 20 tahun 2001).
Sedangkan dalam prakteknya kita kenal ada dua jenis korupsi yaitu :
Adminstrative Coruption
Yaitu dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan
hukum/peraturan yang berlaku.Akan tetapi individu-individu tetentu
memperkaya dirinya sendiri.Misalnya proses rekruitmen pegawai
negeri,dimana dilakukan dalam negeri,dimana dilakukan ujian seleksi mulai
dari seleksi administratif sampai ujian pengetahuan atau kemampuan,akan
tetapi yang harus diluluskan sudah tertentu orangnya.
Against The Rule Corruption
Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan dengan
hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi.
Namun, secara umum jenis-jenis korupsi yaitu:
Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak
dalam bentuk suap, dimana yang memberi dan yang diberi sama-sama
mendapatkan keuntungan.
Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh
pejabat, sebagai pembayaran jasa yang diberikan kepada pihak luar, si
pemberi tidak ada alternatif lain.
Korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena adanya
iming-iming tentang sesuatu yang akan menghasilkan dimasa mendatang.
Korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan khusus
bagi keluarganya atau teman dekat atas sesuatu kesempatan mendapatkan
fasilitas.

8
Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan, dengan jalan memberikan informasi kepada pihak luar yang
sebenarnya harus dirahasiakan.
Korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam
satu bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi tindak korupsi yang
mereka lakukan secara kolektif.

2.3 Gambaran umum Korupsi di Indonesia


Korupsi di Indonesia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-
Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya Operasi Budhi
dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum
membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan
Operasi Tertib yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek modus operasi korupsi
semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan.
Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak
korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan menjadi:
1. Kerugian keuntungan Negara
2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin)
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah)

9
2.4 Peraturan Perundang- Undangan Terkait Korupsi
Undang-Undang mengenai tindak pindana korupsi, yaitu:
1. UU nomor 20 tahun 2001 Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi
2. UU 30/2002 Komisi Anti Korupsi
3. UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui menjadi UU No 20
Tahun 2001
4. UU 11/1980 tentang Antisuap
5. UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang. UU ini telah dirubah
menjadi UU No 25 tahun 2003
6. UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang tindak pidana anti
pencucian uang
7. UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih Bebas
dari KKN
8. UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Anti Korupsi, 2003
9. UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah pidana
10. UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban (termasuk
versi bahasa Inggrisnya)
Dampak Tindak Pidana Korupsi
Hukum
a) Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan
hukum
b) Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.
c) Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
d) Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan uang.
e) Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama rakyat miskin.
Politik
a) Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat)
b) Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat.
c) Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara.

10
d) Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia
Indonesia.
e) Terjadinya ketidakstabilan politik karenarakyat tidak percaya terhadap
pemerintah.
Ekonomi
a) Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada di
lingkaran kekuasaan.
b) Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah
bukan berdasarkan kemandirian.
c) Rapuhnya dasa ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan
didasarkan pada kondisi sebenarnya.
d) Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi
kerakyatan.
e) Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara
keseluruhan.
Sosial Budaya
a) Hilangnya nilai-nilai moral sosial.
b) Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
c) Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum, berkurangnya
kepedulian dan kesetiakawanan.

2.5 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
Upayapencegahan (preventif).
Upayapenindakan (kuratif).
Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
Upayaedukasi LSM (LembagaSwadayaMasyarakat).
UpayaPencegahan (Preventif)

11
a) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal
dan agama.
b) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan
memiliki tang-gung jawab yang tinggi.
d) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung
jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya.
UpayaPenindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK:
a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov
Rusia milik Pemda NAD (2004).
b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga
melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda
DKI Jakarta (2004).
d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).

12
e) Dugaan Korupsi ada penyalahgunaan fasilitas preshipment
dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI
(2004).
Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan


kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.

b) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

c) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari


pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

d) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang


penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

e) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan


aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan
masyarakat luas.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi.
Korupsi adalah menyalahgunakan kewenangan jabatan atau amanah, melawan
hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi atau kelompok tertentu
yang dapat merugikan kepentingan umum.
Kita Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001, maka tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi
yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif, secara umum korupsi jenis-jenis korupsi yaitu:
korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak dalam
bentuk suap, korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh
pejabat, korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena adanya
iming-iming tentang sesuatu yang akan didapatkannya, korupsi nepotistik, yaitu
korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan khusus bagi keluarganya atau teman
dekat, korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan dengan memberikan informasi kepada pihak luar, korupsi suportif, yaitu
korupsi yang dilakukan secara berkelompok.
Udang-undang yang mengatur tindak pidana korupsi yaitu: UU No 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dan UU No 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

3.2 Saran
a) Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indo-nesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.

14
b) Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasi-kannya di dalam kehidupan sehari-hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://sarfaraazyusuf.blogspot.co.id/2016/03/tindak-pidana-korupsi-dalam-
peraturan.html

http://dimasraditya08.blogspot.co.id/2013/05/korupsi-di-indonesia.html

http://mahalipan.blogspot.co.id/2013/04/peraturan-dan-perundangan-tentang_17.html

16
KRITERIA PENILAIAN INDIVIDU KELOMPOK 1 :

N NPM NAMA SKOR


O
1 AKX.16.019 Anggi Noviyanti
2 AKX.16.062 Kintan Reizani
3 AKX.16.079 Niken Levia Rosa
4 AKX.16.100 Rakhmat Aldy Akbar
5 AKX.16.119 Selly Rizka Dewi

17
KRITERIA PENILAIAN
1. Ketepatan penjelasan
2. Daya Tarik Komunikasi
a. komunikasi tertulis
b. Komunikasi lisan

GRADING SCHEME
KETEPATAN PENJELASAN
DIMENSI Sangat Memuaska Batas Kurang Di SKOR
Memuaska n Memuaskan bawa
n h
stand
ard
KELENGKAPA Lengkap Lengkap Masih Hanya Tidak
N KONSEP dan kurang menunjukkan ada
integratif aspek sebagian konse
yang konsep saja p
belum
terungkap
KEBENARAN Diungkapka Diungkap Sebagian Kurang dapat Tidak
KONSEP n dengan dengan besar mengungkapk ada
tepat, tepat, konsep an aspek konse
aspek namun sudah penting, p
penting deskriptif terungkap, melebihi yang
tidak namun halaman, tidak disaji
dilewatkan, masih ada ada proses kan
bahkan yang merangkum
analisis dan terlewatka hanya
sintetis nya n mencontoh
membantu
memahami

18
konsep

KOMUNIKASI TERTULIS
DIMENSI Sangat Memuaska Batas Kurang Di bawah SKOR
Memuaskan n Memuaska standard
n
BAHASA Bahasa Bahasa Bahasa Informasi Tidak ada
PAPER menggugah menambah deskriptif, dan data hasil
pembaca informasi tidak yang
untuk pembaca terlalu disampaika
mencari tahu menamba n tidak
konsep lebih h menarik
dalam pengetahu dan
an membingu
ngkan
KERAPIAN Paper dibuat Paper Dijilid Dijilid Tidak ada
PAPER dengan cukup biasa namun hasil
sangat menarik, kurang rapi
menarik dan walau tidak
menggugah terlalu
semangat mengunda
membaca ng
KOMUNIKASI LISAN

19
DIMENSI Sangat Memuask Batas Kurang Di bawah SK
Memuaskan an Memuaska standard OR
n
ISI Memberi Menamba Pembaca Informasi Informasi
inspirasi h masih harus yang yang
pendengar wawasan menambah disampaika disampaik
untuk lagi n tidak an
mencari informasi menambah menyesatk
lebih dalam dari wawasan an atau
beberapa bagi salah
sumber pendengarn
ya
ORGANISA Sangat Cukup Tidak Informasi Tidak mau
SI runtut dan runtut dan didukung yang presentasi
integratif memberi data, namun disampaika
sehingga data menyampaik n tidak ada
pendengar pendukung an informasi dasarnya
dapat fakta yang yang benar
mengkompil disampaik
asi isi an
dengan baik
GAYA Menggugah Membuat Lebih banyak Selalu Tidak
PRESENTA semangat pendengar membaca membaca berbunyi
SI pendengar paham, catatan catatan
hanya (tergantung
sesekali pada
saja catatan)
memanda
ng catatan

20

Anda mungkin juga menyukai