Anda di halaman 1dari 8

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

JELITA
201902022
3A KEBIDANAN
Keberadaan undang-undang pemberantasan korupsi
hanyalah satu dari sekian banyak upaya memberantas
korupsi dengan sungguh-sungguh.Di samping peraturan
perundang-undangan yang kuat,juga diperlukan kesadaran
masyrakat dalam memberantas korupsi.
Untuk itu sosialisasi undang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi,khususnya mengenai delik korupsi yang
diatur di dalamnya,perlu terus dilakukan secara simultan dan
konsisten.
Pengetahuan masyarakat akan delik korupsi mutlak
diperlukan mengingat ketidaktahuan akan adanya peraturan
perundang-undangan tidak dapat dijadikan alasan untuk
menghindar dari tanggung jawab hukum.
SEJARAH PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI

Di antara peraturan perundang-undangan yang pernah digunakan


untuk memberantas tindak pidana korupsi adalah:
1.Delik korupsi dalam KUHP.
2.Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat
Nomor Prt/Peperpu/013/1950.
3.Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana
Korupsi.
4.Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
5.TAP MPR No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
6.Undang-Undang No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
7.Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
8.Undang-Undang No.20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
9.Undang-Undang No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
10.Undang-Undang No.7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation
Convention Against Corruption (UNCAC) 2003.
11.Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2002 tentang Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
12.Instruksi Presiden No.5 tahun 2004 tentang Pereptan Pemberantasan Korupsi.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA DELIK KORUPSI
DALAM PERUNDANG-UNDANGAN KORUPSI.

Secara umum,lahirnya delik-delik korupsi di dalam


perundang-undangan korupsi dapat dibagi ke dalam 2
bagian utama,yaitu:
1.Delik korupsi yang dirumuskan oleh pembuat
undang-undang.
2.Delik korupsi yang diambil dari KUHP.
Delik korupsi dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu:
a.Delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari
KUHP.
b.Delik korupsi yang ditarik tidak secara
mutlak dari KUHP.
DELIK KORUPSI MENURUT UU NO.31 TAHUN
1999 JO.UU NO.20 TAHUN 2001.

Berdasarkan Undang-Undang kita dapat membedakan 30 perbuatan yang


masuk kategori sebagai delik korupsi.30 perbuatan delik korupsi itu diatur
dalam 13 pasal.Adapun delik-delik korupsi yang diatur dalam undng-
undang adalah:
 Pasal 2
 Pasal 3
 Pasal 13
Pasal 15
Pasal 5
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
GRATIFIKASI
Undang-Undang No.20 tahun 2001 memperkenalan suatu perbuatan yang
dikenal sebagai gratifikasi,sebagaimana diatur di dalam Pasal 12 B.
Gratifikasi hanya ditujukan kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara sebagai penerima suatu pemberian.
Pada prinsipnya gratifikasi adalah pemberian biasa dari seseorang kepada
seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara.Dalam
praktek,pemberian seperti ini kerap dijadikan modus untuk ‘membina’
hbungan dengan pejabat sehingga dalam hal seseorang tersangkut suatu
masalah yang menjadi kewenangan pejabat tersebut,kepentingan orang itu
sudah terlindungi karena ia sudah berhubungan baik dengan pejabat
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai