E1A021033
Kelas A
Soal
2. Kapan dan dalam keadaan yang bagaiman kebutuhan untuk melakukan kodifikasi itu
muncul?
3. Apa kelebihan dan kekurangan kodifikasi ketat jika dibandingkan dengan kodifikasi
terbuka?
4. Apa perbedaan delik politik dengan delik yang yang bernuansa politik?
6. Mengapa pelaku delik politik dikatakan memiliki motif altruistic dan apa konsekuensi
logisnya? Berikan contoh motif altruistik yang ada pada pelaku delik politik!
9. Apa dasar atau landasan hukum negara atau pemerintah menggunakan teori relatif atau
subjektif dalam pembuatan perundang-undangan pidana politik?
10. Sebut dan jelaskan indikator dari sebuah tindakan yang disebut terorisme!
11. Apa dampak yang timbul sebagai akibat pengecualian motif, latar belakang dan tujuan
politik dari tindak pidana terorisme?
12. Apa konsekuensi logis dari tiadanya pembedaan antara delik selesai dan delik yang belum
selesai pada tindak pidana terorisme?
13. Jelaskan siapa saja yang bisa melakukan korupsi dan pasal mana saja yang bisa diancamkan
kepadanya?
14. Terdapat ketentuan lain di luar Undang-undang Pemberantarasan Tindak Pidana Korupsi
(UU PTPK). Bagaimana nasib perundang-undangan tersebut dalam perspektif teori maupun
praktik dengan adanya UU PTPK?
15. Mengapa pecandu maupun penyalahguna narkotika perlu dilakukan perlakuan yang
berbeda dengan pelaku tindak pidana narkotika yang lain? Sebutkan juga apa dasar hukumnya!
Jawaban
Dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dari kejahatan, yang dapat bersifat sosial,
politik atau agama. 1) membahayakan nilai nilai hak asasi manusia yang absolut (nyawa, bebas
rasa takut dan sebagainya, 2) serangan terorisme yang bersifat “random, indiscriminate and
non-selective” yang ditujukan pada orang orang yang tidak bersalah, 3) selalu mengandung
unsur unsur kekerasan, ancaman kekerasan, koersif dan intimidasi pada penduduk sipil dan
menimbulkan rasa takut yang bersifat luas, 4) kemungkinan keterkaitannya dengan kejahatan
terorganisir bahkan transnasional terorganisir, 5) menggunakan teknologi canggih seperti
senjata kimia, biology dan nuklir.
11. Pelaku tindak pidana terorisme apabila melarikan diri keluar negeri maka ia akan
diektradiksi ke negara tempat ia melakukan kejahatannya untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya.
12. Konsekuensi logis dari tiadanya pembedaan antara delik selesai dan delik belum selesai
di tindak pidana terorisme adalah hukum pidana yang dijatuhkan pada pelaku yang
bermufakat jahat, melakukan percobaan maupun pembantuan tindak pidana terorisme
disamakan dengan hukuman pidana yang dijatuhkan pada pelaku tindak pidana
terorisme.
13. Yang dapat dikategorikan bisa melakukan tindak pidana korupsi adalah pegawai negeri.
Menurut UU NO43/1999. Yaitu PNS (baik PNS Pusat dan Daerah), anggota
TNI,anggota POLRI (pasal 2 ayat (1). Pegawai tidak tetap yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang (pasal 2 ayat (3).
14. Dalam UU PTPK dalam hal ini yang mengatur lembaga pemberantasan korupsi tidak
menjadi ranah peraturan Peraturan perundang-undangan. Dimana KPK hanya
berwenang untuk melakuka penyelidikan dalam tindak pidana korupsi
15. Pecandu dan pengguna narkoba harus diberikan penangangan tertentu yang khusus
dikarekanakan keadaanya yang khusus dikarenakan efek samping dari pengunaan
narkotika. Adapun penangangan tersebut dapat berupa rehabilitasi untuk
mengembalikan kondisi fisik maupun psikis yang rusak akibat narkotika sesuai dengan
Peraturaan BNN Nomor 11 Tahun 2014.