Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan yang

dilarang dan bagi pelanggarnya mendapatkan sanksi pidana. Perbuatan

yang dilarang oleh undang-undang, biasa dikenal tindak pidana. Menurut

Moeljatno, pada dasarnya tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar

dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis

seperti halnya untuk memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah

hukum, maka bukanlah hal yang mudah untuk memberikan definisi atau

pengertian terhadap istilah tindak pidana. Pembahasan hukum pidana

dimaksudkan untuk memahami pengertian pidana sebagai sanksi atas

delik, sedangkan pemidanaan berkaitan dengan dasar-dasar pembenaran

pengenaan pidana serta teori-teori tentang tujuan pemidanaan. Perlu

disampaikan di sini bahwa, pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis

yang mempunyai arti khusus sebagai terjemahan dari bahasa Belanda

”straf” yang dapat diartikan sebagai ”hukuman”.1

Salah satu bentuk tindak pidana yang banyak terjadi di

masyarakat adah tindak pidana pencemaran nama baik. Tindak pidana

pencemaran nama baik (Defamation) diartikan sebagai perbuatan

menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan

sesuatu hal yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum.

Pencemaran nama baik dikenal juga istilah penghinaan, yang pada


1
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 37.
2

dasarnya adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang yang

bukan dalam arti seksual sehingga orang itu merasa dirugikan.

Kehormatan dan nama baik memiliki pengertian yang berbeda, tetapi

keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena menyerang

kehormatan akan berakibat kehormatan dan nama baiknya tercemar,

demikian juga menyerang nama baik akan berakibat nama baik dan

kehormatan seseorang dapat tercemar. Oleh sebab itu, menyerang salah

satu diantara kehormatan atau nama baik sudah cukup dijadikan alasan

untuk menuduh seseorang telah melakukan penghinaan.

Pencemaran nama baik terlihat dari 2 macam, yaitu pencemaran

nama baik secara lisan, dan pencemaran nama baik secara tertulis.

Pencemaran nama baik dikenal dengan istilah penghinaan, dimana dibagi

menjadi sebagai berikut

1. Penghinaan materiil

Penghinaan yang terdiri dari suatu kenyataan yang meliputi pernyataan

yang objektif dalam kata-kata secara lisan maupun secara tertulis, maka

yang menjadi faktor menentukan adalah isi dari pernyataan baik yang

digunakan secara tertulis maupun lisan. Masih ada kemungkinan untuk

membuktikan bahwa tuduhan tersebut dilakukan demi kepentingan

umum.

2. Penghinaan formil

Dalam hal ini tidak ditemukan apa isi dari penghinaan, melainkan

bagaimana pernyataan yang bersangkutan itu dikeluarkan. Bentuk dan


3

caranya yang merupakan faktor menentukan. Pada umumnya cara

menyatakan adalah dengan cara-cara kasar dan tidak objektif.

Kemungkinan untuk membuktikan kebenaran dari tuduhan tidak ada

dan dapat dikatakan bahwa kemungkinan tersebut adalah ditutup.

Pasal 310 ayat (1) KUHP

Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang


dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu
diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.

Pasal 27 ayat (3) Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008

Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi
dan /atau dokumen elektronik yang dimiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.” Selanjutnya dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE
mengatur mengenai sanksi atas pelanggaran ketentuan Pasal 27 (3) yang
diancam dengan pidana penjara 6 (enam) tahun.

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru Nomor

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb bermula dari cuitan di Facebook Saudari Siti

Maysarah Alias “Mamay KTB” Binti Jabidi telah mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi

elektronik dan/atau document elektronik yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik yaitu telah mencemarkan

nama baik M. Hafiz Halim bin Surajudin melalui media facebook melalui

akun “Mamay ktb” dengan kata-kata/status “astgflahhalazim”…. Hsil

jlln2 pd td ke daerah gn.Mandin ternyta ada b2rp gallon penjual air

nyambil air yg tdk layak pakai pdhl kami jg lngganan beli di mrk pd saat

musim kemarau bgni” dengan meng upload foto-foto tempat pengambilan


4

air dan mobil milik M. Hafiz Halim bin Surajudin sehingga menimbulkan

komentar-komentar yang menghina saudara M. Hafiz Halim.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka penulis perlu

mengetahui ketentuan perundang-undangan yang berlaku saat ini telah

cukup memberikan nilai keadilan bagi masyarakat karena hal ini berkaitan

dengan permasalahan pencemaran nama baik yang pada ujungnya akan

mengakibatkan seseorang atau korban merasa dirugikan dalam berbisnis

atau berdagang air bersih.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fakta bahwa saudari Siti

Maysarah Alias “Mamay KTB” Binti Jabid karena unggahan di status

facebooknya telah membuat saudara M. Hafiz Halim bin Surajudin

tercemar nama baiknya dan mengakibatkan omsetnya menurun drastis

dalam bisnisnya menjual air bersih.

Berdasarkan dari uraian penjelasan latar belakang tersebut maka

penulis tertarik untuk menjadikan judul “TINDAK PIDANA

PENCEMARAN NAMA BAIK (Studi Terhadap Putusan Pengadilan

Negeri Kotabaru Nomor : 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb)” sebagai studi

hukum).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan unsur-unsur Tindak pidana pada Pasal 45

ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (3) Undang-undang RI Nomor 11 Tahun


5

2008 tentang ITE mengenai tindak pidana pencemaran nama baik

dalam Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru Nomor.

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb

2. Bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana

dalam kasus pencemaran nama baik dalam putusan Pengadilan Negeri

Kotabaru Nomor. 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb.

C. Tujuan Penelitian

Setelah dirumuskan beberapa masalah ini, tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan unsur-unsur Tindak pidana

pada Pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor

11 Tahun 2008 tentang ITE mengenai tindak pidana pencemaran

nama baik dalam Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru Nomor.

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb.

2. Untuk mengetahui bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan pidana dalam kasus pencemaran nama baik dalam

putusan Pengadilan Negeri Kotabaru Nomor.

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb

D. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah

penelitian yuridis normatif. pendekatan dengan mengacu pada norma-

norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undanggan


6

dan putusan-putusan pengadilan serta norma norma hukum yang

berlaku dalam masyarakat.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang dipakai adalah clinical legal research yaitu

penelitian untuk menemukan hukum in abstracto dalam perkara in

concreto.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian yang digunakan adalah data sekunder

yang berupa Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru Nomor :

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb, peraturan perundang-undangan, makalah-

makalah dan buku-buku literature yang berhubungan dengan materi

penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang dilakukan

dalam pengumpulan data untuk penelitan ini adalah studi kepustakaan

atau penelitian kepustakaan (library research) menurut Zainudin Ali

yaitu dengan jalan meneliti dokumen-dokumen yang ada, yaitu

dengan menggumpulkan data dan informasi baik yang berupa buku,

karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis

lainya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan mencari,

mempelajari, dan mencatat serta menginpterprestasikan hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian.

5. Metode Penyajian Data


7

Semua hasil yang sudah terkumpul akan disusun secara

sistematis, dan selanjutnya akan diolah untuk disusun dalam bentuk

uraian. Adapun uraian tersebut ditempuh melalui tahap menganalisa

data, dalam tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengkajian

terhadap hasil analisa data berupa perumusan maupun kesimpulan.

6. Metode Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisis data

dengan menggunakan metode normatif kualitatif uraian data analisis

secara bermutu dalam bentuk kalimat teratur, runtun, logis, dan tidak

tumpang tindih sehingga memudahkan implementasi data dan

pemahaman analisis.

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tindak Pidana
8

1. Pengertian Tindak Pidana

Menurut Moeljatno Tindak Pidana (strafbaar feit).adalah

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai

ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang

melanggar aturan tersebut. Terdapat 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan :

1. Perbuatan pidana  adalah  perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang

dan diancam pidana;

2. Larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan

atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan

ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian

itu;

3. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat,

oleh karena antara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu

ada hubungan erat pula. “Kejadian tidak dapat dilarang jika yang

menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat diancam pidana jika

tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya”.

Selanjutnya Moeljatno membedakan dengan tegas dapat dipidananya

perbuatan (diestrafbaarheid van het feit) dan dapat dipidananya orang

(strafbaarheid van den person) Sejalan dengan itu memisahkan pengertian

perbuatan pidana (criminal act) dan pertanggungjawaban pidana (criminal

responsibility) Pandangan ini disebut pandangan dualistis yang sering

dihadapkan dengan pandangan monistis yang tidak membedakan

keduanya.
9

Pidana berasal kata straf  (Belanda), sering disebut dengan istilah

hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum

sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Dapat dikatakan istilah

pidana dalam arti sempit adalah berkaitan dengan hukum pidana. Pidana

didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja

dijatuhkan/diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang

sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah

melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum

pidana ini disebut sebagai tindak pidana (strafbaar feit).

Pidana dapat berbentuk punishment atau treatment. Pidana

merupakan pembalasan (pengimbalan) terhadap kesalahan si pembuat.

Sedangkan tindakan adalah untuk perlindungan masyarakat dan untuk

pembinaan si pembuat.

Pelaku pidana disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap

kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris.

Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal

karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif

agama, politik atau paham.

Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh

seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini

merupakan asas dasar sebuah negara hukum, seseorang tetap tidak

bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang


10

dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman

disebut sebagai terpidana atau narapidana.

Perbuatan pidana atau tindak pidana dibedakan menjadi 2 (dua),

yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan dirumuskan dalam buku

kedua KUHP, dan tindak pidana pelanggaran dirumuskan dalam buku

ketiga KUHP.

2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Untuk mengetahui adanya tindak pidana, pada umumnya

dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan pidana tentang

perbuatan yang dilarang dan disertai dengan sanksi.

Dalam rumusan tersebut ditentukan beberapa unsur atau syarat yang

menjadi ciri atau sifat khas dari larangan tadi sehingga dengan jelas dapat

dibedakan dari perbuatan lain yang tidak dilarang. Perbuatan pidana menunjuk

kepada sifat perbuatannya saja, yaitu dapat dilarang dengan ancaman pidana

kalau dilanggar. Menurut Simons, unsur-unsur tindak pidana (strafbaar feit)

adalah :

1. Perbuatan manusia (positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat

atau membiarkan).

2. Diancam dengan pidana (statbaar gesteld)

3. Melawan hukum (onrechtmatig)

4. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)

5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab

(toerekeningsvatoaar person).
11

Simons juga menyebutkan adanya unsur obyektif dan unsur

subyektif dari tindak pidana (strafbaar feit)

Unsur Obyektif :

Perbuatan orang

1. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.

2. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti

dalam Pasal 281 KUHP sifat“openbaar” atau“di muka umum”. Yang

berbunyi :

Pasal 281 KUHP

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

Unsur Subyektif :

Orang yang mampu bertanggung jawab

1. Adanya kesalahan (dollus atau culpa)

Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan. Kesalahan ini dapat

berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau dengan keadaan mana

perbuatan itu dilakukan. Perbuatan (manusia) ;

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)

3. Bersifat melawan hokum (syarat materiil)

Unsur-unsur tindak pidana menurut Moeljatno terdiri dari :

1) Kelakuan dan akibat


12

2) Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, yang

dibagi menjadi :

a. Unsur subyektif atau pribadi yaitu mengenai diri orang yang

melakukan perbuatan, misalnya unsur Pegawai Negeri yang

diperlukan dalam delik jabatan seperti dalam perkara tindak

pidana korupsi. Pasal 418 KUHP jo.Pasal 1 ayat (1) sub c UU No.

3 Tahun 1971 atau Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.

20 Tahun 2001 tentang Pegawai Negeri yang menerima hadiah.

Kalau yang menerima hadiah bukan Pegawai Negeri maka tidak

mungkin diterapka Pasal tersebut; 

b. Unsur obyektif atau non pribadi yaitu mengenai keadaan di luar si

pembuat, misalnya Pasal 160 KUHP tentang penghasutan di

muka umum (supaya melakukan perbuatan pidana atau melakukan

kekerasan terhadap penguasa umum). Apabila penghasutan tidak

dilakukan di muka umum maka tidak mungkin diterapkan Pasal

ini.

Unsur keadaan ini dapat berupa keadaan yang menentukan,

memperingan atau memperberat pidana yang dijatuhkan. Pentingnya

pemahaman terhadap pengertian unsur-unsur tindak pidana. Sekalipun

permasalahan tentang “pengertian” unsur -unsur tindak pidana bersifat

teoritis, tetapi dalam praktek hal ini sangat penting dan menentukan bagi

keberhasilan pembuktian perkara pidana.


13

3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Disebut dengan rechtsdelicten atau tindak pidana hukum, yang

artinya sifat tercelanya itu tidak semata-mata pada dimuatnya dalam

Undang-undang melainkan memang pada dasarnya telah melekat sifat

terlarang sebelum memuatnya dalam rumusan tindak pidana dalam

Undang-undang. Walaupun sebelum dimuat dalam Undang-undang pada

kejahatan telah mengandung sifat tercela (melawan hukum), yakni pada

masyarakat, jadi berupa melawan hukum materiil.

Sebaliknya, wetsdelicten sifat tercelanya suatu perbuatan itu terletak

pada setelah dimuatnya sebagai demikian dalam Undang-undang.

Sumber tercelanya wetsdelicten adalah Undang-undang.

Dasar pembeda itu memiliki titik lemah karna tidak menjamin

bahwa seluruh Kejahatan dalam Buku II itu bersifat demikian, atau

seluruh Pelanggaran dalam Buku III mengandung sifat terlarang karena

dimuatnya dalam Undang-undang. Contoh sebagaimana yang

dikemukakan Hazewinkel Suringa, Pasal 489 KUHP (artikel 424 WvS

Belanda), Pasal 490 KUHP (artikel 425 WvS Belanda) atau Pasal 506

KUHP (artikel 432 ayat 3 WvS Belanda) yang masuk pelanggaran pada

dasarnya merupakan sifat tercela dan patut dipidana sebelum dimuatnya

dalam Undang-undang. Sebaliknnya, ada kejahatan misalnya Pasal 182

KUHP (artikel 154 WvS Belanda), Pasal 344 (artikel 293 WvS Belanda)

yang dinilai menjadi serius dan mempunyai sifat terlarang setelah dimuat

dalam Undang-undang.2
2
Andi Hamzah, 1991 Perbandingan Hukum Pidana, hlm. 76
14

Contoh-contohnya:

Kejahatan (Buku II):

1. Penghinaan;

2. Kejahatan terhadap nyawa;

3. Penganiayaan;

4. Pencurian.

Pelanggaran (Buku III):

1. Pelanggaran jabatan,

2. Pelanggaran pelayaran,

3. Pelanggaran kesusilaan,

4. Pelanggaran ketertiban umum.

1) Jenis-jenis tindak pidana berdasarkan perumusannya.

Delik Formil dan Delik Materiil

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan

sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yang

dirumuskan itu adalah melakukan suatu perbuatan tertentu. Perumusan

tindak pidana formil tidak memperhatikan dan atau tidak memerlukan

timbulnya suatau akibat tertentu dari perbuatan sebagai syarat

penyelesaian tindak pidana, melainkan semata-mata pada perbuatannya.

Misalnya pada pencurian (Pasal 362 KUHP) untuk selesainya pencurian

digantungkan pada selesainya perbuatan mengambil.

Sebaliknya dalam perumusan tindak pidana materiil, inti

larangan adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang. Oleh karna itu,
15

siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggung

jawabkan dan dipidana. Tentang bagaimana wujud perbuatan yang

menimbulkan akibat terlarang itu tidaklah penting. Misalnya pada

pembunuhan (Pasal 338 KUHP) inti larangan adalah pada menimbulkan

kematian orang, dan bukan dari wujud menembak, membacaok atau

memukul. Untuk selesainya tindak pidana digantungkan pada timbulnya

akibat dan bukan pada selesainya suatu perbuatan.

Begitu juga dengan selesainya tindak pidana mateeriil, tidak

tergantung sejauh mana wujud perbuatan yang dilakukan, tetapi

sepenuhnya digantungkan pada syarat timbulnya akibat terlarang

tersebut. Misalnya wujud membacok telah selesai dilakukan dalam hal

pembunuhan, tetapi pembunuhan itu belum terjadi jika dari perbuatan itu

belum atau tidak menimbulkan akibat hilangnya nyawa korban, yang

terjadi hanyalah percobaan pembunuhan.

Contoh-contohnya:

Delik formil: Pencurian (Pasal 362)

Delik materiil: Kejahatan terhadap nyawa (Pasal 338)

2) Jenis-jenis tindak pidana berdasarkan kesalahan.

Delik Sengaja dan Delik Kelalaian.

Tindak pidana sengaja (doleus delicten) adalah tindak pidana

yang dalam rumusannya dilakukan dengan kesengajaan atau ada unsur

kesengajaan. Sementara itu tindak pidana culpa (culpose delicten) adalah

tindak pidana yang dalam rumusannya mengandung unsur kealpaan.


16

Dalam suatu rumusan tindak pidana tertentu adakalanya

kesengajaan dan kealpaan dirumuskan secara bersama (ganda),

maksudnya ialah dapat berwujud tindak pidana kesengajaan dan kealpaan

sebagai alternatifnya. Misalnya unsur “yang diketahui” atau “sepatutnya

harus diduga”. Dilihat dari unsur kesalahannya disini, ada dua tindak

pidana, yaitu tindak pidana sengaja dan kealpaan, yang ancaman

pidananya sama atau kedua tindak pidana ini dinilai sama beratnya.

Membentuk tindak pidana kesengajaan yang disama beratkan dengan

tindak pidana kealpaan merupakan perkecualian dari ketentua umum

bahwa kesalahan pada kesengajaan itu lebih berat dari kesalahan dalam

bentuk culpa, sebagaimana dapat dilihat pada kejahatan terhadap nyawa

yang dilakukan dengan sengaja diancam dengan pidana penjara

maksimum 15 tahun (Pasal 338) bahkan dengan pidana mati atau seumur

hidup atau sementara maksimum 20 tahun (Pasal 340) jika dibandingkan

yang dilakukan karena culpa seperti pada Pasal 351 (3) dengan pidana

penjara maksimum 7 tahun.

Tindak pidana culpa adalah tindak pidana yang unsur

kesalahannya berupa kelalaian, kurang hati-hati, dan tidak karena

kesengajaan. Contoh-contohnya:

Delik kesengajaan: Pasal 362 (maksud), Pasal 338 (sengaja), Pasal 480

(yang diketahui).

Delik  culpa: Pasal 334 (karena kealpaannya), Pasal 359 (karena

kesalahannya);
17

Gabungan (ganda): Pasal 418, Psal 480.

3) Jenis-jenis tindak pidana berdasarkan cara melakukannya.

Delik Commisionis dan Delik Omisionis

Tindak pidana aktif (delicta commisionis) adalah tindak pidana

yang perbuatannya berupa perbuatan aktif (positif). Perbuatan aktif

(disebut perbuatan materiil) adalah perbuatan yang untuk mewujudkan

disyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh orang yang berbuat.

Dengan berbuat aktif, orang melanggar larangan, perbuatan aktif ini

terdapat baik tindak pidana yang dirumuskan secara formil maupun

materiil. Sebagian besar tindak pidana yang dirumuskan dalam KUHP

adalah tindak pidana aktif.

Berbeda dengan tindak pidana pasif, dalam tindak pidana pasif,

ada suatu kondisi dan atau keadaan tertentu yang mewajibkan seseorang

dibebani kewajiban hukum untuk berbuat tertentu, yang apabila tidak

dilakukan (aktif) perbuatan itu, ia telah melanggara kewajiban hukumnya

tadi. Di sini ia telah melakukan tindak pidana pasif. Tindak pidana ini

dapat disebut juga tindak pidana pengabaian suatau kewajiban hukum.

Tindak pidana pidana pasif ada dua macam, yaitu tindak pidana pasif

murni dan tidak murni disebut dengan (delicta commisionis per

omissionem).

Tindak pidana pasif murni adalah tindak pidana pasif yang

dirumuskan secara formil atau tindak pidana yang pada dasarnya semata-

mata unsur perbuatannya adalah berupa perbuatan pasif.


18

Tindak pidana pasif yang tidak murni adalah yang pada

dasarnya berupa tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan dengan cara

tidak berbuat aktif, atau tindak pidana yang mengandung suatau akibat

terlarang, tetapi dilakukan dengan atau tidak berbuat/atau mengabaikan

sehingga akibat itu benar-benar timbul. Misalnya pada pembunuhan

Pasal 338 (sebenarnya tindak pidana aktif), tetapi jika akibat matinya itu

di sebabkan karna seseorang tidak berbuat sesuai kewajiban hukumnya

harus ia perbuat dan karenanya menimbulkan kematian, disini ada tindak

pidana pasif yang tidak murni. Misalnya seorang ibu tidak menyusui

anaknya agar mati, perbuatan ini melanggar Pasal 338 dengan secara

perbuatan pasif.

Contoh-contohnya: Delik commisionis: Pasal 338, Pasal 351, Pasal 353,

Pasal 362. Delik omisionis: Pasif murni: Pasal 224, Pasal 304, Pasal 522.

Pasif tidak murni: Pasal 338 (pada ibu menyusui)

4) Jenis-jenis tindak pidana berdasarkan jangka waktu terjadinya.

Delik Terjadi Seketika dan Delik Berlangsung Terus

Tindak pidana yang terjadi dalam waktu yang seketika disebut

juga dengan aflopende delicten. Misalnya pencurian (Pasal 362), jika

perbuatan mengambilnya selesai, tindak pidana itu menjadi selesai secara

sempurna. Sebaliknya, tindak pidana yang terjadinya berlangsung lama

disebut juga dengan voortderende delicten. Seperti Pasal 333,

perampasan kemerdekaan itu berlangsung lama, bahkan sangat lama, dan

akan terhenti setelah korban dibebaskan/terbebaskan.


19

Contoh-contohnya:

a. Delik terjadi seketika : Pasal 362, Pasal 338

b. Delik berlangsung terus: Pasal 329, Pasal 330, Pasal 331, Pasal 334.

5) Jenis-jenis tindak pidana berdasarkan sumbernya.

Delik Umum dan Delik Khusus

Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat

dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum materiil. Sementara itu tindak

pidana khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat dalam

kodifikasi tersebut.

Walaupun setelah ada kodifikasi (KUHP), tetapi adanya tindak

pidana di luar KUHP merupakan suatu keharusan yang tidak dapat

dihindari. Perbuatan-perbuatan tertentu yang dinilai merugikan

masyarakat dan patut diancam dengan pidana itu terus berkembang,

sesuai dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan,

yang tidak cukup efektif dengan hanya menambahkannya pada kodifikasi

(KUHP).

Tindak pidana di luar KUHP tersebar di dalam berbagai

peraturan per Undang-undangan yang ada. Peraturan per Undang-

undangan itu berupa peraturan per Undang-undangan pidana.

Contoh-contohnya:

a. Delik umum: KUHP ;

b. Delik khusus: Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak

Pidana Korupsi, Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang


20

Psikotropika, Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik.

6) Jenis-jenis tindak pidana dilihat dari sudut subjek hukumnya.

Delik Communia dan delik propria

Jika dilihat dari sudut subjek hukumnya, tindak pidana itu dapat

dibedakan antara tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang

(delictacommunia) dan tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh

orang yang berkualitas tertentu (delicta propria).

Pada umumnya, itu dibentuk untuk berlaku kepada semua orang.

Akan tetapi, ada perbuatan-perbuatan tertentu yang hanya dapat

dilakukan oleh orang-orang yang berkualitas tertentu saja.

Contoh-contohnya:

a. Delik communia: Pembunuhan (Pasal 338), Penganiayaan (Pasal

351;

b. Delik propria: Pegawai Negeri (pada kejahatan jabatan), Nakhoda

(pada kejahatan pelayaran).

7) Jenis-jenis tindak pidana dalam perlu tidaknya aduan dalam

penuntutan.

Delik Biasa dan Delik Aduan

Tindak pidana biasa adalah tindak pidana yang untuk

dilakukannya penuntutan pidana tidak disyaratkan adanya aduan dari

yang berhak. Sedangkan delik aduan adalah tindak pidana yang untuk
21

dilakukannya penuntutan pidana disyaratkan adanya aduan dari yang

berhak.

Contoh-contohnya:

a. Delik biasa: Pembunuhan (Pasal 338);

b. Delik aduan: Pencemaran (Pasal 310), Fitnah (Pasal 311).

B. Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik

1. Pengertian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik

Pencemaran nama baik dikenal juga istilah penghinaan, yang

pada dasarnya adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang

yang bukan dalam arti seksual sehingga orang itu merasa dirugikan.

Kehormatan dan nama baik memiliki pengertian yang berbeda,

tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena

menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan nama baiknya

tercemar, demikian juga menyerang nama baik akan berakibat nama baik

dan kehormatan seseorang dapat tercemar. Oleh sebab itu, menyerang

salah satu diantara kehormatan atau nama baik sudah cukup dijadikan

alasan untuk menuduh seseorang telah melakukan penghinaan.

Nama baik adalah penilaian baik menurut anggapan umum

tentang perilaku atau kepribadian seseorang dari sudut moralnya. Nama

baik seseorang selalu dilihat dari sudut orang lain, yakni moral atau

kepribadian yang baik, sehingga ukurannya ditentukan berdasarkan


22

penilaian secara umum dalam suatu masyarakat tertentu di tempat mana

perbuatan tersebut dilakukan dan konteks perbuatannya.3

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik

Pencemaran nama baik merupakan ujaran atau ucapan atau

perkataan yang tidak benar yang menimbulkan kerugian kepada

korban. Bunyi lengkap Pasal 310:

Ayat 1

Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang,


dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudunya terang supaya hal itu
diketahui umum, diancam karena pencemaran, dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

Ayat 2

Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah,
karena pencemaran  tertulis, diancam pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

Ayat 3

Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan


terang dilakukan demi keuntungan umum atau karena terpaksa untuk bela
diri.

Rumusan Pasal 310 ayat (1) tersebut mengandung beberapa unsur

penting yaitu :

1. Unsur Pasal Dengan sengaja :

“dengan sengaja” adalah unsur kesalahan yang pertama dan unsur

kesalahan kedua ada pada kata-kata “dengan maksud”. Sikap batin

3
Mudzakir, Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat Publik.Dictum 3 :
Jakarta, 2004
23

“sengaja” ditujukan pada perbuatan menyerang kehormatan atau

nama baik orang (perbuatan dan objek perbuatan);

2. Unsur Pasal menyerang kehormatan atau nama baik orang lain :

Perbuatan menyerang (aanranden), tidaklah bersifat fisik, karena

terhadap apa yang diserang (objeknya) memang bukan fisik tapi

perasaan mengenai kehormatan dan perasaan mengenai nama baik

orang. Objek yang diserang adalah rasa/perasaan harga diri

mengenai kehormatan (eer), dan rasa/perasaan harga diri mengenai

nama baik (goedennaam) orang;

3. Unsur Pasal Menuduh melakukan suatu perbuatan tertentu :

Dengan menggunakan kata/kalimat melalui ucapan, dengan

menuduhkan suatu perbuatan tertentu. Jadi yang dituduhkan si

pembuat haruslah merupakan perbuatan tertentu, dan bukan hal lain

misalnya menyebut seseorang dengan kata-kata yang tidak sopan,

seperti bodoh, malas, anjing kurapan dan lain sebagainya.

4. Dengan maksud yang nyata supaya diketahui oleh umum :

Adalah sikap batin “maksud” ditujukan pada unsur “diketahui oleh

umum” mengenai perbuatan apa yang dituduhkan pada orang itu.

Dalam Pasal 310 ayat (2) ada tambahan unsur tulisan atau gambar yang

disiarkan di muka umum. Unsur ini dapat ditafsirkan sebagai berikut :

1. Tulisan atau gambar :

 Tulisan adalah hasil dari pekerjaan menulis baik dengan tangan

maupun alat apapun yang wujudnya berupa rangkaian kata-


24

kata/kalimat dalam bahasa apapun yang isinya mengandung arti

tertentu, atau menyerang kehormatan dan nama baik orang di

atas sebuah kertas atau benda lainnya yang sifatnya dapat

ditulisi misalnya: kertas, papan, kain dan lain-lain.

 Gambar atau gambaran atau lukisan adalah tiruan dari benda

yang dibuat dengan coretan tangan melalui alat tulisan misalnya

pensil, kuas dan cat, dengan alat apapun di atas kertas atau

benda lainnya yang sifatnya dapat digambari/ditulisi. Gambar

ini harus mengandung suatu makna yang sifatnya mencemarkan

nama baik atau kehormatan orang tertentu (yang dituju).

2. Disiarkan, dipertunjukan atau ditempel  dimuka umum

 Disiarkan (verspreiden), maksudnya ialah bahwa tulisan atau

gambar tersebut dibuat dalam jumlah yang cukup banyak, dapat

dicetak atau diperbanyak, lalu disebarkan dengan cara apapun.

Misalnya diperjualbelikan, dikirim ke berbagai pihak, atau

dibagi-bagikan kepada siapapun (umum). Oleh sebab

itu verspreiden dapat pula diterjemahkan dengan kata

menyebarkan. Dalam cara menyebarkan sekian banyak tulisan

atau gambar kepada khalayak ramai, telah nampak maksud si

penyebar agar isi tulisan atau makna dalam gambar yang

disiarkan, yang sifatnya penghinaan diketahui umum.

 Dipertunjukkan (ten toon gesteld) adalah memperlihatkan

tulisan atau gambar yang isi atau maknanya menghina kepada


25

umum, sehingga orang banyak mengetahuinya. Menunjukkan

bisa terjadi secara langsung. Pada saat menunjukkan pada umum

ketika itu banyak orang, tetapi bisa juga secara tidak langsung.

Misalnya memasang spanduk yang isinya bersifat menghina di

atas sebuah jalan raya, dilakukan pada saat malam hari yang

ketika itu tidak ada seorangpun yang melihatnya.

 Sedangkan ditempelkan (aanslaan), maksudnya ialah tulisan

atau gambar tersebut ditempelkan pada benda lain yang sifatnya

dapat ditempeli, misalnya papan, dinding gedung, pohon dan

sebagainya.

Pengaturan mengenai pencemaran nama baik dalam UU ITE

termuat dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi:

Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi
dan/atau dokumen elektronik yang dimiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE sudah

berlaku sejak diundangkannya pada tahun 2008. Dalam perjalanannya,

terdapat banyak masukan dan aspirasi dari Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), akademisi, praktisi, dan masyarakat lainnya untuk

direvisi. Proses pelaksanaan revisi Undang-undang ITE telah menjawab

tuntutan dan aspirasi tersebut, mengingat banyaknya kasus yang terjadi

dan banyak pihak yang dilaporkan serta diproses melalui hukum dengan

dilakukan penahanan sejak penyidikan. Tuntutan tersebut pada intinya


26

adalah agar tidak terjadi kriminalisasi dari kasus-kasus yang ada dan

meminta agar orang yang dituduh tidak serta merta dilakukan penahanan.

Tuntutan dan aspirasi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh

DPR bersama pemerintah dengan melakukan revisi atas Undang-undang

ITE dengan skema revisi terbatas, yang maksudnya adalah konsentrasi

kepada pasal-pasal tertentu sehingga memberi ruang tidak ada lagi

kriminalisasi sebagaimana diaspirasikan. Revisi juga memberi ruang

untuk memberikan perlindungan hukum, ekosistem yang berkeadilan

bagi seluruh lapisan masyarakat. Adapun tujuan direvisinya Undang-

undang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menghindarkan dari serta merta adanya penahanan

Materi perubahannya adalah

a. menurunkan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun menjadi

paling lama 4 (empat) tahun terkait dengan perbuatan pidana

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat (3))

Manfaat dari perubahan tersebut bagi masyarakat adalah tidak

dilakukan penahanan selama proses hukum sampai dengan

berkekuatan hukum tetap (inkrah) adapun manfaat bagi pemerintah

adalah memberikan penerapan hukum yang berkeadilan dan

berkeseimbangan;

b. Menurunkan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun

menjadi paling lama 4 (empat) tahun terkait dengan perbuatan

pidana ancaman kekeresan atau menakut-nakuti (Pasal 29)


27

2. Hak untuk dilupakan atau Right to be forgotten

Kewajiban menghapus Informasi Elektronik yang tidak relevan yang

berada di bawah kendalinya atas permintaan orang yang bersangkutan

berdasarkan penetapan pengadilan. Manfaat bagi masyarakat dengan

adanya revisi ini adalah untuk merehabilitasi dan pemulihan nama

baik adapun manfaat bagi pemerintah adalah untuk memberikan

prinsip keadilan bagi masyarakat.

3. Memberi penegasan terhadap apa yang dituntut oleh masyakarat agar

pemerintah berperan memberikan perlindungan masyarakat dari

konten negatif sehingga masyarakat dapat terlindungi dari konten-

konten negatif dan terjaganya norma dan sendi kehidupan yang

mengedepankan nilai dan budaya bangsa, dengan demikian

pemerintah juga dapat melindungi kepentingan umum dari segala

gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik.

Adapun materi yang dirubah dari Undang-undang tersebut adalah

pencegahan penyebarluasan Informasi Elektronik yang memiliki

muatan yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

4. Tindak lanjut atas Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai Tata Cara

Intersepsi

Materi perubahannya terdpat pada pengaturan tata cara intersepsi atau

penyadapan sebelumnya diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah

menjadi dalam Undang-undang.


28

Manfaat bagi masyarakat dengan perubahan ini adalah perlindungan

terhadap Hak Asasi Masyarakat manfaat bagi pemerintah adalah

terselenggaranya tata cara intersepsi yang dilakukan Aparat Penegak

Hukum dalam melakukan intersepsi berdasarkan kewenangannya;

5. Penegasan bukti hukum yang sah dari hasil Intersepsi adalah

Intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas

permintaan Aparat Penegak Hukum, materi perubahannya adalah

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagai alat bukti

hukum yang sah termasuk Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik berupa hasil intersepsi atau penyadapan atau perekaman

yang merupakan bagian dari penyadapan harus dilakukan dalam

rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan,

dan/atau institusi lainnya yang kewenangannya ditetapkan

berdasarkan undang-undang. Manfaat bagi masyarakat adalah

perlindungan terhadap masyarakat atas Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang dijadikan sebagai alat bukti dari hasil

kegiatan intersepsi atau penyadapan atau perekeman yang tidak sah.

Manfaat bagi Pemerintah dengan di tegaskannya peraturan ini adalah

mendapatkan penegasan keberadaan bukti hukum Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagai alat bukti hukum

yang sah.

Dengan berkurangnya ancaman pidana dan tidak akan ditahan

sekaan-akan persoalan Pasal 27 ayat (3) dapat di minimalisir. 


29

 Pertama, Pasal tersebut multitafsir, akibatnya banyak disalahgunakan

dan mengakibatkan ancaman bagi kebebasan berekpresi.

 Kedua adanya duplikasi tindak pidana dari UU ITE, yang sudah

seluruh ketentuan pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik

sebenarnya sudah diatur dalam KUHP. Mengembalikan segala bentuk

pemidanaan ke dalam dalam KUHP sesuai dengan kapasitas muatan

yang mengatur lebih rinci dan menjamin kepastian hukum.

 Ketiga, karena multitafsir maka Respon penggunaan Pasal tersebut

tidak memiliki satu kepastian hukum karena diterapkan secara

beragam, mulai dari proses penydidikan,  dakwaan, prosedur

penahanan, prosedur pencabutan laporan dan mendiasi, termasuk

dalam menafsirkan Pasal itu sendiri. Penafsiran tersebut terlihat dari

pertimbangan hakim dalam menguji unsur‐unsur pidana, sehingga

praktek pengadilan yang eksesif.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian didasarkan pada putusan perkara pidana Nomor :

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb sebagai berikut :


30

1. Identitas Tersangka

Nama lengkap : Siti Maysarah Alias Mamay Ktb Binti Jabidi


Tempat lahir : Kotabaru
Umur/Tanggal lahir : 37 Tahun/03 Mei 1978
Jenis kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jalan Karya Utama RT 22 Nomor 43, Desa

Semayap Kecamatan Pulau Laut Utara,

Kabupaten Kotabaru
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS (Guru SMKN 2Kotabaru)
2. Duduk Perkara dan Dakwaan

Siti Maysarah Als MAMAY KTB Binti Jabidi, pada hari

Minggu tanggal 27 September 2015 sekira jam 11.17 WITA

bertempat di Jalan Gunung Mandin Kecamatan Pulau Laut Utara,

Kabupaten Kotabaru telah mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau

document elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik yaitu :

a. Terdakwa telah mencemarkan nama baik korban M. Hafiz Halim

bin Surajudin melalui media facebook melalui akun Mamay ktb

dengan kata-kata/status “astgflahhalazim”…. Hsil jlln2 pd td ke

daerah gn.Mandin ternyta ada b2rp gallon penjual air nyambil air

yg tdk layak pakai pdhl kami jg lngganan beli di mrk pd saat

musim kemarau bgni” dengan meng upload foto-foto tempat

pengambilan air dan mobil milik korban, sehingga menimbulkan

komentar-komentar yang menghina korban, antara lain atas


31

nama AKUN YATMII N dengan komentar “wong Edan, masa air

lokang, orang gedeng”, atas nama accont Facebook MAMAY

KTB Email : mailto:smaysarah24@yahoo.com dengan komentar

“IYEX….IYA OM ulun melihat sorang, pgvtd dijualnya bnyu kd

lyak, shrusnya ditulisi di pick up nya JUAL AIR KOTOR.

b. Semua komentar mengandung pencemaran nama baik terhadap

korban M Hafiz Halim bin Surajudin akibat dari status yang di tulis

dan foto-foto yang di upload terdakwa, serta komentar-komentar

tersebut.

c. Korban menjadi terhina dan mencemarkan nama baik korban,

karena korban dituduh dalam bentuk tulisan di akun facebook

milik Mamay Ktb menjual air kotor dan tidak layak pakai.

d. Korban merasa keberatan dan merasa tersinggung karena

pekerjaan korban selaku penjual air bersih dalam bentuk tandon

ukuran 1.200 kehilangan pelanggan dan pelanggan menjadi

berkurang.

e. Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 45 ayat

(1) Jo Pasal 27 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor

: 11 tahun 2008 tentang ITE

3. Alat Bukti

a. Keterangan saksi-saksi

1) Saksi M. Hafidz Halim Bin Surajudin


32

Peristiwa tersebut bermula ketika pada hari Senin,

tanggal 28 September 2015 sekitar pukul 06.00 WITA saat

saksi sedang berada di rumah yang beralamat di Jalan Teluk

Gadang RT 07 Desa Semayap Kecamatan Pulau Laut Utara,

Kabupaten Kotabaru masih dalam keadaan tidur kemudian

saksi dibangunkan oleh Saudara Rahman dengan

memberitahukan kepada saksi bahwa di Facebook ada foto

mobil dan komentar atas hal tersebut kemudian pada hari

Selasa tanggal 29 September 2015 sekitar pukul 12.00 WITA,

saksi baru membuka Facebook saksi melalui handphone

dengan akun saksi HAPIDZ HALIM lalu mencari Informasi

kebenaran dari keterangan Saudara Rahman tersebut dan

benar saksi menemukan di dalam Akun Facebook Mamay

KTB“menurut saksi telah mencemarkan nama baik saksi;

2) Saksi Fitri Supaini Alias Supian Abdul Ghani

Seingat saksi terakhir saudara Hafidz Halim mengambil

air di tempat saksi yakni pada hari Minggu tanggal 27

September 2015 sekitar pukul 09.00 WITA yang beralamat di

Desa Mandin RT 10 Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten

Kotabaru sebanyak 1.200 liter dan diangkut dengan

menggunakan mobil jenis daihatshu Grand Max dan pada saat

saksi sedang mengisi tendon milik Anugrah Motor tiba-tiba

ada seorang perempuan mengambil foto/memfoto kegiatan


33

saksi tersebut dengan menggunakan Handphone selanjutnya

pada hari Senin tanggal 27 September 2015 sekitar pukul 16.00

WITA saksi ada didatangi oleh saudara Hafidz Halim dengan

memberitahu bahwa diduga telah terjadi pencemaran nama

baik melalui akun Facebook milik Mamay ktb kepada saudara

Hafidz halim.

Saksi tidak mengetahui pemilik akun Mamay Ktb

tersebut dan saksi tidak kenal dengan seorang perempuan

yang mengambil foto kegiatan saksi di tempat sumber air

milik saksi tersebut.

Atas peristiwa tersebut, saudara Hafidz Halim merasa

dicemarkan nama baiknya dan mengakibatkan penjualan

menjadi menurun. Air yang saksi jual tersebut menurut saksi

layak dipergunakan untuk keperluan mandi, cuci, dan bukan

untuk keperluan air minum.

Saksi tidak memiliki ijin dalam menjual air tersebut,

namun saksi memiliki Surat Keterangan dari Pembekal.

Sumber air yang diambil oleh saksi tersebut berasal dari

pemukiman penduduk dan bukan daerah tangkapan yang

ditetapkan oleh PDAM Kotabaru, karena daerah tangkapan

PDAM Kotabaru masih berada diatasnya lagi;

3) Saksi Anggun Rahman Bin Efendi


34

Peristiwa tersebut bermula ketika pada hari Senin

tanggal 28 September 2015 Sekitar pukul 05.00 WITA pada

saat saksi sedang berada di rumah yang beralamat di Jalan

SMP 5 Kotabaru Selatan,Kecamatan Pulau Laut Utara,

Kabupaten Kotabaru sedang bermainFacebook dan melihat

akun Mamay Ktb pada bagian berandanya memuat Foto 1

(satu) Unit Mobil Merk Daihatsu Grand Max warna hitam

milik Saudara Halim dengan status mencela Saudara

Halimdan atas hal tersebut saksi langsung mendatangi

saudara Halim dan memberitahukan kepada saudara Halim.

4) Saksi Haridah Alias Ke’ds Binti (Alm) Tamma

Saksi mengetahui dari anak saksi yang bernama

Radiah, yang memberitahukan melalui handphone bahwa ada

foto mobil Halim yang mengangkut tendon air disertai tulisan

yang menuduh bahwa telah menjual air kotor. Bahwa atas

tulisan tersebut selanjutnya banyak komentar dibawahnya yang

tidak baik, saksi sudah lama berlangganan air kepada saudara

Halim ketika musim kemarau, dan setelah ada berita tersebut

saksi tetap berlangganan atau membeli air tersebut .

5) Saksi Radiah Binti Ruma

Saksi pertama kali mengetahui jika saudara Halim

dituduh menjual air kotor tersebut melalui akun facebook milik

teman saksi dan melihat ada foto mobil saudara Halim yang
35

memuat tandon air yang dijualnya dengan status atas nama

akun facebook milik Mamay Ktb yang bertuliskan

“ASTGFRLAHHALAZHIM….. hsl jln2 pg tdi ke daerah gn

mandin ternyata ada b2rp gallon penjual air ngambil air yg

tdk layak pakai pdhl kami jg lngganan beli di mrk pd saat

musim kemarau bgni“:Akibat status tersebut saksi melihat

komentar-komentar yang tidak baik dari teman Mamay Ktb

diantaranya: Atas nama AKUN YATMII N yang Komentar “

WONG EDAN, MASA AIR LOKANG, ORANG GEDENG Atas

nama AKUN MAMAY KTB dengan komentar “ IYEX….. IYA

OM ulun melihat sorang pgvtd dijualnya bnyu kd lyak,

shrusnya ditulisi di pick up nya JUAL AIR KOTOR. . AKUN

DEWI MARLIANA yang komentarnya “ MDHN AE KMI

KD TETUKARI PENJUAL BANYU KOTOR ITU. Selama

musim kemarau, saksi berlangganan air ditempat Halim dan

sejauh ini tidak merasa ada keluhan apapun tentang air

tersebut;

6) Saksi Hernawati Binti (Alm) Muhammad Hasan

Saksi pertama kali mengetahui jika saudara Halim

dituduh menjual air kotor tersebut dari anak tetangga, bahwa

saksi sudah lama berlangganan air kepada saudara Halim

sekitar 2 (dua) tahun lebih dan tidak pernah merasakan adanya

keluhan.
36

7) Saksi Wahyu Rofian Noor Bin (Alm) Thamrin

Status akun Mamay Ktb saat itu adalah

“ASTGFRLAHHALAZHIM….. hsl jln2 pg tdi ke daerah gn

mandin ternyata ada b2rp gallon penjual air ngambil air yg

tdk layak pakai pdhl kami jg lngganan beli di mrk pd saat

musim kemarau bgni“ serta dilampirkan Foto- foto yang terdiri

dari lahan Air, beserta 1 (satu) Unit Mobil Pick Up Merk

Daihatsu grand max warna Hitam No. Pol. DA 9421 GB dan

akibat dari status tersebut ada beberapa orang yang

mengomentari seperti :

“Mamay Ktb….., pian mun yakin aman ada penjual air gallon

mas Karim mamax….itu 100% air sumur bor…..sumur bor

deket rumah ulun jadi tau persis….garansi dari wahyu via”

8) Saksi Dewi Marlina, S.E Binti (Alm) Sarkamadi

Atas postingan akun Mamay Ktb tersebut saksi ikut

memberikan komentar melalui akun miliknya dengan kalimat

“Mdhn ae kmi kd tetukari penjual banyu kotor itu”. Selain

saksi ada orang lain yang ikut mengomentari status Terdakwa,

namun saksi tidak membaca secara keseluruhan sehingga

saksi tidak mengetahui jika ada komentar yang kurang sopan

Saksi dan suami saksi pernah mendatangi rumah saudara

korban Halim di daerah Stagen serta mendatangi rumah

korban Halim dengan maksud untuk mengupayakan


37

perdamaian, namun tidak pernah ketemu dengan saksi

korban Halim. Saksi mendapatkan informasi terakhir melalui

suami saksi yang telah diberitahu oleh Terdakwa bahwa pada

saat itu pihak Terdakwa meminta ganti rugi materiil sebesar

Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan sempat

ditawar sampai dengan Rp 80.000.000,00 (delapan puluh juta

rupiah) namun sampai saat ini belum pernah terjadi

kesepakatan.

9) Saksi Aminulloh Bin (Alm) Kurnain

Saksi mengetahui hal tersebut setelah mendapatkan

laporan dan permohonan ke Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kotabaru (BLHD) dari Terdakwa Siti Maysarah

untuk melakukan pengujian sample air sungai di Gunung

Mandin. Setelah adanya permohonan tersebut, saksi dan

pihak Lingkungan Hidup melakukan upaya pengujian sample

air sungai di Gunung Mandin berdasarkan kewenangannya

dengan bersurat meminta bantuan pihak Laboratorium

Badan Lingkungan Hidup (BLHD) Tanah Bumbu untuk

melakukan uji sample air sungai di Gunung Mandin. Saksi

turut mendam pingi pengambilan Sample Air di Sungai

Gunung Mandin pada hari Rabu tanggal 07 oktober 2015

Sekitar pukul 11.00 WITA dengan disertai oleh Saudara

Ansyari Muslim, saudara Suriadi, dan orang laboratorium


38

Tanah Bumbu yaitu saudara Mexi Yunita Abdul Fatah, dan

Saudara Mahlah Zailani dan saat itu saudara Siti Maysarah

selaku Pelapor yang meminta kami untuk melakukan

Pengambilan Sample di Lokasi tersebut.

Dari permohonan saudara Siti Maysarah untuk

melakukan uji sample air sungai Gunung Manding pada

pokoknya untuk pengujian mengenai dugaan air tidak layak

Konsumsi sehingga pihak BLHD Kotabaru menyimpulkan

dan mengacu pada hasil Lab. tidak bisa menjelaskan karena

bukan merupakan Kewenangan BLHD dalam menentukan

layak atau tidaknya air tersebut untuk dikonsumsi, karena yang

memiliki kewenangan tersebut adalah pihak Dinas Kesehatan.

Pada hari Rabu tanggal 07 Oktober 2015 Sekitar

pukul 12.20 WITA petugas Laboratorium Melakukan

pengambilan sample sesuai lokasi yang telah dimintakan

oleh pihak pelapor yakni saudara Siti Maysarah dan Petugas

Laboratorium lah yang yang menentukan lokasi 1 (satu) titik

yaitu dilokasi ada terpal berwarna Orange dengan cara Petugas

Laboratorium mengambil Air dengan peralatan Laboratorium,

kemudian setelah melakukan pengambilan sample-sample

tersebut di letakkan ke dalam Kulkas pendingin dan sample

tersebut di bawa ke laboratorium Batulicin.


39

Parameter yang diambil berdasarkan laporan hasil UJI

nomor : 050/ AM/ X/ 2015 tanggal 09 November 2015

adalah permenkes nomor : 492/Menkes/ PER/IV/ 2010.

Saksi dapat menjelaskan Hasil Sample Kimia setalah

hasil Laboratorium Nomor nomor : 050/AM/X/2015 tanggal

09 November 2015 yang terdiri dari 25 parameter :

1. Ph : 6, 84 dengan hasil di bawah Baku mutu.

2. Temperatur: 29 ºC dengan hasil di bawah baku mutu

3. TDS (Total Padatan Terlarut) : 88 Mg/L dengan hasil di

bawah baku mutu

4. Kekeruhan : 0,82 NTU dengan hasil di bawah Baku Mutu.

5. Warna : 22 TCU melebihi baku mutu

6. Rasa : Tidak berasa

7. Bau : Tidak berbau.

8. Besi : 0, 081 Mg/ Liter dengan hasil di bawah baku mutu.

9. Mangan : 0,035 Mg/Liter dengan hasil dibawah baku mutu

10. Seng : 0,83 Mg/ Liter dengan hasil di bawah Baku Mutu

11. Kadmium : 0,025 Ug/ Liter dengan hasil standart

kesehatan

12. Tembaga : 2,421 Ug/ Liter dengan hasil dibawah baku

mutu

13. Timbal : 4,384 Ug/ Liter dengan hasil dibawah baku mutu.

14. Arsen : 10,000 Ug/Liter dengan hasil dibawah baku mutu.


40

15. Kromium : 0,022 Ug/Liter dengan hasil dibawah baku

mutu

16. Iumunium : 0,72 Mg/ Liter dengan hasil melebihi baku

mutu

17. Surfaktan : 0,069 Mg/Liter dibawah baku mutu.

18. Sulfat : 1,311 dengan hasil dibawah baku mutu

19. Amonia : 0,128 Mg/Liter artinya di bawah baku Mutu

20. Nitrit : 0,003 Mg/Liter artinya di bawah baku mutu.

21. Klorida : 1,85 Mg/Liter dengan hasil dibawah baku Mutu

22. Kesadahan : 80,00 Mg/Liter dengan hasil dibawah baku

Mutu

23. Sianida : 0,11 Mg/Liter dengan hasil Melebihi Baku Mutu

24. Ecoli : 130 Jml / 100/ML dengan Hasil melebihi Baku

Mutu.

25. Coliform: 170 Jml/ 100/ ML dengan Hasil melebihi Baku

Mutu.

b. Keterangan Ahli

1) Saksi Ahli Desmaizal Syuhdo A.

Saksi bekerja sebagai PNS pada kantor Dinas Kesehatan

Kotabaru yang telah menerima surat permohonan untuk

pengambilan sample air di Sungai Gunung Mandin dari

saudara Halim, Saksi memiliki sertifikat surat tanda registrasi


41

Sanitarian, sertifikat UPL/UKL yang dikeluarkan oleh Pusat

Studi Lingkungan Hidup UGM

Saksi dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan :

Air adalah : senyawa Kimia yang merupakan hasil ikatan dari

unsur hiddrogen (H2) yang bersenyawa dengan Unsur

Oksigen dalam Hal Ini membentuk Senyawa H2O.

Air Bersih adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-

syarat pengawasan Kualitas Air memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak.

Air Minum adalah air yang melalui Proses Pengolahan

atau tanpa proses Pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung di minum

2) Saksi Ahli Sabhan

Tidak mengenal terdakwa SITI MAYSARAH, ST Binti

JABIDI SEBAGAI PEMILIK AKUN Facebook Atas Nama

Mamay Ktb saksi menerangkang dalam kapasitasnya bahwa :

a. Yang dimaksud “menista” adalah menganggap

hina/tercela

b. Yang dimaksud dengan “menista dengan tulisan” adalah

menganggap hina/tercela dengan bahasa tulis

c. Perbedaan antara “menista” dengan “menista dengan

tulisaan”
42

 Menista adalah menganggap hina yang biasa

dilakukan dengan lisan dan tulisan;

 Menista dengan tulisan adalah menganggap hina

yang hanya dilakukan dengan tulisan;

 Yang dimaksud penghinaan adalah

perkataan/perbuatan merendahkan.

d. Yang dimaksud memfitnah adalah mengatakan

kebohongan atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan

dengan maksud menjelekan orang.

e. Perbedaan atara Penghinaan dan Memfitnah adalaah

kedua kata tersebut tidak berbeda artinya, yakni sama-

sama menjelekan/merendahkan nama baik/kehormatan

orang;

f. Yang dimaksud mendistribusikan adalah

menyebarkan/membagikan/mengirimkan sesuatu kepada

beberapa orang atau tempat;

g. Yang dimaksud mentranmisikan adalah mengirimkan

atau meneruskan pesan dari seseorang atau benda kepada

orang lain atau benda lain

h. Yang dimaksud dengan muatan penghinaan adalah isi

kata-kata atau perbuatan menjelekan;


43

i. Yang dimaksud dengan pencemaran nama baik adalah

perkataan atau perbuatan merusak atau merendahkan

harga diri seseorang

Dan saksi bias memahami sepenuhnya tulisan tersebut.

Tulisan yang mengandung pencemaran nama baik adalah :

 WONG EDAN, MASA AIR LOKANG, ORANG

GEDENG (orang gila, masa air lokang, orang gila)

 Ternyata ada beberapa gallon penjual air ngambil air

yang tidak layak pakai

 Ulun melihat sorang pgvtd dijual bnyu kd lyak,

sharusnya ditulisi di pick up nya JUAL AIR KOTOR

(Saya melihat sendiri pagi tadi dijualnya air tidak layak,

seharusnya ditulisi di pick up-nya JUAL AIR KOTOR)

3) Ahli Ferdinan Dussetu

Saksi bekerja di Ditjen Aplikasi Informatika

Depkominfo RI, tepatnya dibagian Hukum, Jabatan Saksi

saat ini adalah Kepala Sub Bagian Penyusunan Rancangan

Peraturan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

dengan job description/tugas dan tanggung jawab menyusun

rancangan peraturan perundang-udangan bidang aplikasi

informatika di Kementerian Kominfo RI

Saksi dilengkapi dengan Surat Tugas dari pimpinan

saksi, Sekretaris Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika


44

Nomor 34A/DJAI.1/KP.01.06/01/2016 tanggal 22 Januari

2016 .

Bahwa yang dimaksud dengan :

a. Informasi Elektronik adalah Informasi Elektronik

menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang RI No. 11

tahun 2008 adalah suatu atau sekumpulan data

elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,

suara, gambar, peta, rancangan, foto, elektronic data

interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),

telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,

angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah

diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang

yang mampu memahaminya.

b. Dokument Elektronik menurut Pasal 1 ayat (4) UU RI

No. 11 tahun 2008 adalah setiap Informasi Elektronik

yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau

disimpan dalam bentuk analog, digital,

elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya yang

dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar

melalui komputer atau system elektronik, termasuk

tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,peta,

rancangan , foto,atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,

kode akses, simbol atau perforasi yang memilki makna


45

atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya;

c. Sistem Elektronik adalah : Sistem Elektronik menurut

Pasal 1 ayat (5) Undang-undang RI Nomor : 11 Tahun

2008 adalah serangkaian perangkat dan prosedur

elektronik yang berfungsi mempersiapkan,

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,

menampilkan, mengumumkan, mengirimkan dan atau

menyebarkan Informasi Elektronik.

d. Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiap Orang,

penyelenggara Negara, Badan Usaha, dan masyarakat

yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan

Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama kepada Pengguna Sistem Elektronik

untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain.

e. Akses menurut Pasal 1 (satu) ayat 15 Undang-undang RI

Nomor: 11 Tahun 2008 adalah kegiatan melakukan

interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri sendiri

atau dalam jaringan

f. Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronk


46

g. Penerima adalah subjek hukum yang menerima

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dari

Pengirim

h. Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara

Indonesia, warga negara asing, maupun badan hukum

Bahwa yang dimaksud dengan :

a. Mendistribusikan adalah tindakan seseorang untuk

menyebarluaskan suatu Informasi Elektronik atau

Dokumen Elektronik kepada orang lain dalam jumlah

banyak. Tindakan memposting suatu tulisan atau gambar

pada Facebook twitter termasuk dalam aktivitas

Mendistribusikan, karena pihak yang mendistribusikan

tidak mengetahui siapa saja yang membaca tulisan atau

gambar tersebut.

b. Mentransmisikan adalah tindakan seseorang

mengirimkan suatu informasi elektronik atau dokumen

elektronik kepada pihak lain yang diketahui persis

akan menerimanya. Contoh: mengirimkan email kepada

alamat email tertentu atau mengirimkan SMS kepada

nomor handphone tertentu.

c. Membuat dapat diaksesnya adalah tindakan

seseorang terhadap sistem elektronik, yang

menyebabkan suatu informasi elektronik dapat diakses


47

orang lain. Contoh menyediakan link atau tautan pada

sebuah website sehingga orang lain dapat mengakses

ke tautan tersebut

Contoh lain adalah memberikan kode akses kepada

orang lain untuk masuk ke dalam suatu sistem elektronik

d. MediaSosial adalah sebuah media online, dengan

para penggunanya bisa dengan mudah

berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi

blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.

Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk

media sosial yang paling umum digunakan oleh

masyarakat di seluruh dunia.

Alat bukti hukum dalam peraturan perundang-undangan ITE

selain alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP, juga

termasuk Alat Bukti Elektronik yang diatur dalam Pasal 5

Undang-Undang RI No 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik. Aplikasi media social adalah

termasuk Sistem Elektronik yang dapat menghasilkan

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

Postingan berupa kata-kata atau foto atau tulisan ke akun

facebook adalah termasuk Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik sebagaimana diatur dalam Undang-


48

undang RI No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

c. Keterangan Terdakwa

Terdakwa pada hari Minggu tanggal 27 September 2015 jam 11.17

WITA bertempat di jalan Gunung Mandin Kecamatan Pulau Laut

Utara, Kabupaten Kotabaru telah mendistribusikan dan/atau

mentranmisikan dan/atau membuat diaksesnya informasi elektronik

dan/atau document elektronik yang memiliki muatan penghinaan

dan pencemaran nama baik dan terdakwa telah mencemarkan nama

baik M. Hafiz Halim bin Surajudin melalui media Facebook

dengan kata-kata/status “astgflahhalazim Hsil Jlln2 pd td ke

daerah gn. Mandin ternyta ada b2rp gallon penjual air nyambil air

yg tdk layak pakai pdhl kami jg lngganan beli di mrk pd saat

musim kemarau bgni” dengan mengupload foto-foto tempat

pengambilan air dan mobil milik korban, sehingga menimbulkan

komentar-komentar yang menghina korban.

4. Barang Bukti

1. 1 (satu) Unit Computer Tablet, Merk Samsung Type Galaxy Tab 3

Model SM- T211, Imei 357645/ 05/ 946053/ 6 Warna putih.

2. 1 (satu) buah Acount Facebook “MAMAY KTB” Email : mailto :

smaysarah 24 @yahoo.com Password : 101256AA

5. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum


49

Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa terdakwa Siti Maysarah alias

Mamay Ktb Binti Jabidi terbukti bersalah melakukan tindak pidana

pencemaran nama baik melanggar Pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (3)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 11 tahun 2008 tentang

ITE, sebagaimana tersebut dalam dakwaan penuntut umum atas dasar

hal tersebut Jaksa Penuntut Umum mengajukan tuntutan sebagai berikut

1. Terdakwa Siti Maysarah Alias Mamay KTB Binti Jabidi terbukti

secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan

tindak pidana Mendistribusukan dan/atau mentranmisikan dan/atau

dapat disksesnya informasi Elektronik yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana diatur

dan diancam pidana dalam Pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (3)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang

ITE sebagaimana Surat Dakwaan Penuntut Umum;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Siti Maysarah alias Mamay

Ktb Binti Jabidi dengan pidana Penjara selama 2 (dua) bulan

penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan

sementara dengan perintah Terdakwa tetap ditahan dan denda Rp

2.000.000,00 (dua juta rupiah) subsidiair 3 (tiga) bulan kurungan;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

- 1 (satu) Unit Computer Tablet, Merk Samsung Type Galaxy

Tab 3 Model SM-T211, Imei 357645/05/946053/6 Warna

putih;
50

- 1 (satu) buah Acount Facebook :Mamay Ktb email :

mailto:smaysarah24@yahoo.com Password : 101256AA;

4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara

sebesar Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah).

6. Putusan Hakim Pengadilan Negeri

Hakim dalam Putusannya menyatakan sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa Siti Maysarah Alias Mamay KTB Binti

Jabidi terbukti secara sah dan meyakinkan telah “Dengan Sengaja

dan Tanpa Hak Secara Melawan Hukum Mendistribusikan,

Mentransmisikan Membuat Dapat Diaksesnya Informasi

Elektronik dan Dokumen Elektronik yang Memiliki Muatan

Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik”

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan

pidana penjara selama 3 (tiga) bulan

3. Menatapkan Pidana tersebut tidak perlu dijalani kecuali

dikemudian hari ada putusan Hakim yang menyatakan Terpidana

melakukan tindak pidana sebelum habis masa percobaan selama 6

(enam) bulan.

4. Menetapkan barang bukti berupa :

 1 ( satu ) Unit Tablet Merk Samsung Type Galaxy Tab 3

Model SM-T211, Imei 357645/05/946053/6 Warna putih

 1 (satu) buah Acount Facebook : MAMAY KTB

email : mailto smaysarah24@yahoo.com Password 101256AA


51

Dikembalikan pada terdakwa Siti Maysarah Alias Mamay Ktb

Binti Jabidi

5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara

sejumlah Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah)

B. Pembahasan

1. Penerapan unsur-unsur Pasal 45 ayat (1) jo Pasal 27 ayat (3)

Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang tindak pidana

Pencemaran Nama Baik dalam putusan Pengadilan Negeri Kota

Baru Nomor : 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb

Menurut Sudarto, syarat yang harus terpenuhi untuk

menjatuhkan pidana kepada seseorang adalah :

a. Memenuhi rumusan undang-undang;

b. Bersifat melawan hukum (tidak ada pembenaran);

c. Adanya kesalahan.

Apabila pendapat di atas dideskripsikan dengan putusan Pengadilan

Kotabaru Nomor :147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb maka dapat dianalisis

sebagai berikut :

a. Memenuhi rumusan Undang-undang

Suatu perbuatan dikategorikan sebagai perbuatan pidana apabila

memenuhi rumusan undang-undang dan bersifat melawan hukum.

Hal ini merupakan konsekwensi dari asas legalitas seperti yang

terdapat dalam Pasal 1 ayat 1 (satu) KUHP yang dirumuskan sebagai

berikut :
52

“Tiada suatu perbuatan boleh dihumkum, melainkan atas kekuatan


ketentuan pidana dalam undang-undang, yang ada terlebuh dahulu
dari perbuatan itu”

Berdasarkan putusan perkara pidana Nomor :

147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb terdakwa Siti Maysarah Alias Meme Ktb

Binti Jabidi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana Pencemaran Nama Baik sebagaimana

diatur dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE yang berbunyi :

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 27 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11

tahun 2008 tentang ITE yang berbunyi :

Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Bila dikaitkan dengan fakta hukum perkara terdakwa Siti Maysarah

Alias Meme Ktb Binti Jabidi dengan rumusan Pasal tersebut diatas,

maka dapat diketahui perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur

sebagai berikut :

a) Dengan sengaja

Unsur “Dengan sengaja” merupakan unsur kesalahan yang

pertama dan unsur kesalahan kedua adalah pada kata-kata

“dengan maksud” Sikap batin “sengaja” ditunjukan pada


53

perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik orang

(perbuatan dan objek perbuatan).

Oleh sebab itu berdasarkan keterangan para saksi yang

kesemuanya menerangkan bahwa yang membuat setatus di

media sosial Facebook dengan nama akun Mamay Ktb dengan

status “astgflahhalazim”…. Hsil jlln2 pd td ke daerah

gn.Mandin ternyta ada b2rp gallon penjual air nyambil air yg

tdk layak pakai pdhl kami jg lngganan beli di mrk pd saat

musim kemarau bgni”adalah terdakwa Siti Maysarah Alias

Mamay Ktb Binti Jabidi yang sehat akalnya dan mampu

mempertanggung jawabkan atas setiap perbuatannya, oleh

karena itu maka diri terdakwalah yang dimaksud sebagai subyek

hukum selaku pelaku dari tindak pidana dalam perkara ini.

Dengan demikian unsur pertama yaitu dengan sengaja yang

diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE telah terpenuhi dan

terbukti.

b) Unsur Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan.

Tulisan adalah hasil dari pekerjaan menulis baik dengan tangan

maupun alat apapun yang wujudnya berupa rangkaian kata-

kata/kalimat dalam bahasa apapun yang isinya mengandung arti

tertentu, atau  menyerang kehormatan dan nama baik orang di


54

atas sebuah kertas atau benda lainnya yang sifatnya dapat

ditulisi misalnya: kertas, papan, kain dan lain-lain.

Gambar atau gambaran atau lukisan adalah tiruan dari benda

yang dibuat dengan coretan tangan melalui alat tulisan misalnya

pensil, kuas dan cat, dengan alat apapun di atas kertas atau

benda lainnya yang sifatnya dapat digambari/ditulisi. Gambar

ini harus mengandung suatu makna yang sifatnya mencemarkan

nama baik atau kehormatan orang tertentu (yang dituju).

Dihubungkan dengan putusan Pengadilan Negeri Kota Baru

Nomor : 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb, berdasarkan keteranga

saksi-saksi dikuatkan dengan keterangan terdakwa dan

dihubungkan dengan barang bukti terdapat fakta hukum bahwa

terdakwa pada hari Minggu tanggal 27 September 2015 sekitar

jam 11.17 WITA bertempat di Jalan Gunung Mandin

Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru telah

mendistribusikan dan/atau mentranmisikan dan atau dapat

diaksesnya informasi elektronik dan/atau dukumen elektronik

yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama

baik yaitu terdakwa telah mencemarkan nama baik korban M.

Hafiz Halim Bin Surajudin melalui media Facebook.

b. Bersifat melawan hukum (tidak ada pembenaran)


55

Secara lebih jelas pembuat konsep KUHP Baru 1998 menegaskan

dianutnya pendapat sifat melawan hukum material yang terdapat

dalam

Pasal 17 KUHP

Perbuatan yag dituduhkan haruslah merupakan perbuatan yang


dilarang dan diancam dengan pidana oleh suatu peraturan
perundang-undangan dan perbuatan tersebut juga bertentangan
dengan hukum.

Pasal 18 KUHP,

Setiap tindak pidana Selalu bertentangan denagn pengaturan


perundang-undangan atau bertentangan dengan hukum, kecuali
terdapat alasan pembenar atau alasan pemaaf.

Dari kata-kata bertentangan dengan hukum ini, maka dapat

ditafsirkan bahwa sifat-sifat melawan hukum tidak hanya formale

wederrechtelijkheid yang diakui, tetapi juga materiele

wederrechtelijheid juga terakomodasi.

Dalam hukum pidana yang menjadi perhatian adalah perbuatan-

perbuatan yang bersifat melawan hukum saja, perbuatan-perbuatan

inilah yang dilarang dan diancam dengan pidana.dan sifat melawan

hukum didalamnya memiliki empat makna yakni :

1. Perbuatan melawan hukum diartikan syarat umum dapat

dipidananya suatu perbuatan sebagaimana definisi perbuatan

pidana yakni kelakuan manusia termasuk dalam rumusan delik,

bersifat melawan hukum dan dapat dicela;


56

2. Kata melawan hukum dicantumkan dalam rumusan delik.

Dengan demikian, sifat melawan hukum merupakan syarat

tertulis untuk dapat dipidananya suatu perbuatan;

3. Sifat melawan hukum formal mengandung arti semua unsur dari

rumusan delik telah dipenuhi.

Sifat melawan hukum materil mengandung dua pandangan sebagai

berikut :

a. Dari sudut perbuatannya mengandung arti melanggar atau

membahayakan kepentingan hukum yang hendak dilindungi

oleh pembuat undang-undang ruusan delik.

b. Dari sudut pandang hukumnya, sifat melawan hukum

mengandung pertentangan dengan asas kepatutan, keadilan dan

hukum yang hidup di masyarakat.

Perkembangan berikut, sifat melawan hukum materil dibagi menjadi

sifat melawan hukum materil dalam negatif dan fungsi positif. Sifat

melawan hukum materil dalam fungsi negatif berarti meski

perbuatan memenuhi unsur delik tetapi tidak bertentangan dengan

rasa keadilan masyarakat, maka perbuatan itu tidak dipidana.

Adapun sifat melawan hukum materil dalam fungsi positif

mengandung arti, meski perbuatan tidak memnuhi unsur delik, tetapi

jika perbuatan itu dianggap tercela karena tidak sesuai rasa keadilan

atau norma di masyarakat, maka perbuatan itu dapat dipidana.


57

Karena memang dalam hukum pidana yang menjadi perhatian adalah

perbuatan-perbuatan yang melawan hukum saja, perbuatan-

perbuatan inilah yang dilarang dan diancam dengan pidana.

Didalam KUHP istilah sifat melawan hukum itu bermacam-macam

a. Tegas dipakai istilah “melawan hukum”, (wederrechtelijk)

dalam Pasal 167, Pasal 168, Pasal 335 (1), Pasal 522;

b. Dengan istilah lain misalnya : “tanpa mempunyai hak untuk itu”

(Pasal 303, Pasal 548, Pasal 549); “tanpa izin” (zonder verlof)

(Pasal 496, Pasal 510); “dengan melampaui kewenangannya”

(Pasal 430); “tanpa mengindahkan cara-cara yang ditentukan

oleh peraturan umum” (Pasal 429).

Seperti yang telah di paparkan diatas, bahwa kata melawan hukum

telah dicantumkan dalam beberapa Pasal yang telah disebutkan. Pada

umumnya para sarjana hukum menyatakan bahwa melawan hukum

merupakan unsur-unsur dari tiap-tiap delik baik dinyatakan secara

eksplisit atau tidak, tetapi tidak semua Pasal dalam KUHP

mencantumkan unsur melawan ini secara tertulis, hal ini disebabkan

oleh beberapa hal, antara lain:

1. Bilamana dari rumusan undang-undang, perbuatan yang

tercantum sudah sedemikian wajar sifat melawan hukumnya

sehingga tidak perlu dinyatakan secara eksplisit;

2. Perbuatan melawan hukum berarti bahwa perbuatan seseorang

melanggar atau bertentangan dengan kaidah materil yang


58

berlaku baginya, oleh karena itu dengan sendirinya berarti

bahwa memidana orang yang tidak melakukan perbuatan pidana

adalah ionzining, tidak masuk akal, sifat melawan hukumnya

perbuatan merupakan salah satu syarat pemidanaan.

c. Adanya kesalahan

Menurut Sudarto unsur-unsur kesalahan adalah sebagai berikut

1. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada sipembuat, artinya

keadaan jiwa sipembuat harus normal;

2. Hubungan batin antara jiwa pembuat dengan perbuatan yang

berupa kesengajaan atau kealpaan, ini yang disebut bentuk

kesalahan;

3. Tidak ada alasan yang menghapuskan kesalahan atau tidak ada

alasan pemaaf.4

Terdakwa memenuhi semua unsur-unsur kesalahan yang

dipersyaratkan yaitu terdakwa mampu bertanggungjawab berupa

keadaan terdakwa normal atau tidak sakit ingatan, adanya hubungan

batin antara jiwa terdakwa dengan perbuatannya berupa kesengajaan

dan tidak ada alasan pemaaf.

Dengan terpenuhinya unsur kesalahan sebagai syarat pemidanaan

maka terdakwa dapat dipidana.

2. Pertimbangan Hakim.

a. Pertimbangan Juridis

4
Sudarto 1990 Hukum Pidana 1 A -1B hlm 91
59

Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan

pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam persidangan dan oleh

undang-undang di tempatkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam

putusan misalnya dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan

terdakwa, keterangan saksi, barang-barang bukti dan pasal-pasal.

Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 27 ayat

(3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang

ITE.

Dalam pembuktian di persidangan, Hakim terikat dengan alat-alat

bukti yang telah dipersyaratkan oleh Undang-undang yaitu diatur

dalam Pasal 184 KUHP.

Pasal 184 KUHP berbunyi :

1) Keterangan saksi;
2) Keterangan ahli;
3) Surat;
4) Petunjuk;
5) Keterangan terdakwa.

Alat-alat bukti tersebut sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti

dan hakim memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar

terjadi dan terdakwalah pelakunya. Menurut ketentuan Pasal 183

KUHP sebagai berikut :

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali


apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Alat bukti yang digunakan oleh hakim dalam perkara ini adalah :
60

1) Keterangan saksi;

2) Keterangan Ahli;

3) Keterangan terdakwa.

Dari pembuktian yang telah dilakukan oleh Majelis Hakim

memperoleh keyakinan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana yang telah memenuhi unsur-unsur Pasal 27 ayat (3) Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.

b. Pertimbangan Sosiologis

Pertimbangan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Pertimbangan

sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai

perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.

Sebelum menjatuhkan Pidana kepada terdakwa, Majelis

Hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan hal-hal yang

meringankan yaitu :

1) Hal-hal yang memberatkan.

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;

- Perbuatan Terdakwa tergolong tindak kriminal yang berat

karena mencemarkan nama baik melalui media sosial.

2) Hal-hal yang meringankan

- Terdakwa bersikap sopan di persidangan;


61

- Terdakwa merasa bersalah, menyesal serta berjanji tidak akan

mengulangi perbuatannya;

- Terdakwa selama ini berkelakuan baik di masyarakat dan

sebagi seorang pendidik.

Oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah maka harus

dibebani membayar ongkos perkara sesuai dengan ketentuan Pasal

222 ayat 1 (satu) KUHP yang mengatakan “Siapa pun yang diputus

pidana dibebani membayar biaya perkara dan dalam hal putusan bebas

atau lepas dari segala tuntutan hukum, biaya perkara dibebankan

kepada negara.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
62

Dari hasil penelitian dan analisa data tentang penerapan unsur-

unsurtindak pidana pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Siti

Maysarah alias Mamay Ktb binti Jabidi terhadap saudara Hafidz Halim

merupakan tindak pidana yang diatur dengan Undang-undang khusus. Serta

pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb dapat

disimpulakan bahwa :

1. Penerapan unsur-unsur Pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (3) Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE dalam

tindak pidana melakukan pencemaran nama baik dalam Putusan

Pengadilan Negeri Kotabaru Nomor 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb adalah

telah sesuai dengan Pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (3) Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE sebagai

berikut :

a. Dengan sengaja;

b. Unsur Mendistribusikan dan/atau mentransmisikan;

c. Unsur adanya kesalahan.

2. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam memutus perkara tindak

pidana melakukan pencemaran nama baik dalam Putusan Pengadilan

Negeri Kotabaru Nomor : 147/Pid.Sus/2016/PN.Ktb adalah :

a. Pertimbangan Juridis

1) Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan tunggal

yang berisikan bahwa terdakwa telah didakwa melakukan

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3)


63

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008

tentang ITE

2) Pembuktian terhadap alat-alat bukti yang sah menurut

Undang-undang dalam persidangan, Majelis Hakim

menggunakan alat-alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal

184 KUHP;

3) Perbuatan terdakwa memenuhi rumusan Pasal 27 ayat (3)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008

tentang ITE terkait dengan pencemaran nama baik secara sah

dan meyakinkan berdasarkan fakta hukum.

b. Pertimbangan sosiologis

Adalah antara lain bisa dilihat dari hal-hal yang memberatkan dan

hal-hal yang meringankan.

B. Saran

Pidana yang dijatuhkan oleh Hakim bukan saja ditujukan bagi diri

si pelaku tindak pidana, tetapi juga ditujukan dan diharapkan berdampak pada

masyarakat pada umumnya, maka dalam menjatuhkan pidana Majelis Hakim

diharapkan memperhatikan tujuan pemidanaan, sehingga masyarakat akan

menyadari dan tahu bahwa melakukan tindak pidana akan dikenai sanksi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987;
64

Lamintang, 1997“Dasar-Dasar Hukum Pidana”, Citra Aditya Bakti, Bandung;

Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafifika: Jakarta,2013;

Andi Hamzah, “Asas-Asas Hukum Pidana”Drs. Adam Chazami SH, “Pelajaran


Hukum Pidana 1”;

Andi Fuad Usfa 2006 Pengantar Ilmu Hukum Pidana Edisi Revisi, UMM Pers
Malang;

Asshidqie, Jimly, Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi,Sinar Grafika:


Jakarta, 2011;

Gaffar,Janedjri M, Hukum Pemilu Dalam Yurisprudensi Mahkamah


Konstitusi,Konstitusi press: Jakarta, 2013;

Hukum Mahkamah Konstitusi,Sekretariat Jenderal Dan Kepanitraan Mahkamah


Konstitusi Republik Indonesia,Konstitusi Press:Jakarta,2010;

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Buku Penanganan Ujaran Kebencian


(Hate Speech), Jakarta, 2015;

Soesilo R, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar Lengkap Pasal


Demi Pasal, Politea, Bogor, 1991;

Widayati, Negara Hukum, Konstitusi, dan Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan, UNISSULA PRESS, Semarang, 2011;

Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum Konsep dan Metode, Setara Press, Malang,


2013.

Jurnal :

Siahaan, Maruarar, Peran Mahkamah Konstitusi dan Penegakan Hukum


Konstitusi, Jurnal Hukum No. 3 Nol. 16 Juli 2009;

Mutaz Afif Ganari, Ismunarno, Pertanggungjawaban Pidana Terhadap


Penyebaran Informasi Suku Agama Ras dan Antargolongan yang
menimbulkan Permusuhan dan Kebencian. Vol 8, No 2 (2019);
Rahmawati Mety, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana
Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial Jurnal hukum Volume 1,
Nomor 2 2019;

I. D. M. Sari, H. Gita, and A. D. Lumbanraja, Analisis Kebijakan Hukum Pidana


Terhadap Delik Perbuatan Tidak Menyenagkan, Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, vol. 1, no. 2, pp. 171-181, May. 2019;
65

PerUndang-Undangan :

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi


dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahu 2002 Tentang Penyiaran.

Internet :

Niken Purnamasari - Wiranto: Ada 53 Kasus Hoax dan 324 Hate Speech Sepanjang
2018 detikNewshttps://news.detik.com/berita/d-4272642/wiranto-ada-
53-kasus-hoax-dan-324-hate-speech-sepanjang-2018 Kamis 25
Oktober 2018, 14:00 WIBdiakses tanggal 6 September 2019;

Achmad Fardiansyah Banyak Aktivis Jadi Korban, ACTA Gugat 'Pasal


Karet' UU ITE ke Mahkamah Konstitusi
https://nasional.okezone.com/read/2017/09/18/337/1778132/banyak-
aktivis-jadi-korban-acta-gugat-Pasal-karet-uu-ite-ke-mahkamah-
konstitusi. Senin 18 September 2017 14:12 WIB Oke News.com
diakses 8 September 2019;

Anggara Suwahju, Direktur Eksekutif Institute for Criminal and Justice


Reform (ICJR) Menakar makna ''antar-golongan'' dalam Pasal 28
(2) UU ITE
https://beritagar.id/artikel/telatah/menakar-makna-antar-golongan-
dalam-Pasal-28-2-uu-ite 07:00 WIB - Selasa, 12 Februari 2019
Beritagar Diakses 8 September 2019;

Hariandri low Pencemaran Nama Baik Menurut Kitab Undang-undang Hukum


Pidana ofice http://www.gresnews.com/berita/tips/81504-
pencemaran-nama-baik-menurut-kuhp/ Kamis 27 Februari 2014 01.16
WIB Gress News.com Diakses 8 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai