Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : YUDHA NOVA IRAWAN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043678398

Tanggal Lahir : 26 OKTOBER 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 50/Samarinda

Hari/Tanggal UAS THE : 27 JUNI 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
SURAT PERNYATAAN MAHASISWA
KEJUJURAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : YUDHA NOVA IRAWAN

NIM : 043678398

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Fakultas : FHISIP

Program Studi : ILMU HUKUM

UPBJJ-UT : Samarinda

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS
THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang
ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Balikpapan, 27 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

YUDHA NOVA IRAWAN


1. Dalam penyusunan norma hukum, secara umum dikenal dua metode yakni kodifikasi
dan modifikasi. Secara sederhana, kodifikasi dapat dimaknai sebagai penyusunan
dan penetapan peraturan-peraturan hukum dalam kitab undang-undang secara
sistematis mengenai bidang hukum yang agak luas. Sedangkan modifikasi adalah
penyusunan norma hukum yang dapat merangsang pembangunan dan
perkembangan kehidupan di dalam negara. T. Koopmans menyatakan bahwa
pembentukan undang-undang dewasa ini tidak lagi berusaha ke arah kodifikasi,
melainkan modifikasi. Pertanyaan:

A. Coba analisis pernyataan T Koopmans tersebut dan menghubungkannya dalam


dalam konteks Indonesia, mengapa pembentukan undang-undang dewasa ini
lebih mengarah kepada modifikasi, bukan kodifikasi!

B. Dalam beberapa waktu terakhir, di Indonesia sedang ramai membicarakan


omnibus law sebagai salah satu metode dalam pembentukan norma hukum.
Apakah metode omnibus law tersebut sama atau tidak dengan metode
kodifikasi. Berikan analisis Saudara!

Jawaban:

A. Menurut saya, untuk menghadapi perubahan dan perkembangan kebutuhan


masyarakat yang semakin cepat pada zaman sekarang, sudah bukan saatnya
mengarahkan pembentukan hukum melalui penyusunan kodifikasi. Karena
pemikiran tentang kodifikasi hanya akan menyebabkan hukum selalu berjalan di
belakang dan bukan tidak mungkin selalu ketinggalan zaman.

B. Kodifikasi merupakan penyusunan dan penetapan peraturan-peraturan hukum


dalam kitab undang-undang secara sistematis mengenai bidang hukum yang agak
luas. Kodifikasi menjadikan peraturan-peraturan dalam suatu bidang tertentu,
yang tersebar, terhimpun dalam suatu kitab yang terstruktur sehingga mudah
ditemukan.

Menurut saya, Undang-undang Omnibus Law merupakan sebuah kodifikasi yang


dilakukan oleh negara Indonesia agar beberapa peraturan tidak tumpang tindih
antara satu dengan yang lain. Omnibus Law dibuat untuk menyederhanakan
beberapa peraturan. Metode penyusunan Omnibus Law bisa dikatakan metode
kodifikasi. Akan tetapi pada kenyataannya penyusunan dan penetapan Omnibus
Law mengarah ke metode Modifikasi. Bisa dibuktikkan dengan beberapa
peraturan yang dihapus dan dibuat lagi dengan tidak mempertimbangkan pasal-
pasal yang dihapus tersebut.
2. Perubahan pengaturan jenis dan hierarki peraturan perundang-undnagan ternyata
tidak menyelesaikan problematika atau diskursus terkait jenis dan hierarki dalam
sistem perundangundangan di Indonesia. Berdasarkan pengaturan jenis peraturan
perundang- undangan yang diatur dalam Pasal 8 UU Nomor 12 Tahun 2011, salah
satu problematikanya adalah mengenai kedudukan atau posisi peraturan perundang-
undangan seperti Peraturan Menteri (Permen) dalam hierarki peraturan perundang-
undangan Indonesia. Pertanyaan:

A. Bagaimana kedudukan Peraturan Menteri (Permen) dalam hierarki, apakah


berada di bawah atau di atas Perda yang secara eksplisit disebutkan dalam
hierarki peraturan perundang-undangan?

B. Berikan argumentasi Saudara tentang hal apa saja yang menjadi tolok ukur
untuk menentukan hierarki Permen dibandingkan dengan Perda!

C. Berdasarkan argumentasi Saudara dalam jawaban poin b, berikan pula


argumentasi Anda mengenai apakah penyusunan peraturan daerah bisa
bersumber dari peraturan menteri?

Jawaban:

A. Menurut Sistem norma hukum Indonesia yang menjadi acuan hierarki Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. Akan tetapi Peraturan
Menteri tidak disebutkan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tersebut.
Yang menjadi persoalan apabila Peraturan Menteri dihadapakan dengan Peraturan
Daerah. Jika dilihat dari sudut kelembagaan tentu posisi kementerian sebagai
pembantu Presiden mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Pemerintahan Daerah, akan tetapi jika dilihat dari sudut kewilayahan, maka posisi
Pemerintahan Daerah merupakan Daerah Otonom yang berhak dan mempunyai
wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri melalui suatu Peraturan
Daerah.

B. Menurut saya kedudukan peraturan menteri mempunyai derajat yang lebih tinggi
dari peraturan daerah, karena kedudukan lembaga kementerian sebagai pembantu
presiden yang menjalankan garis kebijakan umum yang telah ditentukan dan
ruang lingkup keberlakuan peraturan menteri berskala nasional serta materi
muatan yang diatur dalam peraturan menteri merupakan penjabaran secara
langsung dari undang-undang, peraturan presiden dan peraturan pemerintah.

C. Menurut saya, peraturan menteri merupakan suatu peraturan perundangan-


undangan dan mempunyai levelitas yang tinggi dibandingkan peraturan daerah,
sehingga memasukkan peraturan menteri di dalam suatu Konsideran peraturan
daerah bukanlah suatu kesalahan normative yang berakibat tidak sahnya peraturan
daerah tersebut.
3. Pasal 15 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undnagan mengatur bahwa materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat
dimuat dalam UndangUndang, Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Namun, dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-
19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan diatur mengenai
ketentuan sanksi pidana. Pertanyaan:

A. Apakah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)


dapat memiliki materi muatan ketentuan pidana?

B. Berikan argumentasi dan ketentuan hukum yang bisa dijadikan sebagai


dasar jawaban Saudara!

Jawaban:

A. Jadi menurut saya apabila ada hal ihwal kegentingan untuk dicantumkan sanksi
pidana maka peraturan pemerintah tersebut dibuat dengan PP pengganti Undang-
undang (PERPPU). Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(“PERPPU”) pada prinsipnya itu setara/setingkat dengan Undang-undang (UU).
Memang benar Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (“UU 12/2011”) telah mengatur bahwa materi
muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam UU dan Peraturan
Daerah (“Perda”). Karena memiliki kedudukan dan materi muatan yang sama
dengan UU, maka ketentuan pidana dapat dimuat dalam PERPPU.

B. Ini artinya, ketentuan pidana yang merupakan materi muatan dalam UU juga dapat
dimuat dalam PERPPU. Sebagai contoh PERPPU yang di dalamnya memuat
sanksi pidana dapat kita lihat dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme (“PERPPU 1/2002”). PERPPU 1/2002 itu sendiri kemudian
ditetapkan menjadi undang-undang berdasarkan Undang- Undang Nomor 15
Tahun 2003. Ketentuan Pidana dalam PERPPU 1/2002 diatur khusus dalam Bab
III yang salah satu pasalnya (Pasal 6 PERPPU 1/2002).
4. Susunlah suatu konsideran peraturan daerah berdasarkan pada contoh kasus tersebut!

PEMERINTAH KABUPATEN SAMOSIR


PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR

NOMOR 6 TAHUN 2005

TENTANG

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMOSIR,

Menimbang : a. bahwa peraturan daerah sebagai bagian dari proses legislasi daerah
merupakan peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum
nasional yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah, tugas pembantuan dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut.
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi;
b. bahwa Pembentukan Peraturan Daerah sebagai proses pembuatan
peraturan daerah, diperlukan sebagai acuan dan pedoman dalam
menyelenggarakan Pemerintahan Daerah yang lebih efektif oleh
Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Samosir ;
c. bahwa dengan Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir
Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,
namun keberadaan Perda tersebut dirasakan belum cukup ampuh
mengatur tentang penegakan hukum tanggung jawab sosial
perusahaan di Kabupaten Samosir dan perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a ,b dan c maka perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten
Samosir tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Mengingat : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 Tentang
Badan Usaha Milik Negara;
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal;
4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial;
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMOSIR

dan

BUPATI SAMOSIR

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Samosir.


2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Samosir.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Kabupaten Samosir
5. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Samosir.
6. Bagian Hukum adalah bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Samosir.
7. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Samosir.
8. Pembentukan Peraturan Daerah adalah proses pembuatan Peraturan Daerah yang
dimulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan perumusan pembahasan,
pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.
9. Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah instrumen
perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara
terencana, terpadu dan sistematis.
11. Lembaran Daerah adalah penerbitan resmi Pemerintah Daerah yang digunakan
untuk mengundangkan Peraturan Daerah.
12. Peraturan Bupati adalah peraturan yang ditetapkan oleh Bupati sebagai pelaksanaan
Peraturan Daerah.
13. Peran serta masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam proses persiapan dan
pembahasan Rancangan Peraturan Daerah.
14. Tata Tertib adalah Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Samosir.
15. Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi.
Pasal 2

Peraturan Daerah ini bertujuan :

a. menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, sesuai dengan lingkungan, nilai,


norma, dan budaya masyarakat Samosir sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan;
b. memberikan kemanfaatan dan kontribusi, baik di bidang sosial, ekonomi,
pendidikan; dan
c. memberikan kontribusi positif secara maksimal, periodik, berkelanjutan dan
berkeadilan terhadap lingkungan sosial di wilayah perusahaan tersebut melakukan
kegiatan usaha.

Pasal 3

Menyempurnakan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 5 Tahun 2005


tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang keberadaan Perda tersebut belum
cukup ampuh mengatur tentang penegakan hukum tanggung jawab sosial perusahaan
di Kabupaten Samosir.

Pasal 4

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten


Samosir Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dicabut
dan tidak berlaku lagi.

Pasal 5

Bupati Samosir menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir tentang Tanggung


Jawab Sosial Perusahaan sebagai landasan Perusahaan dalam Pelaksanaan kegiatan
usaha.

Pasal 6

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal 14 Desember 2020. Agar setiap
perusahaan mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Samosir.

Ditetapkan di Samosir
pada tanggal 14 Desember 2020
BUPATI SAMOSIR,

ARIF TRI WIBOWO


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Diundangkan di Samosir
pada tanggal 14 Desember 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN

SAMOSIR WIBOWO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2020 NOMOR 13 Seri A NO 4


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai